Ilmu dan Teknologi ENERGI ALTERNATIF
H
arga minyak bumi melam­
bung, para pejabat bingung,
rakyat jelata pun limbung.
Betapa tidak, harga bahan
bakar mentah dunia kini mencapai US$
117,9 per barel. Selain krisis energi, kri­
sis politik di kawasan Timur Tengah
beberapa bulan belakangan ini turut
melambungkan harga minyak dunia.
‘’Presiden minta mewaspadai kenaikan
harga minyak dunia dan dampaknya pada
kenaikan harga yang lain,’’ kata Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian
Hatta Rajasa, usai rapat terbatas di Istana
Negara, Jakarta, Senin pekan lalu.
Maklumlah, para ekonom negeri
ini meramalkan, jika subsidi bahan bakar
akhirnya dicabut, harga bensin premium
pun lepas landas, diperkirakan menca­
pai Rp 5.000-Rp 8.000 per liter. Dapat
di­bayangkan, bagaimana dampaknya ter­
hadap harga kebutuhan pokok lainnya.
Namun, jangan khawatir, tak se­
lamanya bidang energi hanya melahir­
kan berita buruk. Setidaknya, kabar baik
itu datang dari Cella Energy, perusaha­
an pengembang energi alternatif, yang
berpusat di Inggris. Mereka telah me­
nemukan ‘’bensin sintetik’’ yang dapat
menggantikan bahan bakar konvensional.
Tak hanya itu. Bensin sintetik ini
bahkan diklaim dapat digunakan tanpa
terlalu banyak mengutak-atik mesin
mobil pada saat ini. ‘’Kami telah mengem­
bangkan bahan bakar berwujud butiran
mikro (micro-beads) yang dapat digunakan
pada mesin yang memakai bensin. Jadi,
bensin sintektik ini dapat menggantikan
bahan bakar fosil,’’ kata Stephen Voller,
seorang Manajer Cella Energy, kepada
wartawan, awal Februari lalu.
Voller mengatakan, teknologi itu
dikembangkan lewat proyek penelitian
60
iltek 19 ok.indd 60
Menanti Mimpi Indah
Bensin Sintetik
Para ahli mengembangkan bensin sintetik sebagai pengganti bensin.
Cara baru mengemas hidrogen sebagai bahan bakar. Lebih efektif
dan ramah lingkungan, bahkan diklaim lebih murah ketimbang harga
bensin.
rahasia selama empat tahun di Ruther­ford
Appleton Laboratory, yang prestisius.
Cella Energy sebenarnya perusahaan
yang dibentuk laboratorium itu, bekerja
sama dengan University College London
dan Oxford University.
Apa yang disebut bensin sintetik itu
tak lain merupakan pengembangan dari
unsur hidrogen. ‘’Teknologi bensin ini
kami kembangkan berdasarkan materi
kimia kompleks yang disebut hydride
yang mengandung unsur hidrogen,’’
kata Prof. Stephen Bennington, Ketua
Bidang Keilmuwan Cella Energy, di situs
cellaenergy.com. Selama ini, para ahli ba­
nyak menggunakan hydride pada sejumlah
jenis baterai, seperti baterai metal-nikel
dan baterai untuk mobil hidrogen.
Unsur hidrogen selama ini memang
menjadi pilihan para ahli sebagai bahan
bakar yang efektif dibandingkan dengan
unsur lain. Ketika bekerja, tingkat energi
yang dihasilkannya memang tinggi se­
hingga ideal untuk menjalankan mesin.
Selain itu, hasil pembakaran hidrogen
sangat ramah lingkungan. ‘’Energi yang
dihasilkan hidrogen memang bersih, tak
ada pembakaran yang menghasilkan emisi
karbon,’’ kata Voller.
Namun penggunaan hidrogan se­­
jauh ini memang cukup merepotkan, ter­
utama menyangkut tempat penyimpan­an
unsur tersebut. Berbagai kendaraan dan
mesin berbahan bakar hidrogen, misalnya,
harus menggunakan silinder bertekanan
tinggi, mencapai 700 bar atau 10.000 psi.
Atau sebaliknya, hidrogen harus disimpan
dalam bentuk cair di dalam tabung ber­
pendingin, dengan suhu mencapai minus
253 derajat celsius.
Sebenarnya ada cara lain, yakni de­
ngan mengubah hidrogen menjadi energi
listrik langsung dalam bentuk sel bahan
bakar (fuel cell). Teknologi ini sedikit ba­
nyak dapat mengatasi masalah tempat.
Hidrogen dapat ditempatkan dalam sel
bahan bakar seukuran aki atau koper kecil.
Problemnya, energi yang dihasilkan ma­
sih sangat terbatas dan belum dapat ber­
saing dengan bensin.
Berbagai syarat itu tentu membuat
hidrogen tidak praktis digunakan, me­
argy pradypta
GATRA 23 MARET 2011
12/3/11 7:30:21 PM
 WWW.CELLAENERGY.COM
Pengisian bahan bakar dengan bensin berunsur hidrogen

miliki risiko keamanan, dan mahal untuk
diproduksi secara massal. Prototipe mobil
atau mesin berbahan bakar hidrogen
se­karang cukup rumit,risikonya tinggi,
dan sangat mahal jika diproduksi secara
massal.
Nah, tim ahli Cella Energy meng­
klaim dapat mengatasi berbagai masalah
tersebut. ‘’Jika hidrogen ditangani meng­
gunakan teknologi yang kami paten­kan,
ia akan lebih praktis dan bahkan lebih
aman dibandingkan dengan bensin,’’
kata Prof. Bennington. Caranya, dengan
menempatkan hydride pada butiran mikro
(nano porous polymer micro-beads) yang
telah dipatenkan Cella Energy tadi.
Energy menempatkan bensin sintetik
itu dalam tangki bahan bakar biasa. Jika
stasiun pengisian bahan bakarnya sudah
dikembangkan, pengguna dapat mengisi
bensin sintetik persis seperti mengisi
bensin konvensional.
‘’Jadi, teknologi itu mengindikasi­
kan bahwa bensin sintetik ini dapat di­
gunakan pada mobil bensin biasa tanpa
banyak mengubah mesin yang ada,’’ tutur
Voller kepada Gizmag.com. Selain itu,
bensin sintetik ini juga dapat digunakan
sebagai zat aditif pada bensin, diesel, atau­
pun minyak tanah untuk mengurangi
emisi karbon yang timbul dari proses
pembakaran.

Menurut Bennington, materi
hydride dapat dibuat menjadi butiran
mikro dengan teknik strukturisasi nano
yang disebut coaxial electrospraying. Ketika
hydride menjadi butiran mikro, kata
Bennington, berarti kandungan hidrogen
di dalamnya tersimpan di tempat yang
temperatur dan tekanannya seimbang.
Bennington menyatakan, menyim­
pan hydride dalam wujud butiran nano
lebih meningkatkan kemampuan energi
bakar. Selain itu, metode ini sekaligus me­
lindungi hidrogen dari oksigen dan air
sehingga tidak dapat bereaksi.
Wujud asli bensin sintetik itu nanti
berupa serbuk atau kertas tisu. Namun,
menurut Bennington, ketika dipanaskan,
ia akan bergerak mengikuti sifat air.
Kondisi ini memungkinkan para ahli Cella
Namun, bagaimana dengan energi
bakar yang dihasilkannya? Para ahli Cella
Energy mengklaim bahwa bensin sintetik
mereka telah memenuhi target yang
ditetapkan para industri otomotif. ‘’Begitu
juga dengan pengaruhnya terhadap ke­
cepatan, efisiensi bahan bakar, dan proses
manufaktur,’’ demikian pernyataan resmi
mereka dalam cellaenergy.com.
Tak berhenti sampai uji labora­
torium, tim ahli juga berpikir agar
bensin sintetik itu dapat dibuat secara
massal. Menurut Bennington, materi pe­
nyimpanan hidrogen berbentuk mikro
itu dapat memenuhi target pasar berkat
metode electrospraying tadi. ‘’Metode
ini memungkinkan terjadinya produksi
massal karena dapat dilaksanakan secara
otomatis,’’ kata Bennington.
WWW.CELLAENERGY.COM
Stephen Voller
Yang menarik, Bennington me­lan­
jutkan, sejauh ini tim ahli tidak menggu­
nakan materi yang kelewat mahal dalam
produksi bensin sintetik itu. Semuanya
dapat diperoleh secara alami dan diolah
tanpa biaya mahal. Karena itu, Voller
berani mengatakan bahwa nanti harga
bensin sintetik itu hanya US$ 1,5 per
galon atau kira-kira Rp 3.567 per liter.
Apakah ini mimpi indah yang akan
menjadi kenyataan? Kita tunggu saja.
Nur Hidayat

GATRA 23 MARET 2011 61

iltek 19 ok.indd 61 12/3/11 7:30:42 PM