Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
Skripsi. Tahun 2006. Judul Skripsi: Perancangan Pompa “Lean Amine Pump”
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Pembimbing II
2. Samsudin Anis, ST. MT
NIP. 132303194
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik
ii
“ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.“
(An-Nahl : 97)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
(selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh - sungguh (urusan) yang
lain.”
iii
Kupersembahkan tulisan ini untuk:
Ayah dan Ibu tercinta
Kakakku, mas Huda & Mbak Heny
Seseorang yang menjadi dambaan
hatiku yang kelak akan
mendampingiku mengarungi
kehidupan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Alloh penguas alam raya, kepada-Nya
kita memanjatkan pujian, memohon dan ampun serta bertaubat. Berkat limpahan
iv
nikmat dan karunia serta kasih saying-Nya pada ahinya Skripsi ini dapat penulis
Skripsi yang dibuat adalah Perancangn Pompa “Lean Amine Pump” Dengan
kapasitas 1500 GPM dan Tekanan 700 psi. Skripsi ini diharapakn dapat
menambah wawasan bagi penulis serta orang lain mengenai pompa serta design
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampikan ucapan terima ksih yang
setulus-tulusnya kepada :
Negeri Semarang .
Semarang.
6. Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah sekian lama mengajar dan
v
8. Kakakku yang telah membantu memberikan berbagi referensi,motivasi
9. Seseorang yang selalu terucap dalam setiap doaku yang telah menjadi
13. Hadi, Arif J, Didik, Galih, Sugi’, Dona, Dani, terima kasih pinjaman
14. Seluruh pihak yang belum penulis sebutkan yang telah membantu
pengetahuan penulis dikemudian hari. Semoga Skripsi ini dapat diambil manfaat
DAFTAR ISI
vi
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
MOTTO ............................................................................................................. iii
PERSEMBAHAN .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ..................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xix
INTISARI............................................................................................................ xx
vii
2.2.1 Head total pompa .......................................................................... 24
2.3 Pemilihan Jenis Pompa ............................................................................. 30
2.4 Menentukan Jumlah Tingkat ..................................................................... 31
2.5 Pemilihan Penggerak Mula ....................................................................... 32
viii
4.1 Saluran Masuk ........................................................................................... 80
4.2 Saluran Keluar ........................................................................................... 82
4.2.1 Difuser Dan Saluran Pengarah Balik ............................................ 82
4.2.2 Perencanaan Diffuser .................................................................... 84
4.2.3 Pengaruh Penyempitan Pada Sisi Masuk ...................................... 85
4..2.4 Luas Sisi Masuk Tiap Sudu Difuser Ring (Ad) ............................. 87
4.2.5 Tinggi Laluan Sisi Masuk Difuser ( E4 ) ....................................... 88
4.2.6 Radius Sisi Masuk Difuser (Rb) .................................................. 89
4.2.7 Jari-Jari Kelengkungan Busur AB ( Ρ ) ........................................ 89
4.2.8 Panjang Laluan Pada Cincin Difuser ( L ) .................................... 90
4.2.9 Diameter Terluar Difuser ( D5 ) .................................................... 90
4.2.10 Sisi Keluar Difuser ....................................................................... 90
4.2.11 Sudut Divergensi ( Δ ) ................................................................... 91
4.2.12 Pemilihan Material Difuser .......................................................... 91
4. 3 Perencanaan Sudu Pengarah Balik ............................................................ 92
4.3.1 Pengaruh Jumlah Sudu Difuser Pada Distribusi Kecepatan ......... 92
4.3.2 Sudu Penghantar Balik Sisi Masuk ............................................... 95
4.3.3 Sudu Penghantar Balik Sisi Keluar ............................................... 96
4.3.4 Pemilihan Material Sudu Penghantar Balik ................................. 97
4.4 Perhitungan Kekuatan Casing ................................................................... 98
ix
5.3 Pemeriksaan Kekuatan Poros .................................................................... 119
5.3.1 Pemeriksaan Terhadap Tegangan Geser ....................................... 124
5.3.2 Pemeriksaan Terhadap Defleksi Puntiran ..................................... 125
5.3.3 Pemeriksaan Terhadap Konsentrasi Tegangan ............................. 128
5.3.4 Pemeriksaan Konsentrasi Tegangan Pada Poros Tempat Impeller 129
5.3.5 Pemeriksaan Konsentrasi Tegangan Pada Poros Tempat Kopling 131
x
8.1 Hubungan Head Euler Dengan Kapasitas Pompa ..................................... 165
8.1.1 Head Euler Dengan Kapasitas ....................................................... 165
8.1.2 Head Teoritis Dan Kapasitas ........................................................ 166
8.1.3 Head Aktual Dengan Kapasitas .................................................... 167
8.2 Hubungan Efesiensi Dengan Kapasitas Pompa ........................................ 172
xi
Ao = luas penampang sisi masuk impeler ( m2 )
Ao’ = luas penampang masuk total ( m2 )
A1 = luas penampang pada sisi masuk impeller
A2 = luas penampang sisi keluar impeler
A5 = luas penampang sisi keluar difusser impeler
Ad = luas total sisi masuk difuser ring ( m2 )
Ah = luas penampang hub
b = lebar sudu ( mm )
b3 = lebar awal difuser ( mm )
bm = lebar sudu rata - rata ( mm )
BHP = daya kuda rem (HP)
c = kecepatan absolut partikel fluida yang mengalir melalui impeler relatif
terhadap tanah ( m/s )
c0 = kecepatan aksial (m/s)
cm = kecepatan meridian ( m/s )
C = Kapasitas beban dinamis (N)
Cb = faktor koreksi jika terjadi pembebanan lentur.
Cp = koreksi Pfleiderer
Cu = komponen tangensial dari kecepatan absolute (m/s)
D = diameter pipa (m)
D = diameter impeller (m)
do = diameter impeler pada sisi masuk ( mm )
dd = diameter cakram (mm0
dsh = diameter poros (mm)
dh = diameter untuk hub depan impeler ( mm )
dh’ = diameter untuk hub belakang impeler ( mm )
e = tingggi laluan diffuser (mm)
F = gaya tangensial (kg)
FHP = daya kuda fluida (HP)
f = koefisien gesek
xii
Fat = gaya aksial total (N)
G = modulus geser (kg/cm2)
g = percepatan gravitasi (9.81 m/s2)
H = head/ tinggi tekan pompa (m)
Hth = head teoritis (m)
Hth∞ = head teoritis euler (m)
hh = head kerugian gesekan (m)
Hpl = daya kuda untuk mengatasi kebocoran (HP)
hfd = rugi – rugi akibat gesekan
Hpdf = daya kuda untuk mengetasi kerugian gesekan
Hph = daya kuda untuk mengetasi kerugian hidrolis
HPM = daya kuda untuk mengetasi kerugian mekanis
Hpl = daya kuda untuk mengetasi kerugian kebocoran
I = momen inertia (cm4)
Kcm1 = koefisien kecepatan pada sisi masuk impeler
Kt = faktor koreksi momen puntir jika terjdi tumbukan atau lendutan
K2cu = faktor sirkulasi
Kt = konstanta pegas puntir (kg cm/rad)
l = panjang pipa (m)
M = momen lengkung (kg/cm2)
NPSHA = NPSH yang tersedia (m)
NPSHR = NPSH yang diperlukan (m)
nsq = kecepatan spesifik kinematik ( rpm )
nsp = kecepatan spesifik dinamik ( rpm )
nsf = bilangan bentuk
n = kecepatan putar poros pompa ( rpm )
Psh = daya poros yang dibutuhkan pompa ( Watt )
P = daya penggerak (HP)
Pa = tekanan absolute pad cairan yang akan dipompa
Pbf = kerugian daya akibat gesekan pada bantalan (HP)
Pd = beban ekivalen (N)
xiii
Pv = tekanan uap jenuh ada temperatur pemompaan (kg/cm2)
Q’ = kapasitas fluida yang melewati impeler
Q = kapasitas pompa [ SI Æ( m3/s ) , British Æ( gpm ) ]
Qs = kapasitas pompa tanpa adanya shock losses (m3/s)
R = beban radial (kg)
Re = bilangan Reynold
S = tebal sudu (mm)
s1 = tebal sudu pada sisi inlet ( mm )
su1 = tebal sudu pada sisi masuk dalam arah keliling ( mm )
su2 = ketebalan sudu pada sisi keluar dalam arah keliling (mm)
s4 = tebal awal sudu difuser ( mm )
s7 = tebal awal sudu pengarah balik ( mm )
Sf = faktor keamanan
T = momen puntir (kg.mm)
Tf = kerugian torsi (kg.mm)
u = kecepatan suatu titik pada impeler tersebut relatif terhadap tanah ( m/s )
U = kecepatan keliling (m/s)
V = kecepatan aliran (m/s)
Vsudu = volume sudu (mm3)
W = Berat impeller (kg)
w = kecepatan partikel fluida relatif terhadap impeler ( m/s )
Z = jumlah sudu
α = sudut antara c dan u ( º )
β = sudut antara w dan perpanjangan u ( º )
ω = kecepatan sudut ( rad/s )
γ = berat Jenis fluida ( kg/m3 )
ηt = efisiensi total pompa
σ = kekuatan tarik material ( kg/cm2 )
τ = tegangan geser (kg/cm2)
σa = tegangan desak ( kg/cm2 )
xiv
φ1 = koefisien penyempitan ( constriction coefficient) pada sisi masuk β2
sudutsisi keluar
ηh = efisiensi hidrolis
ψ' = koefisien untuk menentukan Cp
υ = sudut overlap ( º )
δ = sudut Divergensi ( º )
θ = deformasi Puntir ( º )
ηv = efisiensi volumetris
ηh = efisiensi hidrolis
ηm = efisiensi mekanis
ηtot = efisiensi total
ν = viskositas kinematis (m2/s)
ε = faktor penyempitan
μ = faktor slip
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
Gambar 5.9 Grafik penentuan faktor konsentrasi tegangan α
untuk alur pasak ................................................................... 130
Gambar 6.1 Bantalan rol silindris ............................................................ 135
Gambar 6.2 Stuffing box dengan water jacket .......................................... 141
Gambar 6.3 Kopling flens luwes .............................................................. 144
Gambar 6.4 Geseran akibat tegangan geser pada kopling ....................... 145
Gambar 6.5 Gaya geser pada pasak ......................................................... 148
Gambar 7.1 Grafik hubungan antara kecepatan spesifik, efesiensi
hidrolis serta koefisien kavitasi Thoma................................. 162
Gambar 7.2 Layout isap pompa ............................................................... 163
Gambar 8.1 Kerugian - kerugian hidrolis ................................................ 168
Gambar 8.2 Grafik hubungan antara kapasitas pompa (Q) dengan
head pompa (H) Pada Putaran 3000 rpm ............................. 177
Gambar 8.3 Grafik hubungan antara kapasitas pompa (Q)
dengan dengan BHP (HP) Pada Putaran 3000 rpm .............. 177
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
INTISARI
Perancangan Pompa Lean Amine Pump Dengan Kapasitas 1500 GPM
Tekanan 700 psi, Muhammad Nur Ali Mahmudi, Sunarjo, MT., Samsudin Anis,
MT, 2006.
Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada
cairan yang dipompa dengan mengubah energi mekanis poros penggerak menjadi
energi potensial dan energi kinetis fluida. Seiring berkembangnya teknologi,
pompa digunakan diberbagai bidang termasuk pemakaiannya dalam bidang
pertambangan. Selanjutnya dalam skripsi ini akan direncanakan sebuah pompa
yang digunakan untuk memompa Amine dalam sebuah sistem pemurnian gas alam
di Sumur Gas Merbau Sumbagsel Sumatra Selatan dengan kapasitas 1500 GPM
dan tekanan 700 psi.
Pompa yang direncanakan adalah pompa sentrifugal 5 tingkat dengan poros
mendatar yang mempunyai kapasitas 5,678 m3/menit dengan head total 491 m
dengan menggunakan penggerak Gas Engine dengan putaran 3000 rpm dan daya
883 HP (658.7 kW).
Perancangan elemen-elemen pompa terdiri dari impeller, difuser, poros,
bantalan, kopling, serta komponen – komponen lainnya dengan hasil sebagai
berikut :
1.Impeller
a. Diameter sisi masuk (d1) : 130 mm
b. Diameter sisi keluar ( d2 ) : 270 mm
c. Jumlah sudu ( z ) : 8 buah
2.Diffuser
1. Diameter dalam : 275 mm
2. Diameter luar : 400 m
3. Jumlah sudu ( z ) : 8 sudu
4.Poros
a. Diameter terkecil : 50 mm
b. Diameter terbesar : 65 mm
5.Bantalan
a. Bantalan yang dipakai adalah bantalan rol silinder tipe NU 311 EC
6.Kopling
a. Kopling yang dipilih dalam skripsi kali ini adalah kopling flens luwes
yang terbuat dari bahan besi karbon cor SC 49 sesuai dengan standart
JIS G 5101.
xx
PERNYATAAN SELESAI BIMBINGAN
NIM : 5250401012
berjudul :
Mengetahui ,
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Drs.Pramono
NIP. 131474226
xxi
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi. Tahun 2006. Judul Skripsi: “Sitem Suplai Air Bersih Untuk
Panitia Ujian :
Ketua Sekretaris
Pembimbing II
2. Drs. Wirawan S, MT
NIP. 131876223
Drs. Wirawan S, MT
NIP. 131876223 3. Samsudin Anis, ST. MT
NIP. 132303194
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik
xxii
ii
Ucapan terima kasih
Ali mahmudi : thank’s to temen - temen cemua yang telah ngebantu aqu
ngekelarin skripsi ini, tak terkecuali buat temen2kyu dikost “daffa” : (Didik
(Ryan, mrengut) gimana “empire” nya aku macih boleh pinjam khan? Hadi
susanto (meler) temenkyu sekamar, kok kamu bisa di panggil meler cih?
Lukman Khakim (mbah man), makacih boncengannya ke jogja, Dani
setyawan cepet selesein donk ckripcinya, ntar dimarahin pak karnowo lho jangan
pulang mulu, Untuk Awank makacih curhatnya, Sugiyanto (Sugi’) jangan tidur
sembarangan & potong donk bulu keteknya, udin (kenthir) Dona, galih) Makacih
pinjeman kompther and print nya,. Pak Doni (jadi atlit cipayung donk), Iwan
(pengung), mas Ipang (ajarin aku tennis donk), mas Partono, Mas Agung
(lulus bareng yuk!) Irwan (kucing), awan (ariel peterpan), Dedi (beast), bayu,
deden pai, prapas (kethek), fatron,dll, belajar yang giat biar cepet lulus.
Temen koskyu yang doeloe (Imam M, kapan nich kita tanding empire lagi?),
Agus Suwiji (mo lulus kaphan?) mas ridwan (met married), mas tarom (mas!
wear pack mu belum tak kembalikan lho), mas tohari (Sukses ya) rohmadi
(truss kreatif buat robot ya!). tak lupa boeat Amrul, Zaenal, Topik, Ardhi, Ashrof,
Banu (Ban-ban), bambang dll. Makacih cemuanya atas dukungan and doa nya.
Tak lupa juaga makasih banyak yah for: pak Heri (moga langgeng ma inun),
Suharyanto (Pe-je), Inun (moga tambah pesek aza), Ike (gimana kabarnya kok gak
pernah nongol ), limas (Mba’ mas), Aan S (popon) (Makan Yuuk), chika (married
kok ngga’ ngundang?), Special buat S.Apriliawati (tambah cantik aja,
kamulah inspiratorku, thank’s for all)
Temen 2 kos binaan : pak Eko, mas Ridwan, Priyanto, pak, mas Solikin, pak Edi,
Amrul, Nurul, mba’ Suci, mbak Agus, mba’ Titik dll. ( harus tetep dijalan
dakwah, pastikan Alloh bersama kita). Tak lupa mas Abror, pak Mul and bapak
kosku yang lainnya makasih telah ngasih tumpangan akyu, maapin bila
mbayarnya telat.
Boeat Arif jumarwanto (jum-jum alias Mblotong) kau temen sejati gue (“untuk saat
ini” sory becanda.) kamu tetep yang paling baik, moga silaturahmi kita tak
terputus oleh waktu. Buat adi (lonthok), agus (sipit), makasih bantuannya.
xxiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak
energi potensial tekan fluida tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Penggunaan pompa yang demikian luas dengan berbagai macam jenis dan
maupun memilih tipe pompa yang tepat sesuai dengan kondisi dan lingkungan
operasi yang dilayaninya. Mulai dari tujuan penggunaannya, jenis dan sifat fluida
1
2
berfungsi untuk:
pemakaian yang sangat luas, jenis dan ukurannya pun didesain sedemikian rupa
guna memenuhi kebutuhan. Secara tekstual pompa adalah mesin yang digunakan
untuk memindahkan fluida cair dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi,
atau dari daerah bertekanan rendah ke daerah bertekanan tinggi, atau melewati
saluran dengan tahanan hidrolik tinggi. Pompa bekerja karena adanya perbedaan
tekanan antara sisi masuk dan sisi keluar dari elemen bergerak pada pompa
memindahkan fluida tersebut serta mengatasi tahanan hidrolik pipa. Sistem yang
terdiri dari pipa isap, pompa dan pipa buang disebut sistem pemompaan
2
3
Berdasarkan pada cara pemberian energi pada aliran fluidanya maka pompa
Pompa kerja positif merupakan pompa yang mana energi dalam fluida akan
bertambah secara periodik dengan cara memberikan gaya pada lapis batas
(boundary layer) dalam suatu sistem yang tertutup, yang termasuk dalam pompa
ini adalah:
pompa menjadi energi aliran dari zat cair yang dipindahkan dengan menggunakan
elemen yang bergerak bolak–balik dalam silinder. Pompa resiprok ini dapat
dikelompokkan berdasar:
a. Cara kerja:
1) Kerja tunggal
2) Kerja ganda
3
4
c. Kapasitas :
d.. Putaran :
e. Konstruksi:
permenit
4
5
kurang baik.
tinggi.
a. Pompa vane
b. Pompa gear
c. Pompa screw
5
6
d. Pompa lobe
Pompa ini mirip dengan pompa roda gigi dalam hal aksinya dan
mempunyai dua rotor atau lebih dengan dua, tiga atau empat cuping
Pompa ini terdiri dari lengan eksentrik dan lengan bercelah pada
bagian atasnya.
membran yang fleksibel sebagai elemen pemindah positif. Pompa ini umumnya
untuk kapasitas kecil, dipakai untuk aliran jernih atau yang mengandung padatan
misalnya bubur kertas kental, air selokan bahkan campuran air dan pasir. Pompa
jenis ini kemungkinan tersumbatnya kecil dan tahan terhadap korosi oleh bahan-
6
7
sebuah saluran yang meluas, pompa ini terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
Pada pompa ini motor penggerak akan memutar impeler pompa, sehingga
zat cair yang ada didalamnya akan ikut berputar karena dorongan sudu-sudu,
7
8
impeler dengan kecepatan tinggi, selanjutnya energi kinetik diubah menjadi energi
tekan fluida dengan melewatkannya pada casing yang berupa saluran dengan
penampang yang semakin membesar, ciri-ciri serta kelebihan dari pompa ini
antara lain :
b. Bentuk lebih kecil dan bobot lebih ringan dibanding dengan pompa
jenis torak
c. Keausan yang terjadi cukup kecil karena sedikit sekali komponen yang
bergesekan
d. Biasanya beroperasi pada kapasitas yang besar namun pada head yang
Pompa sentrifugal mempunyai cakupan yang luas dalam macam dan jenisnya,
Pompa aliran radial merupakan pompa yang arah aliran fluida saat
8
9
Pompa aliran aksial merupakan pompa yang arah aliran fluida saat
poros pompa.
Pompa aliran campur merupakan yang mana fluida saat keluar dari
b. Jenis impeler
1) Impeler tertutup
pompa jenis ini cocok untuk fluida dengan sedikit sekali kotoran.
3) Impeler terbuka
9
10
c. Bentuk rumah
1) Pompa volut
2) Pompa difuser
d. Jumlah tingkat
Pompa ini hanya mempunyai satu impeler sehingga head total yang
pada satu poros, sehingga zat cair yang keluar dari impeler yang
impeler.
10
11
e. Posisi poros
1) Poros mendatar
2) Poros tegak
masuk pada satu sisi impeler saja, sedangkan tekanan yang bekerja
pada pompa jenis ini gaya aksial yang timbul dapat dinetralkan
g. Belahan rumah.
Rumah (casing) pompa jenis ini terdiri dari dua bagian yaitu
11
12
Rumah jenis ini terbagi oleh sebuah bidang yang tegak lurus
pompa
h. Kapasitas pompa
i. Tekanannya
c. Pompa pasir
12
13
I. 3 Tujuan penulisan
perancangan pompa.
pertimbangannya.
rancangan.
I. 4 Metode penulisan
PT. Inti Karya Persada Teknik (IKPT) Jakarta, kemudian dilanjutkan dengan studi
13
14
Tinjauan Masalah
14
BAB II
TINJAUAN MASALAH
Gas alam adalah salah satu bahan bakar gas yang termasuk dalam jenis
bahan bakar fosil. Gas alam berasal dari gas yang terperangkap dalam lapisan batu
kapur (limestone) reservoir minyak bumi dengan tekanan antara 350 hingga 700
bar. Gas alam terdiri dari CH4, C2H4, C2H6, serta sedikit fraksi gas-gas lain,
diantara semua bahan bakar fosil, gas alam mempunyai nilai pembakaran yang
dengan bahan bakar cair. Keunggulan itu berupa tingkat keamanan, efesiensi, dan
kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar cair. Berikut
No Masalah Perbandingan
Gas alam Minyak solar
1 keamanan Lebih aman karena lebih Kurang aman karena
ringan dari udara sehingga akan mengalir di atas
dapat dengan cepat menguap permukaan tanah jika
ke atas jika ada kebocoran terjadi kebocoran
Karena sebagai gas, Perlu disemprotkan
langsung bercampur dengan sebagai partikel
2 Pembakaran di Mesin
udara dalam pembakaran sebelum dapat terjadi
pembakaran
15
16
No Masalah Perbandingan
Gas alam Minyak solar
Menghasilkan api yang lebih Pembakarannya
Sumber : Makalah Seminar "Pengenalan Gas Alam Lapindo Brantas, Inc. Untuk
Kawasan Industri" oleh Faiz Shahab, Hyatt Hotel Surabaya, 18 April 2001.
17
Gas alam yang baru keluar dari reservoir bumi masih banyak mengandung
gas-gas lain yang sifatnya merugikan, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan
agar didapatkan gas alam yang sesuai dengan spesifikasi yang dinginkan oleh
konsumen.
yang membatasi keberadaan CO2 dan H2S , hal ini dikarenakan selain korosif
Tekanan parsial gas asam yang terkandung dalam gas alam digunakan
yang terlarut dalam air tekanan parsialnya melebihi 30 psia dan 0,05 psia untuk
H2S maka CO2 dan H2S harus dikurangi dengan alasan untuk meminimalisir
metode yang telah dikembangkan baik dengan cara kimia maupun fisika, metode
1. Unggulan padatan
2. Pelarutan kimia
3. Pelarutan Fisika
5. Permeasi gas
18
Tingginya biaya yang dibutuhkan untuk memisahkan CO2 dan H2S dari gas
alam menjadi faktor utama dalam proses ini, oleh karena itu perlu digunakan
proses yang dapat diregenerasi, salah satu proses tersebut adalah dengan
penggunaan pelarut amine untuk memisahkan CO2 dan H2S. Amine merupakan
hidrokarbon dan besarnya 0<X<3 . Amine berasal dari ammonia NH3 yang satu
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan data dari PT Inti Karya
Persada Teknik (IKPT) mengenai gas alam yang berasal dari sumur gas Merbau
Sumatra Selatan, berikut data mengenai kandungan serta karakteristik gas alam
dari sumur gas Merbau Sumatra Selatan yang termuat dalam tabel 2.3 dan tabel
2.4.
Tabel 2.3 Data gas (raw gas) di sumur gas alam Merbau Sumatra Selatan
Component % mole
C1 63,39
C2 2,81
C3 2,21
I_C4 0,38
n_C4 0,61
i_C5 0,15
n_C5 0,18
C6+ 0,97
CO2 21,01
N2 6,30
H2S 0,00
O2 0,00
Tabel 2.4 karakteristik gas alam di sumur gas Merbau Sumatra Selatan
Karakteristik Nilai
Specific Gravity 0,8620
Water Content 20 lb/MMscf
Normal Operating Temperature 1050 F
Gross Heating Value 900 btu/Mscf
WellHead Operating Pressure 1100 psig
Header Manifold Normal Operating Pressure 750 psig
Condensate Yield (C6+and Heavier Properties Data For 15bbls/MMscf
Hypotetycal C8)
Wind Velocity (Assumption) 40 mph
Gas alam dengan data seperti di atas kemudian diolah dengan activated
methyl di-ethanol amine process (a MDEA process). Proses ini diawali gas alam
dengan debit 84 MMSCFD (1.000.000 Standart Cubic Feed Day), tekanan 650
psig, temperatur 1020F serta lean amine dengan debit 73000 lb/jam masuk
kedalam absorber, selanjutnya didalam absorber terjadi kontak antara gas alam
dengan lean amine sehingga terjadi CO2 dari gas alam terikat oleh lean amine,
akibat dari hal tersebur konsentrasi CO2 yang keluar darti absorber turun dari
Amine yang telah menyerap CO2 disebut sebagai rich amine. Proses
selanjutnya rich amine diflash dalam Hpflash yang beroperasi pada 58 psig, 1670F
dengan tujuan untuk melepaskan sebagian CO2 dan hidrokarbon yang terserap.
panasnya dengan lean amine (amine yang tidak mengandung CO2), didalam heat
20
excanger suhu rich amine naik dari 1710F menjadi 2110F, sedangkan lean amine
masuk kedalam heat excanger dengan suhu 2300F dan keluar dengan suhu 1890F.
Tujuan pertukaran panas ini adalah pemanfatan energi panas dalam lean amine
untuk menaikkan suhu rich amine sehingga sebagian CO2 dn HC dapat telepas.
CO2 yang telarut dengan cara destilasi dengan menggunakan media pemanas hot
oil, dengan lepasnya CO maka rich amine berubah menjadi lean amine. Lean
amine selanjutnya didinginkan di amine regenator over head coller sampai suhu
sampai 88 psig dengan menggunakan lean amine booster pump, selanjutnya lean
tekanannya mencapai 788 psig dan kemudian masuk ke CO2 absorber. Lean
amine yang masuk kedalam absorber kemudian bercampur dengan gas alam dan
proses pemisahan CO2 dari gas alam berlangsung kembali, setelah dilakukan
pemisahan CO2 dari gas alam seperti proses diatas, maka akan didapatkan gas
Tabel 2.5 Spesifikasi produk di sumur gas alam Merbau Sumatra Utara
Pada skripsi ini penulis bermaksud untuk merancang pompa Lean Amine
Pump untuk mengalirkan lean amine dari lean amine booster pump ke CO2
21
tempat dari permukaaan air laut, diluar atau didalam gedung, fluktuasi
temperatur.
a. Kesadahan
pompa.
c. Viskositas
sebab ketika tekanan turun maka gas ini akan dilepas dari cairan
hisap.
korosifnya.
f. Karakteristik penguapan
g. Temperatur
Enginering)
1. Jika elemen berputar (impeller) terbuat dari bahan yang berbeda dengan
pemuaian.
yang awalnya terpasang erat pada saat dingin mungkin akan longgar
maupun headnya, dari data dilapangan besanya kapasitas dan tekanan pompa
masing–masing sebesar 1500 GPM dan tekanan isap 88 psig serta tekanan
pengisian 788 psig, dengan demikian maka dapat dihitung rancangan head pompa
sebagai berikut.
24
Head total pompa adalah dengan pertambahan energi fluida antara ujung
sisi inlet dengan sisi outlet, head total juga berarti selisih head pada sisi discharge
dan pada sisi suction. Head total adalah kemampuan pompa untuk mendorong
fluida untuk mengalir melalui sistem, pada dasarnya head total adalah
1. Head statis yaitu head yang besarnya tidak dipengaruhi oleh kecepatan
Pdr − Psr
H st = + Hz (2.1)
γ
2 2
c − c sr
H d = ∑ Δhs + ∑ Δhd + dr (2.2)
2g
2 2
dimana :
Hz = perbedaan tinggi muka air disisi delivery reservoir dengan reservoir isap
= 10 m
Pdr − Psr
H st = + Hz
γ
(554030 − 61870)
= + 10
1028
= 489.75 m
26
Head looses pada sisi isap ΣΔhs serta pada sisi tekan ΣΔhd terdiri dari
kerugian gesek dalam pipa, kerugian pada belokan, serta kerugian pada katup
isap. Kerugian gesek pada pipa dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
10.666Q 1.85
h f = 1.85 4.85 L (2.4)
C D
dimana;
0.25 ⋅ π ⋅ D ⋅ D
R=
π ⋅D
= 0.25 ⋅ D
= 0.25 ⋅ 250 mm
= 62.5 mm
10.6660.09461.85
h fs = 10
1301.850.254.85
= 0.138 m
27
0.25 ⋅ π ⋅ D ⋅ D
R=
π ⋅D
= 0.25 ⋅ D
= 0.25 ⋅ 200 mm
= 50 mm
D = 4 x 50 = 200 mm = 0.20 m
10.666 ⋅ 0.09461.85
h fd = 18
1301.85 0.20 4.85
= 0.737 m
v2
hf = f (2.5)
2g
dimana;
f = koefisien kerugian
⎛ ⎛ D ⎞ ⎞⎟⎛ θ ⎞
3.5 0.5
⎜
f = 0.131 + 1.847⎜ ⎟ ⎜ ⎟ (2.6)
⎜ ⎝ 2 R ⎠ ⎟⎠⎝ 90 ⎠
⎝
28
dimana;
⎛ ⎛ 1 ⎞ ⎞⎟⎛ 90 ⎞
3.5 0.5
⎜
f = 0.131 + 1.847⎜ ⎟ ⎜ ⎟
⎜ ⎝ 2 ⎠ ⎟⎠⎝ 90 ⎠
⎝
= 0.249
Q
vs =
0.25 ⋅ π ⋅ D 2
0.0946
=
0.25 ⋅ π ⋅ 0.25 2
= 1.928 m / s
Q
vd =
0.25 ⋅ π ⋅ D 2
0.0946
=
0.25 ⋅ π ⋅ 0.20 2
= 3.0127 m / s
1.928 2
h fs = 0.249
2 ⋅ 9.801
= 0.0472 m
3.0127 2
h fd = 0.249
2 ⋅ 9.801
= 0.116 m
29
v2
hf = fv (2.7)
2g
dimana;
sehingga;
1.928 2
h f = 1.72
2 ⋅ 9.801
= 0.326 m
2 2
c − csr
H = H st + H ftotal + dr
2g
3.0127 2 − 1.928 2
= 489.75 + 1.5274 +
2 ⋅ 9.801
= 489.75 + 1.5274 + 0.273
= 491.55 m
= 1613 ft
30
apabila setiap komponen pompa sesuai dengan kondisi kerja, dengan kondisi kerja
yang ada lean amine pump harus dapat memompakan fluida kerja dengan
kapasitas, tekanan serta berbagai sifat fluida yang telah ditentukan secara opimal.
1. Sentrifugal
Jenis ini digunakan karena pompa dapat bekerja pada tekanan tinggi
2.2, dimana pompa dengan kapasitas 1500 gpm termasuk pompa jenis
sentrifugal.
2. Bertingkat banyak
3. Poros mendatar
dalam pemasangan.
31
(Sumber : Wiliam HS, Fluid Mover, pump, comprssors, fans&blowers, hal :119)
Head yang terlalu tinggi akan menyebabkan pompa tidak mampu untuk
mencapai efesiensi total yang tinggi, karena untuk melayani head yang tinggi
semakin besar, dengan dimensi impeler yang besar maka gaya sentrifugal yang
ditimbulkan juga besar, hal ini akan menuntut bahan yang kuat untuk menahan
gaya sentrifugal, selain itu saluran yang panjang dan sempit juga menimbulkan
rugi-rugi yang semakin besar yang pada gilirannya akan menurunkan efesiensi
pompa, berdasarkan alasan tersebut maka untuk melayani head yang tinggi maka
poros yang pada gilirannya akan memperbesar dimensi pompa. Besarnya dimensi
pompa akan menuntut poros yang panjang sehingga jarak antar bantalan
itu perlu direncanakan jumlah tingkat yang sesuai untuk efesiensi yang optimal.
Pada perancangan pompa radial satu tingkat head maksimal yang dapat dilayani
dibatasi sebesar 100 m (Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompressor), kita dapat
optimal.
Jika head total pompa yang direncanakan adalah 1613 ft atau 492m maka
Ht
Imin = (2.5)
100
492
= = 4.92 tingkat
100
= 5 tingkat.
yang dapat dipakai antara lain : motor listrik, motor bakar, gas engine, turbin uap,
adapun yang paling sering dipakai adalah motor listrik dan motor bakar. Gas
33
engine dan turbin uap dipakai pada kondisi-kondisi khusus di industri dan
pertambangan, dalam pemakaiannya motor listrik, motor bakar, gas engine, turbin
1. Motor listrik
Keuntungan :
Kekurangan :
2. Motor bakar
Keuntungan :
Kerugian :
d. Menimbulkan polusi
3. Gas engine
Keuntungan :
b. Relatif ringan
Kekurangan :
Penulis memilih gas engine dalam perancangan pompa kali ini, dengan
pertimbangan adanya gas bertekanan dilokasi kerja yang dapat digunakan sebagi
sumber tenaga gas engine. Gas engine kemudian digunakan untuk memutar
pompa, dimana putaran tersebut harus dapat memenuhi besar putaran yang
memilih besar putaran pompa sebesar 3000 rpm dengan alasan untuk
menghasilkan energi potensial tekan yang tinggi maka dibutuhkan energi kinetik
serta gaya sentrifugal yang besar, sedangkan untuk menghasilkan energi kinetik
tingkat sebesar 323 ft maka putaran pompa adalah 3000 rpm, dengan besar
putaran 3000 rpm maka putaran pompa dapat diterima. Efesiensi pompa dapat
n Q
ns = (2.6)
H 3/4
3000 1500
=
323 3 / 4
= 1526
36
Gambar 2.4 Grafik efesiensi pompa sebagai fungsi kapasitas dan spesific speed
(sumber : Pump Hand Book, Mc Graw Hill Book Company, 1978)
Efesiensi pompa berbagai tingkat dapat diketahui dengan melihat gambar 2.3 serta
menghitung head dan kecepatan spesifik pompa. Hasil perhitungan tersebut dapat
Tabel diatas memperlihatkan bahwa efesiensi akan naik jika pompa dibuat
dengan tingkat yang semakin banyak, akan tetapi jumlah tingkat tingkat yang
terlalu banyak akan mnyebabkan poros semakin panjang dan dimensinya semakin
yang harus dirancang sebagai lean amine pump adalah sebagai berikut :
Efesiensi 83 %
PERENCANAAN IMPELER
3. 1 Segitiga kecepatan
berputar, dengan menganggap bahwa aliran fluida terjadi adalah aliran dua
dimensi, dan bahwa fluida mengikuti sudu-sudu impeler dengan tepat, kecepatan
masuk dan keluar untuk suatu impeler yang mempunyai sudu-sudu mengarah ke
suatu titik pada impeler relatif terhadap tanah, w adalah kecepatan partikel fluida
relatif terhadap impeler, dan c adalah kecepatan absolut partikel fluida yang
β, sudut β juga merupakan sudut yang dibuat antara garis singgung terhadap sudu
Umumnya diagram kecepatan fluida pada impeler seperti pada Gambar 3.1
ukuran aktual dan kecepatan dimana impeler itu beroperasi, karena kecepatan
spesifik adalah fungsi proporsi impeler, oleh karena itu kecepatan spesifik
39
40
yang secara geometris sama dengan diameter tertentu apabila ukurannya diubah
n Q
n sq = 3
(3.1)
H 4
ρ ⋅Q
n sp = n 3
(3.2)
75.H 2
40
41
Besaran lain yang juga sering digunakan untuk menentukan jenis impeler
yang juga diturunkan dari persamaan kecepatan spesifik. Bilangan bentuk ( nsf )
1000 n ⋅ Q
n sf = = 3 ⋅ n sq
( 3
60 g .H 4 ) (3.3)
Pompa dengan aliran masuk ganda ( double suction ) maka harga kecepatan
spesifiknya dihitung dengan menggunakan kapasitas salah satu sisi aliran masuk
atau setengah dari kapasitas total, sedangkan pompa dengan satu aliran masuk
Parameter utama yang biasa dipakai untuk menentukan tipe impeler yang
memiliki bentuk impeler yang sama akan memiliki kecepatan spesifik yang sama
walaupun ukuran dan putaran kerjanya berbeda, jadi apabila kecepatan spesifik
telah ditentukan maka bentuk impeller pompa tertentu pula, dengan kata lain
41
42
a. Impeler aliran radial : Arah aliran keluar fluida tegak lurus terhadap
b. Impeler tipe Francis : Arah aliran keluar fluida tegak lurus terhadap
poros pompa tinggi; Kapasitas besar; Tinggi tekan rendah; Bentuk sudu
d. Impeler aliran aksial ( tipe propeler ): Arah aliran keluar fluida searah
42
43
Berdasarkan data pada Bab II, bahwa pompa yang direncanakan memiliki :
3000. 0.946
n sq = 3
98.32 4
= 29.57
3000. 1500
n sqE = 3
322.6 4
= 1526
1028 ⋅ 0.0946
n sp = 3000 ⋅ 3
75 ⋅ (98.32 2 )
= 109.4
adalah tipe radial ( nsf = 30 Æ 90 ), sesuai dengan klasifikasi tipe impeler yang
43
44
Selanjutnya diperoleh :
4 2
H < 0,0464 ⋅ 3000 3 ⋅ (0.0946) 3
H < 416.8 m
dari hasil tersebut diketahui bahwa tinggi tekan pompa untuk tiap tingkatnya
masih dalam batas yang diijinkan artinya tidak melebihi batas maksimal tinggi
44
45
3. 3 Daya Pompa
Besarnya energi atau daya yang dibutuhkan untuk memutar poros pompa
dipengaruhi oleh kapasitas pompa, tinggi tekan total pompa, berat jenis fluida
yang dipompakan, serta efisiensi total pompa tersebut. Daya yang dibutuhkan
γ ⋅Q ⋅ H
Psh = (3.5)
75 ⋅ η t
Dengan demikian besar daya yang dibutuhkan pompa pada kondisi kerja yang
direncanakan :
= 768 HP
beban yang tidak selamanya kontinyu dan direncanakan dalam waktu lama, maka
diperlukan cadangan daya pada kondisi overload yang cukup besar, di samping itu
juga untuk mengantisipasi tinggi tekan dinamis pada instalasi karena usia, pada
45
46
untuk pompa dengan kondisi operasi kontinyu besar cadangan daya yang harus
3. 4 Dimensi impeler
sendiri, tetapi walaupun prosedur itu mempunyai metode perhitungan yang sedikit
pada perancangan impeler kali ini dengan tipe impeler (single curvature ). Untuk
impeller yang meliputi ukuran diameter poros, diameter mulut isap, diameter awal
sisi masuk (ujung permulaan sudu), lebar roda, diameter luar dan sudut sudu,
46
47
impeler ( φ1 ).
8. Perhitungan sudut β1 .
impeller.
beban-beban yang akan diterimanya. Suatu poros biasanya akan menderita satu
47
48
2. Beban lengkung ( bending force ). Beban ini bisa berupa beban mati
dari poros itu sendiri, berat impeler serta bagian-bagian lain yang
membebani poros, serta akibat gaya radial yang lain seperti gaya
3. Gaya aksial ( axial force ). Beban ini diakibatkan oleh berat poros
itu sendiri jika poros dipasang vertikal serta dorongan dalam arah
lengkung dan beban aksial. Untuk itu, untuk pertama kalinya dimensi poros
diameter poros ( dsh ) dapat dihitung dengan rumus persamaan (Sularso, Dasar
d sh = ⎜⎜ ⋅ Kt ⋅ Cb ⋅ T ⎟⎟ (3.6)
⎝τa ⎠
48
49
besar, diasumsikan beban kejut yang terjadi tidak terlalu besar, dengan
P
T = 71620 (3.7)
N
8 83.2
T = 71620
3000
= 210850 Nm
Selanjutnya dipilih bahan poros dari baja nikel khrom molibden dengan
49
50
σu
τa = (3.8)
S f 1 ⋅ Sf 2
tingkat pada poros atau karena adanya alur pasak. diambil = 1,3
100
τa =
5 ⋅ 1,3
= 15.38 kg / mm 2
50
51
1/ 3
⎛ 5.1 ⎞
d sh = ⎜ ⋅ 1.5 ⋅ 2 ⋅ 210850 ⎟
⎝ 15.38 ⎠
= 209753.25 1/ 3
= 59.4 mm
Fluida yang telah keluar dari impeler, mempunyai tekanan yang lebih tinggi
daripada fluida yang masih ada di sisi masuk impeler, karena harus ada celah
antara impeler yang sedang berputar dengan casing yang diam, sebagian air yang
telah dikeluarkan dari impeler akan kembali ( bocor ) ke arah sisi masuk. Oleh
karena itu untuk memperoleh kapasitas air yang dikeluarkan impeler seharusnya
lebih besar dari kapasitas pompa. Jumlah aliran total melalui impeler adalah
kapasitas pompa (Austin H.Chruch, Pompa dan Blower sentrifugal, hal 93).
Kebocoran ini tidak mempengaruhi head pompa tetapi sangat berpengaruh pada
kapasitas fluida yang melewati impeler, oleh karena itu jumlah kebocoran ini
51
52
Q
Q′ = (3.9)
η vol
5.678
Q′ =
0,93
= 6.105 m 3 / menit
= 0.10175 m 3 / det ik
c m1 = K cm1 ⋅ 2 ⋅ g ⋅ H (3.10)
harga Kcm1 dapat dicari dengan menggunakan gambar 3.4 (grafik hubungan Kcm1
52
53
Dari gambar 3.4 maka dapat dicari besarnya Kcm1 berdasarkan kecepatan
besar kecepatan aksial air masuk impeler biasanya 1.5 m/s hingga 12 m/s, jika
co = 0.95 ⋅ C m1
= 0.95 ⋅ 7.245
= 6.88 m / s
Q′
Ao = (3.12)
co
0.10175
Ao =
6.88
= 0.014789 m 2
= 14789 mm 2
53
54
d h = 1.3 ⋅ 65
= 84.5 mm
π ⋅ dh2
Ah = (3.14)
4
π ⋅ 84.5 2
=
4
= 5605.09 mm 2
'
d h = (1.35 − 1.5) ⋅ d sh selanjutnya ditentukan
d h = 1.5 ⋅ 65
= 97.5 mm
Luas penampang masuk total ( Ao’ ) dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas
Ao’ = Ao + Ah (3.15)
'
4 ⋅ Ao
do = (3.16)
π
54
55
4 ⋅ 20394.09
do =
3.14
= 24979.73
= 161.18
Pada perancangan ini, sudu yang yang direncanakan adalah sudu dengan
lengkungan tunggal (single curvature), untuk menentukan besar sudut sisi masuk
(β1), maka terlebih dahulu mengetahui besar kecepatan keliling pada sisi inlet
π ⋅d ⋅n
u1 = (3.17)
60
sudu impeler dalam arah radial (tegak lurus sumbu poros impeler ) maka sudut
sisi masuk sudu (β1) adalah (Stephen Lazarkeiwiccz, Impeler Pump, hal: 134) :
55
56
C m1 (3.18)
tg β1 =
u1
⎡C ⎤
β1 = arc tg ⎢ m1 ⎥
⎣ u1 ⎦
⎡ 7.245 ⎤
= arc tg ⎢ ⎥
⎣ 20.04 ⎦
= 19.5 0
adalah lebih kecil dari yang seharusnya dimiliki, oleh karena itu untuk
β 1 = β 1 + ∂1 (3.19)
= 19.50 + 40
= 23.50
persamaan :
Cm1’ = u1 tg β1’
= 20.04 tg 23.5
= 8.87 m/s
56
57
A1
b1 = (3.20)
π ⋅ d1
dengan mengasumsikan bahwa jumlah sudu pada impeler (z) adalah 8 buah maka
panjang lingkar antar sudu atau panjang pitch pada sisi masuk impeler (t1) adalah
π ⋅ d1
t1 = (3.21)
z
3.14 ⋅ 130
=
8
= 51.025 ≈ 51 mm
Tebal sudu pada ujung sisi masuk dalam arah keliling (Su1) dapat ditentukan
s1
S u1 = (3.22)
sin β 1
6
S u1 =
sin 23.5
= 15.54 mm
57
58
t1
ϕ1 = (3.23)
t1 − S u1
51
=
51 − 15.54
= 1.326
Q'
A1 = ϕ (3.24)
C m1
0.10175
A1 = 1.326
7.245
= 0.018622 m 2
= 18622 mm 2
dari hasil-hasil diatas maka dapat diketahui lebar sisi masuk impeler (b1), yaitu :
18622
b1 =
3.14 ⋅ 130
= 45.62 mm ≈ 46 mm
58
59
2
⎡ C ⎤
+ ⎢ m 2 ⎥ + g ⋅ H th ⋅ (1 + C p )
Cm2
u2 = (3.25)
2 tg β 2 ⎣ 2 tg β 2 ⎦
dimana ; Hth : head teoritis impeler dengan jumlah sudu yang terbatas (m)
β2 : sudut sisi keluar sudu dibatasi antara 150 – 350, dipilih β2 = 300
Besar head teoritis impeler dengan jumlah sudu yang terbatas (Hth), dapat
H
H th = (3.26)
ηh
ηh : efisiensi hidrolis
nq 10 15 20 30 50 100
ηh 0.86 0.91 0.94 0.96 0.97 0.98
Sumber : (Fritz Dietzel, Turbin Pompa Dan Kompresor, 1993, hal : 258)
η 29.57 − η 20 29.57 − 20
=
η 30 − η 20 30 − 20
η 29.57 − 0.94 9.57
=
0.96 − 0.94 10
η 29.57 = 0.959
59
60
98.32
H th =
0.959
= 102.52 m
persamaan :
C m 2 = K cm 2 ⋅ 2 ⋅ g ⋅ H
selanjutnya dari grafik 3.4 dapat ditentukan besarnya kcm2, berdasarkan harga
kecepatan spesifik nsq = 29.57, maka besar kcm2 adalah 0.122 sehingga :
Cm2
= 0.7 − 0.75 (3.27)
C1
5.357
= 0.739
7.245
2
5.357 ⎛ 5.357 ⎞
u2 = + ⎜⎜ ⎟⎟ + 9.806 ⋅ 102.5 ⋅ 1.35
2 tg 30 ⎝ 2 tg 30 ⎠
= 41.77 m / s
60 ⋅ u 2
d2 = (3.28)
π ⋅n
60
61
60 ⋅ 41.77
d2 =
3.14 ⋅ 3000
= 266 mm
A2
b2 = (3.28)
π ⋅ d2
untuk mendapatkan b2 maka terlebih dahulu perlu mengetahui lebar pada sisi
π ⋅ d2
t2 =
z
3.14 ⋅ 270
=
8
= 105.97 mm
kemudian untuk mengetahui besar (A2), maka terlebih dahulu ditentukan harga
ketebalan sudu pada sisi keluar dalam arah keliling (Su2) dengan menggunakan
persamaan :
S2
Su2 =
sin β 2
61
62
5
Su2 =
sin 30
= 10 mm
t2
ϕ2 =
t2 − Su2
105.97
=
105.97 − 10
= 1.1
hal: 139) :
Q'
A2 = ϕ 2 (3.29)
Cm2
0.10175
= 1 .1 ⋅
5.357
= 0.020893 m 2
= 20893 mm 2
62
63
20893
b2 =
3.14 ⋅ 270
= 24.6 ≈ 25 mm
ψ 1
Cp = 2 ⋅ 2
(2.30)
z ⎛r ⎞
1 − ⎜⎜ 1 ⎟⎟
⎝ r2 ⎠
kelengkungan tunggal serta untuk pompa sentrifugal dengan ring difuser atau
rumah keong sebagai casing, apabila β2 sebagaimana diketahui sebesar 300 maka :
r1 d1 130
besar = = = 0.481
r2 d 2 270
0.85 1
Cp = 2⋅ ⋅
8 1 − 0.4812
= 0.276
63
64
dengan demikian koreksi Pfleiderer yang dibatasi antara 1.25-1.35 untuk Cp diatas
dapat diterima.
Penetapan asumsi jumlah sudu sebanyak 8 buah untuk tiap impeler dapat
d 2 + d1
Z = 6 .5 sin β m (3.31)
d 2 − d1
β1 + β 2
βm :
2
dengan demikian asumsi bahwa jumlah sudu sebanyak 8 buah dapat diterima.
Lebar impeler sepanjang laluan sudu dari sisi inlet hingga ke outlet
bervariasi untuk setiap titiknya, untuk mengetahui lebar impeler (b) untuk setiap
titik maka dapat dipakai persamaan berikut (Austin H.Chruch, hal 106):
Q'
b= (3.32)
π ⋅ D⋅ ∈ ⋅C m
64
65
pada diameter titik yang ditinjau, sudut β serta jumlah sudu. Harga faktor
Z ⋅S
π ⋅D−
sin β
∈= (3.33)
π ⋅D
Pada pompa sentrifugal kecepatan fluida gerak biasa dilukiskan dalam tiga
vektor yang membentuk segitiga tertutup, untuk segitiga kcepatan pada sisi masuk
Gambar diatas menunjukkan bahwa sudut datang adalah sebesar 900, artinya
fluida memasuki impeler dalam arah radial atau tegak lurus dengan poros pompa.
persamaan:
Cm1 = u1 tg β1
u1 : 20.4
Cm1 : 9.73
β1 : 23.5
α1 : 90
C m1
w1 =
sin β 1
9.73
= = 24.4 m / s
sin 23.5
Segitiga disisi keluar impeler berbeda dengan segitiga kecepatan disisi inlet,
66
67
u1 : 20.04 m/s
u2 : 41.77 m/s
β2 : 300
φ2 : 1.27
φ1 : 1.42
Cu2 : u2 – wu2
Cm2 5.357
Cm2’ : = = 4.75 m / s (3.34)
ϕ2 1.127
Kecepatan absolut arah tangensial diisi outlet impeler dapat ditentukan dengan
67
68
Cm2 '
Wu 2 =
tan β 2
4.75
=
tan 30
= 8.22 m / s
= 41.77 – 8.22
= 33.55 m/s
Penyimpangan aliran fluida terjadi saat fluida mengalir melalui laluan sudu
ini mengakibatkan fluida meninggalkan impeler dengan sudut yang lebih kecil
dari sudut β2. Kejadian seperti ini disebut slip, besar slip dapat ditentukan dengan
π ⋅ sin β 2
μ =1 − (3.36)
z
3.14 sin 30
μ =1 − = 0.803
8
C u2 = μ Cu2
= 0.803 ⋅ 33.55
= 26.96 m/s
68
69
Cm2
w2 =
sin β 2
5.357
=
sin 30
= 10.714 m / s
⎞
⎛ Cm2
α 2 = arc tan⎜⎜ ⎟⎟
⎠
⎝ Cu 2
⎛ 5.357 ⎞
= arc tan⎜ ⎟
⎝ 33.55 ⎠
= 9.07 0
⎛ Cm2 ' ⎞
α 2 ' = arc tan⎜⎜ ⎟⎟
⎝ Cu 2 ' ⎠
⎛ 4.75 ⎞
= arc tan⎜ ⎟
⎝ 26.96 ⎠
= 9.99 0
Berdasarkan hasil diatas nampak bahwa terjadi pembesaran sudut α2, hal ini
terjadi sebagai akibat adanya pengaruh jumlah sudu serta adanya aliran pusar,
tangensial.
yang terlalu besar akan membuat terjadinya separasi fluida dalam laluan impeler,
dan akibatnya akan terjadi kondisi turbulensi yang tinggi. Turbulensi yang besar
69
70
akan menyebabkan kerugian pada unjuk kerja pompa. Sebaliknya, jika sudut
divergensi terlalu kecil maka turbulensi akan semakin kecil. Tetapi dengan sudut
divergensi yang kecil akan membentuk laluan fluida dalam impeler menjadi
panjang. Hal ini menyebabkan gesekan cukup besar pada permukaan sudu.
sehingga tidak terjadi laluan yang terlalu panjang atau pendek adalah sudut
overlap ( υ ) ( lihat Gambar 3.8 ),sudut ini sebaiknya untuk jumlah sudu 5 – 9,
berada pada rentang 35° - 50° (Stephen Lazarkeiwiccz, Impeler Pump, hal: 168).
70
71
pada suatu asumsi bahwa pergeseran sudut dari β1 hingga β2 merupakan fungsi
jari-jari( r ). Besarnya sudut φ suatu titik didapat setelah mengetahui besarnya jari
jari ( r ) dan sudut β titik tersebut diketahui. Nilai r dan β akan memberikan
gambaran dimana posisi titik tersebut dalam suatu bidang koordinat, selanjutnya
setelah didapatkan rangkaian titik –titik tersebut maka titik tersebut dapat
diantara jari - jari serta memiliki sudut dϑ yang dibuat sangat kecil, maka :
PT
PT=
tan β
radius dr maka kedua persamaan tersebut dapat ditulis dalam persamaan berikut :
dr
rdϑ =
tan β
71
72
sehingga :
dr
dϑ =
r ⋅ tan β
180
mengalikannya dengan maka akan diperoleh suatu pesamaan untuk sudut ϑ
π
180 dr
ϑ= ⋅ ∫ rr1 (3.37)
π r ⋅ tan β
Bentuk integrasi ini dapat diselesaikan dengan menggunakan data yang ada
dengan cara membagi besar antara r1 dan r2 menjadi beberapa bagian (dalam hal
ini 15 bagian) yang selanjutnya disusun dalam tabel.3.5 dan lebar laluan (b) untuk
Hasil perhitungan variasi sudut β dan ϑ pada berbagai variasi r dapat dilihat
antara lain kondisi fluida kerja, temperatur, tekanan, putaran kerja, sehingga
72
73
Sifat fluida yang korosif dan abrasif mengharuskan impeler dibuat dari
bahan yang memiliki ketahanan tinggi terhadap kondisi tersebut, dalam skripsi ini
penulis memilih material berupa perunggu fosfor cor. Pemilihan ini didasarkan
pada sifat bahan ini memiliki kekuatan tarik yang cukup tinggi, tahan panas serta
tahan korosi. Material yang dipilih adalah perunggu fosor cor PBC 2B cetakan
logam menurut standar JIS H 5113 sebagai bahan material impeler. Sifat-sifat dan
Tegangan geser yang diijinkan (τa) untuk bahan diatas dengan persamaan
σu
τa = (3.38)
S f 1 ⋅ Kt
maka diperoleh :
30
τa =
6 ⋅ 1 .5
= 3.33 kg / mm 2
73
74
2 ⋅T
F=
D
D=dh’=97.5 mm
Sehingga :
2 ⋅ 210850
F=
97.5
= 4325 kg
F
S h min =
τ ⋅ π ⋅ dh'
4325
=
3.33 ⋅ 3.14 ⋅ 97.5
= 4.24
F
τ=
A
4⋅ F
=
π ⋅ dh ' 2
4 ⋅ 4352
=
3.14 ⋅ 97.5 2
= 0.579 kg / mm 2
= 57.9 kg / mm 2
74
75
direncanakan cukup aman untuk menerima beban geser serta mampu untuk
75
76
76
77
R tg β 1 Bn + Bn −1 Σ ∆a 180
B= Δa = Δr ⋅ ∂' = ΣΔa
R tg β 2 π
0.0282 35.460 0 0 0
77
78
78
79
27
24
21
18
Cm, w (m/s)
15
12
0
0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11 0.12 0.13 0.14
Jari - Jari
cm
w
Gambar 3.10 Grafik variasi Cm dan w terhadap jari-jari
79
BAB IV
dalam sebuah pompa. Saluran ini berfungsi untuk mengalirkan fluida menuju
kearah impeler dan memiliki pengaruh pada distribusi kecepatan fluida diujung
masuk impeler serta keseragaman suplai fluida yang dialirkan. Saluran ini akan
memberikan hasil yang terbaik apabila penampang melintang saluran ini mengecil
secara perlahan – lahan. Bentuk yang seperti ini akan meningkatkan kecepatan
aliran fluida secara mulus serta menjamin bahwa garis alir (stream line) berimpit
memisahkan diri dari permukaan garis alir tersebut, ada beberapa jenis saluran
1. Lurus
Bentuk ini memiliki sisi atas yang lurus dengan tujuan untuk
2. Melengkung
80
81
besar.
3. Konsentris
4. Volut
Saluran masuk jenis ini memiliki ruang pemakaian yang luas, saluran
masuk jenis ini sering dipakai pada pompa baik bertingkat banyak
5. Mulut lonceng
Bentuk saluran masuk jenis ini banyak dipakai terutama pada pompa
aliran digonal dan dipakai pada pompa berkapasitas besar dan pompa
propeler.
Penulis memilih saluran masuk bentuk konsentris pada perancangan kali ini,
dengan alasan selain bentuk saluran ini lazim dipakai untuk pompa bertingkat
banyak, juga cocok untuk digunakan pada pemompaan dengan kapasitas yang
tinggi.
Fluida yang keluar dari impeler memiliki kecepatan yang tinggi akibat
3. Volute casing
yang lebih kecil, difuser juga menghasilkan gaya radial yang relatif kecil, karena
alasan diatas, pada perancangan pompa kali ini digunakan difuser untuk
memerlukan suatu saluran yang berfungsi untuk mengarahkan aliran fluida yang
meninggalkan difuser pada suatu tingkat ke impeler tingkat berikutnya, hal ini
diantaranya adalah :
karena tingginya tingkat kesulitan dalam proses pembuatan Vaned U turn, dan
untuk mengurangi bobot serta diameter luar rumah pompa, maka pada
sudu simetris yang diletakkan melingkar di sekeliling impeler di mana antara sudu
yang satu dengan sudu yang lain membentuk jalan lintasan fluida yang makin
melebar secara halus dari sisi masuk hingga ke sisi keluar, karena itu biasa juga
cukup banyak agar dapat memberikan pengarahan yang baik terhadap air yang
Pump, Hal 289) , dapat diambil beberapa besaran yang harus ditentukan terlebih
dahulu. Besar celah radial ‘clearance’ antara impeler dan difuser sekitar 1% - 4
% diameter impeller. Apabila ditentukan celah radial samam dengan 5 mm, maka
pada kisar ini hanya memberikan sedikit pengaruh pada kinerja pompa, pada
perancangan kali ini diambil tebal awal sudu difuser ( s4 ), 5 mm, ditentukan pula
lebar awal difuser ( b3 ) 2 mm lebih besar daripada lebar laluan impeler, dengan
demikian b3 = 27 mm.
Sebagai ilustrasi dimensi dan keterangan simbol dari difuser ring, dapat
kecepatan meridional pada sisi keluar impeler cm2 akan membesar menjadi cm3
86
dan sudut inklinasi α3 akan bertambah menjadi α4. Sudut α4 dapat dihitung dengan
t4
tan α 4 = K 3 ⋅ ⋅ tan α 3 (4.1)
t 4 − su 4
Di mana : t4 = pitch sudu pada jari-jari r4 ( sisi masuk cincin difuser ) (mm)
su4 = tebal sudu difuser pada sisi masuk (mm) dalam arah melingkar
s4
yang dirumuskan : s u 4 =
sin α 4
t4
= koefisien penyempitan pada sisi masuk cincin difuser yang
t 4 − su 4
kecepatan, dan adanya arus sekunder antara impeler dan cincin difuser.
Koefisien k3 tergantung pada jumlah sudu difuser dan sudut keluar impeler
untuk sudut keluar impeler, β ≈ 30º, jumlah sudu impeler, zi = 8, dan jumlah sudu
t4
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap nilai :
t 4 − su 4
π ⋅ d4 π ⋅ 280
t4 = = = 109.9 mm.
zd 8
87
s4 4
su 4 = = = 14.882
sin α 4 sin 19.6310
t4 109.9
= = 1,1566≈1,156
t 4 − su 4 109.9 − 14.882
Berdasarkan hasil atas diketahui bahwa asumsi awal yang diambil tidak jauh
diterima.
Luas sisi masuk tiap sudu pada difuser dapat dihitung dengan persamaan
Ad
ad = (4.2)
zd
Luas total sisi masuk difuser ring dapat diperoleh dengan persamaan :
Q′
Ad = (4.3)
cd
cd = K cd ⋅ 2 ⋅ g ⋅ H (4.4)
dimana : Kcd = konstanta kecepatan difuser yang diperoleh dari gambar 4.2,
0.10175
Ad = = 0.00610 m2 = 61 cm2
16.68
61
ad = = 7,625 cm2
8
ad
e4 = (4.5)
b3
89
7.625
e4 = = 2.82 cm = 28.2 mm.
2.7
rB = r4 + e4 + s4
1
ρ = (r4 + rB ) (4.7)
2 cos α 4
1
ρ = (140 + 170) = 162.85 mm.
2 cos17,857 0
90
adalah :
diambil l = 90 mm.
dari luas tersebut, dapat diperoleh besarnya kecepatan fluida keluar dari cincin
difuser :
Q′
c5 = (4.10)
A5
0.10175
c5 = = 28.26 m/s
0.0036
91
Sudut divergensi dari laluan difuser seharusnya tidak terlalu besar, hal ini
untuk menghindari terjadinya separasi fluida, untuk cincin difuser dengan laluan
⎛ e 5 −e 4 ⎞
δ = arctan⎜ ⎟ (4.11)
⎝ 2⋅l ⎠
⎛ 45 − 28.2 ⎞
δ = arctan⎜ ⎟ = 10.60 º
⎝ 2 ⋅ 90 ⎠
sudut diatas masih didalam batas wajar karena dibawah 11o, dari hasil tersebut
ternyata sudut divergensi cincin difuser yang direncanakan masih dalam batas
Sifat fluida yang korosif dan abrasif mengharuskan difuser dibuat dari bahan
yang memiliki ketahanan tinggi terhadap kondisi tersebut, dalam skripsi ini
penulis memilih material yang sama dengan material impeler yaitu berupa
perunggu fosfor cor. Pemilihan ini didasarkan pada sifat bahan ini memiliki
kekuatan tarik yang cukup tinggi, tahan panas, kemampuan untuk dicor yang baik,
merupakan bagian pompa yang berputar. Material yang dipilih adalah perunggu
92
fosor cor PBC 2B cetakan logam menurut standar JIS H 5113 sebagai bahan
material impeler. Sifat-sifat dan kandungan bahan tersebut adalah sebagi berikut :
Sudu pengarah balik yang direncanakan dalam perancangan ini adalah sudu
pengarah balik dengan U-turn tanpa sudu. Data awal yang diperlukan untuk
Sudut inklinasi aliran fluida yang keluar dari difuser dan akan masuk ke
lengkung U berkurang dari α5 menjadi α6, hal ini dikarenakan adanya jumlah sudu
yang tertentu pada cincin difuser, hal diatas dapat dilihat dalam Gambar 4.3 :
93
Gambar 4.4 Pengaruh jumlah sudu pada distribusi kecepatan keluar difuser
(Sumber : Stephen Lazarkeiwiccz, Impeler Pump, hal: 292)
1 ⎛ r ⎞
cu 6 = ⎜⎜ cu 5 + c pd 2 cu 3 ⎟⎟ (4.12)
1 + c pd ⎝ r5 ⎠
Di mana :
cu3 : kecepatan aliran dalam celah antara impeler dan cincin difuser
r5 ⋅ψ d
2
C pd = (4.13)
z d ⋅M st
Di mana :
M st=
2
(
1 2
r5 − r3
2
)
dengan r3 = jari-jari celah antara impeler dan difuser yang diperoleh sbb :
1
r3 = r2 + (r4 − r2 ) = 135 + 1 (140 − 135) = 137.5 mm
2 2
sehingga, M st=
1
2
(0.200 2 − 0.1375 2 ) = 0.010546 m 2 =10546mm2
0.2 2 ⋅ 0.9
dan, C pd = = 0.4266
8 ⋅ 0.010546
U, dapat diperoleh :
1 ⎛ 0.135 ⎞
cu 6 = ⎜ 24.95 + 0.4266 ⋅ ⋅ 26.96 ⎟ = 33.41 m/s
1 + 0.4266 ⎝ 0.2 ⎠
Dengan memperoleh cm6 dan cu6, maka besar sudut inklinasi α6 dapat
ditentukan sebesar :
⎛ cm6 ⎞ ⎛ 13.27 ⎞
α 6 = arctan⎜⎜ ⎟⎟ = arctan⎜ ⎟ = 21.66 º
⎝ cu 6 ⎠ ⎝ 33.41 ⎠
95
pada sisi masuk sudu pengarah balik, menyebabkan sudut inklinasi pada sisi
masuk ( α7 )menjadi lebih besar daripada α6, hal ini dapat dirumuskan (Stephen
⎛ t7 ⎞
α 7 = arctan⎜⎜ K 7 ⋅ ⋅ tan α 6 ⎟⎟ (4.14)
⎝ t 7 − su 7 ⎠
dimana :
dirumuskan :
π ⋅ d7 π ⋅ 400
t7 = = = 157 mm
zd 8
su7 = tebal sudu sisi masuk sudu penghantar dalam arah melingkar,
dirumuskan :
s7
su 7 = ; α7 terlebih dahulu diasumsikan = 28 º, s7 = 4 mm
sin α 7
4
su 7 = = 8.52 mm
sin 28 0
96
⎛ 157 ⎞
α 7 = arctan⎜1,27 ⋅ ⋅ tan 21,66 0 ⎟ = 28,07 º
⎝ 157 − 8.52 ⎠
Bagian ujung keluar sudu penghantar balik dibuat sesuai dengan arah radial,
dengan tujuan agar sudut inklinasi pada sisi keluarnya ( α8 ) sama dengan 90º, dan
fluida yang mengalir dalam laluan ini bisa berkurang, dan saat memasuki impeler
Lebar sudu pengarah pada sisi keluar dapat diketahui dengan terlebih dahulu
ε = 5º s8 = 3 mm
π ⋅ d8 π ⋅ 150
zR = 12 t8 = = = 39.25 mm
zR 12
Tebal sudu pengarah balik arah tangensial, su8 dapat ditentukan dengan
persamaan :
97
s8 3
su8 = = = 3 mm
sin α 8 sin 90 0
t8 39.2
ψ8 = = = 1.08
t 8 − su 8 39.52 − 3
Berdasarkan data yang telah diberikan di atas, maka luas laluan sisi keluar
Q′
A8 = ψ ⋅ (4.15)
Co
0.10175
A8 = 1,08 ⋅ = 0.015972 m2 = 15972 mm2
6.88
maka lebar laluan pada sisi keluar sudu penghantar balik adalah :
A8
b8 = (4.16)
π ⋅ d8
15972
b8 = = 33.9 mm = 34 mm.
π ⋅ 150
yang digunakan untuk sudu penghantar balik juga adalah perunggu fosfor cor,
keterangan tentang sifat fisiknya sama dengan yang telah dikemukakan pada
difuser.
98
Material yng digunakan sebagai bahan casing pada perancangan ini adalah
D⋅ p
s = x⋅ y +z (4.17)
200σ t
P =γ ⋅H
= 1028 kg / m 3 ⋅ 491.6 m
= 0.50536 kg / mm 2
0.50536
s = 4.5 ⋅ 1.6 ⋅ 430 +5
200 ⋅ 22
= 5.35 mm
PERENCANAAN POROS
5. 1 Perencanaan Poros
Langkah awal dalam merencanakan sebuah poros adalah analisa beban-
beban yang bekerja padanya, pada perancangan pompa lean amine pump ini,
poros selain menerima beban puntir dari penggerak mula juga menerima beban
aksial maupun radial. Tiga beban tersebut harus diikutsertakan dalam perhitungan
dimensi poros, oleh karena itu perlu dilakukan pengecekan ulang dengan
mengikutsertakan harga beban aksial maupun radial.
Tekanan air yang bekerja pada impeler memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap nilai beban aksial, terutama pada pompa sentrifugal isapan tunggal
Sebagaimana terlihat dalam Gambar 5.1 tampak bahwa baik pada sisi kanan
maupun sisi kiri impeller bekerja suatu tekanan, akan tetapi luas bidang tekan sisi
kanan lebih besar dari pada sisi kiri, hal ini menyebabkan impeller cenderung
100
untuk terdorong kearah mulut hisap. Pada mulut hisap sebenarnya juga bekerja
gaya yang berlawanan arah dengan gaya yang bekerja pada bidang II. Gaya ini
berasal dari pembelokan arah fluida dari arah aksial kearah radial, akan tetapi
gaya ini relatif kecil sehingga resultan gaya yang bekerja pada impeller
dari seluruh gaya aksial dari masing-masing impeller, dimana selanjutnya gaya ini
harus dinetralkan. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menetralkan
a. Torak penyeimbang
ujung pompa dekat impeller tingkat terakhir. Pada salah satu sisi
torak bekerja tekanan yang berasal dari fluida yang keluar dari
b. Susunan berimbang
dengan cara ini diharapkan gaya aksial yang bekerja pada impeller
100
101
impeller yang diharapkan pada sisi ini juga terjadi pusaran fluida
d. Lubang penyeimbang
Cara ini biasa dipakai dalam pompa satu tingkat atau pompa
adanya kecepatan fluida masuk bisa diimbangi oleh gaya aksial yang
Kekurangan dari cara ini adalah adanya kerugian akibat celah dan
e. Cakram penyeimbang
101
102
dan dinding rumah dimasuki fluida bertekanan yang berasal dari impeller tingkat
terakhir melalui celah e21, akibatnya pada ruang 2 bekerja tekanan statis yang
tinggi sedangkan disisi belakang dari cakram ruang 3 terdapat ruang dengan
tekanan yang lebih rendah karena ruang ini dihubungkan dengan saluran hisap
atau dengan tangki hisap instalasi pompa. Akibat tekanan statis diruang 2 maka
timbul gaya yang menggeser kearah kanan. Gaya geser ini berlawanan arah
dengan gaya yang ditimbulkan oleh fluida yang bekerja didalam impeller sebagai
akibat luasan sebelah kanan dan luasan sebelah kiri yang tidak sama besar. Jika
gaya akibat tekanan statis diruang 2 ini besar maka, celah 23 akan melebar dan
tekanan diruang 2 akan menurun dan cakram akan kembali bergeser kekiri.
Pergerakan ini berulang-ulang dan terus menerus, dengan demikian poros harus
102
103
dapat bergerak bebas dalam arah aksial. Gerakan ini sedemikian rupa sehingga
waktu bekerja pada keadaan normal cakram tidak akan menyentuh rumah pompa.
gaya aksial yang terjadi. Hal ini dikarenakan konstruksinya yang sederhana serta
tidak membutuhkan tempat yang terlalu besar pada poros, selain itu cara ini cukup
Fluida memasuki impeller dengan keepatan c0 dengan arah gaya aksial yang
selanjutnya berbelok kearah radial. Gaya yang ditimbulkan akibat hal ini
m
F= c0 (5.1)
g
q ⋅γ
F1 = c0
g
0.10175 ⋅1028
= 6.88
9.806
= 73.38 kg
Gaya ini cenderung menyebabkan impeller menjahui sisi hisap dan bekerja
pada luasan yang dibatasi d0 dan dh, selanjutnya gaya yang bekerja pada luasan
yang sama besar namun berbeda arahnya, dirumuskan (Austin H. Church, Pompa
103
104
F2 = ( pt − po )
π
4
(d 2
o − dh
2
) (5.2)
dimana
yang dirumuskan :
3 u 22 − u12
pt − po = ⋅ γ
4 2g
3 (41.77 ) − (20.4)
2 2
= ⋅ 1028
4 2 ⋅ 9,806
= 52229,74 N/m2
π
maka,
F2 = (52229.74 )
4
(0.16118 2
− 0.0845 2 )
= 772.39 kg
FA = F1 – F2
= 772.39 – 73.38
=699.015 kg
Fat = 5 x 699.015
= 3495.074 kg
dimensi yang cocok akan besar celah e12 dan diameter cakram. Celah e12 dengan
104
105
panjang l12 berperan sebagai damper dan menahan cakram dari gerakan yang
Pump,hal 354) :
kemudian diameter cakram ditentukan sebesar 200mm. Diameter celah e12 = de2 =
Pump,hal 354):
Pump,hal354).
= 16 mm – 21mm,
kemudian dipilih sebesar 21 mm dan panjang celah l12 ditetapkan sebesar 35 mm.
1 2
H1 = (i − 1) ΔH + Hp − (u2 − ue 2 ) (5.6)
8g
105
106
π d e12 n
ue2 =
60
π ⋅ 0.0975 ⋅ 3000
=
60
= 15.3075 m / s
2 2 2
u − w2 + c0
Hp = ηh 2 (5.7)
2g
dengan ηh, w2, c0 yang harganya telah didapatkan dimuka, yaitu sebesar :
ηh : 0.959
w2 : 10.714m/s
co : 6.88m/s
u2 : 41.77 m/s
maka besar Hp :
(41.77 2 − 10.7142 )
Hp = 0.959
2 ⋅ 9.806
= 82.01m / s
maka ,
H1 = (5 − 1) ⋅ 98.32 + 82.01 −
1
8 ⋅ 9.806
(
⋅ 41.77 2 − 15.302 )
= 456.03 m / s
106
107
= 142 mm
hubungan antar H1 dan H2 adalah (Stephen Lazarkeiwicz, Impeler Pump,hal 353) :
q2
H2 = H `1
1+ q (5.8)
H2
Q=
H − H2
142
=
456.03 − 142
= 0.672
Kebocoran yang terjadi akibat adanya penyeimbang aksial berkisar antara
adalah 6% dari kapasitas total pompa, maka volume fluida yang melewati celah
=1.538 x10-4 m2
6.105 ⋅ 10-3
Kecepatan fluida melewati celah e12 (c1) = = 39.694 m / s
1.538 ⋅10- 4
Nilai Reynold number untuk aliran ini dapat ditentukan dengan menggunakan
107
108
b⋅c
ℜh = (5.9)
2⋅v
0.0005 ⋅ 39.694
ℜh =
2 ⋅ 23.86 x10− 6
= 415.9
dinding celah kasar, harga koefisien gesek tersebut dicari dengan menggunakan
0.07
λh = 0.27
(5.10)
ℜh
0.07
=
415.90.27
= 0.0137
1
Cd 1 = (5.11)
l
1.5 + λh ⋅
2⋅e
1
=
0.035
1.5 + 0.0137 ⋅
2 ⋅ 0.0005
= 0.710
=2.24 x10-4 m2
108
109
selanjutnya apabila seluruh fluida yang memasuki celah e12 juga melewati celah
e23, maka kecepatan fluida melewati celah ini dapat ditentukan dengan
6.105 ⋅10-3
persamaan: C2 = = 27.25 m / s
2.24 ⋅10- 4
Nilai Reynold number untuk aliran ini dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan :
0.0004 ⋅ 27.25
ℜh =
2 ⋅ 23.86 x10− 6
= 228.41
0.07
λh = 0.27
ℜh
0.07
=
228.410.27
= 0.0161
1
Cd 2 =
l
1.5 + λh ⋅
2⋅e
1
=
0.021
1.5 + 0.0161 ⋅
2 ⋅ 0.0004
= 0.721
109
110
cd 2 ⋅ d e 2 ⋅ e12
q= (5.12)
cd 3 ⋅ d e 3 ⋅ e23
0.7101 ⋅ 0.0975 ⋅ 0.0005
=
0.721 ⋅ 0.179 ⋅ 0.0004
= 0.6705 ≈ 0.672
dari hasil perhitungan q diatas terlihat bahwa harga q adalah hampir sama,
Gaya radial yang terjadi pada pompa adalah gaya radial dinamis gaya radial
statis. Gaya ini terutama terjadi terjadi pada pompa dengan konstruksi saluran
keluar rumah volut. Hal ini terjadi karena tidak meratanya distribusi gaya pada
sekeliling rumah volute. Distribusi gaya ini disebabkan karena konstruksi rumah
volute yang tidak radial, sehingga gaya-gaya yang disebabkan fluida tidak saling
pompa horizontal selain dari adanya beban mati bagian-bagian yang membebani
poros.
Pada pompa yang menggunakan difuser, aliran fluida yang keluar dari
impeler akan dibagi merata pada masing-masing sudu difuser di sekeliling poros,
sehingga gaya radial yang terjadi secara ideal akan saling mengimbangi.
Meskipun pada kenyataannya terjadi gaya radial, nilainya relatif kecil dan sulit
untuk menghitungnya, oleh karena itu gaya radial ini dapat diabaikan. Hal-hal
110
111
poros seperti impeler, kopling, selubung poros, selain itu ketidakseragaman aliran
pada masing-masing sudu dalam difuser. Gaya radial statis adalah berasal dari
berbagai beban yang menimpa poros, yaitu antara lain bobot impeller, bobot
bagian kemudian dihitung berapa besar volume tiap bagian tersebut, dengan
Bagian 1
A1 = 75 x 60
=750 mm2
(X,Y) = (37.5,37.5)
111
112
= 176625 mm3
Bagian 2
A2 = 102.5 x 5
= 512.5 mm2
(X,Y) = (77.5,83.75)
= 281618.75 mm3
Bagian 3
28.5 × 42
A3 =
2
= 588 mm2
(X,Y) = (61,56.5)
= 208634.1 mm3
Bagian 4
A4 =20 x 5
= 100 mm2
(X,Y) = (10,82.5)
= 51810 mm3
Bagian 5
A5 =15 x 13
= 195 mm2
112
113
(X,Y) = (27.5,86.5)
= 105927.9 mm3
Bagian 6
A6 = 45 x 5
= 225 mm2
(X,Y) = (40.15,114)
= 161082 mm3
= 985697,81 mm3
X = 51.8 mm
Vsudu = Z x ls x bm x s
Dimana :
= 246525 mm3
= 49.94 mm
113
114
Selanjutnya impeller terbuat dari bahan dengan berat jenis (γ) = 8.86 x10-3 gr/mm3
= 10.92 kg
A1 = 30 x 12.5
= 37.5 mm2
(X,Y) = (20,38.75)
= 91256.25 mm3
114
115
Bagian 2
A2 = 0.5 x 10x 45
= 225 mm2
(X,Y) = (18.33,60)
V2 = 2 x 3.14 x 60 x 225
= 84780 mm3
Bagian 3
A3 = 10 x 45
= 450 mm2
(X,Y) = (10,67.5)
= 190755mm3
Bagian 4
A4 = 5 x 20
= 100mm2
(X,Y) = (2.5,80)
V4 = 2 x 3.14 x 80 x 100
= 50240 mm3
= 13.28 mm
115
116
Apabila cakram terbuat dari bahan baja khrom menrut standart JIS G 4104 dengan
= 3.278 kg
A1 = 53 x 25
= 1325 mm2
(X,Y) = (44.5,37.5)
= 312037.5 mm3
116
117
Bagian 2
A2 = 17.5 x 6
= 105 mm2
(X,Y) = (26.75,97)
V2 = 2 x 3.14 x 97 x 105
= 63961.5 mm3
Bagian 3
A3 = 18 x 75
= 1350 mm2
(X,Y) = (962.5)
= 529875mm3
= 905874.3 mm2
Apabila kopling terbuat dari bahan baja karbon cor SC 49 menurut standart JIS G
5101 dengan berat jenis (γ) = 7.306x10-6 kg/mm3 maka berat kopling adalah :
= 6.62 kg
horisontal adalah gaya radial dan torsi yang diteruskannya. Poros yang
117
118
kekakuan poros serta mencegah komponen pompa yang terpasang pada poros
tidak bergeser dari tempatnya. Adapun konstruksi poros yang direncanakan dapat
Poros terbuat dari bahan SAE 4340, dengan spesifikasi sebagai berikut:
= 196250 mm2
= 1.538 kg
= 47492.5 mm2
= 0.372 kg
= 565200 mm2
= 4.431 kg
118
119
= 2321637.5 mm2
= 18.201 kg
= 47492.5 mm2
= 0.372 kg
beban aksial maupun beban radial, oleh karena itu dengan diketahuinya besar
beban aksial dan radial diharapkan poros mampu menahan beban tersebut, dengan
Berdasarkan gambar diatas maka dapat diketahui reaksi pada bantalan A (RA) dan
119
120
ΣMA = 0
RB = 41.129 kg
RA =53.459 kg
0≤ x ≤36
Mx =0
36≤ x ≤50
Mx = -6.62(x-36)
= -6.62x + 238.32
M50 = -92.68
50≤ x ≤110
Mx = -6.62(x-36) – 1.538(x-50)
= -8.158x + 315.2
M100 = -500.58
M110 = -582.18
110≤ x ≤120
120
121
= -8.53x + 356.12
M120 = -667.48
120≤ x ≤130
= 44.929x - 6058.96
M130 = -218.19
130≤ x ≤240
= 44.557x – 6010.6
M140 = 227.38
M240 = 4683.08
240≤ x ≤400
– 4.431(x-240)
= 40.126x – 4947.16
M340 = 8695.68
M400 = -11103.24
400≤ x ≤520
– 4.431(x-240) – 10.92(x-400)
= 29.206x – 579.16
M520 = 14607.96
121
122
520≤ x ≤640
Mx = -6.62(x-36) – 1.538(x-50) – 0.372(x-110) + 53.459(x-120) – 0.372(x-130)
– 4.431(x-240) – 10.92(x-400) – 10.92(x-520)
= 18.286x + 5099.24
M640 = 16802.288
640≤ x ≤690
M690 = 17170.58
690≤ x ≤760
M760 = 16412.13
760≤ x ≤880
M880 = 13801.53
880≤ x ≤1000
122
123
= -32.675x + 42555.53
M1000 = 9880.53
1000≤ x ≤1140
M1040 = 8442.41
M1140 = 4847.11
1140≤ x ≤1250
M1240 = 808.71
M1250 = 404.87
1250≤ x ≤1260
– 4.431(x-1140) – 0.372(x-1250)
= -40.756x + 51349.87
123
124
M1260 = 2.69
1260≤ x ≤1270
M1270 = 0
Hasil perhitungan diatas dapat dilihat dalam bentuk diagram tegangan geser dan
2
16 ⎡ α .Fa .d ⎤
τ s maks ⎢ K m .M + 8 ⎥ + (K t .T )
2
= 3 (5.12)
πd ⎣ ⎦
Di mana :
124
125
2
16 ⎡ 50.3495.074. ⎤
τ s maks ⎥⎦ + (1.210850 )
2
= ⎢⎣2.17170 +
π 50 3 8
= 8.89 kg / mm 2
σ
τ=
sf 1 ⋅ af 2
dimana :
sf2 = faktor keamanan karena alur pasak/ atau poros bertingkat =1.5
100
τ ijin =
5 ⋅ 1.5
= 13.33 kg / mm 2
yang diderita poros masih jauh lebih kecil dari tegangan geser yang diijinkan
bahan poros, maka poros cukup aman menerima pembebanan seperti diatas.
Defleksi puntiran terjadi sebagai akibat adanya momen puntir yang bekerja
pada poros, defleksi puntir pada poros dapat dicari dengan menggunakan
persamaan :
T
θ=
kt
125
126
GI
kt =
l
I = momen inersia
π
= d4
32
1 1 1 1 1
= + + + + ....
k t k t1 k t 2 k t 3 k t 4
dengan kt1, kt2, kt3, kt4 … adalah konstanta pegas puntir pada masing-masing
diameter.
π
I= d4
32
π
= 50 4
32
= 613281.25 mm 4
G⋅I
Kt =
l
76 ⋅ 10 3 ⋅ 613281.25
=
100
= 466093750 kgmm
1
= 2.1459116 ⋅ 10 −9
Kt
126
127
π
I= d4
32
π
= 55 4
32
= 897905.078 mm 4
G⋅I
K t 2&6 =
l
76 ⋅ 10 3 ⋅ 897905.078
=
40
= 1706019648 kgmm
1
= 0.5861597204 ⋅ 10 −9
K t 2&6
π
I= d4
32
π
= 60 4
32
= 1271700 mm 4
G⋅I
K t 3&5 =
l
76 ⋅ 10 3 ⋅ 1271700
=
200
= 483246000 kgmm
1
= 2.069339425 ⋅ 10 −9
K t 3&5
d4 = 65 mm; l4 =700 mm
π
I= d4
32
π
= 65 4
32
= 1751592.578 mm 4
127
128
G⋅I
Kt4 =
l
76 ⋅ 10 3 ⋅ 1751592.578
=
700
= 190172908.5 kgmm
1
= 5.258372541 ⋅ 10 −9
Kt4
1
Σ = (2.14549116 + (2 × 0.5861597204) + (2 × 2.069339425) + 5.25372541) × 10 −9
Kt
= 1.271486199 ⋅ 10 −9
K t = 78648120.66
Berdasarkan hasil diatas maka:
210850
θ=
76876112.41
= 2.681 ⋅ 10 −3
= 2.681 ⋅ 10 −3 × 57.325
= 0.154 0
maksimal , θmaks = 1º untuk panjang poros sampai dengan 20 kali diameter poros
(Deutschman, A.D., Hal 358) atau 1300 mm, sedangkan poros yang digunakan
tegangan, oleh karena itu perlu diperhatikan titik-titik yang dimungkinkan akan
terjadi konsentrasi tegangan tersebut, oleh karena itu perlu adanya pemeriksaan
128
129
ds = 60 mm ; d = 65 mm
Jari-jari fillet dari poros diatas dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:
d − ds
r=
2
65 − 60
= = 2.5 mm
2
r 2.5
= = 0.0416 ≈ 0.042
d s 60
D 65
= = 1.083
d s 60
Besar jari-jari fillet alur pasak pada poros ini ditentukan sebesar 0.6 mm, maka :
r 0.6
= = 0.01 .
d s 60
129
130
Gambar 5.9 Grafik penentuan faktor konsentrasi tegangan α untuk alur pasak
Sumber:Sularso,Kiyokatsu Suga, Elemen Mesin, hal11
pasak(α) adalah = 3.18, dari hasil tersebut diketahui bahwa harga faktor
konsentrasi akibat alur pasak lebih besar dibandingkan dengan harga faktor
konsentrasi akibat poros bertingkat, maka harga faktor konsentrasi akibat alur
16T
τ=
πd s3
16 ⋅ 210850
= = 4.97 kg / mm 2
π ⋅ 60 3
130
131
τa ⋅sf
poros akan aman apabila f τ ⋅ k1 ⋅ c b
α
dengan ;
τ a ⋅ s f 13.333 ⋅ 3
= = 12.578
α 3.18
τa ⋅sf
dari hasil diatas nampak bahwa > τ ⋅ k1 ⋅ cb , maka dengan kondisi
α
ds = 50 mm ; d = 55 mm
Jari-jari fillet dari poros diatas dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:
d − ds
r=
2
55 − 50
= = 2.5 mm
2
131
132
r 2 .5
= = 0.05
d s 50
D 55
= = 1 .1
d s 50
Besar jari-jari fillet alur pasak pada poros ini ditentukan sebesar 0.6 mm, maka :
r 0.6
= = 0.012
d s 50
Berdasarkan gambar 5.10 didapatkan besar konsentrasi tegangan untuk alur pasak
sebesar (α) = 3, dari hasil tersebut diketahui bahwa harga faktor konsentrasi
akibat alur pasak lebih besar dibandingkan dengan harga faktor konsentrasi akibat
poros bertingkat, maka harga faktor konsentrasi akibat alur pasaklah yang dipakai
16T
τ=
πd s3
16 ⋅ 210850
= = 8.59 kg / mm 2
π ⋅ 50 3
τa ⋅sf
poros akan aman apabila f τ ⋅ k1 ⋅ c b
α
dengan ;
132
133
τ a ⋅ s f 13.333 ⋅ 3
= = 13.333
α 3
τa ⋅sf
dari hasil diatas nampak bahwa > τ ⋅ k1 ⋅ cb , maka dengan kondisi
α
133
134
BAB VI
yang timbul dalam suatu konstruksi berbeban. Pada konstruksi poros, bantalan
harus dapat menahan beban yang timbul pada poros dan memiliki kemampuan
luncur yang baik sehingga gesekan berlebih pada permukaan poros dapat
dihindari. Bantalan juga dapat meningkatkan umur pakai poros, hal ini
seluruh sistem akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan efesiensi.
Gaya aksial yang terjadi pada poros, sebagaimana dijelaskan pada bab
bergerak bebas dalam dua arah agar dapat mencapai kondisi seimbang,
berdasarkan hal tersebut maka pada perencanaan kali ini dipilih bantalan rol
Kelebihan bantalan rol silindris adalah dapat beroprasi pada putaran tinggi,
perencanaan kali ini bantalan rol silindris yang dipilih adalah bantalan rol silindris
dengan tipe NU311 EC (SKF General Catalogue, hal 346) dengan spesifikasi :
134
135
D :120 mm d :55 mm
Dr :104.5 mm dr :70.5 mm
r : 3 mm r1 : 3 mm
C : 85000 N C0 : 143000 N
B : 29 mm C : 138000 N
apabila masih diasumsikan masih tersisa gaya aksial sebesar 1% dari gaya aksial
Gaya aksial yang yang masih tersisa ini akan ditahan oleh dua buah
bantalan yang terpasang terjadi, maka besar gaya aksial yang ditahan oleh masing-
34.9
= 17.47 kg
2
135
136
Jenis dan gabungan bantalan pada prinsipnya harus dipilih sedemikian hingga satu
beban radial dapat dipikul oleh dua bantalan, sedangkan beban aksialnya ditahan
oleh satu dari kedua bantalan tersebut. Timbulnya getaran atau tumbukan, putaran
menerima beban sebagaimana mestinya, oleh karena itu perhitungan beban harus
dikalikan terlebih dahulu dengan factor beban untuk mendapatkan bantalan yang
tahan menerima perubahan beban yang terjadi. Faktor – faktor tersebut adalah :
1. Faktor beban fw
fw = 1.0 – 1.1
Fw = 1.1 – 1.3
2. Beban rata – rata (Pm), jika beban atau putaran bervariasi terhadap
putaran nt.
putaran dan beban, dengan menganngap fw sebesar 1.05 maka gaya yang bekerja
136
137
Agar poros tetap berputar dengan dengan halus, lancar dan pada sumbunya , maka
1 Perbandingan beban aksial dan radial tidak lebih dari 0.5 (General
bantalan kiri :
Fa 18.343
= = 0.0.325
Fr 56.45
bantalan kanan :
Fa 118.343
= = 0.424
Fr 43.185
memenuhi syarat.
337):
k1 ⋅ C 0 ⋅ 10 4
Fap = − k 2 ⋅ Fr (6.1)
n(d + D )
dengan :
Fap : beban aksial maksimal yang diijinkan
137
138
gemuk, k1 = 1.0)
gemuk, k1 = 0.1)
Bantalan kiri :
1 ⋅ 138000 ⋅ 10 4
Fap = − 0.1 ⋅ 553
3000(55 + 120 )
= 2573.3 N
= 262.5kg
Bantalan kanan
1 ⋅ 138000 ⋅ 10 4
Fap = − 0.1 ⋅ 423
3000(55 + 120 )
= 2588.3 N
= 264 kg
kurun waktu kurang lebih 50000 jam kerja, untuk menaksir berapa umur bantalan
p
1000000 ⎛ C ⎞
L10 = ⎜ ⎟ (6.2)
60 ⋅ N ⎝ P ⎠
138
139
dengan :
N : putaran poros (rpm)
P = 0.92 Fr + Y Fa (6.3)
dimanaY = 0.6
= 616.87 N
= 497.26 N
3.33
1000000 ⎛ 138000 ⎞
Lh = ⎜ ⎟
60 ⋅ 3000 ⎝ 616.87 ⎠
= 37758 x10 4
139
140
3.33
1000000 ⎛ 138000 ⎞
Lh = ⎜ ⎟
60 ⋅ 3000 ⎝ 497.26 ⎠
= 77454 x10 4
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa umur bantalan (Lh) >> umur yang
diterima.
Kontak langsung tersebut dapat dihindari karena adanya lapisan tipis dari minyak
pelumas pada permukaan tersebut, yang pada ahirnya dapat memperlambat laju
bantalan.
Pelumasan yang sering dipakai pada bantalan rol adalah pelumasan dengan
menggunakan gemuk dan pelumasan minyak. Pada perencanaan kali ini dipilih
peluamasan yang dipakai adalah pelumasan gemuk karena lebih mudah dalam
Stuffing box berfungsi untuk mencegah udara tidak masuk kedalam pompa,
hal ini berlaku pada pompa sistem isap yang bekerja dibawah tekanan atmosfer,
140
141
sedangkan apabila pada pompa yang bekerja dibawah permukaan cairan yang
dipompa yang mana tekanannya lebih besar dari pada tekanan atmosfer maka
Perencanaan kali ini stuffing box yang dipakai adalah stuffing box yang
b = 0.25 x 65
= 11.25 mm
141
142
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros mesin yang digerakkan. Pada
berada pada satu garis lurus atau sedikit berbeda dengan toleransi tertentu, hal ini
bertujuan untuk menghindari getaran pada poros yang akan dapat menyebabkan
Kopling dibagi kedalam dua ketagori utama yaitu kopling tetap dan kopling
tak tetap. Kopling tetap adalah elemen mesin yang berfungsi sebagi penerus
putaran dan daya dari poros penggerak keporos yang digerakkan dengan pasti
(tanpa terjadi slip), dimana poros pompa dan poros penggerak pompa harus
berada dalam satu garis lurus atau berbeda sedikit dlam batasan tertentu,
sedangkan kopling tak tetap adalah kopling yang dapat dilepas dan dihubungkan
apabila diperlukan. Kopling tetap dibagi menjadi tiga yaitu kopling kaku yang
sedikit terjadi ketidak lurusan sumbu poros, dan kopling universal yang
dipergunakan apabila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup besar.
1. Kopling kaku
a. Kopling bus
142
143
2. Kopling luwes
d. Kopling gigi
e. Kopling gigi
3. Kopling universal
Perencanaan kali ini memilih kopling kaku untuk meneruskan daya dan
Jenis kopling kaku yang dipilih pada perencanaan kali ini adalah kopling
flens luwes, sebagai pertimbangan adalah karena kopling ini mampu meredam
tumbukan dan getaran yang terjadi pada penggerak, karena adanya bus karet atau
kulit pada baut pengikat, selain itu kopling flens luwes juga dapat bekerja dengan
baik walaupun antara sumbu poros penggerak dan poros yang digerakkan tidak
benar-benar lurus, bentuk kopling flens luwes dapat dilihat pada gambar 6.3.
143
144
Diameter poros tempat kopling adalah 50 mm, dengan mengacu ukuran tersebut
itu sendiri. Pemeriksaan dilakukan dengan tujuan kopling tersebut mampu secara
aman meneruskan putaran dan daya motor. Pemeriksaan dilakukan pada bagian
yang paling rawan terhadap terjadinya tegangan geser akibat momen puntir.
144
145
2T
τf = (6.5)
π ⋅C2 ⋅ F
dengan :
C : diameter dari flens yang paling rawan terhadap tegangan geser =100 mm
2210850
τf =
π ⋅ 100 218
= 0.746 kg / mm 2
karbon cor SC 49 sesuai dengan standart JIS G 5101 dengan kekuatan trik σ =49
kg/mm2. Tegangan geser yang diijinkan untuk bahan flens (τaf) dapat dihitung
dengan persamaan (sularso, Dasar Perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin, hal
35):
σ
τ af = (6.6)
S1 ⋅ K 1
dimana :
σ : kekuatan tarik bahan flens (49 kg/mm2)
145
146
49
τ af =
6⋅2
= 4.08 kg / mm 2
berikut (sularso, Dasar Perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin, hal 35):
Kf x τf ≤ τaf
2 x 0.746 ≤ 4.08
1.492 ≤ 4.08.
Jumlah baut kopling pada perencanaan kali ini adalah 6 buah, dengan
diameter baut 18 mm. Besar tegangan geser yang terjadi pada baut dapat dihitung
dengan persamaan (sularso, Dasar Perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin, hal
34):
8T
τb = (6.7)
π ⋅ d ⋅ ne ⋅ B
2
b
dengan :
T : momen puntir =210850 kgmm
A : diameter baut = 18 mm
146
147
: 0.5 x n
: 0.5 x 6 =3
8 ⋅ 210850
τb =
π ⋅ 18 2 ⋅ 3 ⋅ 140
= 3.95 kg / mm 2
bahan baut dipilih dari baja karbon S 40 C sesuai standart JIS G 3102 dengan
kekuatan tarik (σtb) =60 kg/mm2. Tegangan geser yang diijinkan untuk bahan baut
σ ttb
τ af =
S1 ⋅ K 1
dimana :
σ : kekuatan tarik bahan baut (60 kg/mm2)
60
τ af =
5 ⋅ 1.25
= 9.6 kg / mm 2
Berdasarkan hasil diatas nampak bahwa tegangan geser yang terjadi pada
baut pengikat kopling lebih kecil dari pada tegangan geser yang diijinkan
6.4 Pasak
impeller, pulley kopling, cakram dan sebagainya, pada perencanaaan kali ini
147
148
pasak dibagi menjadi dua jenis, yaitu pasak untuk pengikat impeller dan cakram
Jenis dan ukuran pasak yang digunakan untuk pengikat impeller dan cakram
adalah sama, hal ini dikarenakan diameter impeller dan pasak adalah sama, yaitu
65 mm. jenis pasak yang digunakan adalah pasak prismatis dengan ukuran
pasaknya adalah:
148
149
Gaya tangensial yang bekerja pada poros dapat diketahui dengan persamaan
2T
F= (6.8)
ds
ds = diameter poros = 65 mm
2210850
F=
65
= 6487.69 kg / mm 2
Gaya tangensial (F) yang bekerja pada penampang mendatar b x l akan membuat
pasak menderita gaya geser, yang pada ahirnya akan menimbulkan tegangan geser
sebesar (sularso, Dasar Perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin, hal 25):
F
τk = (6.9)
b⋅l
Bahan pasak yang dipilih adalah baja karbon S35 C sesuai dengan standart
Mn : 0.6 -0.9 %
Tegangan geser yang diijinkan untuk bahan pasak (τab) = dapat dihitung dengan
persamaan :
149
150
σ ttb
τ af =
S fb ⋅ K 1
dimana :
52
τ af =
5 ⋅ 1 .5
= 6.93 kg / mm 2
Panjang pasak yang dijinkan (l1) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
F
τak ≥ (6.10)
b ⋅ l1
6987.69
τ 6.93 ≥
18 ⋅ l1
l1 ≥ 55.9 mm
standart yaitu 60 mm. selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap lebar pasak (b)
dan panjang pasak (l). Panjang pasak yang dipilih sebaiknya memenuhi
persyaratan berikut :
b l
= 0.25 − 0.35 dan = 0.75 − 1.5
ds ds
18 60
= 0.277 dan = 0.923
d 65 65
Berdasarkan hasil tersebut maka harga pasak yang dipilih dapat diterima.
150
151
Perencanaan pasak kopling pada skripsi kali ini mempunyai jenis dan
ukuran yang sama dengan pasak pada impeller, jenis pasak yang digunakan adalah
pasak prismatis dengan ukuran menyesuaikan standart JIS B 1301, dimana untuk
dengan persamaan (sularso, Dasar Perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin, hal
25):
2T
F=
ds
ds = diameter poros = 50 mm
2210850
F=
50
= 8434 kg / mm 2
Gaya tangensial (F) yang bekerja pada penampang mendatar b x l akan membuat
pasak menderita gaya geser, yang pada ahirnya akan menimbulkan tegangan geser
sebesar (sularso, Dasar Perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin, hal 25):
F
τk =
b⋅l
151
152
Bahan pasak yang dipilih adalah baja karbon S 35 C sesuai dengan standart
Mn : 0.6 -0.9 %
Tegangan geser yang diijinkan untuk bahan pasak (τab) = dapat dihitung dengan
persamaan :
σ ttb
τ af =
S fb ⋅ K 1
dimana :
52
τ af =
5 ⋅ 1.5
= 8.32 kg / mm 2
Panjang pasak yang dijinkan (l1) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
F
τak ≥ (6.11)
b ⋅ l1
152
153
8434
8.32 ≥
12 ⋅ l1
l1 ≥ 67.58 mm
standart yaitu 68 mm. selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap lebar pasak (b)
dan panjang pasak (l). panjang pasak yang dipilih sebaiknya memenuhi
persyaratan berikut :
b l
= 0.25 − 0.35 dan = 0.75 − 1.5
ds ds
18 68
= 0.277 dan = .1.36
d 65 65
berdasarkan hasil tersebut maka harga pasak yang dipilih dapat diterima.
153
BAB VII
7.1 Efesiensi
Rugi-rugi yang timbul pada pompa akan berdampak pada turunnya efisiensi
pompa. Rugi-rugi yang terjadi pada pompa sentrifugal dipengaruhi oleh banyak
hal, mulai dari faktor desain pompa itu sendiri, kehalusan pada proses pengerjaan,
kebocoran, turbulensi aliran, gesekan poros pada bantalan, gesekan fluida dengan
impeler sampai pada ketelitian dalam pembuatan pompa tersebut, namun sebagai
pendekatan untuk menentukan rugi-rugi yang terjadi pada pompa biasanya hanya
arus pusar.
Jumlah kerugian yang terjadi pada pompa secara keseluruhan dapat dilihat
dari efisiensi totalnya. Selanjutnya efisiensi total pompa adalah hasil perkalian
154
155
Head actual pompa (Hact) yang dihasilkan oleh suatu unit pompa adalah
lebih kecil dari pada head teoritis (Hth), hal ini terjadi dikarenakan adanya rugi –
rugi gesekan serta turbulensi yang terjadi di dalam pompa. Kerugian yang terjadi
di dalam pompa sebanding dengan kuadrat kecepatan aliran fluida, oleh karena itu
untuk meminimalisir kerugian yang terjadi, maka kecepatan aliran harus dibuat
sedemikian hingga agar gesekan serta turbulensi yang terjadi dapat dikurangi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat laluan (luasan yang
H
ηh = (7.1)
H th
98.32
ηh =
102.52
= 0.96
serta gesekan pada packing. Rugi – rugi mekanis sulit untuk diketehui secara
pasti, namun biasanya daya yang digunakan untuk mengatasi rugi – rugi mekanis
ditetapkan sbesar 2% - 4% dari daya kuda rem (Austin H church, Pompa dan
156
Blower Sentrifugal, hal 32), apabila daya yang diambil untuk mengatasi rugi –
rugi mekanis ini adalah 4% maka besar daya kuda rem (hpm)adalah :
= 23.04 HP
Selanjutnya besar daya kuda yang dipakai untuk mengatasi gesekan pada
3
⎛ n ⎞
hp df = 0.16 ⋅ γ ⎜ ⎟ ⋅d
5
(7.2)
⎝ 1000 ⎠
dengan;
⎝ 1000 ⎠
= 31.86 HP
bhp − hp df − hp m
ηm =
bhp
dengan;
hpdf : daya yang dibutuhkan untuk mengatasi gesekan cakra (31.86 HP)
hpm : daya yang dibutuhkan untuk mengatasi gesekan bantalan (23.04 HP)
157
volumetris. Kebocoran ini dapat berupa fluida yang mengalami pemompaan tetapi
kembali lagi ke sisi isap melewati celah antara komponen yang berputar dan
melalui impeller.
persamaan (AJ. Stefanoff, Centrifugal and Axial Flow Pump, hal 253):
Q
ηv = (7.4)
Q'
dengan;
0.0946
ηv =
0.10175
= 0.929
158
hidrolis dan mekanis, selanjutnya besar efesiensi total adalah (AJ. Stefanoff,
ηt = η h ⋅η m ⋅ηv
= 0.96 ⋅ 0.928 ⋅ 0.93
= 82.8 %
jauh berbeda dengan efisiensi perkiraan semula yaitu sebesar 83%, dengan
7.2 Kavitasi
dikarenakan tekanan di dalam pompa turun dibawah tekanan uap jenuh fluida
yang dipompakan, dalam suatu pemompaan jika tekanan pada sembarang titik di
dalam pompa itu menjadi lebih rendah dari tekanan uap pada temperatur cairnya
maka fluida tersebut akan menguap dan membentuk suatu gelembung yang di
dalamnya berisi uap tersebut. Selanjutnya gelembung itu akan mengalir bersama -
sama dengan aliran fluida dan apabila sampai pada tekanan yang tinggi maka
pecah ke arah dalam yang mengakibatkan suatu shock yang besar pada dinding
159
didekatnya. Kavitasi terutama akan terjadi pada bagian sisi masuk sudu impeller,
baik pada sudu maupun pada shroudnya. Akibat kavitasi yang dialami oleh pompa
adalah akan timbul suara berisik dan getaran yang disebabkan oleh pecahnya
memiliki tekanan yang lebih tinggi. Kavitasi menyebabkan timbulnya getaran dan
ketukan, serta menyebabkan turunnya kurva head kapasitas dan efesiensi, dan
apabila terjadi secara terus menerus akan dapat merusak permukaan logam dari
bahan pompa.
Kavitasi merupakan perubahan fase dari zat cair berubah menjadi uap yang
disebabkan oleh turunnya tekanan absolut zat cair sampai dibawah tekanan uap
jenuhnya. Tekanan absolut dapat berkurang disebabkan oleh beberapa hal antara
lain:
permukaan zat cair yang dipompa karena hal ini akan menaikkan static
lift.
putaran pompa
gangguan lain.
Kavitasi akan terjadi apabila tekanan zat cair yang dipompa berada dibawah
tekanan uap jenuh zat cair tersebut, untuk menghindari terjadinya kavitasi maka
diusahakan agar tidak ada satu daerahpun dalam proses pemompan yang memiliki
tekanan dibawah tekanan uap jenuh cairan pada temperatur operasi pemompaan.
Terjadinya kavitasi mempunyai kaitan dengan kondisi pompa pada sisi isap.
cairan kepompa disebut net positive suction head (NPSH). Besarnya NPSH
cairannya.
NPSH dibedakan menjadi dua yaitu NPSH yang tersedia dan NPSH yang
dibutuhkan. NPSH yang tersedia ditentukan oleh sistem atau instalasi pemompaan
sedangkan NPSH yang dibutuhkan oleh pompa yang ditentukan oleh perancang
pompa. Agar pompa dapat bekerja tanpa terjadi gangguan kavitasi maka pompa
161
harus beroperasi pada kondisi dimana NPSH yang tersedia > NPSH yang
dibutuhkan.
Tekanan terendah dalam pompa biasanya terjadi pada titik disekitar sisi
masuk sudu impeller. Tekanan pada titik ini lebih rendah dari tekanan pada lubang
isap pompa karena adanya kerugian head pada nosel isap serta kenaikan kecepatan
Selanjutnya penguapan cairan tidak akan terjadi jika tekanan masuk pompa
dikurangi dengan penurunan tekanan didalam pompa lebih besar dari tekanan uap
jenuh cairan pada temperatur operasi. Biasanya penurunan head di dalam pompa
inilah yang disebut dengan NPSH yang dibutuhkan pompa yang besarnya
ditentukan oleh pabrik pembuat pompa melalui pengujian pompa sebenarnya atau
dengan pompa yang sama dengannya, untuk memperkirakan besarnya NPSH yang
NPSHR = σ x H (7.1)
Dengan;
Gambar 7.1 grafik hubungan antara kecepatan spesifik, efesiensi hidrolis serta
koefisien kavitasi Thoma.
Sumber: Igr J karasik. Pump Hand Book hal 2-155
Berdasarkan gambar 7.1 dapat diketahui bahwa besar koefisien kavitasi Thoma
= 18.31 m
NPSH yang tersedia adalah head yang dimilki oleh zat cair pada sisi isap
pompa dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair ditempat tersebut. NPSH yang
Pa Pv
NPSHA = − + H s − H ls (7.2)
γ γ
163
dengan;
Pv : tekanan uap jenuh dari fluida yang dipompa pada temperatur cairannya
(1019.47 kgf/m2)
Pa Pv
NPSHA = − + H s − H ls >18.31m
γ γ
Berdasarkan data dari bab II kerugian pada pipa isap (hls)adalah sebesar 0.502 m,
72202 1019.47
NPSH = − + 6 − 0.5584
1028 1028
= 74.68 m
164
Kavitasi dapat dicegah dengan membuat NPSHA > NPSHR, dalam hal ini
2. Sudut masuk sudu impeller dibuat rendah karena sudut masuk sudu
KARAKTERISTIK POMPA
Head Euler merupakan head yang didapat dari suatu persamaan yang
didasarkan pada asumsi yang ideal, yaitu aliran fluida dianggap tanpa gesekan,
tanpa turbulensi dan dengan jumlah sudu yang tak berhingga dengan harapan
menggunakan persamaan (Fritz Dietzel, Turbin Pompa Dan Kompresor, hal 311) :
U 2 U 2 ⋅ Q ⋅ ctgβ 2
H th∞ = − (8.1)
g g ⋅ π ⋅ d 2 ⋅ b2
dengan;
Q : kapasitas pompa
165
166
Aliran ideal menyatakan bahwa aliran mengalir tanpa gesekan dan diarahkan
dengan sudu yang tak terbatas dan tanpa turbulensi, tetapi dalam praktek yang
terjadi adalah sebaliknya, yaitu terjadi gesekan dan jumlah sudu yang terbatas
serta sudu mempunyai ketebalan tertentu, dengan kondisi tersebut maka akan
menghasilkan head yang lebih rendah dari pada head Euler. Head yang dihasilkan
Hubungan antara head Euler dengan head teoritis adalah dinyatakan dalam
dengan;
dengan head teoritis (Hth) sebesar 102.52 m, dengan data tersebut maka Head
= 14.03 m
H th
K 2cu =
H th∞
102.52
=
145.03
= 0.706
berdasarkan hasil diatas maka hubungan antara head Euler dengan head teoritis
= 125.64 – 245.75 Q
Head aktual adalah head teoritis dikurangi dengan rugi-rugi hidrolis selama
Dengan
Kerugian hidrolis disebabkan karena adanya shock loss atau turbulence loss (hs)
serta fricton and diffusion loss (hfd). Besar rugi-rugi hidrolis dinyatakan dengan
persamaan :
hh = hs + hfd (8.4)
Gambar di atas menunjukkan bahwa efisiensi terbaik terletak pada titik dimana
rugi-rugi turbulensi sama dengan rugi-rugi gesekan, atau rugi-rugi turbulensi dan
rugi-rugi gesekan sama dengan setengah dari rugi-rugi hidrolis. Titik dimana hs =
hfd adalah titik dimana kerugian hidrolis paling kecil, sehingga pada titik inilah
direncanakan kapasitas pompa (Q) sebesar 0.0946 m3/s dan head aktual sebesar
98.32 m, pada titik tersebut akan memberikan gambaran besar rugi-rugi hidrolis
hh = hth – hact
= 102.52 – 98.32
= 4.2 m
hs = hfd = 0.5 hh
hs = hfd = 2.1 m
besar shock loss atau turbulence loss dapat diketahui dengan menggunakan
k ⎡ 2 ⎛ d 2 ⎞ ⎤⎡
2
Q⎤
2
hs = sh ⎢U 1 + ⎜⎜ k 2 cu ⎟⎟ ⎥ ⎢1 − ⎥ (8.5)
29 ⎢⎣ ⎝ d 3 ⎠ ⎥⎣ Qs ⎦
⎦
dengan;
ksh : faktor percobaan yang dibatasi besarnya antara 0.6 -0.8, dalam hal ini
ksh ditentukan 0.7
2
0.7 ⎡ 0.27 ⎞ ⎤ ⎡ 0.0946 ⎤
2
⎛
2.1 = ⎢20.4 + ⎜ 0.7
2
⎟ ⎥ ⎢1 − ⎥
2 ⋅ 9.806 ⎢⎣ ⎝ 0.275 ⎠ ⎥⎦ ⎣ Qs ⎦
2
⎡ 0.0946 ⎤
2.1 = 44.77 ⎢1 − ⎥
⎣ Qs ⎦
Qs = 0.097 m 3 / s
0.7 ⎡ 0.27 ⎞ ⎤ ⎡
2 2
⎛ Q ⎤
hs = ⎢20.4 + ⎜ 41.77 ⋅ 0.706 ⋅
2
⎟ ⎥ 1−
2 ⋅ 99.806 ⎢⎣ ⎝ 0.275 ⎠ ⎥⎦ ⎢⎣ 0.097 ⎥⎦
2
⎡ Q ⎤
= 44.77 ⎢1 −
⎣ 0.02788 ⎥⎦
⎡ 2Q Q2 ⎤
= 44.77 ⎢1 − + ⎥
⎣ 0.097 0.0094 ⎦
= 44.77 − 923.09Q + 4758.21Q 2
kemudian besar friction loss dan diffusion loss (hfd) dapat dinyatakan dengan
persamaan (AJ Stepanov, Centrifugal And Axial Flow pump, hal 164):
dengan;
h fd
k3 =
Q2
2.1
=
0.0946 2
= 234.66
171
berdasarkan hasil perhitungan diatas maka harga friction loss dan diffusion loss
(hfd) adalah :
hfd = 234.66 Q2 m .
hh = hs + hfd
Hact = Hth - hh
hasil perhitungan head Euler, head teoritis dan head aktual pada berbagai
kapasitas dapat dilihat dalam tabel 8.1, sedangkan grafik hubungan antara head
Euler, head teoritis dan head head aktual dengan kapasitas pompa dapat dilihat
Tabel 8.1 hasil perhitungan head Euler, head teoritis dan head actual pada
pada cakra serta kerugian mekanis pada bantalan dan elemen berputar lainnya.
Daya kuda yang diberikan pada pompa selain untuk mengatasi daya kuda fluida
yang diberikan pada pompa disebut sebagai daya kuda rem (BHP), yang
173
hal 35):
dengan;
FHP
η= ⋅ 100% (8.8)
BHP
Dimana daya kuda fluida (FHP) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
γ ⋅ g ⋅ H act
FHP = (8.9)
75
dengan;
Q : kapasitas pompa
basar daya kuda untuk mengatasi kebocoran dapat diketahui dengan menggunakan
persamaan (AJ Stepanov, Centrifugal And Axial Flow pump, hal 199):
γ ⋅ QL ⋅ H th
HPL = (8.10)
75
dengan;
Daya kuda fluida (HPL) untuk sembarang harga Q dapat diketahui dengan
adalah:
Besar daya kuda yang dipakai untuk mengatasi gesekan pada cakra/impeller
3
⎛ n ⎞
hp df = 0.16 ⋅ γ ⎜ ⎟ ⋅d
5
(8.11)
⎝ 1000 ⎠
dengan;
3
⎛ 3000 ⎞
hp df = 0.16 ⋅ 1028⎜ ⎟ ⋅ 0.270 ⋅ 5
5
⎝ 1000 ⎠
= 31.86 HP
Daya kuda untuk mengatasi kerugian hidrolis (HPH) dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan (Austin H Church, Pompa Dan Blower Sentrifugal, hal
35):
γ ⋅ Q'⋅hh
HPH = (8.12)
75
dengan;
γ : berat jenis fluida (1028 kg/m3)
Besarnya daya kuda yang dipakai untuk mengatasi kerugian mekanis (HPM)
pada bantalan packing besarnya berkisar 4% dari BHP, ma besar BHP adalah :
100
BHP = (1955.68Q − 5121.28Q 2 + 6843.56Q 3 + 31.86
96
176
Hasil perhitungan daya kuda rem (BHP), daya kuda fluida (FHP), daya kuda
untuk mengatasi kebocoran yang terjadi (HPL), daya kuda untuk mengatasi
gesekan pada cakra (HPDF), daya kuda untuk mengatasi kerugian hidrolis (HPH),
daya kuda untuk mengatasi kerugian mekanis (HPM), serta besarnya efesiensi
untuk sembarang harga kapasitas pompa dapat diketahui dalam tabel 8.2
NO Q (m3/s) FHP (Hp) HPL (Hp) HPH (Hp) BHP (Hp) η (%)
180
160
140
120
Head (m)
100
80
60
40
20
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14
Kapasitas n(m3/s)
Head Teoritis Euler (m)
head Teoritis (m)
head Actual (m)
Gambar 8.2 Grafik hubungan antara kapasitas pompa (Q) dengan head pompa (H)
0.2
0.18
0.16
0.14
Kapasitas (Q)
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 50 100 150 200 250 300
Brake Horse Power (BHP)
Gambar 8.3 Grafik hubungan antara kapasitas pompa (Q) dengan efisiensi (η)
90
80
70
E fesiensi (% )
60
50
40
30
20
10
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
Kapasitas ( m3/s)
Gambar 8.4 Grafik hubungan antara kapasitas pompa (Q) dengan BHP (HP)
Efisiensi sangat dipengaruhi oleh daya kuda fluida (FHP, sedangkan daya kuda
fluida dipengaruhi head aktual (Hact). Head aktual sendiri sangat dipengaruhi oleh
terkecil saat hs = hfd, denga hh yang kecil maka Hact akan maksimum, dengan Hact
yang maksimum maka FHP akan maksimum pula yang pada akhirnya η akan
maksimum. Semakin besar Q maka semakin besar pula perbedaan hs dan hfd,
110
105
100
Head (H)
95
90
85
80
75
0 300 600 900 1200 1500 1800 2100
Hsistem/tingkat
H pertingkat Kapasitas (Q) GPM
Gambar 8.5 Grafik hubungan antara kapasitas (Q) GPM dengan head (m) pada
putaran 3000 rpm
110
105
100
95
Head (H)
90
85
80
75
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14
Hsistem/tingkat
Kapasitas (Q) m3/s
H pertingkat
Gambar 8.6 Grafik hubungan antara kapasitas (Q) m3/s dengan head (m) pada
putaran 3000 rpm
181
kapaitas (Q), tetapi setelah sampai puncaknya akan turun kembali. Hal tersebut
dikarenakan pada kapasita yang rendah, kecepatan spesifik (nsq) akan rendah pula.
Berdasarkan tabel 3.3, dengan kecepatan spesifik yang rendah maka efesiensi
hidrolis (η0 akan rendah pula, akibatnya head teoritis (Hh) akan naik. Head teoritis
yang tinggi mengakibatkan head aktual (Hact) akan tinggi pula, tetapi apabila
kapasitas terus meninggi maka rugi – rugi yang terjadi akan semakin besar, hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat gambar 8.1 dimana semakin besar kapasitas
maka perbedaan shock loss (hs) dan friction and difusion loss (hfd) semakin besar,
akibatnya rugi – rugi hidrolis (hh) semakin besar pula.berdasrkan persamaan 8.3,
kerugian hidrolis (hh) yang tinggim mengakibatkan head aktual (Hact) yang
rendah.
Gambar diatas juga menunjukkan head sistem memotong didua titik, kedua
titik perpotongan tersebut diseburt titik operasi. Terjadinya dua titik operasi pada
gambar diatas dikarenakan rugi – rugi yang terjadi mempengaruhi besarnya head
sistem, dimana dengan kapasitas (Q) yang rendah akan membuat head aktual
rendah, dan seiring dengan meningkatnya kapasitas (Q) rugi – rugi akan
meningkat pula, tetapi head aktual (Hact) akan menurun sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya.
182
BAB IX
PENUTUP
Bab terakhir pada skripsi kali ini berisi rangkuman hasil perhitungan
fasilitas pemurnian gas alam di Sumur Gas Merbau Sumbagsel Sumatra Selatan,
1. Fluida
Fluida yang dipompa adalah lean amine yaitu larutan amine yang
1028 kg/m3.
2. Pompa
3. Impeller
radial tertutup yang terbuat dari bahan perunggu fosor cor PBC 2B
adalah :
182
183
j) Tebal sudu ( s1 = s2 ) : 5 mm
4. Difuser
c) Tebal sudu : 5 mm
d) Jumlah : 8 sudu
c) Tebal sudu : 3 mm
d) Jumlah : 12 sudu
6. Rumah pompa
184
Rumah pompa/casing terbuat dari bahan besi tuang kelabu (FC 20)
7. Poros
Poros dirancang bertingkat dan terbuat dari bahan baja nikel khrom
8. Kopling
Kopling yang dipilih dalm skripsi kali ini adalah kopling flens luwes
yang terbuat dari bahan besi karbon cor SC 49 sesuai dengan standart
50 mm
F = 18 mm G = 180 mm H = 35.5 mm K =
6 mm
L = 71 mm d = 18 mm n = 6 buah
9. Bantalan
Bantalan yang dipakai dalam perancangn kali ini adalah bantalan rol
cakram penyeimbang.
Daftar Pustaka
Austin, C., H., Zulkifli, H., Pompa dan Blower Sentrifugal, Erlangga, Jakarta,
1990.
Karrasik I., J., Krutzch,W., Cincin, Warren F., Messina J., H., Pump Handbook,
2nd edition, Mc Graw Hill Company, USA, 1978
Makalah Seminar "Pengenalan Gas Alam Lapindo Brantas, Inc. Untuk Kawasan
Industri" oleh Faiz Shahab, Hyatt Hotel Surabaya, 18 April 2001
Spott M.F., Design Of Machine Element, 2nd Edition, Prentice Hall, New York,
1953
186
Stepanoff, A., J., Centrifugal and Axial Flow Pumps, John Willey and Sons,
New York, 1957.