Professional Documents
Culture Documents
BAB VIII
ANALISIS BISNIS
DAN
STUDI KELAYAKAN USAHA
Pendahuluan
"12 Langkah Memulai Usaha"
Berniat membuka usaha sendiri, tapi bingung harus mulai darimana? Memang tak
mudah untuk memulai usaha, tapi jika Anda bisa menjawab pertanyaan berikut, berarti
Anda siap memulainya:
1. Apakah bidang usaha yang akan digeluti itu cukup potensial? Bagaimana
prospeknya?
2. Seberapa ketat persaingannya? Siapa kira-kira yang akan menjadi pesaing usaha
tersebut? Bagaimana cara menghadapinya?
3. Apa target usaha tersebut? Bagaimana mencapainya?
4. Dari segi hukum, apa yang perlu disiapkan? Apa saja penghalangnya?
5. Apa nama usaha (perusahaan) itu?
6. Berapa dana yang dibutuhkan? Bagaimana memenuhinya?
7. Dimana usaha tersebut akan dijalankan? Apakah sudah mempersiapkan kantornya?
8. Sarana atau peralatan apa yang dibutuhkan? Bagaimana mendapatkannya?
9. Apa tersedia asuransi yang memadai?
10. Apakah Anda sudah memiliki supplier atau pemasok bahan baku?
11. Sistem manajemen seperti apa yang akan diterapkan? Siapa yang akan menjalankan
operasional usaha sehari-hari? Berapa karyawaan yang dibutuhkan?
12. Bagaimana sistem pemasaran dan distribusi produk atau jasa yang akan dihasilkan?
Bagaimana agar masyarakat mengenal produk atau jasa yang akan dipasarkan?
Bila tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu, maka sebaiknya Anda mengkaji ulang
niat membuka usaha sendiri, sampai benar-benar siap. (*)
Sumber: http://www.ekafood.com/12langkah.htm
Tujuan
Ada lima tujuan, pentingnya melakukan studi kelayakan usaha:
1. Menghindari risiko kerugian
Studi kelayakan bertujuan untuk menghindari risiko kerugian keuangan di masa da-
tang yang penuh ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi
atau terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah un-
tuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dapat memper-
mudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan tersebut, meliputi:
• Berapa jumlah dana yang diperlukan
• Kapan usaha akan dijalankan
• Di mana lokasi usaha akan dibangun
• Siapa yang akan melaksanakan
• Bagaimana cara melaksanakannya
• Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
• Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan
Dengan adanya perencanaan yang baik, maka suatu usaha akan mempunyai jadwal
pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai pada waktu tertentu.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Berbagai rencana yang sudah disusun akan memudahkan dalam pelaksanaan usaha.
Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap
usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis dan dapat tepat
sasaran serta sesuai rencana.
4. Memudahkan pengawasan
Pelaksanaan usaha yang sesuai rencana akan memudahkan untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya uasaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak
terjadi penyimpangan dari rencana yang telah disusun. Di samping itu, pelaksanaan
usaha dapat dilakukan secara sungguh-sungguh, karena ada yang mengawasi.
5. Memudahkan pengendalian
Adanya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan dapat terdeteksi terjadinya suatu
penyimpangan, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut.
Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan
yang melenceng, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
4. Aspek Teknik/Operasi
Dalam aspek teknis atau operasi, hal-hal yang perlu digambarkan adalah:
• Lokasi usaha
Lokasi merupakan tempat melayani konsumen. Dengan demikian, maka perlu
dicari lokasi yang tepat sebagai tempat usaha, karena akan memberikan
keuntungan sebagai berikut:
Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan
Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan, baik jumlah
dan kualitasnya
Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atau bahan penolong dalam
jumlah yang diinginkan secara terus-menerus
Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha karena biasanya sudah
diperhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu
Memiliki nilai atau harga ekonomi yang lebih tinggi di masa yang akan
datang
Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan
pemerintah setempat
• Penentuan layout/tata letak
Penentuan layout perlu dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan
faktor keamanan, kenyamanan, keindahan, efisiensi, biaya, fleksibilitas.
Dengan pertimbangan di atas, maka akan diperoleh keuntungan sebagai berikut:
Ruang gerak untuk beraktivitas dan pemeliharaan memadai. Artinya suatu
ruangan didesain sedemikian rupa, sehingga tidak terkesan sumpek.
Kemudian layout juga harus memudahkan untuk melakukan pemeliharaan
ruangan atau gedung.
Pemakaian ruangan menjadi efisien. Artinya pemakaian ruangan harus
dilakukan secara optimal, jangan sampai ada ruangan yang menganggur atau
tidak terpakai karena hal ini akan menimbulkan biaya bagi perusahaan.
Aliran material menjadi lancar. Artinya jika layout dibuat secara benar,
maka produksi menjadi tepat waktu dan tepat sasaran.
Layout yang tepat memberikan keindahan, kenyamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja yang lebih baik, sehingga memberikan motivasi yang
tinggi kepada karyawan. Di samping itu, pelanggan pun betah untuk
bertransaksi atau berurusan dengan perusahaan.
• Sarana telepon
• Sarana air minum
7. Aspek Dampak Lingkungan
Aspek dampak lingkungan merupakan analisis yang paling dibutuhkan pada saat
ini, karena setiap proyek yang dijalankan akan memiliki dampak yang sangat besar
terhadap lingkungan di sekitarnya, antara lain:
• Dampak terhadap air
• Dampak terhadap tanah
• Dampak terhadap udara
• Dampak terhadap kesehatan manusia
Pada akhirnya pendirian usaha akan berdampak terhadap kehidupan fisik, flora dan
fauna yangada di sekitar usaha secara keseluruhan.
FV3 = PV (1+k)3
FV3 = 1.000.000,00 * (1 + 20%)3
FV3 = 1.000.000,00 * 1,728
FV3 = 1.728.000,00
• Present Value (PV)
Untuk menentukan nilai sekarang atas uang pada masa yang akan datang
Rumus:
FVn
PV =
(1 + k )n
dimana:
FVn = Future Value pada periode n
PV = Present Value
k = suku bunga
n = periode waktu
Contoh:
Perusahaan harus membayar pokok pinjaman sebesar Rp. 10.000.000,00, pada 5 tahun
mendatang. Berapa nilai uang itu pada saat ini, jika diasumsikan tingkat suku buku
selama 5 tahun mendatang sebesar 10%?
FV5
PV =
(1 + k )5
10.000.000
PV =
(1 + 10%)5
10.000.000
PV =
1,61051
PV = 6.209.213,23
Untuk mengetahui layak tidaknya suatu investasi yang dilakukan dan menguntungkan
secara ekonomis, maka dapat digunakan 4 kriteria penilaian, yaitu:
1. Payback Period (PP)
Periode waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi pada suatu proyek.
Karakteristik:
a. Tidak ada batas waktu yang jelas, semuanya tergantung pada pemilik modal.
Namun pada umumnya, payback period yang pendek lebih disukai.
b. Keuntungan dari metode payback period adalah:
• Mudah dihitung dan dimengerti
dimana:
CFt = Cash Flow atau arus kas pada waktu t
Karakteristik:
a. NPV bernilai nol atau positif, berarti PV dari arus kas masuk sama dengan atau
lebih besar dari PV dari arus kas keluar. Dengan demikian, apabila NPV suatu
proyek bernilai negatif, maka proyek tersebut harus ditolak. Namun bila suatu
proyek bersifat mutually exclusive, maka proyek yang dipilih adalah yang memiliki
NPV yang bernilai positif paling besar
b. NPV sebesar nol menunjukkan bahwa arus kas proyek tepat cukup untuk:
• Membayar kembali modal yang diinvestasikan
• Menyediakan tingkat keuntungan yang disyaratkan pada modal.
c. NPV bernilai positif, maka arus kas proyek akan menghasilkan suatu sisa
keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik usaha.
d. Metode NPV dipandang sebagai pengukur profitabilitas suatu proyek yang terbaik,
karena memfokuskan pada kontribusi pada kemakmuran pemilik usaha.
Contoh:
Suatu proyek yang berbiaya modal proyek sebesar 10%, memiliki perkiraan arus kas
sebagai berikut:
Tahun Perkiraan arus kas
0 (1.000.000)
1 500.000
2 400.000
3 300.000
4 100.000
Berapa nilai NPV-nya?
Penyelesaian:
− 1.000.000 500.000 400.000 300.000 100.000
NPV = + + + +
(1 + 10%) 0
(1 + 10%) 1
(1 + 10% ) 2
(1 + 10% ) 3
(1 + 10% )4
NPV = -1.000.000 + 454.545,45 + 330.578,51 + 225.394,44 + 68.301,35
NPV = 78.819,75
dimana:
r = IRR = (tingkat diskonto yang menyebabkan NPV = 0)
Karakteristik:
a. Jika IRR lebih besar atau sama dengan project cost of capital, maka proyek
sebaiknya diterima. Hal ini disebabkan IRR merupakan suatu tingkat keuntungan
yang diharapkan dari suatu proyek. Sedangkan project cost of capital adalah tingkat
keuntungan yang disyaratkan. Sehingga, bila IRR lebih besar dari biaya modal
proyek, maka proyek dapat membayar biaya modal proyek dan tetap menghasilkan
suatu surplus keuntungan yang dinikmati oleh pemilik usaha.
b. Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, maka proyek diperkirakan akan
menghasilkan keuntungan sebesar yang disyaratkan oleh pemilik usaha.
c. Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually exclusive, maka proyek yang
memiliki nilai IRR yang lebih tinggi sebaiknya yang dipilih, dengan asumsi IRR
kedua proyek lebih besar atau sama dengan biaya modal proyek.
Contoh:
Sebuah perusahaan melakukan sebuah analisis investasi modal untuk sebuah proyek
dengan perkiraan arus kas sebagai berikut:
Tahun Perkiraan arus kas
0 (1.000.000)
1 500.000
2 400.000
3 300.000
4 100.000
Berapa nilai IRR-nya?
Penyelesaian:
NPV = 0
b. Jika r = 15%
− 1.000.000 500.000 400.000 300.000 100.000
NPV = + + + +
(1 + 15% ) 0
(1 + 15%) 1
(1 + 15%) 2
(1 + 15%) 3
(1 + 15%)4
NPV = -1.000.000 + 434.782,61 + 302.457,47 + 197.254,87+ 57.175,53
NPV = -8.329,52
Dari dua nilai r tersebut, maka digunakan teknik interpolasi untuk mengetahui nilai r
yang tepat.
78.819,75 − 0 78.819,75 − (−8.329,52)
=
IRR − 10% 15% − 10%
78.819,75 87.149,27
=
IRR − 10% 5%
IRR -10% = 0.0452
IRR = 0,0452 + 0,1
IRR = 0,1452
IRR = 14,52%
dimana:
CIFt = Cash Inflows pada periode t
COFt = Cash Outflows pada periode t
k = biaya modal proyek
t = periode waktu
Karakteristik:
Suatu proyek akan diterima, apabila nilai PI adalah sama atau lebih besar dari 1.
Artinya jika PI sama atau lebih besar dari 1, maka PV penerimaan sama atau lebih besar
dari PV pengeluaran.
Contoh:
Suatu proyek yang berbiaya modal proyek sebesar 10%, memiliki perkiraan arus kas
sebagai berikut:
Tahun Perkiraan arus kas
0 (1.000.000)
1 500.000
2 400.000
3 300.000
4 100.000
Berapa PI-nya?
Penyelesaian:
500.000 400.000 300.000 100.000
+ +
PI =
(1 + 10%) 1
(1 + 10%) 2
(1 + 10% ) (1 + 10%)4
3
1.000.000
(1 + 10%)0
1.078.819,75
PI =
1.000.000
PI = 1,079
Perbandingan Antara NPV, IRR dan PI
• Secara matematis, NPV, IRR dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk
menerima atau manolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually exclusive).
Dua proyek disebut independent, jika keputusan terima/tolak proyek yang satu tidak
mempengaruhi keputusan terima/tolak proyek lainnya.
• Untuk 2 proyek yang bersifat mutually exclusive:
a. Jika terjadi konflik antara NPV dan IRR, maka yang dipilih adalah NPV, karena
Opportunity cost (biaya kesempatan) dari arus kas suatu proyek adalah biaya modal
proyek tersebut. Jika menanamkan uang pada suatu proyek, maka akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari proyek yang lain. Opportunity cost
adalah sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada proyek (required
rate of return) atau sebesar biaya modal proyek. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa asumsi tentang tingkat penggandaan atau investasi kembali arus
kas proyek yang benar adalah sebesar biaya modal seperti yang digunakan dalam
perhitungan NPV.
b. Jika terjadi konflik antara NPV dan PI, mala yang dipilih adalah NPV, karena
perhitungan PI bersifat proposi, bukan angka absolut.
• Keunggulan produk
• Peluang pengembangan produk
• Keunggulan dalam pengembangan produk
4. Analisis industri
• Kecenderungan industri yang disenangi
• Lingkungan industri yang berpengaruh
• Ijin dan peraturan untuk membangun industri
• Ukuran industri yang akan didirikan
• Keunggulan dan kelemahan industri baru
5. Analisis pasar
• Target pasar
• Kebutuhan pelanggan
• Potensi dan perkiraan penjualan untuk setiap target penjualan
• Perkiraan perolehan pangsa pasar dari suatu usaha yang akan dicapai
6. Strategi pemasaran
• Lokasi pemasaran
• Saluran distribusi dan jaringan usaha yang dipilih
• Personal yang akan melakukan penjualan
• Kebijakan harga yang sesuai
• Tujuan promosi, sasaran promosi, dan rencana untuk mencapai tujuan
7. Pengelolaan
• Penentuan tugas dan tanggung jawab masing-masing
• Keahlian khusus masing-masingn yang diperlukan
• Bentuk struktur organisasi pengelolaan
8. Operasi usaha
• Kebutuhan karyawan
• Sistem dan prosedur operasi
• Tata ruang dan denah rencana
• Keperluan perlatan dan biaya
• Keperluan inventory
• Biaya operasi yang diperlukan
9. Proyeksi keuangan
• Jumlah modal yang dimiliki
• Jumlah dan jenis sumber keuangan
• Rencana penggunaan dana
• Proyeksi aliran kas dan proyeksi pendapatan