You are on page 1of 7

‫األمر يدل على الوجوب‬

“ Perintah menunjukkan atas kewajiban”

Hukum asal perintah adalah wajib terkecuali adanya qorinah yang memmalingkannya
dari hukum wajib menjadi sunnah atau mubah.

Ada empat qorinah/petunjuk yang memalingkan suatu perintah itu berubah dari hukum
wajib menjadi hukum sunnah ,yaitu;

1. Bila terdapat dalil perintah kemudian disebutkan berikutnya ta’lil/penjelasan yang


menunjukkan bahwa perintah itu sunnah.
2. Jika datang dalil yang lain yang menunjukkan bahwa perintah pada dalil yang
awal tidak wajib.
3. Jika datang perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meninggalkan
perintah tersebut.
4. Jika datang atsar dari Sahabat yang mana ia meriwayatkan sebuah hadits yang
menunjukkan suatu perintah tidak wajib, maka perawi lebih mengetahui dengan
apa-apa yang telah ia riwayatkan.

(Fikh ‘ala Manhaj Ahli al-hadits- karya Syaikh Zakarya Ghulam Qodir al-Bakistany).

Oleh karena perintah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masalah


“memelihara jenggot” hukumnya tetap menjadi wajib bukan sunnah (secara hukum
taklifyah) karena tidak ada qorinah yang memalingkan hukumnya, dari empat qorinah di
atas.

Kemudian datanglah subhat-subhat dari pihak-pihak yang ingin merubah hukum


“perintah memelihara jenggot” dari wajib menjadi sunnah dan mencukurnya bukan dosa
yang tercela, dikarenakan tidak ada dalil yang spesifik baik dari al-qur’an dan hadits
tentang pahala memanjangkan jenggot dan dosa atau adzab bagi yang memotong atau
tidak memanjangkan jenggot . Bahkan secara tidak langsung balik menuduh ulama
yang menfatwakan “wajibnya memelihara jenggot dan keharaman memotongnya” telah
melakukan kebid’ahan yang sesat, karena telah mewajibkan sesuatu yang tidak
diwajibkan oleh Allah dan Rosul-Nya.

Subhat ini juga dilontarkan dengan menggunakan kaidah fikh dari Bab Qiyas, yakni;

ً ‫الحكم يدور مع علته وجوداً وعدما‬

(Sebuah hukum berputar menurut ‘illatnya (sebab hukumnya),adanya atau


ketiadaannya”

 
Dengan berhujjah dengan kaidah ini, mereka ingin mengatakan Bahwa hukum
memelihara jenggot, menjadi tidak wajib dikarenakan yang menjadi sebab
hukumnya/illatnya yang menjadikannya wajib sudah tidak ada, yakni perintah Nabi J ‫َخالِفُوا‬
ْ ‫ ” ا ْل ُم‬selisihilah orang-orang musyrik”
َ‫ش ِركِين‬

Sebagaimana sabda Nabi ;

‫ب َوأَ ْوفُوا اللِّ َحى‬


َ ‫ار‬ َّ ‫ش ِركِينَ أَ ْحفُوا ال‬
ِ ‫ش َو‬ ْ ‫َخالِفُوا ا ْل ُم‬

(‫) )عن ابن عمر‬259 ‫ رقم‬1/222( ‫ ومسلم‬، )5553 ‫ رقم‬، 5/2209( ‫ أخرجه البخارى‬.

“ Selisihilah orang- orang musyrik, cukurlah kumis dan biarkanlah jenggot” HR. Bukhori
Dan muslim)

Alasannya adalah :

trend/kebiasaan orang-orang musyrik di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam sangat berbeda dengan orang musyrik di zaman sekarang.

1. Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam musyrik yang dimaksud adalah orang-
orang kafir Qurais dan orang-orang majusi yang pada waktu itu trendnya tidak
memanjangkan jenggot,

2. akan tetapi umat Islam saat ini menghadapi jenis orang musyrik lebih kompleks
dengan bermacam-macam trend, bahkan untuk saat ini memanjangkan jenggot justru
bisa menyamai orang musyrik, sebab diantara mereka juga ada yang “mewajibkan”
jenggot diantaranya; yahudi orthodox, kaum sing/sikh, penganut konghucu dan lain-lain.

Bantahannya:

Adapun ucapan bahwa ‘illat dari wajibnya memelihara jenggot Adalah menyelisihi orang
musyrik, untuk masa sekarang sudah tidak ada/telah hilang dengan alasan di atas, oleh
karenanya sudah tidak ada lagi kewajiban memelihara jenggot.

Maka jawabnya sebagai berikut;

1. ucapan bahwa masa sekarang I’llatnya sudah tidak ada, maka sebenarnya hal
ini menyelisihi realita, dengan pertanyaan; Apakah semua orang Majusi dan
Nashroni memelihara jenggot? lebih banyak manakah kaum musyrik saat ini
yang memelihara jenggot dibandingkan dengan musyrik yang mencukurnya?
Maka jawabnya tidak diragukan lagi bahwa jauh lebih banyak orang musyrik
yang mencukur jenggotnya. Oleh karena dakwaan dengan alasan ini tidak dapat
dikatakan ‘illatnya telah lenyap
2. ‘Illat kewajiban memelihara jenggot bukan hanya sekedar “menyelisihi orang-
orang kafir” semata, tetapi masih ada ‘illat yang lain, yakni;
1. merubah ciptaan Allah

firman Allah subhana wata’ala ;

*
‫وآلمرنهم فليغيرن خلق هللا‬

Dan akan aku (syaitan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar
mereka meubahnya (Q.S. An Nisa’ : 119)

Bahwa tidak boleh merubah ciptaan Allah terkecuali apa-apa yang dibenarkan secara
syar’i.

1. memelihara jenggot termasuk fitrah

Firman Allah subhana wata’ala ;

ِ ‫اس َعلَ ْي َها اَل َت ْبدِيل َ ل َِخ ْل ِق هَّللا ِ َذلِ َك الدِّ ينُ ا ْل َق ِّي ُم َولَكِنَّ أَ ْك َث َر ال َّن‬
َ‫اس اَل َي ْعلَمُون‬ َ ‫ين َحنِي ًفا ف ِْط َر َة هَّللا ِ الَّتِي َف َط َر ال َّن‬
ِ ِّ‫َفأَقِ ْم َو ْج َه َك لِلد‬

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(Ar-ruum:30)

ُّ ‫شاقُ ا ْلمَاءِ َو َق‬


‫ص‬ َ ‫استِ ْن‬ ِّ ‫ب َوإِ ْع َفا ُء اللِّ ْح َي ِة َوال‬
ْ ‫س َوا ُك َو‬ ِ ‫ار‬
ِ ‫ش‬ ُّ ‫ش ٌر مِنْ ا ْلف ِْط َر ِة َق‬
َّ ‫ص ال‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
ْ ‫سلَّ َم َع‬ َ ِ ‫سول ُ هَّللا‬
ُ ‫ش َة َقالَتْ َقال َ َر‬
َ ِ‫َعنْ َعائ‬
‫ض َة‬ ْ ‫ب َو َنسِ يتُ ا ْل َعاشِ َر َة إِاَّل أَنْ َت ُكونَ ا ْل َم‬
َ ‫ض َم‬ ْ ‫اص ا ْلمَاءِ َقال َ َز َك ِر َّيا ُء َقال َ ُم‬
ٌ ‫ص َع‬ ُ ‫ف اإْل ِ ِبطِ َو َح ْلقُ ا ْل َعا َن ِة َوا ْنتِ َق‬ ِ ‫اأْل َ ْظ َف‬
ُ ‫ار َو َغ ْسل ُ ا ْل َب َرا ِج ِم َو َن ْت‬ *
Dari Aisyah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada
sepuluh perkara dari fitrah; mencukur kumis, memanjangkan jenggot, bersiwak,
beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung), memotong kuku, bersuci dengan air,
mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan beristinja’ dengan air.” Zakariya
berkata, Mush’ab berkata, “Dan aku lupa yang kesepuluh, kecuali ia adalah berkumur-
kumur.” HR. Muslim

1. memerilhara jenggot termasuk sunnahnya para utusan

Firman Allah subhana wata’ala ;

*
‫َقال َ َيا ابْنَ أ ُ َّم اَل َتأْ ُخ ْذ بِل ِْح َيتِي َواَل بِ َر ْأسِ ي‬

Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan
(pula) kepalaku..(Q.S. Thoha : 94)
 

Syaikh Muhammad bin Sholih Utsaimin Rohimahullah telah ditanya tentang sebagian
manusia telah berkata bahwa, ‘Illat (sebab hukum) memelihara jemggot dikarenakan
menyelisihi orang Majusi dan Nashroni sebagai mana terdapat di dalam hadits, dan
‘illatnya saat ini sudah tidak ada, karena orang Nashroni dan Majusi memelihara
jenggot mereka?

Maka jawaban Beliau terhadap subhat ini dari beberapa segi;

Pertama: Bahwa memelihara jenggot bukan hanya dari sisi menyelisihi saja, tetapi ia
termasuk dari fitrah sebagaimana terdapat di dalam hadits shohih Muslim, maka
sesungguhnya memelihara jenggot termasuk fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu, dan sebagai usaha membaguskan ftrah, dan mengangap
jelek pada selainnya.

Kedua: Saat ini tidak semua orang Majusi dan Yahudi saat ini yang memelihara
jenggotnya, dan tidak ada seper empat mereka, bahkan kebanyakan mereka mencukur
jenggot mereka sebagaimana disaksikan dan realitanya.

Ketiga : Sesungguhnya suatu hukum ketika telah ditetapkan secara syari’at, dari sisi
makna telah hilang/sudah tidak ada lagi, namun hukum ini mencocoki fitrah atau syi’ar
dari syi’ar- syi’ar Islam, maka hukumnya tetap (tidak berubah) walaupun sebabnya
sudah tidak ada. Apakah engkau tidak mengetahui pada praktek romal/lari-lari kecil
pada waktu thowaf, sebabnya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Para
sahabat menampakkan ketahanan dan kekuatan di depan orang-orang musyrik,
dimana mereka telah berkata; ” bahwa akan datang pada kalian suatu kaum yang
sudah loyo karena panasnya kota yatsrib (madinah)”, dan walaupun ‘illatnya telah
hilang, namun hukumnya tetap, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
romal/lari kecil saat haji wada’.

Maka kesimpulannya ; bahwa wajib bagi seorang mukmin bila Allah dan Rosul-Nya
telah menghukumi suatu perkara, ia berkata sami’na wa atho’na ( kami mendengar dan
kami taat ), sebagimana firman Allah subhana wata’ala ;

َ‫سم ِْع َنا َوأَ َط ْع َنا َوأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِحُون‬


َ ‫سولِ ِه لِ َي ْح ُك َم َب ْي َن ُه ْم أَنْ َيقُولُوا‬ *
ُ ‫إِ َّن َما َكانَ َق ْول َ ا ْل ُم ْؤ ِمنِينَ إِ َذا ُد ُعوا إِلَى هَّللا ِ َو َر‬

Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami
mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (Surat
An-Nur ayat 51).
Dan janganlah seperti orang yang berkata kami mendengar dan kami menentang atau
mereka beregang teguh pada ‘illat yang lemah dan alas an-alasan yang tidak berdasar,
maka sesungguhnya ini adalah keadaan orang yang tidak menerima/menyerah
sebagimana tujuan menyerah/ manut karena perintah Allah dan rosul-Nya, Allah ‘Azza
wa Jalla berfirman;

ً ‫ضالالً ُمبِينا‬
َ َّ ‫ضل‬ ُ ‫ص هَّللا َ َو َر‬
َ ْ‫سولَ ُه َف َقد‬ ُ ‫ضى هَّللا ُ َو َر‬
ِ ‫سولُ ُه أَ ْمراً أَنْ َي ُكونَ لَ ُه ُم ا ْل ِخ َي َرةُ مِنْ أَ ْم ِر ِه ْم َومَنْ َي ْع‬ َ ‫ِن َوال ُم ْؤ ِم َن ٍة إِ َذا َق‬
ٍ ‫َو َما َكانَ لِ ُم ْؤم‬
*
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.(Q.S. Al-
ahzaab: 36).

Dan Firman Allah Ta’ala;

ً ‫سلِّ ُموا َت ْسلِيما‬ َ ‫ش َج َر َب ْي َن ُه ْم ُث َّم ال َي ِجدُوا فِي أَ ْنفُسِ ِه ْم َح َرجا ً ِم َّما َق‬
َ ‫ض ْيتَ َو ُي‬ َ ‫َفال َو َر ِّب َك ال ُي ْؤ ِم ُنونَ َح َّتى ُي َح ِّك ُمو َك فِي َما‬ *
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(An-Nisaa’:65)

Kemudian Beliau berkata : Dan saya tidak tahu tentang orang yang berkata seperti
perkataan ini, apakah ia akan mampu menghadapkannya pada Tuhannya pada hari
kiamat, dan bagi kami, kami mendengar dan kami taat dan kami menunaikan perintah
Allah dan Rosul-nya pada semua keadaan. Sekian.(Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin
11/129-130)

Syaikh Utsaimin juga berkata: memelihara jenggot termasuk sunnah para Rosul, Allah
telah berfirman tentang Nabi Harun dimana ia berkata pada saudaranya, Nabi Musa
‘Alaihi salam;

‫َقال َ َيا ابْنَ أ ُ َّم اَل َتأْ ُخ ْذ بِل ِْح َيتِي َواَل بِ َر ْأسِ ي إِ ِّني َخشِ يتُ أَنْ َتقُول َ َف َّر ْقتَ َبيْنَ َبنِي إِ ْس َرائِيل َ َولَ ْم َت ْرقُ ْب َق ْولِي‬ *
Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan
(pula) kepalaku; Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku):
“Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”.
(Thoha : 94
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi dan lebih
utamanya mereka telah memelihara jenggotnya, demikian pula para Kholifahnya, para
Sahabatnya dan para Imam-imam islam dan umumnya mereka, selain masa-masa
akhir dimana banyak yang menyelisihi seperti yang telah ditetapi oleh Nabi mereka
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salafuhum as-sholih ridhwanallahu ‘alaihim,
memelihara jenggot adalah petunjuk para Nabi yang terutus dan orang-orang yang
mengikuti mereka, juga termasuk fitrah dimana Allah telah menciptakannya atas fitrah,
sebagaimana telah tetap di dalam hadits shohih muslim, dan Oleh karena itu ucapan
yang rojih adalah haram mencukurnya sebagaimana pendapat yang dipilih Syaikh Islam
Ibnu Taimyah Rohimahullah, yakni karena perintah Nabi j dengan membiarkan dan
memelihara jenggot.

Adapun eksistensi hikmah dari memelihara jenggot adalah menyelisihi orang kafir,
penafian-penafian saat ini tidak diakui, karena ‘illatnya bukan sekedar menyelisihi
Yahudi saja, tetapi bahkan telah tetap hadits di dalam shohihain ‫ خالفوا المشركين‬selisihilan
orang kafir dan di dalam shohih Muslim : ‫ خالفوا المجوس‬selisihilah orang Majusi,
kemudian perintah menyelisihi mereka bukanlah satu-satunya ‘illat, bahkan ada ‘illat
lain atau lebih banyak.misalnya;

1. mencocoki petunjuk para rosul di dalam memelihara jenggot


2. Menetapi hukum fitrah
3. Tidak merubah pada ciptaan Allah, tanpa mendapatkan ijin dari-Nya

Maka semua ‘illat-’illat ini mewajibkan membiarkan dan memelihara jenggot bersamaan
menyelisihi musuh-musuh Allah dari orang-orang musyrik, Majusi dan Yahudi.
Kemudian ajakan-ajakan menafikannya tidaklah diakui, Sesungguhnya kebanyakan
para musuh Allah hari ini dari Yahudi dan selainnya, mereka mencukur jenggot ,
sebagaimana diketahui lewat orang memiliki informasi pada keadaan penduduk dan
perbuatan-perbuatan mereka, kemudian ia menetapkan bahwa saat ini kebanyakan
mereka memelihara jenggot, sesungguhnya alasan ini tidak bisa menghilangkan
disyari’atkannya memelihara jenggot , karena menyerupainya pada musuh-musuh Allah
dengan apa apa yang telah disyari’atkan pada ahli islam, ia tidak boleh merobek
syiari’at, bahkan selayaknya engkau berpegangteguh (pada sunnah-pent) yakni ketika
kalian (kaum musyrik) menyerupai dengan kami dalam memelihara jenggot dan
menjadilah kalian orang yang mengikuti kami, dan memihaklah kalian pada
kebaikannya serta kembalilah kalian mengikuti fitrah. sekian.(Majmu’ Fatawa Ibnu
Utsaimin 16/46-47)

DIANTARA ULAMA YANG MEMBAHAS MASALAH MEMELIHARA JENGGOT

Selain Syaikh Utsaimin dan syaikh Bin baz yang menfatwakan wajibnya memelihara
jenggot juga banyak ulama-ulama lain zaman ini, diantaranya:

1. Syaikh abdul Jalil ‘isa

Di dalam kitabnya “Maa laa yajuzu fihi al-khilaf baina al-muslimin” ia menyebutkan
mencukur jenggot adalah harom menurut Jumhur ulama, dan hukumnya makruh
menurut yang lain.

1. Syaikh ‘Ali mahfudz Rohimahullah


Di dalam kitabnya ” Al-ibdau fii madhori al-ibtida” menyebutkan Imam empat madzhab
telah sepakat atas wajibnya memelihara jenggot dan keharamannya mencukur dan
memotongnya sedikit.

3. Syaikh Muhammad sulthon Al-ma’shumy al-khojnady

Di dalam kitab “‘ardu al-jauhari As-tsamin” : Sesungguhnya mencukur jenggot dan


membersihkannya dibenci dengan keharaman sebagaimana dikerjakan oleh tentara
salib / orang barat.

4. Syaikh Ahmad bin abdirrohman al-banna ( Ayahnya Syaikh Hasan Al-Banna )

Di dalam ta’liqnya atas kitab ” Al-fathu ar-robbany litartibi musnad Ahmad bin hanbal as-
syaibany ” : Adapun menghilangkan jenggot dengan mencukurnya adalah haram, ini
juga adalah madzhabnya ad-dhohiryah, madzhab Hambaliyah dan jumhur ulama.

5. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-albany

Di dalam kitab ” adabu az-zufaf ” setelah beliau menjelaskan dali-dalil keharaman


mencukur jenggot ” termasuk dari bagian yang tidak ada keraguan tentangnya menurut
orang yang selamat fitrahnya dan baik penampilannya ( kegantengannya ), bahwa
keduanya adalah termasuk petunjuk salaf yang menyebutkan cukupnya menetapkan
kewajiban memelihara jenggot dan keharaman memotongnya,maka mencukupi dengan
kedua petunjuk itu secara bersamaan.

6. Syaikh Abu bakar jabir Al-jazairy di dalam kitabnya ” adillatu tahrimi halqi al-lihya”

( dinukil dari kitab ” Iqomatu al-hujjah bi dzikri adillati wujubi al-I’fai al-lihyah wa yaliha
fatawa oleh Abdullah bin jarillah )

Allahu al-musta’an wallohu a’lam……

You might also like