You are on page 1of 7

PENGKAJIAN FISIK SISTEM MUSKULOSKELETAL

PADA BAYI DAN ANAK

Tujuan :

 Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian


 Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian
tertentu
 Untuk mengetahui adanya gangguan muskuloskeletal pada anak dan bayi
 Untuk membantu menegakkan diagnosa

Persiapan alat :

 Meteran/Mistar
 Hammer
 Pulpen
 Kertas

Persiapan pasien :

 Jelaskan tujuan dan prosedur pada klien


 Minta persetujuan klien

Persiapan perawat :

 Persiapkan alat yang akan digunakan


 Menguasai keterampilan yang akan dilakukan

Prosedur pelaksanaan :

 Otot
1. Inspeksi ukuran otot (massa otot) bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati
adanya atrofi atau hipertrofi. Suruh klien untuk membuka baju sehingga kitaa bisa
mengamati bentuk ototnya.
2. Jika didapatkan adanya perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan
menggunakan meteran.
3. Amati adanya otot dan tendon untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang
ditunjukkan oleh malposisi suatu bagian tubuh.
4. Lakukan palpasi pada saat otot istirahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan
pasif untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba-tiba secara
involunter (spastisitas).
5. Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa, bandingkan kekuatan otot ektremitas kanan dengan ekstremitas kiri.

Dengan skala 0-5

 0 : jika tidak ada tahanan sama sekali


 1 : jika ada tahanan tapi lemah
 2 : jika ada tahanan tapi tidak mampu melawan gravitasi
 3 : jika mampu melawan gaya gravitasi
 4 : jika mampu melawan gravitasi dan menahan kekuatan pemeriksaan tapi bukak
kekuatan penuh
 5 : jika kekuatan kontraksinya penuh
6. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten
7. Perhatian dan palpasi adanya bengkak pada bagian tubuh untuk mengetahui apa ada
proses infeksi yang terjadi atau ada kelainan metabolik dalam tubuh.
8. Periksa refleks dari pasien :
a. Refleks biseps
b. Refleks triseps
c. Refleks babinski
d. Refleks abdomen
e. Refleks achiles
f. Refleks patella
g. Refleks medial hamstring
h. Refleks cresmaster (pada bayi laki-laki)
i. Graps refleks bayi berkurang setelah 3 bulan

Refleks mempunyai skala nilai 0-4

 0 : tidak ada refleks


 1 : ada sedikit refleks
 2 : normal
 3 : refleks yang melebihi normal
 4 : hiperaktif
 Tulang
1. Amati kenormalan dan kesejajaran susunan tulang

Suruh klien berjalan, duduk. Amati bentuk tulang dan kesejajaran tulang saat berjalan.
Selain itu perhatikan ada tanda fraktur yang berpengaruh pada bentuk tulang.
Perhatikan pada anak kelainan kongenital yaitu genu varum dan genu valgum.

2. Kaji ada atau tidak adanya pemendekan ekstremitas

Pemendekan atau ketidakseimbangan ekstremitas bisa dilihat ketika pasien disuruh


untuk berdiri dan berjalan. Jadi pemeriksa bisa melihat dengan jelas kalau terjadi
deformitas tulang. Pemendekan tulang dari gaya berjalan klien.

3. Kaji adanya deformitas


4. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan
5. Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan
6. Pada bayi bisa dilakukan tonic neck asimetris refleks, neck-righting refleks, otolith-
righting refleks
7. Selain itu mengukur atau mengetahui adanya kelainan punggung atau punggung atau
pelvis pada bisa digunakan tes-tes yaitu :
 Tes ortolani
 Manuver barlow
 Tanda allis atau galezzi
8. Mengkaji tulang belakang

Kurvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian dada, dan konkaf
sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi yang
perlu diperhatikan meliputi :

 Apa ada kelainan kongenital atau spina bifida atau anomali medula spinalis
 Skoliosis (deviasi kulvatura lateral tulang belakang)
 Kifosis (kenaikan kulvatura tulang belakang bagian dada)
 Lordosis (membebek, kulvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan)

Pada saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk menampakkan seluruh
punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksa memeriksa kulvatura tulang belakang dan
simetri batang tubuh dari pandangan anterior posterior dan lateral. Berdiri dibelakang
pasien, pemeriksa dapat memperhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka.
Lipatan bokong normalnya simetris, simetris bahu dan panggul, begitu pula kelurusan
tulang belakang, diperiksa dengan pasien berdiri tegak dan membungkuk ke depan.
Skoliosis ditandai dengan kulvatura lateral abnormal tulang belakang, bahu yang tidak
sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetris, dan skapula yang menonjol, akan
lebih jelas dengan uji membungkuk ke depan. Selain itu, lansia akan mengalami
kehilangan tinggi badan akibat hilangnya tulang rawan tulang belakang.

 Persendian
1. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian
2. Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak, nodul,
dan lain-lain.
3. Kaji adanya benjolan disekitar sendi. Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya
benjolan. Rheumatoid arthritis, gout, dan osteoarthritis menimbulkan benjolan
yang khas. Benjolan dibawah kulit pada rhemathoid arthritis lunak dan terdapat
didalam dan sepanjang tendon yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi
biasanya, keterlibatan sendi mempunyai pola yang simetris. Benjolan pada gout
keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri. Kadang
mengalami rupture, mengeluarkan kristal asam urat putih kepermukaan kulit.
Benjolan osteoartritis keras dan tidak nyeri dan merupakan pertumbuhan tulang
baru akibat destruksi permukaan kartilago dan tulang didalam kapsul sendi
(biasanya ditemukan pada lansia)
4. Kaji adanya bunyi krepitus (arthritis) atau gemelutuk (ligamen tergelincir)
5. Kaji tentang gerak persendian untuk memeriksa luas gerakan dan stabilitas sendi

Suruh klien untuk menggerakkan sendinya dengan maksimal

 Kepala : suruh klien untuk memiringkan kepala ke arah lateral, fleksi, ekstensi
dan rotasi.
 Periksa sendi temporomandibular dengan menyuruh pasien membuka dan
mulutnya. Jadi pemeriksa bisa berada dibelakang pasien sambil memegang
sendi dan menyuruh kliennya untuk membuka dan menutup mulutnya.
 Periksa sendi bahu (sendi acromiuclavicularis) dengan menyuruh klien rotasi,
abduksi, adduksi dan rotasi. Suruh merotasikan bahi kedepan dan kebelakang.
 Periksa sendi humeri dan radius (siku) dengan menyuruh klien fleksi, ekstensi,
dan rotasi. Selain itu juga suruh klien agar melakukan supinasi dan pronasi dari
lengan bawah.
 Periksa metakarpal (pergelangan tangan). Suruh klien untuk fleksi, ekstensi dan
rotasi. Kemudian periksa apa ada deformitas pada telapak dan jari tangan atau
ada kelainan tulang pada bagian tangan (sindaktili = tangannya menempel atau
polidaktili = jari-jarinya lebih dari sepuluh atau ada jari tambahan)
 Suruh klien untuk mengepalkan tangannya kemudian tangan pemeriksa
meremas dari klien untuk mengetahui apakah ada tahanan atau tidak.
 Kemudian periksa sendi lutut. Suruh klien untuk melakukan gerakan fleksi,
ekstensi dan rotasi pada persendian lutut.
 Periksa sendi metafalang (pergelangan kaki). Suruh klien untuk melakukan
gerakan fleksi, ekstensi, dan rotasi.
6. Kaji adanya deformitas sendi misalnya pemendekan struktur sendi, dislokasi,
subluksasi dan disrupsi struktur sekitar sendi

Suruh klien berjalan atau menggerakkan sendi, apabila ada daerah yang sakit atau
antara sendi yang satu berbeda maka curigai ada reaksi inflamasi disebabkan
karena dislokasi dan sebagainya.

7. Catat hasil pemeriksaan


DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif S.Kep,Ns. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Muskuloskleletal. EGC : Jakarta
Pemeriksaan Fisik Sistem Muskuloskeletal
Pada Bayi dan Anak

IDARAHAYU
C121 09009
KELOMPOK 111

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
2011

You might also like