Professional Documents
Culture Documents
DI SUMENEP - MADURA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : ANTROPOLOGI
Dosen Pengampu: Bapak Nana Sudiana
Di susun oleh :
Nama : Fiki Ari Siswadi
Nim : 010701036
Psik :A
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya orang – orang yang diluar Pulau Madura atau orang yang
belum mengenal Pulau Madura cenderung mempunyai anggapan bahwa Madura
itu gersang, tandus dan orang – orangnya keras serta sulit untuk diajak konpromi.
Pokoknya hal – hal yang negatif banyak diarahkan pada masyarakat Madura,
utamanya bagi orang Madura yang diperantauan.
Kenyataannya hal itu tidak semuanya benar, panjang sekali masalah tersebut
kalau penulis uraikan dalam kesempatan ini.
Untuk waktu yang relatif singkat dan mendesak, melalui tulisan ini, penulis
hanya ingin mencoba mengenalkan aspek – aspek budaya Madura yang sangat
perlu diketahui oleh generasi Madura saat ini, yang menurut pengamatan penulis
sudah tidak lagi difahami anak muda Madura, yang tinggal di Madura, apalagi
yang sudah diluar Madura dan tidak lagi berkomunikasi dengan komunitas
Madura.
Mudah – mudahan melalui tulisan yang sederhana ini, dapat kembali
menggugah mereka, mengenal lebih banyak Madura yang kita cintai ini.
Tulisan ini memang sengaja penulis susun sangat sederhana dengan
kekurangan – kekurangan, agar dari kekurang itu, pembaca akan berusaha
menambah, mencari, dan menggali tentang budaya Madura.
• Letak Dan Keadaan Alam Pulau Madura
Pulau Madura terdiri dari 4 ( Empat ) Kabupaten, yaitu : Bangkalan,
Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.
Letaknya, ditimur laut pulau jawa dengan koordinat 7o lintang selatan dan
antara 112o dan 114o bujur timur.
Panjang pulau Madura, ±190 Km jarak terlebar ±40 Km, luasnya keseluruhan
±5.304 Km.
Tingginya dari permukaan laut antara 2 meter sampai dengan 350 meter,
ketinggian yang paling rendah ada di daerah – daerah pantai (Barat – Utara –
Timur – dan Selatan).
Daerah – daerah yang tersebar di bagian tengah pulau, berupa deretan
pegunungan – pegunungan kecil.
Pulau – pulau kecil yang berada di kepulauan Madura jumlahnya mencapai
lebih dari 100. Diantara Pulau tersebut ada yang tidak berpenduduk.
KEYAE
Adalah seseorang yang dikenal sebagai pemuka Agama (Ulama) karena
menguasai banyak Ilmu Agama Islam. Selain berfungsi sebagai pembina
ummat juga sebagai penerus / pengajar ajaran para Nabi pada santri –
santrinya.
BINDARAH
Adalah orang – orang yang telah mendapatkan / men-tamatkan
pendidikannya di Pondok Pesantren, dan mereka telah memiliki
pengetahuan keagamaan yang cukup banyak tetapi belum setara dengan
pengetahuan Keyae.
Ada Pula Bindarah yang sudah banyak didatangi orang untuk NYABIS
terutama di Desa / Dusun yang agak jauh dari seorang Keyae.
SANTRE
Adalah orang – orang yang masih sedang menuntut Ilmu keagamaan di
sebuah Pondok Pesantren.
BANNE SANTRE
Seseorang yang tidak pernah Mondok / tidak pernah menuntut Ilmu
keagamaan di sebuah Pondok Pesantren.
• TINGKAT BAHASA ( Dag ondagga basa )
Dalam Bahasa Madura kita kenal 5 tinggkatan Bahasa :
1. Bahasa Kraton = Abdi Dalem – Junan Dalem
Biasa digunakan di lingkungan keluarga Kraton
2. Bahasa Tinggi = Abdina – Panjennengan
Biasa digunakan oleh ponggawa / bawahan pada atasan, baik
di Lingkungan Kraton maupun di Lingkungan Pemerintahan, atau
Santre pada Keyae.
3. Bahasa Halus = Kaula – Sampeyan
Biasa digunakan oleh yang lebih muda pada yang lebih tua /
pada yang dihormati.
4. Bahasa Menengah = Bula – Dika
Biasa digunakan oleh yang lebih tua pada yang lebih muda
tetapi di hormati.
Misal : Mertua pada menantunya.
5. Bahasa Mapas / Kasar = Sengko’ – Ba’na – Kakeh – Sedeh
Biasa digunakan oleh yang lebih tua pada yang lebih muda,
orang yang mempunyai posisi yang lebih tinggi pada bawahannya,
dan orang yang seumur / sebaya (teman).
BAB II
ISI
• Pembangunan Kepulauan Masih Diskriminatif
Di antara kabupaten di Madura, mungkin Sumenep yang memiliki potensi
sumber daya alam (SDA) laut yang melimpah. Misalnya, pengeboran Migas lepas
pantai di Pagerungan, Kecamatan Sapeken, rumput laut, minyak mentah, ikan kelas
ekspor, dan lain sebagainya. Sayangnya, eksplorasi minyak tersebut masih
menyisakan sejumlah persoalan.
MISALNYA, ketidakjelasan penerimaan PBB untuk daerah Sumenep,
kontrak kerja, produksi, luas area, dan lain sebagainya. Meski begitu, pihak Arco
sekarang berganti BP (Beyond petrolium) tetap memperhatikan lingkungan
masyarakat setempat.
Salah satunya dengan meningkatkan sumber pendapatan subsektor perikanan
yang merupakan mata pencaharain utama penduduk Pagerungan Besar. Selain itu,
sekaligus juga melestarikan terumbu karang melalui program community
development telah dipasang 30 buah rumpon piramida dan I buah rumpon horizontal
dari 200 buah ban truk di 3 lokasi terpilih.
Di lain pihak, guna meningkatkan mutu hasil tangkapan ikan, juga dibangun
fasilitas cold storge dan pabrik es untuk penduduk lokal, yang kemudian dikelola
melalui Kelompok Usaha Bersama Ekonomi (KUBE). KUBE ini kelak diharapkan
menjadi cikal bakal kegiatan perekonomian desa, terutama dalam menghadapi
permasalahan peralihan tenaga kerja dari tenaga proyek.
Padahal untuk memasuki otonomi daerah (Otda) Januari 2001, SDA tersebut
dapat menjadi primadona Sumenep untuk meningkatkan PADnya.
Seandainya saja ada kepastian dan kejelasan informasi tentang eksplorasi minyak
tersebut, ini dapat berhasil untuk mengangkat potensi yang ada di kepulauan. Ini
pula berarti juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumenep secara
keseluruhan.
Herannya lagi, kepulauan juga dijadikan tempat "pembuangan" bagi para
pejabat nakal. Padahal, tindakan tersebut berakibat pada pelayanan publik yang
sangat merugikan masyarakat.
Sebenarnya masyarakat kepulauan berharap sekali keterlibatan Pemkab
dalam membantu beban transportasi. Karena selama ini dari pemerinatah hanya
menggunakan perintis seminggu sekali dari Kangean Kalianget Masalembu.
Sementara yang sejenis dengan itu. Kalau pejabat tersebut tetap dipertahankan,
hanya akan menjadi parasit bagi pemerintahan. Demikian harapan Ketua DPR
Sumenep Drs KH Busyro Karim dalam sambutannya dalam sidang paripurna
istimewa di gedung DPR Sumenep
''Untuk itu, menuju Suemnep baru yang dicitacitakan bersama, dimensi yang sama
sekali tidak boleh dilupakan adalah reformasi mental aparat pemerintah dan
masyarakat,'' ujarnya.
A. Upacara adat pengantin dan busana
• Dl kabupaten sumenep madura
Perkawinan merupakan Upacara paling sakral dalam perjalanan kehidupan
manusia. Suatu kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas beberapa Suku Bangsa,
Agama, Adat Istiadat yang berbeda, dengan latar belakang sosial budaya yang
beraneka ragam. Masingmasing daerah mempunyai tata cara tersendiri .tak
terkecuali dalam adat prosesi perkawinannya, baik Jawa, Sumatera, Kalimantan,
dan Madura pada umumnya. Pada Upacara Perkawinan biasanya kedua
mempelai dirias berbusana secara khusus. Berbeda apa yang mereka pakai pada
pestapesta resepsi seharihari. Tata rias dan busana pengantin menjadi pusat
perhatian. Masyarakat dan khususnya menarik perhatian para tamu yang hadir
dalam pesta itu. Oleh karena itu, hal yang demikian itu ternyata juga dilakukan
oleh suku bangsa Madura pada umumnya dan khususnya Sumenep sendiri.
Pakaian pengantin dan alatalat rias disediakan secara khusus serta
pemakainya mempunyai tata cara dan aturanaturan tertentu yang harus
dipatuhi, maka diharapkan salah satu tujuan tata rias akan berhasil yaitu
pengantin akan kelihatan ( benne bahasa madura ) atau pengantin putri akan
tampak lebih cantik dan anggun, pengantin pria nampak tampan. Tata rias
pengantin kecuali mengandung arti keindahan ( estetis ) relegius dan ada
kalanya mengandung arti simbolis serta fungsi dalam kehidupan masyarakat.
• Prosesi Adat ( Lamaran )
Sebelum dilakukan lamaran biasanya di Madura didahului dengan adanya :
− Ngangini ( memberi angin / memberi kabar )
− Arabar pagar ( membabat pagar / perkenalan antar orang tua)
− Alamar nyaba " Jajan "
− Ater tolo ( mengantar bedak perlengk.apan kecantikan, beras, pakaian adat
untuk lebaran )
− Nyeddek temmo ( menentukan tanggal hari H perkawinan ).
Kalau pelaksanaan pernikahan ingin dipercepat, biasanya dilengkapi
dengan pisang susu yang berarti kesusu, jangan lupa sirih dan pisang. Lalu satu
perangkat bahan pakaian termasuk ikat pinggang ( stagen ) yang berarti anak
gadisnya sudah ada yang mengikat.
Setelah bawaan pihak lakilaki digelar diatas meja didepan para tamu
sambil tutupya dibuka untuk disaksikan apa isinya oleh para pini sepuh. Tetapi
semua barang yang dibawa bergantung kepada kemampuan orang tua. Setelah
ada penyerahan kemudian oleholeh tersebut dibawa masuk. Pada pertengahan
acara pihak lakilaki meminta supaya anak gadisnya diperkenalkan. Lalu
disuruh sungkem kepada calon suami dan para pini sepuhnya yang sudah siap
dengan amplop yang berisi uang untuk diberikan kepada calon mantunya.
Setelah tamu pulang maka oleholeh dikeluarkan lagi untuk dibagikan kepada
pini sepuh, sanak famili serta tetangga dekat, untuk memberi tahu bahwa anak
gadisnya sudah bertunangan. Pada malam harinya calon mantu lakilaki diantar
oleh kerabat untuk berkenalan dengan calon mertuanya.
Seminggu kemudian pihak perempuan mengadakan kunjungan balasan
dengan membawa nasi lengkap dengan lauk pauknya antara lain: hidangan
nasi : 6 piring karang benaci ( ikan kambing yang dimasak kecap ) ,1 waskom
gulai kambing , 6 piring ikan kambing masak putih, 6 piring masak ikan ayam
masak merah, 6 sisir sate yang besarbesar ( 1 sisir 10 tusuk ), 2 sisir pisang
raja.
Balasan jajan untuk calon mantu lakilaki terdiri dari satu tenong berisi
nasi lengkap dengan lauknya. Setelah acara lamaran ini maka resmilah
hubungan antara anak gadisnya dengan calon mantunya.
• Acara Sebelum dan Pada Saat Perkawinan
Perawatan untuk calon mempelai wanita, 40 hari sebelum melangsungkan
pernikahan biasanya calon mempelai wanita Madura sudah dipingit artinya
dilarang meninggalkan rumah, dalam masa ini biasanya calon mempelai
melakukan perawatanperawatan tubuh dengan:
− Meminum ramuan jamu Madura.
Untuk perawatan kulit menggunakan:
− Bedak penghalus kulit
− Bedak dingin
− Bedak mangir wangi
− Bedak kamoridhan
− Bedak bida, Yang berkhasiat:
• Menjaga kesehatan kulit
• Menghaluskan kulit muka
• Menjadikan kulit langsat kuning
• Menghilangkan bau badan dll.
Menghindarkan makanan yang banyak mengandung air misalnya buah
buahan ( nanas, mentimun, pepaya, ) Perawatan rambut wangiwangian
menggunakan dupa.
• Upacara Pernikahan
Pada saat melangsungkan pernikahan calon mempelai pria mengenakan
BESKAIC BLANGKON, dan KAIN PANJANG dengan diiringi oleh orang tua,
pini sepuh dan kerabat keluarga.
Sedangkan untuk calon mempelai wanita menggunakan kebaya dan kain
panjang dengan dandanan sederhana. Upacara Akad Nikah dilaksanakan oleh
penghulu dengan dua orang saksi ( Ijab Kabul ) dengan disaksikan oleh para
undangan yang pada umumnya dengan mas kawin berupa Al Qur'an dan
Sajadah ( bentuk apa saja menurut kehendak ) dan selanjutnya dengan syukuran
bersama. Maka resmilah anak gadisnya menjadi istri dari anak keluarga laki
lakinya. Kemudian mempelai lakilaki pulang dulu kerumahnya dilanjutkan
dengan resepsi pernikahan pada malam harinya.
• Resepsi Perkawinan
1. Tata rias penganten Sumenep ada 3 macam:
2. Penganten malam pertama : Rias Lega
3. Penganten malam kedua : Rias Kapotren
4. Penganten malam ketiga : Rias Lilin.
1.1 Resepsi Malam Pertama
Pada malam resepsi perkawinan kedua mempelai datang ketempat
resepsi dengan diiringi oleh perias dan para pini sepuh beserta kerabatnya
atau dengan diantar oleh paman mempelai wanita memasuki ruang resepsi.
Kemudian dilanjutkan dengan upacara Muter Duleng yaitu penganten
wanita duduk bersila pada sebuah baki besaf dengan membelakangi arah
datangnya penganten pria. Penganten pria berjalan jongkok menuju
penganten wanita dan memutar baki sampai berhadapan dengan artian
bahwa penganten pria sudah siap memutar roda rumah tangga.
Sesudah penganten pria memegang ubunubun penganten wanita
dengan mengucap " AKU ADALAH SUAMIMU DAN ENGKAU
ADALAH ISTRIKU " kemudian penganten wanita diajak menuju
pelaminan dengan menggunakan pakaian adat (LEGA). Sedangkan
Undangan adalah para pini sepuh, handai taulan dan semua sanak saudara
serta para kerabat dari kedua belah pihak.
1.2. Resepsi Malam Kedua
Pada malam kedua busana manten adalah KAPUTREN dan undangan
terdiri para pini sepuh dan kalangan dekat saja.
1.3. Resepsi Malam ketiga
Pada malam ketiga ini penganten menggunakan rias Lilin dengan
kebaya putih dengan hiasan melati menandakan lambang kesucian dan
merupakan malam pertama untuk penganten. Pada hari yang ke empat
penganten sudah mengadakan kunjungan keluarga kepada mertua dan sanak
famili, dan manten wanita setiap berkunjung akan selalu mendapat
ONTALAN yaitu berupa pemberian uang dengan ucapan " SELAMAT
MENEMPUH HIDUP BARU ".
B. Karapan Sapi di Madura
Berawal dari sebuah tradisi perayaan keberhasilan panen. Sapisapi
pembajak sawah dijajal adu kecepatan ditanah datar. Sangat menarik menambah
hiburan dalam keceriaan sukses panen. Semakin semarak karena kian banyak
yang senang. Semakin terkenal setelah menjadi olahraga tradisional.
• Sapi
Bukan semua jenis sapi bisa ikut serta dalam karapan. Sapi pilihan dengan
jenis dan warna Madura. Kriteria khusus, sehat dan kuat serta pejantan yang
cukup tingginya, diterapkan dengan ketat. Pra syarat ditentukan, semata
menjaga keseimbangan dalam jalannya karapan. Pilihan bibit sapi karapan
dilakukan secara cermat. Perawatan khusus dilakukan agar mampu membentuk
tubuh sapi yang kuat. Menjelang karapan, persiapan fisik, mental hingga
spiritual sapi pun menjadi kewajiban.
• Ambhin dan Obhit
Sebelum masuk ke arena balapan, pasangan sapi muncul dengan
penampilan yang khas. Ambhin, pakaian kebesaran sapi karapan yang
mempunyai ciri masingmasing daerah. Sebagai unjuk kreativitas sang pemilik
sapi, perlengkapan yang bernilai mahal ini segera dilepas ketika sapi siap
beradu. Dilengkapi dengan obhit yang tidak sekedar sebagai hiasan kepala
semata. Bebat yang dipasang dikepala sapi ini juga membuat pesan spiritual.
Ketika sapi memasuki arena balapan, seluruh hiasan ditubuhnya harus dilepas.
Hingga tinggal kaleles dan obhit yang tersisa. Tak ada sapi karapan yang tidak
mengenakan bebat ini, ia juga membentuk benteng pecaya diri sapi.
• Kaleles dan Anjar
Media tunggang dimana panongkok berada. Kalçlçs harus kuat, terbuat
dari bambu duri pilihan. Bahannya harus tebal, padat dan relatif kecil. Banyak
pertimbangan dan perhitungan dalam pendesainannya. Kalçlçs menjadi tumpuan
dalam kesatuan panongkok (joki) dan sapi. Beberapa bagian seperti jangka,
somilah, dan raçt berpadu membentuk kalçlçs secara utuh. Helai kain yang
menghiasi kalçlçs sebagai hiasan penambah wibawa penampilan sapi karapan.
Selalu berjumlah ganjil, ada yang tiga ada pula yang hanya satu. Selain fungsi
dekoratif, juga menjadi tanda untuk membedakan antara sapi dalam ajang
karapan. Warna selendang yang digunakan joki, senada dengan warna anjar.
• Paraksa dan Pangereng
Paraksa orang paling dekat dengan sapisapi karapan. Melayani kebutuhan
seharihari dari sang sapi mulai dari makanan sampai jamujamuan untuk
meningkatkan stamina sapi adalah tugasnya. Menjelang ajang karapan, paraksa
memijat setiap otototot sapi. Sampai tiba waktunya beradu, sebuah tim
Pangereng siap mendukung. Demikian ketika sapi bersiap didepan garis pacu,
sekian orang pengiring sapi bersiap dibelakang sapi. Pecut, juarju hingga
kelontongan merupakan perlengkapannya. Dengan segala daya menimbulkan
bunyi demi sapi segera berlari melesat menuju garis akhir.
• Panongkok
Nyawa, menjadi taruhan dari kerja joki karapan sapi. Ketika sapi begitu
bersemangat berlari, joki pun semakin menggebu memacu. Berbekal sebelah
kaki terkait dikaleles. Kedua tangan diekorekor sapi. Keseimbangan badan
kecilnya sagnat menentukan. Kaitan emosi antara panongkok dan sapi begitu
erat. Komunikasi yang terjalin diantara keduanya membentuk kebiasaan bagi
sapi untuk bepacu lurus nan kencang. Menggunakan raco, merupakan piranti
penting dalam karapan sapi. Terbuat dari rotan dengan duriduri, terikat dikedua
pergelangan tangan sang panongkok. Sebagai alat untuk merangsang sapi agar
terus berlari kencang tiada henti, hingga digaris finish.
• Saronen
Karapan sapi merupakan luapan kegembiraan. Simbol semarak ditandai
dengan hadirnya sekelompok orang yang memainkan musik tradisional madura.
Sembilan orang dengan perlengkapannya masingmasing menghibur dan
menebar aroma khas pulau garam. Sapisapi karapan turut menikmati irama
yang didominasi suara alat sejenis terompet itu. Kakikaki kokohnya melangkah
seirama dengan musik yang dimainkan priapria berseragam warna mencolok.
Saronen mendukung predikat yang diraih sepasang sapi karapan.
C. Wisata
• Daya Tarik Wisata Religi Di Madura
Bagi kaum muslimin di 4 kabupaten Pulau Madura, kehadiran hari raya
seusai menunaikan ibadah puasa sebulan suntuk, tidak hanya disikapi sebagai
hari "kemenangan akbar melawan hawa nafsu", tetapi juga direfleksikan dalam
berbagai bentuk tradisi ritual bermakna religius. Tradisi sakral ini umumnya
dilakukan oleh kalangan orang tua, ulama, tokoh masyarakat, sesepuh desa dan
tokoh panutan lainnya. Sementara para kawula mudanya, terutama mereka yang
masih dalam kisaran ABG ("anak baru gede"), lebih getol meletupkan
kegembiraan mereka diberbagai obyek wisata pantai.
Seperti biasanya, setiap kali hari raya Idul Fitri tiba, 4 kabupaten di Pulau
Madura yang mayoritas dihuni kaum muslimin, pasti dilanda kesibukan luar
biasa. Sejak jam 04.30 seusai Sholat Subuh, sekitar 2,5 juta lebih Umat Islam di
Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, berduyunduyun
menuju ribuan mesjid di desadesa, ibu kota kecamatan dan mesjid agung di
masingmasing kabupaten.
Mereka akan menunaikan Sholat Ied pada saat fajar mulai menyingsing,
sekaligus sebagai perwujudan hari kemenangan bagi mereka dalam memerangi
hawa nafsu selama bulan suci Ramadhan. Dari sinilah, serbaneka tradisi unik itu
akan bermula.
Satu pesona yang bisa kita petik pada saat menjelang Sholat Ied dimulai,
adalah tongkrongan kaum muslimin dan muslimat yang ratarata tampil beda.
Mereka, mulai dari kalangan bapak, ibu, pemuda, remaja dan anakanak, benar
benar tampil serba wah dan menor. Mulai dari baju, sarung, songkok, sandal,
sejadah, kerudung, kain panjang, kebaya, mukena dan ragam asesori lainnya,
semuanya serba baru dan mentereng. Bau parfumpun mewarnai seputar areal
mesjid baik di desa, ibu kota kecamatan maupun mesjid agung kabupaten.
Tidak hanya itu, ekosistem lingkungan di mana mereka berdomisili, entah
itu Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, juga ikutikutan
berdandan menterang. Mesjid, mushola, langgar, rumahrumah penduduk
umumnya dihias dengan warnawarni cat baru. Tak terkecuali, seantero jalan
jalan perkotaan juga bersih kelimis, bahkan tak jarang dihiasi kelapkelip lampu
hias warnawarni."Yah, begitulah cara Umat Islam di Madura merayakan
kemenangan mereka melawan hawa nafsu pada saat hari raya Idul Fitri,"
komentar seniman asal Kabupaten Pamekasan, Drs H Parso Adyanto.
• Ke Situs Keramat
Seusai Sholat Ied dan ziarah ke makam leluhur di pemakaman umum,
tradisi bernuansa religius di Pulau Madura masih berlanjut. Biasanya, para
ulama, tokoh masyarakat, pemuka desa, pejabat, pengusaha dan kebanyakan
orang dewasa lainnya, lalu melanjutkan ziarah mereka ke pelbagai situs keramat
yang ada. Umumnya, obyek yang mereka kunjungi adalah para tokoh Islam
terkemuka tempo dulu.
Hal serupa juga dilakukan kebanyakan Ulama dan tokoh masyarakat di
Kabupaten Sumenep, Pamekasan dan Sampang. Di Sumenep, situs keramat
yang biasa diziarahi seusai sholat Ied adalam kompleks makam rajaraja Asta
Tenggi, tempat bersemayamnya Panembahan Bindara Saod alias Tumenggung
Tirtonegoro I (l750 1762), Panembahan Somala Asirudin alias Notokusumo I
(l762 1811), Sultan Abdurachman (1811 1854), Panembahan Somala M
Saleh alias Notokusumo II (1854 1879 ) , Panembahan Pakuningrat (1879
l901) dan Pangeran Ario Praningkusumo (1901 1926). "Semasa hidupnya,
rajaraka itu terkenal sebagai tokoh Islam yang memiliki kesaktian tak lumrah
manusia," kata budayawan kondang Sumenep, Edy Setyawan SH." Jadi
wajarlah kalau Asta Tenggi banyak diziarahi Umat Islam di hari raya Idul Fitri,"
tambahnya.
Selain itu, situs keramat di Sumenep yang kaprah pula diziarahi di hari
raya, adalah makam Sayyid Yusuf di Pulau Poteran, kuburan Jokotole alias
Panembahan Secodiningrat III di Desa SahAsah, Kecamatan Manding dan
masih banyak lagi. Sementara di Kabupaten Pamekasan, para peziarah biasa
sowan ke situs keramat Batuampar yang kesohor, berikut di Kabupaten
Sampang ziarah ke makam rajaraja di bekas Kraton Madegan.
Umumnya, para peziarah keberbagai situasi keramat itu, sejenak
melakukan tirakatan, wiridan dan laok ritual lainnya. Intinya, setelah mereka
merayakan kemenangan akbar melawan hawa nafsu, lalu memohon kepada
Allah SWT, agar kehidupan mereka untuk satu tahun ke depan, dimuliakan
seperti para tokoh Islam terkemuka yang bersemayam di balik kuburan keramat
itu.
Tak kalah artistiknya adalah bangunan cukup bagian kiri Asta Tenggi di
Sumenep, tempat makam Panembahan Somala Asirudin, Sultan Abdurachman,
Panembahan Somala M Saleh, Panembahan Pakuningrat dan Pangeran Ario
Praningkusumo. Bedanya, cungkup ini berwujud perpaduan seni asrsitektur
Islam Eropa dan Tiongkok Kuno. Jadi, tidaklah berlebihan, siapapun yang
berziarah keberbagai situs keramat di Madura itu, sama halnya dengan
melakukan perjalanan wisata religius.
bagi para ulama, tokoh masyarakat dan kalangan tokoh panutan
lainnya,nampaknya memang ajeg pada kebiasaan mereka untuk berziarah
keberbagai situ keramat seusai Sholat Ied di hari raya Idul Fitri. Lalu, para
kawula mudanya melancong ke mana ? Merekapun, terutama mudamuda yang
masih berusia ABG , kaprah menyerbu berbagai obyek wisata pantai.
Di lain pihak, para mudamudi Kabupaten Sumenep, suntuk hingga sore
hari berlehaleha di kawasan pantai elok Lombang di Kecamatan BatangBatang
atau Pantai Slopeng di Kecamatan Slopeng yang kondang akan keajaiban
gunung pasirnya. Umumnya, sambil mengenakan busana baru, para kawula
muda di Madura itu, amat senang menikmati keelokan laut sambil ikut perahu
pesiar, mandi di laut, atau juga tak jarang yang keliling seputar pantai naik
andong atau becak.
Pantaipantai yang banyak dikunjungi dikabupaten sumenep yaitu yang
sudah disebutkan diatas yaitu lombang, slopeng, dan masih banyak lagi seperti,
talang siring pasongsongan, tanjung dan yang lainnya
BAB III
KESIMPULAN
Gambar, kerapan sapi
Daftar Pustaka