Professional Documents
Culture Documents
Hukum asal perintah adalah wajib terkecuali adanya qorinah yang memmalingkannya
dari hukum wajib menjadi sunnah atau mubah.
Ada empat qorinah/petunjuk yang memalingkan suatu perintah itu berubah dari hukum
wajib menjadi hukum sunnah ,yaitu;
(Fikh ‘ala Manhaj Ahli al-hadits- karya Syaikh Zakarya Ghulam Qodir al-Bakistany).
Subhat ini juga dilontarkan dengan menggunakan kaidah fikh dari Bab Qiyas, yakni;
Dengan berhujjah dengan kaidah ini, mereka ingin mengatakan Bahwa hukum
memelihara jenggot, menjadi tidak wajib dikarenakan yang menjadi sebab
hukumnya/illatnya yang menjadikannya wajib sudah tidak ada, yakni perintah Nabi J َخالِفُوا
ْ ” ا ْل ُمselisihilah orang-orang musyrik”
َش ِركِين
() )عن ابن عمر259 رقم1/222( ومسلم، )5553 رقم، 5/2209( أخرجه البخارى.
“ Selisihilah orang- orang musyrik, cukurlah kumis dan biarkanlah jenggot” HR. Bukhori
Dan muslim)
Alasannya adalah :
1. Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam musyrik yang dimaksud adalah orang-
orang kafir Qurais dan orang-orang majusi yang pada waktu itu trendnya tidak
memanjangkan jenggot,
2. akan tetapi umat Islam saat ini menghadapi jenis orang musyrik lebih kompleks
dengan bermacam-macam trend, bahkan untuk saat ini memanjangkan jenggot justru
bisa menyamai orang musyrik, sebab diantara mereka juga ada yang “mewajibkan”
jenggot diantaranya; yahudi orthodox, kaum sing/sikh, penganut konghucu dan lain-lain.
Bantahannya:
Adapun ucapan bahwa ‘illat dari wajibnya memelihara jenggot Adalah menyelisihi orang
musyrik, untuk masa sekarang sudah tidak ada/telah hilang dengan alasan di atas, oleh
karenanya sudah tidak ada lagi kewajiban memelihara jenggot.
1. ucapan bahwa masa sekarang I’llatnya sudah tidak ada, maka sebenarnya hal
ini menyelisihi realita, dengan pertanyaan; Apakah semua orang Majusi dan
Nashroni memelihara jenggot? lebih banyak manakah kaum musyrik saat ini
yang memelihara jenggot dibandingkan dengan musyrik yang mencukurnya?
Maka jawabnya tidak diragukan lagi bahwa jauh lebih banyak orang musyrik
yang mencukur jenggotnya. Oleh karena dakwaan dengan alasan ini tidak dapat
dikatakan ‘illatnya telah lenyap
2. ‘Illat kewajiban memelihara jenggot bukan hanya sekedar “menyelisihi orang-
orang kafir” semata, tetapi masih ada ‘illat yang lain, yakni;
1. merubah ciptaan Allah
*
وآلمرنهم فليغيرن خلق هللا
Dan akan aku (syaitan) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar
mereka meubahnya (Q.S. An Nisa’ : 119)
Bahwa tidak boleh merubah ciptaan Allah terkecuali apa-apa yang dibenarkan secara
syar’i.
ِ اس َعلَ ْي َها اَل َت ْبدِيل َ ل َِخ ْل ِق هَّللا ِ َذلِ َك الدِّ ينُ ا ْل َق ِّي ُم َولَكِنَّ أَ ْك َث َر ال َّن
َاس اَل َي ْعلَمُون َ ين َحنِي ًفا ف ِْط َر َة هَّللا ِ الَّتِي َف َط َر ال َّن
ِ َِّفأَقِ ْم َو ْج َه َك لِلد
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(Ar-ruum:30)
*
َقال َ َيا ابْنَ أ ُ َّم اَل َتأْ ُخ ْذ بِل ِْح َيتِي َواَل بِ َر ْأسِ ي
Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan
(pula) kepalaku..(Q.S. Thoha : 94)
Syaikh Muhammad bin Sholih Utsaimin Rohimahullah telah ditanya tentang sebagian
manusia telah berkata bahwa, ‘Illat (sebab hukum) memelihara jemggot dikarenakan
menyelisihi orang Majusi dan Nashroni sebagai mana terdapat di dalam hadits, dan
‘illatnya saat ini sudah tidak ada, karena orang Nashroni dan Majusi memelihara
jenggot mereka?
Pertama: Bahwa memelihara jenggot bukan hanya dari sisi menyelisihi saja, tetapi ia
termasuk dari fitrah sebagaimana terdapat di dalam hadits shohih Muslim, maka
sesungguhnya memelihara jenggot termasuk fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu, dan sebagai usaha membaguskan ftrah, dan mengangap
jelek pada selainnya.
Kedua: Saat ini tidak semua orang Majusi dan Yahudi saat ini yang memelihara
jenggotnya, dan tidak ada seper empat mereka, bahkan kebanyakan mereka mencukur
jenggot mereka sebagaimana disaksikan dan realitanya.
Ketiga : Sesungguhnya suatu hukum ketika telah ditetapkan secara syari’at, dari sisi
makna telah hilang/sudah tidak ada lagi, namun hukum ini mencocoki fitrah atau syi’ar
dari syi’ar- syi’ar Islam, maka hukumnya tetap (tidak berubah) walaupun sebabnya
sudah tidak ada. Apakah engkau tidak mengetahui pada praktek romal/lari-lari kecil
pada waktu thowaf, sebabnya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Para
sahabat menampakkan ketahanan dan kekuatan di depan orang-orang musyrik,
dimana mereka telah berkata; ” bahwa akan datang pada kalian suatu kaum yang
sudah loyo karena panasnya kota yatsrib (madinah)”, dan walaupun ‘illatnya telah
hilang, namun hukumnya tetap, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan
romal/lari kecil saat haji wada’.
Maka kesimpulannya ; bahwa wajib bagi seorang mukmin bila Allah dan Rosul-Nya
telah menghukumi suatu perkara, ia berkata sami’na wa atho’na ( kami mendengar dan
kami taat ), sebagimana firman Allah subhana wata’ala ;
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami
mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (Surat
An-Nur ayat 51).
Dan janganlah seperti orang yang berkata kami mendengar dan kami menentang atau
mereka beregang teguh pada ‘illat yang lemah dan alas an-alasan yang tidak berdasar,
maka sesungguhnya ini adalah keadaan orang yang tidak menerima/menyerah
sebagimana tujuan menyerah/ manut karena perintah Allah dan rosul-Nya, Allah ‘Azza
wa Jalla berfirman;
ً ضالالً ُمبِينا
َ َّ ضل ُ ص هَّللا َ َو َر
َ ْسولَ ُه َف َقد ُ ضى هَّللا ُ َو َر
ِ سولُ ُه أَ ْمراً أَنْ َي ُكونَ لَ ُه ُم ا ْل ِخ َي َرةُ مِنْ أَ ْم ِر ِه ْم َومَنْ َي ْع َ ِن َوال ُم ْؤ ِم َن ٍة إِ َذا َق
ٍ َو َما َكانَ لِ ُم ْؤم
*
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.(Q.S. Al-
ahzaab: 36).
ً سلِّ ُموا َت ْسلِيما َ ش َج َر َب ْي َن ُه ْم ُث َّم ال َي ِجدُوا فِي أَ ْنفُسِ ِه ْم َح َرجا ً ِم َّما َق
َ ض ْيتَ َو ُي َ َفال َو َر ِّب َك ال ُي ْؤ ِم ُنونَ َح َّتى ُي َح ِّك ُمو َك فِي َما *
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(An-Nisaa’:65)
Kemudian Beliau berkata : Dan saya tidak tahu tentang orang yang berkata seperti
perkataan ini, apakah ia akan mampu menghadapkannya pada Tuhannya pada hari
kiamat, dan bagi kami, kami mendengar dan kami taat dan kami menunaikan perintah
Allah dan Rosul-nya pada semua keadaan. Sekian.(Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin
11/129-130)
Syaikh Utsaimin juga berkata: memelihara jenggot termasuk sunnah para Rosul, Allah
telah berfirman tentang Nabi Harun dimana ia berkata pada saudaranya, Nabi Musa
‘Alaihi salam;
َقال َ َيا ابْنَ أ ُ َّم اَل َتأْ ُخ ْذ بِل ِْح َيتِي َواَل بِ َر ْأسِ ي إِ ِّني َخشِ يتُ أَنْ َتقُول َ َف َّر ْقتَ َبيْنَ َبنِي إِ ْس َرائِيل َ َولَ ْم َت ْرقُ ْب َق ْولِي *
Harun menjawab’ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan
(pula) kepalaku; Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku):
“Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”.
(Thoha : 94
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi dan lebih
utamanya mereka telah memelihara jenggotnya, demikian pula para Kholifahnya, para
Sahabatnya dan para Imam-imam islam dan umumnya mereka, selain masa-masa
akhir dimana banyak yang menyelisihi seperti yang telah ditetapi oleh Nabi mereka
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salafuhum as-sholih ridhwanallahu ‘alaihim,
memelihara jenggot adalah petunjuk para Nabi yang terutus dan orang-orang yang
mengikuti mereka, juga termasuk fitrah dimana Allah telah menciptakannya atas fitrah,
sebagaimana telah tetap di dalam hadits shohih muslim, dan Oleh karena itu ucapan
yang rojih adalah haram mencukurnya sebagaimana pendapat yang dipilih Syaikh Islam
Ibnu Taimyah Rohimahullah, yakni karena perintah Nabi j dengan membiarkan dan
memelihara jenggot.
Adapun eksistensi hikmah dari memelihara jenggot adalah menyelisihi orang kafir,
penafian-penafian saat ini tidak diakui, karena ‘illatnya bukan sekedar menyelisihi
Yahudi saja, tetapi bahkan telah tetap hadits di dalam shohihain خالفوا المشركينselisihilan
orang kafir dan di dalam shohih Muslim : خالفوا المجوسselisihilah orang Majusi,
kemudian perintah menyelisihi mereka bukanlah satu-satunya ‘illat, bahkan ada ‘illat
lain atau lebih banyak.misalnya;
Maka semua ‘illat-’illat ini mewajibkan membiarkan dan memelihara jenggot bersamaan
menyelisihi musuh-musuh Allah dari orang-orang musyrik, Majusi dan Yahudi.
Kemudian ajakan-ajakan menafikannya tidaklah diakui, Sesungguhnya kebanyakan
para musuh Allah hari ini dari Yahudi dan selainnya, mereka mencukur jenggot ,
sebagaimana diketahui lewat orang memiliki informasi pada keadaan penduduk dan
perbuatan-perbuatan mereka, kemudian ia menetapkan bahwa saat ini kebanyakan
mereka memelihara jenggot, sesungguhnya alasan ini tidak bisa menghilangkan
disyari’atkannya memelihara jenggot , karena menyerupainya pada musuh-musuh Allah
dengan apa apa yang telah disyari’atkan pada ahli islam, ia tidak boleh merobek
syiari’at, bahkan selayaknya engkau berpegangteguh (pada sunnah-pent) yakni ketika
kalian (kaum musyrik) menyerupai dengan kami dalam memelihara jenggot dan
menjadilah kalian orang yang mengikuti kami, dan memihaklah kalian pada
kebaikannya serta kembalilah kalian mengikuti fitrah. sekian.(Majmu’ Fatawa Ibnu
Utsaimin 16/46-47)
Selain Syaikh Utsaimin dan syaikh Bin baz yang menfatwakan wajibnya memelihara
jenggot juga banyak ulama-ulama lain zaman ini, diantaranya:
Di dalam kitabnya “Maa laa yajuzu fihi al-khilaf baina al-muslimin” ia menyebutkan
mencukur jenggot adalah harom menurut Jumhur ulama, dan hukumnya makruh
menurut yang lain.
Di dalam ta’liqnya atas kitab ” Al-fathu ar-robbany litartibi musnad Ahmad bin hanbal as-
syaibany ” : Adapun menghilangkan jenggot dengan mencukurnya adalah haram, ini
juga adalah madzhabnya ad-dhohiryah, madzhab Hambaliyah dan jumhur ulama.
6. Syaikh Abu bakar jabir Al-jazairy di dalam kitabnya ” adillatu tahrimi halqi al-lihya”
( dinukil dari kitab ” Iqomatu al-hujjah bi dzikri adillati wujubi al-I’fai al-lihyah wa yaliha
fatawa oleh Abdullah bin jarillah )