You are on page 1of 9

Artikel BENGAWAN POS 1

MASALAH ANGKUTAN UMUM KOTA SOLO

Hal yang umum terjadi berkaitan dengan permasalahan transportasi di

kota-kota besar dan sedang di negara berkembang adalah terlambatnya

kesadaran akan penanganan sistem transportasi dan angkutan yang sistematis,

komprehensif dan berkesinambungan. Sehingga berakibat pada persoalan

transportasi dan angkutan yang rumit dan lemahnya sistem kelembagaan yang

menanganinya. Kurangnya sumber daya manusia dan minimnya dana yang

tersedia untuk keperluan itu juga menjadi salah satu pemicu.

Seperti halnya kota Solo, yang termasuk kategori kota sedang, walaupun

agak terlambat saat ini sedang dilakukan survei secara menyeluruh tentang

karakteristik lalu lintas dan angkutan jalan. Kegiatan yang dilakukan oleh para

taruna dari Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) dengan dibantu oleh Dinas

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Solo ini diharapkan dapat diperoleh

data yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam menentukan kebijakan sistem

lalu lintas dan angkutan jalan yang memadai di Kota Solo. Penentuan kebijakan

ini tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek tapi juga jangka panjang

secara berkesinambungan.

Dari segia geografis, kota Solo merupakan kota yang cukup unik, dimana

luas wilayahnya relatif kecil dengan dikelilingi ‘kota-kota’ satelit yang sudah

termasuk dalam wilayah kabupaten lain, seperti pada sebelah barat terletak kota

Kartasura, yang masuk wilayah Sukoharjo, sebelah selatan Solo Baru (Sukoharjo),

sebelah timur Palur (Karanganyar) dan sebelah utara Kaliyoso/Gemolong

(Sragen). Disamping itu, dilihat dari jalur transportasi Jawa, Kota Solo merupakan

pertemuan dari tiga jalur utama kota besar yaitu jalur ke Yogyakarta, Semarang

dan Surabaya. Kota Solo juga merupakan kota budya dan perdagangan yang

memungkinkan terjadinya lalu lintas orang, barang dan jasa yang cukup besar.
Artikel BENGAWAN POS 2

Kondisi demikian menyebabkan jalur transportasi kota Solo menjadi jalur

yang strategis dan mempunyai peran yang sangat vital, sehingga sejak dini perlu

penanganan dan perencanaan yang lebih baik.

Tiga Aspek

Dalam penanganan dan perencanaan masalah transportasi dan angkutan,

khususnya angkutan umum, terdapat 3 (tiga) aspek yang perlu diperhatikan

yaitu aspek sarana dan prasarana, kebijakan dan pelayanan. Ketiga aspek ini

harus terkondisikan dengan baik karena masing-masing akan saling berkaitan

dalam penanganannya.

Sarana dan prasarana jalan di kota Solo sebenarnya sudah cukup

memadai. Sistem jaringan jalan berpola grid dan radial yang terbatas. Namun

untuk pengembangan lahan ruas jalan baru yang dapat mengikuti

perkembangan tuntutan akan transportasi dan angkutan sangat terbatas. Semua

jaringan jalan hampir sudah ada di seluruh wilayah kota Solo, dan lahan-lahan

baru pun sudah termanfaatkan untuk prasarana-prasarana lain seperti

pemukiman dan perindustrian.

Empat jalur utama kota Solo yakni jalan lingkar utara (Sumber-Mojosongo),

jalan Achmad Yani, jalan Slamet Riyadi dan jalan Veteran, kondisi arus lalu

lintasnya sudah menunjukkan kepadatan walaupun tidak menimbulkan

kemacatan permanen. Demikian juga dengan sub-sub jalur dalam kota, bahkan

tak jarang sudah mengalami kemacetan pada saat jam-jam sibuk, seperti jam

masuk dan bubaran sekolah.

Peningkatan jumlah angkutan pribadi dan umum merupakan andil utama

juga dalam meningkatnya kepadatan arus lalu lintas di jalan, yang bila tidak

diantisipasi sesegera mungkin akan menimbulkan permasalahan-permasalahan

transportasi.
Artikel BENGAWAN POS 3

Oleh karena itu, dalam usaha pengembangan jaringan jalan arah

horisontal Pemerintah Kota (Pemkot) Solo harus mendekati dan bekerja sama

dengan Pemerintah Daerah (Pemda) sekitar. Penambahan jalur di sekitar wilayah

kota Solo ini akan berdampak pada pengurangan penumpukan lalu lintas

kendaraan di dalam kota Solo dan juga dapat mengembangkan daerah-daerah

baru dan memungkinkan munculnya kota-kota satelit baru yang dapat menopang

perkembangan kota Solo. Walaupun juga dipikirkan kemungkinan

pengembangan jaringan jalan arah vertikal seperti jembatan dan jalan layang.

Seperti kasus perlintasan jalur rel kereta api dan jalan di sebelah timur Stasiun

Balapan (utara Pasar Legi), lalu lintas kereta api yang padat dan lokasi lansir

kereta menyebabkan arus lalu lintas kendaraan yang padat sering mengalami

kemacetan. Sedang antisipasi dengan pembuatan jalan layang akan mengalami

kendala luas lahan yang ada, karena disekitarnya sudah merupakan wilayah

yang padat untuk pemukiman dan perdagangan.

Prasarana lain yang cukup penting adalah terminal yang memadai untuk

keperluan pemberhentian utama angkutan umum. Pemilihan lokasi terminal yang

tepat dangan kapasitas yang memadai dan sistem operasi yang baik akan sangat

membantu optimalisasi pelayanan angkutan umum, sekaligus akan mereduksi

dampak lalu lintas dan lingkungan di daerah sekitarnya.

Kota Solo ternyata hanya memiliki satu terminal utama yaitu terminal

Tirtonadi, yang hanya melayani pemberhentian untuk bus-bus besar dan sedang.

Itupun saat ini sudah kurang memadai lagi karena semakin meningkatnya jumlah

armada bus yang masuk ke terminal. Apalagi pada saat lebaran, jumlah bus-bus

yang masuk ke terminal Tirtonadi akan melebihi kapasitas. Sebenarnya Pemkot

Solo juga berupaya untuk memindahkan terminal Tirtonadi ini agar pelayanannya

menjadi lebih optimal, tapi rupanya Pemkot mengalami kesulitan menentukan


Artikel BENGAWAN POS 4

lokasi karena keterbatasan lahan yang dimiliki oleh kota Solo. Hampir semua

lokasi sudah di build up dan penggunaannya sudah padat.

Sub-sub terminal berada di luar kota Solo, seperti di Palur, Kartasura,

Kaliyoso dan lainnya. Seperti angkutan bis kota tingkat dan sedang DAMRI yang

melayani trayek dari sub terminal Kartasura sampai Palur melewati Jalan Slamet

Riyadi dan Jalan Veteran. Sedang bus-bus kota sedang lainnya walaupun

melewati ruas-ruas jalan dalam kota tapi mempunyai tempat pemberhentian

trayek di Palur, Kartasura, Sukoharjo, Boyolali, Gemolong, Sragen, Karanganyar

dan sebagainya. Kota Solo hanya dijadikan lintasan trayek.

Sedangkan pemberhentian lain berupa halte, kota Solo memiliki sekitar 27

buah. Namun demikian pemanfaatannya masih kurang optimal. Dari penelitian

yang telah dilakukan ternyata hanya ada empat buah halte yang dapat berfungsi

dengan optimal. Lainnya kurang optimal bahkan tidak optimal sama sekali

(Bambang Triratma, 1998). Lainnya bus-bus dan angkutan kota lebih memilih

pangkalan-pangkalan dan pinggiran jalan yang terkadang justru mengganggu

arus lalu lintas kendaraan lainnya. Sehingga dalam perencanaan halte-halte dan

pemberhentian lainnya harus didesain dengan baik agar berfungsi optimal dan

tidak mengganggu arus lalu lintas.

Kebijakan

Penyelesaian permasalahan lalu lintas transportasi dan angkutan sangat

bergantung pada kebijakan yang diambil oleh instansi terkait dan pemkot.

Kebijakan dalam penataan sistem transportasi kota dan manajemen

angkutannya harus dikaji secara cermat agar penyusunan penanganan secara

teknis di lapangan dapat dilakukan dengan mudah.

Pemkot Solo sebagai regulator penataan sistem angkutan harus

merencanakan dengan baik aspek-aspek yang menyangkut rute trayek,


Artikel BENGAWAN POS 5

penetapan jenis dan jumlah armada, sistem tarif, proses perijinan dan aspek lain

yang terkait. Dengan selalu memperhatikan kebijakan-kebijakan tingkat pusat

seperti UU, PP atau Kepmenhub.

Rudy Himawan, seorang pakar transportasi, menyatakan bahwa kebijakan

penentuan jaringan trayek harus direncanakan secara menyeluruh dan tidak

tumpang tindih yang berlebihan dengan mendasarkan pada hasil survei

kelayakan trayek serta mengikuti hirarki pelayanan. Perkiraan permintaan harus

diperhatikan dan fasilitas-fasilitas dalam jaringan trayek harus dipenuhi serta

penentuan jumlah armada yang dibutuhkan disesuaikan dengan data survei load

factornya.

Pemberian ijin baru pada angkutan juga tidak hanya berpatokan pada

pemenuhan pendapatan asli daerah (PAD) tapi juga memperhitungkan dampak-

dampak lalu lintas yang akan muncul. Bagi kota Solo yang juga perlu

diperhatikan dalam penentuan jaringan trayek ini adalah adanya kerja sama

dengan pemda dan instansi terkait di sekitarnya, karena trayek-trayek yang

melintasi kota Solo akan berdampak pada karakteristik lalu lintas dan angkutan

kota Solo sendiri. Permasalahan yang muncul tidak dapat diatasi hanya oleh

Pemkot Solo, tapi juga diperlukan kebijakan-kebijakan pendukung dari Pemda-

pemda sekitar kota Solo.

Kebijakan-kebijakan tersebut akan menentukan kondisi operasional di

lapangan. Kejadian-kejadian saling protes mengenai jaringan trayek seperti antar

angkutan umum lama dengan yang baru yang pernah terjadi beberapa waktu

yang lalu dapat dihindari. Atau perselisihan antara bus bumel (ekonomi) jurusan

Solo-Yogya dengan bus AKAP Surabaya-Yogyakarta tentang aturan menaikkan

dan menurunkan penumpang dapat dicegah. Juga masalah yang belakangan ini

muncul yaitu penertiban dan masalah kuota angkutan becak.


Artikel BENGAWAN POS 6

Disamping itu, penentuan besaran tarif angkutan umum juga merupakan

permasalah krusial yang membutuhkan penanganan dan kebijakan yang arif.

Karena harus dapat menjembatani kepentingan penumpang selaku konsumen

dan pengusaha/operator angkutan umum. Apalagi banyak faktor yang

mempengaruhi penentuan tarif ini seperti kondisi ekonomi masyarakat, biaya

pemeliharaan/suku cadang, harga bahan bakar, sarana prasarana dan

sebagainya.

Sebagai ilustrasi, menurut Kusbiantoro (1999), pada saat krisis ekonomi

masalah tarif dan biaya operasi kendaraan angkutan umum menjadi masalah

penting, dimana semua komponen biaya mengalami pembengkakkan. Hal

demikian sangat berdampak pada jumlah pengeluaran untuk angkutan umum

mengalami peningkatan yang signifikan.

Yang terpenting adalah kebijakan-kebijakan untuk sistem transportasi dan

angkutan, baik angkutan pribadi maupun angkutan umum, pada tahun-tahun ke

depan secara berjenjang harus sudah direncanakan dengan baik seiring dengan

perkembangan kota Solo. Karena kondisi perkembangan sistem transportasi dan

angkutan pada lima tahun ke depan akan sengat berbeda dengan kondisi pada

sepuluh tahun, lima belas tahun atau dua puluh tahun ke depan. Kebijakan

penanganan masalah hendaknya dapat mencapai akar permasalahan.

Penyelesaian masalah kasus per kasus (case by case problem solving) masih

dalam kerangka penyelesaian kasus secara umum dan menyeluruh. Konsistensi

pengembangan harus jelas. Pergantian walikota tidak akan mengubah kebijakan

yang telah ditetapkan.

Pelayanan

Dalam hal pelayanan transportasi dan angkutan umum kota Solo, dapat

dibedakan atas angkutan umum dalam kota dan luar kota yang dapat dilayani
Artikel BENGAWAN POS 7

oleh kereta api, bus besar, bus sedang, angkutan kota, taksi, jasa travel, becak,

dan ojek.

Angkutan umum luar kota Solo seperti kereta api, bus besar AKAP yang

menjadikan kota Solo sebagai lintasan trayek dan tujuan pemberhentian tak

terlalu mempengaruhi karakteristik jaringan jalan kota Solo, karena umumnya

melewati jalur-jalur ‘luar kota’ dan langsung ke stasiun atau terminal dan

angkutan kereta api sendiri sudah mempunyai kebijakan dan jalur rel sendiri

yang penanganannya telah ditentukan secara khusus. Sebaliknya angkutan

dalam kota akan sangat besar pengaruhnya.

Sistem pelayanan transportasi dan angkutan mensyaratkan tiga unsur

utama yakni keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Ketiga unsur itu akan

selalu menjadi pertimbangan konsumen dalam memanfaatkan angkutan umum.

Kondisi angkutan yang laik jalan sesuai dengan persyaratan dari instansi terkait

akan memberikan nilai keselamatan bagi konsumen. Kir kelaikan jalan yang

menyangkut perlengkapan-perlengkapan vital dan pendukung angkutan umum

harus dilakukan sesering mungkin. Tindakan tegas perlu dilakukan bila terbukti

suatu angkutan umum yang tidak laik jalan mengangkut penumpang. Disamping

itu, keselamatan juga dipengaruhi tingkat kedisiplinan sopir angkutan umum.

Masih sering terlihat sopir yang menjalankan kendaraan membahayakan

pengguna jalan yang lain, pelanggaran lampu dan rambu-rambu lalu lintas. Sopir

hanya mengejar setoran dengan mengabaikan keselamatan dan tata tertib

berlalu lintas.

Pelayanan angkutan umum juga harus menjamin keamanan

penumpangnya. Kejahatan yang umum terjadi di atas angkutan diantaranya

pencopetan, penjambretan, dan pemerasan/penodongan. Seringkali terjadi awak

angkutan tak dapat berbuat apa-apa untuk menolong penumpang yang

mengalami kejahatan, karena awak angkutan sendiri juga mendapatkan


Artikel BENGAWAN POS 8

ancaman untuk tidak menolong atau melaporkan ke polisi. Namun patut

mendapatkan penghargaan yang tinggi atas upaya seorang kernet bus beberapa

hari yang lalu, yang telah dapat menyelamatkan seorang penumpang dari

incaran pencopet, walau akhirnya dia sendiri mengalami pengeroyokan oleh

kawanan copet tersebut. Oleh karena itu upaya pencegahan kejahatan di atas

angkutan perlu segera dilakukan. Dibutuhkan koordinasi yang baik antar

pengusaha, awak angkutan, polisi dan penumpang untuk menciptakan kiat-kiat

dan strategi khusus untuk mengantisipasi, seperti pemakaian kode khusus dan

rahasia oleh awak angkutan atau penumpang bila terjadi kejahatan di atas

angkutan.

Masalah kenyamanan pelayanan angkutan umum seringkali juga

dikeluhkan penumpang. Memang selama ini pengguna angkutan umum masih

bersifat karena ‘keterpaksaan’, dalam arti hanya melihat angkutan umum melulu

sebagai sarana dasar transportasi yang memindahkan orang dan barang dari

satu tempat ke tempat lain. Namun demikian kesadaran penumpang akan

kenyamanan dalam perjalanan, menuntut pengusaha angkutan dan penentu

kebijakan untuk memenuhinya, seperti antisipasi tempat duduk yang berimpit-

impitan.

Dan yang juga penting dalam tingkat pelayanan kenyamanan angkutan

umum adalah proporsi wilayah (coverage area) yang dapat dilayani oleh

angkutan umum itu sendiri, yang akan berdampak pada kemudahan

(aksesibilitas) semua masyarakat dalam menggunakan angkutan umum.

Penumpang tidak perlu terlalu banyak berganti angkutan dalam menemput

tujuan tertentu.

Sehingga dalam penentuan sistem transportasi dan angkutan umum di

kota Solo yang ideal sangat perlu untuk memperhatikan hal-hal yang berkaitan

yaitu kebijakan secara umum tentang sistem transportasi dan angkutan umum
Artikel BENGAWAN POS 9

kota Solo yang mendasarkan pada kebutuhan pelayanan dan sistem operasi

transportasi dan angkutan umum (yang saat ini baru dilakukan survei terbaru),

kebijakan tata ruang kota, manajemen investasi infrastruktur transportasi, aturan

dasar hukum Undang-undang sampai ke Peraturan Daerah (Perda) dan

kebijakan-kebijakan lainnya pada tingkat operasional.

***

Penulis : Achmad Basuki, Dosen Teknik Sipil FT Universitas Sebelas Maret.

Alamat : Jurusan Teknik Sipil FT UNS Jl. Ir. Sutami 36 A Solo 57126.

You might also like