You are on page 1of 12

PENDAHULUAN

Latar belakang
Rumen, retikulum, dan omasum pada hewan ruminansia merupakan tempat
terjadinya pencernaaan fermentatif yaitu pencernaan yang dibantu oleh aktivitas
mikroba. Banyak keuntungan yang didapat dari pencernaan fermentatif ini yaitu
ternak dapat makan lebih cepat dan menampung banyak pakan. Selain itu, ternak
juga dapat mencerna pakan kasar yang merupakan sumber energi (VFA) dan dapat
mencerna NPN sebagai sumber protein. Selain keuntungan, pencernaan fermentatif
ini juga mempunyai beberapa kerugian yaitu banyaknya energi yang terbuang
sebagai gas metan dan degradasi protein nilai hayati yang tingi. Sapi, kerbau,
kambing, domba mempunyai alat pencernaan yang unik yaitu retikulo-rumen yang
dipisahkan oleh lipatan retikulo-ruminal sebagai isi rumen dan retikulum dapat
tercampur dengan mudah. Pada rumen ada mikroba yang hidup pada pH tertentu.
Buffer terbagi menjadi dua yaitu buffer asam dan buffer basa. Buffer asam
contohnya cairan Rumen sedangkan buffer basa adalah buffer posphat. Buffer pada
hewan ternak sangat penting karena proses metabolisme terjadi pada pH tertentu.
Perubahan pH akan mempengaruhi metabolisme nutrien didalam sel yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan, nafsu makan, metabolisme asam amino
dan energi, penggunaan mineral, metabolisme vitamin, dan penyerapan zat makanan
di usus halus.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan larutan
asam dan larutan basa ke dalam larutan buffer serta untuk membuat kurva titrasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Buffer
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan
harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa, atau
pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun
kepadanya ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan
diencerkan, contoh buffer yaitu buffer phosphat yang memiliki sifat dapat
menghambat aktivitas dari beberapa metabolik enzim termasuk karboksilase,
fumarase, dan phosphoglucomutase. Barbiturate menghambat phophorilasi oksidatif
(Riyadi,2009).
Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH < 7.
Larutan penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan garam
natrium. Larutan basa yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. larutan yang bersifat
basa biasanya terbuat dari basa lemah dan garamnya, sering kali diggunakan sebagai
contoh adalah campuran larutan ammonia dan larutan ammonium klorida (Riyadi,
2009).
Cairan Rumen
Menurut Priyono (2009), menyatakan bahwa pH rumen yang ideal untuk
pertumbuhan dan aktivitas mikroba atau proses fermentasi di dalam rumen berkisar
antara 5-7.5, sementara menurut Arora (1989), menyatakan bahwa pH optimum
untuk aktivitas bakteri rumen adalah antara 6-6.9, pH cairan rumen tergantung dari
jenis dan komposisis kimia pakan yang dikonsumsi, yakni bila mengkonsumsi pakan
yang banyak mengandung serat atau karbohidrat strukturak maka pH cenderung
kearah 7, tetapi bila pakan banyak mengandung pati karbohidrat mudah larut maka
pH cenderung kearah 5.
Menurut Arora (1979), menyatakan bahwa cairan rumen mengandung enzim
alfa amylase, galaktosidase, hemiselulosa dan selulosa. Rumen merupakan tabung
besar untuk menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja
ekstensif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan produk akhir
yang dapat diasimilasi. Kondisi dalam rumen adalah an aerobic dengan suhu 38-
42°C, pH dipertahankan oleh adanya absorbs asam lemak dan amoniak. saliva yang
masuk ke dalam rumen berfungsisebagai buffer dan membantu mempertahankan pH
tetap pada 6,8. saliva bertipe cair, membuffer asam-asam hasil fermentasi mikroba
rumen. Selain itu juga saliva merupakan zat pelumas dan surfactant yang membantu
didalam proses mastikasi dan ruminasi. saliva mengandung eloktrolit-elektrolit
tertentu seperti Na, K, Ca, Mg, P, dan urea yang mempertinggi kecepatan fermentasi
mikroba. sekresi saliva dipengaruhi oleh bentuk fisik pakan, kandungan bahan
kering, volume cairan isi perut dan stimulasi psikologis.
HCL
Larutan asam klorida atau yang biasa kita kenal dengan larutan HCl dalam
air, adalah cairan kimia yang sangat korosif dan berbau menyengat. HCl termasuk
bahan kimia berbahaya atau B3 (Anonim,2008)
Asam klorida dimanfaatkan pula untuk mengatur pH (keasaman) air limbah
cair industri, sebelum dibuang ke badan air penerima (Anonim,2008)
NaOH
NaOH merupakan zat yang tidak dapat dianggap cukup murni. Dalam
pembuatannya mungkin NaOH dapat dihasilkan cukup murni, akan tetapi
penyimpanannya, NaOH mengalami perubahan diantaranya karena higroskopis
sehingga menarik uap air dari udara. Selain itu, NaOH juga mudah bereaksi dengan
CO2 dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan NaOH tidak murni lagi. Maka
timbullah kebutuhan akan standarisasi akan NaOH itu. Untuk standarisasi secara
titrasi, maka bahan pestandarisasian haruslah suatu bahan baku primer. Larutan yang
dibuat dari bahan baku primer, yakni suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat
langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume
larutan yang terjadi. Larutan yang dibuat dari bahan baku primer tersebut
dinamakan larutan baku primer. Karena titrasi merupakan jalan yang sederhana
untuk standarisasi, maka penting untuk mengetahui sifat-sifat atau syarat-syarat yang
diperlukan untuk bahan baku primer, yakni: (1) sangat murni atau mudah
dimurnikan, mudah diperoleh, dan mudah dikeringkan, (2) mudah diperksa
kemurniannya, (3) stabil dalam keadaan biasa, (4) mempunyai berat ekivalen yang
tibggi untuk mengurangi kesalahan penimbangan, (5) dalam titrasi akan bereaksi
menurut syarat-syarat reaksi titrasi ( Harjadi,1986)
MATERI DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas indikator pH,
pengaduk, gelas ukur 50 ml dan 25 ml, buret 50 ml, gelas beaker 250 ml dan corong.
Bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah caiarn rumen, larutan buffer,
larutan HCl 0,05 N, NaOH 0,05 N dan aquadest.
Metode
A. 50 ml cairan Rumen diberi penambahan HCl 0,05
Cairan Rumen diambil sebanyak 50 ml dengan gelas ukur, kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, dan ukur pH dengan kertas
indikator pH. Larutan HCl diambil dengan pipet Mohr sebanyak 10 ml,
kemudian diaduk dan ukur pH larutan tersebut. Penambahan terus dilakukan
sampai larutan tersebut mempunyai pH mendekati pH HCl. Hasil
penambahan dicatat dengan perubahan pH-nya.
B. 50 ml cairan Rumen diberi penambahan NaOH 0,05
Cairan Rumen diambil sebanyak 50 ml dengan gelas ukur, kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, dan ukur pH dengan kertas
indikator pH. Larutan NaOH diambil dengan pipet Mohr sebanyak 10 ml,
kemudian diaduk dan ukur pH larutan tersebut. Penambahan terus dilakukan
sampai larutan tersebut mempunyai pH mendekati pH NaOH. Hasil
penambahan dicatat dengan perubahan pH-nya.
C. 50 ml buffer posphat diberi penambahan HCl
Cairan buffer posphat diambil sebanyak 50 ml dengan gelas ukur,
kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, dan ukur pH dengan
kertas indikator pH. Larutan HCl diambil dengan pipet Mohr sebanyak 10 ml,
kemudian diaduk dan ukur pH larutan tersebut. Penambahan terus dilakukan
sampai larutan tersebut mempunyai pH mendekati pH HCl. Hasil
penambahan dicatat dengan perubahan pH-nya.
D. 50 ml buffer posphat diberi penambahan NaOH
Cairan buffer posphat diambil sebanyak 50 ml dengan gelas ukur,
kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, dan ukur pH dengan
kertas indikator pH. Larutan NaOH diambil dengan pipet Mohr sebanyak 10
ml, kemudian diaduk dan ukur pH larutan tersebut. Penambahan terus
dilakukan sampai larutan tersebut mempunyai pH mendekati pH NaOH.
Hasil penambahan dicatat dengan perubahan pH-nya.
E. 50 ml HCL diberi penambahan NaOH
Cairan HCl diambil sebanyak 50 ml dengan gelas ukur, kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml, dan ukur pH dengan kertas
indikator pH. Larutan NaOH diambil dengan pipet Mohr sebanyak 10 ml,
kemudian diaduk dan ukur pH larutan tersebut. Penambahan terus dilakukan
sampai larutan tersebut mempunyai pH mendekati pH NaOH. Hasil
penambahan dicatat dengan perubahan pH-nya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
pH cairan rumen :7
pH HCl :1
Tabel 1 : Penambahan asam HCL terhadap perubahan pH cairan rumen
Cairan rumen +HCl pH
50 ml cairan rumen + 10 ml HCL pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 5
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 4
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 4
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 3
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 3
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 3
50 ml cairan rumen + 10 ml HCl pH = 2

pH cairan rumen :7
pH NaOH ; 12
Tabel 2 : Penambahan basa NaOH terhadap perubahan pH cairan rumen
Cairan rumen + NaOH pH
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 9
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 9
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 9
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 9
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 9
Cairan rumen + NaOH pH
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 10
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 10
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 10
50 ml cairan rumen + 10 ml NaOH pH = 11

pH buffer phosphat :7
pH HCl :1
Tabel 3 : Penambahan asam HCl terhadap perubahan pH buffer fosfat
Buffer Fosfat + HCl pH
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 6
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 6
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 6
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 6
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 6
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 5
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 5
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 4
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 3
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 3
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 3
50 ml buffer fosfat + 10 ml HCl pH = 2

pH NaOH : 12
pH buffer phosphat :7
Tabel 4 : Penambahan NaOH terhadap perubahan pH buffer fosfat
Buffer Fosfat + NaOH pH
50 ml buffer fosfat + 10 ml NaOH pH = 7
50 ml buffer fosfat + 10 ml NaOH pH = 7
50 ml buffer fosfat + 10 ml NaOH pH = 8
50 ml buffer fosfat + 10 ml NaOH pH = 8
50 ml buffer fosfat + 10 ml NaOH pH = 10
Buffer Fosfat + NaOH pH
50 ml buffer fosfat + 10 ml NaOH pH = 10
50 ml buffer fosfat + 10 ml NaOH pH = 11

pH NaOH : 12
pH HCl ;1
Tabel 5 : Penambahan NaOH terhadap perubahan pH HCl
Larutan Asam + Larutan Basa pH
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 2
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 2
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 3
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 3
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 4
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 9
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 9
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 10
50 ml HCl + 10 ml NaOH pH = 11

Pembahasan
Berdasarkan data hasil percobaan diatas dapat diketahui bahwa cairan rumen
dan buffer fosfat memiliki pH yang sama, yaitu pH netral sebesar 7. Cairan rumen
meliliki kemampuan untuk mempertahankan pH nya lebih kuat dibandingkan dengan
buffer fosfat. Hal ini dapat diperlihatkan dengan hasil percobaan yang menunjukkan
bahwa untuk menjadikan cairan rumen memiliki pH basa, dimana larutan basa yang
digunakan pada percobaan ini adalah NaOH dibutuhkan sembilan kali titrasi,
sedangkan untuk menjadikan pH buffer fosfat mendekati pH basa yaitu larutan
NaOH dibutuhkan tujuh kali titrasi. Untuk menjadikan cairan rumen memiliki pH
mendekati pH asam yaitu larutan HCl dibutuhkan 16 kali titrasi, sedangkan untuk
menjadikan buffer fosfat memiliki pH yang mendekati pH asam yaitu pH dari larutan
HCl dibutuhkan 12 kali titrasi. Tiap satu kali titrasi membutuhkan penambahan HCl
maupun NaOH sebanyak 10 ml.
Untuk perbandingan, dilakukan pula titrasi pada HCl dengan NaOH. Dari
hasil percobaan didapat hasil bahwa untuk menjadikan pH HCl mendekati pH basa
yaitu pH dari NaOH diperlukan titrasi sebanyak 9 kali. Tiap kali titrasi dibutuhkan
NaOH sebanyak 10 ml.
KESIMPULAN
Buffer adalah larutan penyangga yaitu larutan yang dapat mempertahankan
pH nya. Cairan rumen lebih kuat mempertahankan pHnya dibandingkan dengan
buffer fosfat. Pada penambahan NaOH terhadap cairan rumen dibutuhkan Sembilan
kali titrasi, sedangkan pada buffer fosfat dibutuhkan 7 kali titrasi. begitu pula pada
penambahan HCl terhadap cairan rumen dibutuhkan 16 kali titrasi, sedangkan pada
buffer fosfat hanya dibutuhkan 12 titrasi. Untuk pembandingnya, yaitu penambahan
NaOH terhadap HCl dibutuhkan 9 kali titrasi. Tiap satu kali titrasi pada masing-
masing percobaan memerlukan 10 ml HCl maupun NaOH.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. Mengenal Kegunaan larutan asam klorida. www.toodoc.com. 23 Maret
2010.
[Anonim]. Larutan penyangga(buffer). www.chem-is-try.org. 23 Maret 2010.
Arora. 1979. Pencemaran Mikrob pada Ruminansia. Gadjah Mada Universiti Press:
Yogyakarta.
Priyono S.Pt. Rumen pada ternak ruminansia. www.wikipedia.com. 23 Maret 2010.
Wahyu Riyadi. Berbagai larutan buffer. sciencebiotech.net.23 Maret 2010.
W. Harjadi.1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.
Laporan praktikum ke : 3 Hari/Tanggal : Senin / 22 Maret 2010
Integrasi Proses Nutrisi Tempat praktikum : Laboratorium
Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi
Nutrisi
Asisten : Dicky Zulharman

BUFFER
Rohimah
D24080128
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

You might also like