You are on page 1of 70

Renstra BLD Kementerian Agama RI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014 dinyatakan bahwa
pembangunan bidang agama merupakan pemenuhan salah
satu hak dasar rakyat yang dijamin konstitusi, sebagaimana
dinyatakan pada Pasal 28 dan 29 Undang Undang Dasar
1945. Pembangunan bidang agama merupakan bagian
takterpisahkan dari sistem pembangunan Nasional yang
bertujuan untuk mewujudkan Indonesia damai, adil,
demokratis dan sejahtera. Hal ini sejalan dengan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005−2025
yang mengamanatkan agar pembangunan bidang agama
diarahkan pada pencapaian sasaran pokok, yaitu terwujudnya
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab, serta bangsa yang berdaya
saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur, adil,
dan sejahtera.
1
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Selama periode 2004−2009, berbagai upaya


pembangunan bidang agama diakui telah meningkatkan
kualitas kehidupan beragama. Hal itu ditandai antara lain
dengan makin tingginya pemahaman dan pengamalan
keagamaan, meningkatnya kualitas dan akses masyarakat
terhadap pendidikan agama dan pendidikan keagamaan,
meningkatnya mutu pelayanan keagamaan bagi umat
beragama, meningkatnya pengelolaan penyelenggaraan haji,
makin berkembangnya harmoni hubungan di kalangan umat
beragama, dan meningkatnya tata kelola kepemerintahan
yang baik. Usaha meningkatkan kualitas pembangunan
bidang ini oleh Kementerian Agama diformulasikan melalui
5 (lima) program pokok sesuai amanat Perpres No. 7 Tahun
2005 tentang RPJMN 2005-2009, meliputi: peningkatan
pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan pengembangan
nilai-nilai keagamaan; peningkatan pendidikan agama dan
pendidikan keagamaan; peningkatan pelayanan kehidupan
beragama; pengembangan lembaga-lembaga sosial
keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan agama; dan
peningkatan kerukunan umat beragama.
Pada periode 2004-2009 pembangunan bidang agama
telah dapat dikatakan mencapai hasil yang cukup baik, tetapi
masih terdapat sejumlah permasalahan yang membutuhkan
penanganan lebih serius dan terprogram. Permasalahan yang
2
Renstra BLD Kementerian Agama RI

dihadapi, sebagaimana dinyatakan dalam RPJMN 2010-


2014 dan diperkuat dalam Rencana Strategik (Renstra)
Kementerian Agama 2010-2014, antara lain:
1. Masih terdapat kesenjangan pemahaman keagamaan
dengan sikap dan perilaku sosial.
2. Harmonisasi sosial dan kerukunan di kalangan umat
beragama belum optimal.
3. Masih terbatasnya pelayanan kehidupan beragama.
4. Pelayanan penyelenggaraan ibadah haji yang masih perlu
ditingkatkan.
5. Masih terbatasnya mutu dan akses masyarakat terhadap
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut,
Renstra Kementerian Agama 2010-2014 telah menetapkan
visi, misi, dan sejumlah program strategik. Visi Kementerian
Agama adalah “terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat
beragama, rukun, cerdas, mandiri, dan sejahtera lahir batin”.
Dalam usaha mencapai visi tersebut Kementerian Agama
menjalankan misi: meningkatkan kualitas kehidupan
beragama; meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama;
meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan; meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah

3
Renstra BLD Kementerian Agama RI

haji; dan mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang


bersih dan berwibawa.
Di tengah makin tingginya dinamika sosial keagamaan,
makin tidak sederhananya permasalahan pembangunan yang
dihadapi, meningkatnya tuntutan kinerja terhadap instansi
Kementerian Agama, dan keterbatasan sumber daya yang
dimiliki, maka dukungan terhadap ketersediaan hasil-
hasil kelitbangan dan kediklatan memberi peran yang sangat
penting dan mendesak bagi peningkatan mutu pelayanan
keagamaan. Menyadari posisinya yang sangat strategis itu,
Badan Litbang dan Diklat secara simultan berupaya
melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian,
serta meningkatkan intensitas dan mutu pendidikan dan
pelatihan. Berbagai upaya tersebut dirancang dan
dilaksanakan dalam suatu kebijakan teknis kelitbangan dan
kediklatan.
Di bidang kelitbangan, kebijakan teknis meliputi:
peningkatan relevansi topik-topik penelitian, peningkatan
kualitas hasil penelitian, peningkatan diversifikasi metodologi
penelitian, peningkatan komunikasi dan sosialisasi hasil-hasil
penelitian, perluasan jaringan kerjasama penelitian, serta
pengembangan budaya akademik bagi para tenaga fungsional
peneliti. Di bidang kediklatan, meliputi pengembangan
kapasitas SDM penyelenggara diklat, peningkatan mutu dan
jumlah widyaiswara, pengembangan program diklat,
4
Renstra BLD Kementerian Agama RI

peningkatan kualitas instrumen kediklatan, penyiapan konsep


kebijakan teknis kediklatan, pemerataan diklat secara
proporsional, pengembangan jaringan kerjasama/kemitraan,
serta peningkatan jumlah sasaran/siklus kediklatan.
Sejumlah kemajuan yang dicapai dalam rentang lima
tahun terakhir, antara lain:
Pertama, Badan Litbang dan Diklat telah mampu
mengatasi fase transisi kelembagaan. Fase transisi yang pada
mulanya diperkirakan lebih dari lima tahun, tetapi ternyata
dapat diselesaikan lebih cepat dari yang diperkirakan. Fase
transisi dimulai sejak terjadi penggabungan Litbang dan
Diklat melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun
2001.
Kedua, Badan Litbang dan Diklat secara realitas telah
mampu memperbaiki dan meningkatkan mutu dan jumlah
pegawai. Selama lebih kurang lima tahun telah diusahakan
langkah-langkah untuk pembenahan pegawai melalui
berbagai program pembinaan, pelatihan dan penugasan,
pemberian bantuan belajar serta beasiswa. Saat ini, telah
lebih dari 60 persen tenaga peneliti dan widyaiswara
berpendidikan S2, sekitar 5 persen berpendidikan S3, dan
sisanya berpendidikan S1. Kondisi ini mengisyaratkan
kecenderungan bahwa prospek sumber daya manusia Badan

5
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Litbang dan Diklat di masa yang akan datang semakin


positif.
Ketiga, Badan Litbang dan Diklat telah mampu
meningkatkan program yang lebih variatif dan diversifikatif
yang ditunjukkan dengan makin berkembangnya kegiatan
penelitian dan pengembangan dalam perumusan kebijakan.
Kondisi yang sama dirasakan pada unit-unit kediklatan baik
pada Pusdiklat maupun UPT di daerah. Unit-unit kediklatan
telah mampu menyelenggarakan berbagai jenis diklat untuk
berbagai jenis diklat jabatan dan bidang layanan. Lembaga-
lembaga ini telah mampu pula menyelenggarakan ratusan
jenis diklat dengan alumni mencapai rata-rata 40.000 orang
pertahun, dan berhasil menerbitkan lebih dari 300 panduan,
juknis, dan kurikulum diklat yang sering disebut sebagai
produk sistem kediklatan.
Keempat, Badan Litbang dan Diklat telah mampu
meningkatkan anggaran dari tahun ke tahun. Sejak tahun
2003, anggaran Badan Litbang dan Diklat terus mengalami
kenaikan secara signifikan. Prosentase kenaikan itu
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, bahkan pada tahun
2004-2005 mengalami kenaikan lebih dari 200 persen, dan
2006-2009 terjadi kenaikan pertahun rata-rata 15 persen.
Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan
pimpinan Kementerian Agama dalam memberikan dukungan
yang kuat terhadap kinerja kelitbangan dan kediklatan.
6
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Kelima, unit-unit kelitbangan dan kediklatan, Pusat dan


UPT Daerah, telah memiliki sarana prasarana yang cukup
memadai. Sampai tahun 2007 Badan Litbang dan Diklat
telah berhasil membangun dan merenovasi gedung-gedung
perkantoran, asrama, kampus diklat, perpustakaan dan
laboratorium serta sarana penunjang lainnya.
Berbagai keberhasilan Badan Litbang dan Diklat telah
memperoleh dukungan positif terutama dari Menteri Agama
dan dari berbagai pihak. Dalam Pembukaan Rakor Badan
Litbang dan Diklat tahun 2009 di Surabaya Menteri Agama
RI menyatakan bahwa sudah banyak kebijakan yang diambil
oleh Menteri Agama bahkan juga oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang didasarkan pada hasil-hasil kajian Badan
Litbang dan Diklat bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.
Menteri juga minta agar kegiatan-kegiatan penelitian dan
kajian yang demikian itu diteruskan pada masa yang akan
datang, agar kebijakan di bidang agama senantiasa
mempunyai landasan pertimbangan yang kuat. Penelitian-
penelitian itu dapat mencakup wilayah kehidupan keagamaan
seluas mungkin sesuai dengan program pembangunan
nasional dibidang agama. Dalam kaitan ini pula, Menteri
Agama mengharapkan kepada para peneliti dan seluruh
jajaran penyelenggaraan penelitian untuk memperhatikan hal-
hal berikut:

7
Renstra BLD Kementerian Agama RI

1. Meningkatkan relevansi topik-topik penelitian dengan


program-program pembangunan di bidang agama.
2. Terus melakukan peningkatan mutu hasil penelitian
dengan mendiversifikasi penggunaan metode-metode
penelitian yang beraneka ragam, baik yang menggunakan
pendekatan kuantitatif maupun kualitatif.
3. Meningkatkan mutu hasil penelitian dengan cara
meningkatkan mutu tenaga peneliti itu sendiri, baik
melalui pendidikan formal maupun upaya lainnya.
4. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga
lainnya, Pemerintah maupun LSM, yang bergerak di
bidang penelitian keagamaan.
5. Meningkatkan sosialisasi hasil-hasil penelitian kepada
masyarakat luas, khususnya kepada para stakeholders, baik
Pemerintah maupun LSM.
Lebih lanjut Menteri Agama minta agar program-
program diklat terus ditingkatkan sehingga mencapai sasaran
yang semakin luas dan merata kepada seluruh pegawai
Kementerian Agama. Sekitar 7 tahun yang lalu, kesempatan
mengikuti diklat bagi seorang pegawai Kementerian Agama
masih berada pada kisaran siklus 19 tahunan. Keadaan itu
telah dapat diperbaiki secara bertahap sehingga pada tahun
2009 kesempatan mengikuti diklat bagi pegawai
Kementerian Agama telah mencapai siklus 6 tahun sekali.
Lebih lanjut Menteri Agama meminta agar disusun program-
8
Renstra BLD Kementerian Agama RI

program diklat dengan frekuensi yang lebih banyak sehingga


setiap pegawai Kementerian Agama akan memperoleh
kesempatan diklat minimal 3 sampai dengan 4 tahun sekali,
dan khusus bagi para guru 2 sampai dengan 3 tahun sekali.
Jumlah sasaran diklat setiap tahunnya secara bertahap
hendaknya terus ditingkatkan, demikian juga mutu diklat
harus terus ditingkatkan. Dalam hubungan ini, para
widyaiswara dan seluruh jajaran penyelenggara diklat untuk
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Terus melanjutkan penyelenggaraan Diklat Tatap Muka
dalam ruangan kelas sebagaimana yang telah berjalan
selama ini.
2. Mengembangkan penyelenggaraan Diklat Di Tempat
Kerja (DDTK), agar dapat dilaksanakan di setiap
kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
3. Segera merintis dan memulai penyelenggaraan Diklat
Jarak Jauh (DJJ) untuk pegawai Kementerian Agama di
seluruh Indonesia, khususnya bagi para tenaga fungsional
pendidikan dan penyuluh agama.
4. Memberdayakan forum-forum yang ada, seperti:
Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Penyuluh Agama,
dan lain-lain, untuk penyelenggaraan diklat-diklat yang
digerakkan oleh yang bersangkutan dengan dorongan dan
bimbingan dari unit-unit diklat yang ada.
9
Renstra BLD Kementerian Agama RI

5. Meningkatkan metode dan substansi materi diklat


sehingga output diklat akan berdampak secara nyata
kepada perbaikan mutu dan cara kerja Kementerian
Agama.
6. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain
sesama penyelenggara diklat maupun lembaga-lembaga
lainnya, Pemerintah maupun LSM, nasional maupun
daerah.
Sejalan dengan kondisi umum pembangunan bidang
agama tersebut dan kondisi objektif kelembagaan yang
dihadapi, tuntutan, harapan serta tantangan terhadap
peningkatan kinerja kelitbangan dan kediklatan, maka Badan
Litbang dan Diklat perlu secara terus menerus meningkatkan
kapasitas kelembagaan, mengembangkan dan
memberdayakan segenap potensi yang dimiliki, melakukan
berbagai proyeksi, menetapkan program dan rencana
kegiatan strategis yang disusun dalam Renstra 2010-2014
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional, serta Pedoman Penyusunan
Renstra-KL 2010-2014 yang diterbitkan oleh Kementerian
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Tahun 2009.
10
Renstra BLD Kementerian Agama RI

B. Potensi dan Permasalahan


Pembangunan bidang agama merupakan suatu investasi
penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
arti luas, yaitu mencakup dimensi lahir dan batin, material
dan spiritual. Pembangunan bidang agama sangat potensial
dalam upaya mewujudkan agenda meningkatkan moralitas
bangsa, kedamaian, kecerdasan, kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, pembangunan bidang
agama perlu secara terus menerus didukung melalui
penyediaan hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang
relavan dan sumberdaya aparatur yang profesional. Suatu
kebijakan tanpa didukung pertimbangan yang matang dapat
berdampak negatif secara luas, sementara itu tanpa dukungan
tenaga keagamaan yang profesional dapat dipastikan kinerja
pelayanan tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan demikian, kinerja pembangunan bidang agama
dalam banyak hal dipengaruhi oleh performa instansi
kelitbangan dan kediklatan yang ada.
Untuk memantapkan rencana strategik ini perlu
diidentifikasi sejumlah potensi kelitbangan dan kediklatan
yang dapat menjadi kekuatan dan energi pendorong bagi
tercapainya target-target kelembagaan, dan permasalahan
yang diperhitungkan dapat menghambat kinerja yang
11
Renstra BLD Kementerian Agama RI

ditetapkan. Secara strategik potensi dan permasalahan yang


dihadapi dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bidang Kelitbangan
a. Potensi
Sejumlah faktor yang dapat diidentifikasi sebagai
potensi pendukung bagi peningkatan mutu kinerja
kelitbangan dalam ranah penetapan kebijakan, antara
lain:
1) Kuatnya dukungan dan perhatian pemerintah
terhadap kajian-kajian keagamaan yang dilakukan
Badan Litbang dan Diklat. Hal ini dibuktikan
dengan lahirnya beberapa peraturan perundang-
undangan yang memperkuat eksistensi institusi
litbang keagamaan, antara lain: Keputusan
MENPAN Nomor 128/kep/ M.PAN/9/2004
tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka
Kreditnya; Keputusan Ketua LIPI Nomor: LIPI
Nomor: 02/E/2005 tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Peneliti; Peraturan Kepala
LIPI Nomor 03/E/2005; Peraturan Kepala LIPI
Nomor 04/E/2005, dan SKB Kepala LIPI dan
Kepala BKN Nomor 412/D/2009 dan Nomor
12 Tahun 2009. Kondisi ini merupakan potensi
yang harus direspon secara sungguh-sungguh oleh
12
Renstra BLD Kementerian Agama RI

unit kelitbangan agar setiap kebijakan pimpinan di


bidang keagamaan selalu didasari oleh hasil riset
yang dapat dipertanggungjawabkan.
2) Kecenderungan meningkatnya pemanfaatan hasil-
hasil kelitbangan belakangan ini, menunjukkan
kepercayaan pimpinan dan publik terhadap kinerja
institusi kelitbangan. Artinya, para pengambil
keputusan atau perencana membutuhkan data dan
hasil kelitbangan dalam rangka menyusun dan
menetapkan kebijakan yang akan diambil
organisasi. Peranan data dan informasi
kelitbangan menjadi sangat signifikan. Data dan
informasi kelitbangan sudah digunakan mulai dari
tahap perencanaan, penganggaran, implementasi
sampai tahap evaluasi program atau pengukuran
pencapaian kinerja kelembagaan. Pemanfataan
hasil-hasil penelitian ini juga telah didukung
melalui pengembangan jaringan teknologi
informasi melalui pendayagunaan website maupun
pengembangan perpustakaan digital di lingkungan
Badan Litbang dan Diklat, pemanfaatan teknologi
informasi tersebut akan sangat membantu setiap
stakeholder untuk mengakses data dan hasil-hasil
kelitbangan secara lebih cepat, mudah, dan
terintegrasi, dan terkontrol. Bukan hanya itu,
13
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Badan Litbang dan Diklat juga telah melakukan


kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian
profesional, baik dari kalangan perguruan tinggi
maupun independen untuk melakukan pelatihan
penelitian secara merata. Kondisi ini merupakan
potensi kunci bagi penguatan peran dan eksistensi
kelitbangan bagi upaya peningkatan pemahaman
dan penghayatan nilai-nilai keagamaan yang
selaras dengan wawasan NKRI.
3) Makin tingginya tuntutan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pembangunan bidang agama
secara berkualitas yang dilakukan antara lain
melalui penetapan dan penerapan kebijakan yang
relevan, efektif, efisien dan akuntabel. Makin
tinggi tuntutan masyarakat terhadap kinerja
penyelenggara negara, makin tinggi pula harapan
terhadap relevansi kebijakan baik secara material
(uji material/substansi) maupun pada level
operasional (uji implementasi). Kondisi ini
merupakan potensi yang memberikan energi
positif terhadap kinerja kelitbangan agar setiap
kebijakan di bidang keagamaan dapat dikaji secara
kritis dan disosialisasikan hasilnya kepada
Pimpinan.

14
Renstra BLD Kementerian Agama RI

4) Dinamika sosial keagamaan masyarakat cenderung


semakin kompleks yang berdampak terhadap
makin tidak sederhananya penetapan suatu
kebijakan. Dewasa ini bangsa Indonesia tengah
berada pada fase perubahan yang sangat penting
dan menentukan sebagai efek samping dari
berbagai perubahan lingkungan strategik di level
global dan nasional. Kondisi ini telah membawa
suasana dan perkembangan peta sosial baru yang
semakin kompleks dengan tingkat resistensi sosial
yang tinggi. Sementara itu, penetapan suatu
kebijakan adalah langkah juridis yang ditetapkan
pemerintah sebagai jawaban terhadap
permasalahan dan tuntutan tertentu. Tidak
berhenti di situ, langkah kebijakan tersebut harus
pula dapat dipertanggungjawabkan secara juridis
dan akademis. Kenyataan ini memastikan bahwa
kondisi sosial yang terus berkembang menjadi
potensi besar sekaligus tantangan bagi
peningkatan peran kelitbangan dalam ranah
kebijakan. Masyarakat yang terus berkembang
mengikuti alur dinamika kondisi dan
permasalahannya menunjukan pula
keberlangsungan dan tuntutan peningkatan kinerja
riset kebijakan ini.
15
Renstra BLD Kementerian Agama RI

5) Meningkatnya apresiasi dan dukungan para


pengambil kebijakan terhadap kinerja kelitbangan
sebagai basis pengambilan kebijakan.
Kebermanfaatan suatu produk riset kebijakan
tidak sepenuhnya ditentukan oleh mutu penelitian
itu sendiri, melainkan dukungan dan komitmen
yang kuat para pengambil kebijakan untuk
menggunakannya. Dewasa ini, seiring dengan
makin kompleksnya permasalahan yang dihadapi
dan tingginya tuntutan masyarakat terhadap
akuntabilitas kebijakan, terdapat kecenderungan
kuat para pengambil kebijakan untuk
memperhatikan produk riset dalam penetapan
suatu kebijakan. Kondisi ini didukung pula oleh
peningkatan kualitas sumber daya apaaratur level
pimpinan di lingkungan Kementerian Agama yang
semakin profesional dan umumnya memiliki
tradisi akademis yang cukup kuat.
6) Tersedianya anggaran penyelenggaraan program
kelitbangan yang cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Meski pun
ditengarai anggaran penelitian masih tergolong
cukup rendah, hanya menyerap rata-rata kurang
dari 1 persen pertahun dari total anggaran
Kementerian Agama, apalagi jika dibandingkan
16
Renstra BLD Kementerian Agama RI

dengan luasnya jangkauan substansi penelitian


yang melingkungi seluruh dimensi sosial
keagamaan, tetapi terdapat kecendrungan
anggaran yang sangat positif. Hal itu ditunjukkan
adanya peningkatan jumlah Pagu dari tahun-ke
tahun dengan tingkat kenaikan yang sangat
fluktuatif. Kondisi anggaran ini menjadi salah satu
potensi penting bagi pengembangan program-
program riset yang lebih fokus dan terarah dengan
tingkat relevansi yang tinggi. Jumlah Pagu yang
masih minimal itu pula merupakan tantangan
tersendiri bagi seluruh unit kelitbangan untuk
memilih dan memilah program penelitian
berdasarkan prioritas berdasarkan peta kebutuhan
nyata para pengguna.
7) Tersedianya struktur organisasi kelitbangan Pusat
dan Daerah yang dapat digerakkan guna
mendukung cakupan wilayah substansi dan area
penelitian keagamaan secara Nasional, sesuai
kebutuhan program pembangunan di bidang
agama. Keadaan struktur dalam suatu organisasi
menggambarkan peta wilayah kerja dan otoritas
yang melekat di dalamnya. Melalui struktur itu
pula dapat diketahui secara pasti besaran kinerja
yang menjadi tanggungjawabnya dan target-target
17
Renstra BLD Kementerian Agama RI

umum kelembagaan yang hendak dicapai. Unit-


unit kelitbangan Badan Litbang dan Diklat terdiri
dari 3 unit Pusat, dan 4 UPT, yaitu: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, Puslitbang Pendidikan
Agama dan Keagamaan, Puslitbang Lektur
Keagamaan, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, Balai Litbang Agama Jakarta, Balai
Litbang Agama Semarang, dan Balai Litbang
Agama Makassar. Dengan demikian, struktur yang
ada merupakan potensi besar dan melalui
meknisme organisasi harus mampu digerakkan
sebesar-besarnya bagi kepentingan kelembagaan.
8) Meningkatnya jumlah dan mutu peneliti unit-unit
kelitbangan Pusat dan Daerah. Ketersediaan
peneliti menjadi faktor penting dan menentukan
terhadap kinerja setiap unit kelitbangan. Peneliti
merupakan ujung tombak unit-unit kelitbangan
yang kinerjanya sangat menentukan kualitas
produk riset dan dapat mempengaruhi
kepercayaan Pimpinan dan masyarakat. Dalam
beberapa tahun terakhir, sesuai kebijakan teknis
Kepala Badan Litbang dan Diklat, telah dilakukan
berbagai langkah penting dalam usaha memenuhi
kebutuhan tenaga fungsional peneliti, antara lain
melalui rakrutmen, pengembangan berbagai
18
Renstra BLD Kementerian Agama RI

program pembinaan, dan pemberian bantuan


belajar dan beasiswa. Langkah-langkah tersebut
secara nyata berdampak terhadap penambahan
jumlah peneliti dari tahun-ke tahun, dan
peningkatan kompetensi dan kualifikasi akademik.
Perkembangan tersebut merupakan modal dasar
bagi peningkatan mutu kinerja kelitbangan lima
tahun ke depan.
9) Meningkatnya budaya akademik di kalangan
penyelenggara penelitian Pusat dan Daerah.
Secara kelembagaan unsur-unsur yang terlibat
dalam penyelenggaraan penelitian adalah tenaga
peneliti dan tenaga fasilitasi. Yang dimaksud
dengan tenaga fasilitasi adalah unsur-unsur
organisasi yang terlibat dalam suatu kegiatan
penelitian yaitu pejabat fungsional lain dan pejabat
struktural, mulai level Pimpinan sampai staf.
Pengembangan budaya akademik harus
melingkupi seluruh pegawai, baik peneliti itu
sendiri, pejabat fungsional lain, maupun terhadap
pejabat struktural. Dengan demikian, akan
terbangun suatu kondisi dan situasi akademik
yang mempengaruhi cara pandang dan sikap
organisasi terhadap suatu fenomena tertentu,
dengan tidak mengabaikan meknisme kerja
19
Renstra BLD Kementerian Agama RI

sebagai lembaga birokrasi kepemerintahan.


Budaya akademik adalah suatu kebiasaan yang
mengedepankan objektivitas, kejujuran, ketulusan,
keterbukaan, dialogis, dan keberpihakan terhadap
kebenaran ilmiah. Meningkanya budaya akademis
di kalangan para penyelenggara penelitian
merupakan modal dasar yang sangat penting.
10) Meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi
dan media massa dalam usaha melakukan
sosialisasi, komunikasi, dan publikasi hasil
kelitbangan. Untuk mendorong pemanfaatan
produk riset itu perlu didukung dengan
penggunaan teknologi informasi dan media massa
cetak maupun elektronik. Berkenaan dengan itu,
Badan Litbang dan Diklat telah mengembangkan
sistem jaringan informasi berbasis website,
penerbitan jurnal-jurnal, penerbitan buku-buku
hasil penelitian, dan komunikasi via media audio
visual melalui sejumlah kegiatan dialog.
Pemanfaatan teknologi dan media massa dalam
sistem jaringan untuk pendayagunaan dan
peningkatan akses produk riset menjadi potensi
yang perlu terus menerus dikembangkan sehingga
dapat berdampak secara lansgung tehadap

20
Renstra BLD Kementerian Agama RI

peningkatn peran kelitbangan terutama dalam


ranah kebijakan.
11) Menguatnya dukungan tata kelola kepemerintahan
yang bersih di lingkungan unit penelitian
Kementerian Agama. Sejak penggabungan unit
kelitbangan dan kediklatan melalui KMA Nomor
I Tahun 2001, Badan Litbang dan Diklat telah
mengupayakan berbagai pembenahan dan
penguatan di bidang tata kelola kepemerintahan.
Di bidang kelitbangan, pembenahan itu secara
lebih konkrit diwujudkan melalui implementasi
kebijakan teknis, instruksi-instruksi Kepala Badan,
penguatan kontrol dan pengawasan secara
melekat, dan penyelenggaraan evaluasi secara
menyeluruh terhadap kinerja kelembagaan. Untuk
mendukung komitmen pelayanan terhadap tugas-
tugas kelembagaan, Kepala Badan telah pula
mewajibkan setiap pejabat menandatangani Pakta
Integritas.

b. Permasalahan
Sejumlah permasalahan yang dihadapi yang
dapat mempengaruhi kinerja dan peran
kelitbangan dalam ranah kebijakan, antara lain:
21
Renstra BLD Kementerian Agama RI

1) Badan Litbang tidak memiliki kekuatan


melakukan penelitian tatakelola pemerintahan dari
seluruh unit kerja yang ada, padahal penelitian ini
dapat membantu peningkatan kualitas kinerja
Kementerian Agama.
2) Badan Litbang belum memiliki grand desain
kebijakan yang jelas tentang SDM (mulai dari
perekrutan dan jenjang pengembangan
kepangkatan), belum ada upaya Badan Litbang
untuk memperoleh SDM yang berkualitas.
3) Masih rendahnya hasil penelitian dibandingkan
dengan perkembangan permasalahan yang ada di
masyarakat.
4) Diversifikasi metodologi yang sudah menjadi
kebijakan Kepala Badan belum berjalan secara
optimal (pengujian terhadap model-model
pengembangan masyarakat untuk mendukung
kualitas pendidikan, kerukunan, dll).
5) Masih lemahnya koordinasi perencanaan antara
Puslitbang dengan Balai Litbang, serta belum
adanya pedoman mekanisme kerja dan tatalaksana
di lingkungan Badan Litbang dan Diklat.

22
Renstra BLD Kementerian Agama RI

6) Belum terbangunnya kebijakan mengembangkan


program penelitian bersama antar Puslitbang
dalam melakukan penelitian terkait dengan kasus
keagamaan dalam satu tim (misalnya LDII diteliti
oleh Puslitbang Kehidupan Keagamaan,
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan,
Puslitbang Lektur Keagamaan, dan Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dari aspeknya
masing-masing).
7) Masih kurangnya kerjasama penelitian antar unit
kerja di lingkungan Kementerian Agama dan juga
unit di luar Kementerian Agama.
8) Belum adanya standar jaminan mutu hasil-hasil
penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang dan
Diklat.
9) Belum adanya dewan pakar di masing-masing
Puslitbang untuk menguji instrumen desain
penelitian sebelum penelitian dilakukan.

2. Bidang Kediklatan
a. Potensi

23
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Sejumlah faktor yang dapat diidentifikasi


sebagai potensi pendukung bagi peningkatan
kinerja dan peran kediklatan, antara lain:
1) Peraturan Perundang-undangan yang mendukung
kediklatan antara lain : Undang-undang RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional; PP No.101 tahun 2000 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri
sipil; Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; PP
No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan; Peraturan
Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 1994 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
Sipil; Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Agama; Keputusan Menteri Agama
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Departemen Agama; Instruksi
Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Pengalihan Perencanaan Program dan Anggaran
serta Pelaksanaan Diklat di Lingkungan
Departemen Agama; Keputusan Menteri Agama
24
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Nomor 345 Tahun 2004 tentang Susunan


Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan
Latihan (Diklat) Keagamaan; Peraturan Menteri
Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Agama; Keputusan
Menteri Pandayagunaan Aparatur Negara No. 14
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Widyaiswara dan angka kreditnya.
2) Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
kompeten dalam mengemban tugas kediklatan
baik di Pusdiklat maupun di Balai Diklat
Keagamaan berjumlah 879 orang dengan
kualifikasi pendidikan S3 = 6 orang, S2 = 227
orang, S1 = 502 org, Diploma/SLTA/lainnya =
144 orang.
3) Tersedianya product system kediklatan (kursil,
modul, juknis, juklak, bahan ajar) yang relevan
menunjang kegiatan kediklatan;
4) Tersedianya Widyaiswara yang berkualitas sesuai
dengan spesialisasinya berjumlah 322 orang.
Widyaiswara merupakan salah satu komponen
penting dalam kegiatan penyelenggaraan diklat.
5) Sarana dan Prasarana yang memadai antara lain
:Teknologi Informasi, Teknologi Perpustakaan,
25
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Laboratorium (IPA/Bahasa), Fasilitas Gedung


dan Asrama, Website, dan Transportasi;
6) Tersedianya alokasi anggaran kediklatan Tahun
2010 yang memadai. Pada tahun 2010 anggaran
kediklatan sebesar Rp. 280.835.667.000,- atau
66,09% dari pagu Badan Litbang dan Diklat,
dengan rincian Pusdiklat Rp. 90.155.723.000,-
Anggaran Balai Diklat Keagamaan Rp.
190.679.944.000,-
7) Diversifikasi model penyelenggaraan Kediklatan
meliputi Pengembangan diklat reguler,
Pengembangan DDTK, Pengembangan DJJ dan
Pengembangan Diklat Pemberdayaan Kelompok
Kerja (KKG/MGMP, Pokjawas, Pokjaluh dan
Pokjahulu);
8) Adanya kerjasama (kemitraan) kediklatan sebagai
upaya mengoptimalkan program dan mutu
kediklatan. Koordinasi dan kerjasama dilakukan
dengan pihak-pihak terkait baik internal maupun
eksternal. Koordinasi dan kerjasama tersebut
adalah untuk meningkatkan jejaring kerja yang
lebih luas antara Pusdiklat, Balai Diklat dengan
lembaga-lembaga lain; mengoptimalkan
penyelenggaraan diklat secara kualitas dan
26
Renstra BLD Kementerian Agama RI

kuantitas; memadukan potensi yang dimiliki oleh


masing-masing lembaga dalam meningkatkan
efektifitas diklat dan memperluas jangkauan
jejaring kerja.

b. Permasalahan
Sejumlah permasalahan yang dihadapi di
bidang kediklatan, antara lain:
1) Belum meratanya kesempatan mengikuti diklat.
Jumlah pegawai Kementerian Agama Tahun 2009
menurut Biro Kepegawaian Kementerian Agama
sebanyak 225.905 ribu. Jika idealnya setiap
pegawai memperoleh diklat minimal 4 tahun
sekali atau siklus empat tahunan maka Badan
Litbang dan Diklat harus mampu mendiklat lebih
kurang rata-rata pertahun 55 ribu orang. Sampai
saat ini, jumlah pegawai yang mengikuti diklat
baru mencapai 40.000-an pertahun atau siklus
6(enam) tahunan. Kondisi ini jauh lebih baik
dibanding 7 (tujuh) tahun yang lalu yaitu masih
dalam kisaran 19 tahunan. Belum meratanya
kesempatan mengikuti diklat disebabkan antara
lain terbatasnya jumlah anggaran, jumlah UPT
kediklatan, belum memadainya kapasitas
27
Renstra BLD Kementerian Agama RI

akomodasi dan ruang kelas, keterbatasan


widyaiswara, dan belum optimalnya penerapan
strategi baru kediklatan.
2) Penyelenggaraan diklat belum sepenuhnya
berbasis data dan kebutuhan unit-unit pelayanan
teknis di lingkungan Kementerian Agama.
Kondisi ini berdampak kepada kurang tepatnya
sasaran dan jenis diklat yang diselenggarakan,
belum optimalnya dampak diklat bagi peningkatan
kinerja organisasi. Karena itu, sangat penting
unit-unit kediklatan mengembangkan program-
program diklat dengan berbasis data dan
kebutuhan pengguna.
3) Rekruitmen peserta diklat masih belum efektif.
Seringkali terjadi pengulangan peserta diklat untuk
jenis diklat yang berbeda dalam kurun waktu yang
tidak terlalu lama, atau terjadi pengulangan peserta
untuk diklat yang sama. Hal ini berdampak kepada
semakin mengecilnya kesemoatan mengikuti diklat
bagi pegawai lainnya. Belum efektifnya rekrutmen
peserta dimaksud antara lain disebabkan oleh
tidak tersedianya database kediklatan yang
memadai, belum tersedianya SOP pemanggilan
peserta, kurangnya koordinasi dan komunikasi
dengan unit pengguna diklat. Oleh karena itu
28
Renstra BLD Kementerian Agama RI

komitmen pimpinan terhadap ketersediaan


database kediklatan, dan tersusunnya SOP
pemanggilan peserta sangat diperlukan.
4) Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor
345 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan
bahwa UPT Balai Diklat Keagamaan sebanyak 12
(duabelas) UPT, yang mewilayahi 33 (tigapuluh
tiga provinsi. Terdapat Balai diklat yang
mewilayahi 1 (satu) provinsi, 2 (dua) provinsi, 3
(tiga) provinsi, bahkan ada yang 4 (empat)
provinsi. Terutama Balai Diklat yang
mewilayahinya 3 sampai 4 provinsi dirasakan
sangat tidak memadai karena jarak dari lokasi
peserta ke kantor Balai Diklat cukup berjauhan
dan sulitnya sarana transportasi. Hal ini
berdampak kepada tingginya anggaran untuk
transportasi, kemungkinan tidak meratanya
pegawai dalam mengikuti diklat. Oleh karena itu
perlu adanya penataan kembali jumlah dan
wilayah kerja, serta penambahan Balai Diklat
Keagamaan di provinsi tertentu.
5) Belum memadai rasio antara jumlah widyaiswara
dengan kebutuhan pengembangan diklat.
Meskipun dalam lima tahun terakhir telah terjadi
29
Renstra BLD Kementerian Agama RI

peningkatan jumlah widyaiswara secara signifikan,


yaitu dari 111 orang pada tahun 2003 dan
mencapai 336 orang pada tahun 2009, tetapi
belum dapat memenuhi rasio kebutuhan diklat,
terutama jika dilihat dari kompetensi dan
spesialisasi menurut jenis dan jenjang diklat.
Kondisi ini sangat memperihatinkan karena
widyaiswara merupakan ujung tombak
pembelajaran yang sangat menentukan mutu dan
citra diklat.
6) Belum optimalnya pendayagunaan jaringan dan
kerjasama kediklatan bagi peningkatan kualitas
dan kuantitas penyelenggaraan diklat. Hal ini
berdampak kepada belum optimalnya pencapaian
mutu diklat. Dengan optimalnya pendayagunaan
jaringan dan kerjasama kediklatan diharapkan
mampu mengatasi berbagai keterbatasan kapasitas
kelembagaan dan tingginya tuntutan kinerja
kelembagaan. Oleh karena itu pendayagunaan
jaringan dan kerjasama menjadi salah satu strategi
kunci, terutama dalam mengatasi keterbatasan
daya tampung, pemenuhan widyaiswara, dan
peningkatan sarana dan prasarana pendukung
kediklatan.

30
Renstra BLD Kementerian Agama RI

7) Belum optimalnya dukungan tenaga teknis


penyelenggara diklat yang kompeten. Di luar
keterbatasan widyaiswara, unit-unit kediklatan
juga menghadapi problem keterbatasan jumlah
dan kompetensi tenaga teknis penyelenggara
diklat. Kondisi ini sangat mempengaruhi kualitas
pelayanan kediklatan, terutama dalam mendukung
pengembangan jenis-jenis diklat, peningkatan
perawatan dan pemeliharaan gedung, serta fasilitas
lainnya. Para penyelenggara diklat justeru kurang
memperoleh pembinaan kediklatan secara
memadai. Oleh karena pembinaan bagi tenaga
teknis penyelenggara yang kompeten lebih
menjadi kegiatan prioritas.
8) Belum optimalnya ketersediaan perpustakaan dan
laboratorium serta pemanfaatannya. Makin
berkembangnya tuntutan kompetensi yang
diperlukan pegawai, maka dibutuhkan dukungan
perpustakaan yang lengkap sebagai salah satu
sumber belajar peserta diklat, dan laboratorium
yang memadai sebagai media aplikasi teori dan
praktikum lainnya. Sejauh ini perhatian terhadap
kelengkapan sarana prasarana perpustakaan dan
ketersediaan laboratorium sesuai dengan jenis
diklat belum memadai. Kondisi ini terlihat dari
31
Renstra BLD Kementerian Agama RI

masih minimnya jumlah anggaran pengembangan


perpustakaan dan laboratorium. Oleh karena itu
dukungan program dan anggaran untuk
pengembangan dan pemanfaatan perpustakaan
dan laboratorium sangat diperlukan.
9) Kualitas alumni diklat, tidak hanya ditentukan
oleh mutu dan efektifnya pengelolaan diklat, akan
tetapi juga ditentukan oleh seberapa besar
komitmen pimpinan terhadap pemberdayaan
alumni diklat. Masih terdapat alumni diklat yang
belum diberdayakan secara optimal oleh
atasan/pimpinan organisasi pengguna diklat,
belum terbangunnya budaya organisasi yang
memberikan peluang kepada alumni untuk
mengembangkan ilmu dan keterampilan yang
diperoleh selama diklat. Hal ini berdampak kepada
belum terciptanya pengembangan karir pegawai,
memberikan citra kurang menguntungkan untuk
mengikuti diklat. Oleh karena itu perlu dibangun
sistem dan lingkungan yang mendukung kepada
pemberdayaan alumni diklat, di samping juga
perlu tersedianya payung hukum yang menjadi
landasan pemberdayaan alumni bagi organisasi
pengguna diklat.

32
Renstra BLD Kementerian Agama RI

10) Belum tersedianya hasil evaluasi dampak diklat


terhadap peningkatan kinerja pegawai
bersangkutan. Evaluasi ini sangat penting sebagai
salah satu instrumen untuk mengukur tingkat
keberhasilan penyelenggaraan diklat di luar
kepentingan jumlah (peningkatan siklus) dan
kebutuhan administrasi kepegawaian. Melalui
evaluasi ini dapat pula diketahuai tingkat relevansi
program diklat dengan kebutuhan organisasi,
ketepatan modul dan materi, efektivitas
penggunaan metodologi dan teknologi yang
diterapkan. Hal ini berdampak kepada belum
standarnya penyelenggaraan diklat berikutnya.

BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
33
Renstra BLD Kementerian Agama RI

A. Visi dan Misi


Mempertimbangkan berbagai capaian pada periode
pembangunan 2004-2009 serta sejumlah perubahan
lingkungan strategis, maka visi yang hendak diwujudkan oleh
Kementerian Agama adalah “Terwujudnya Masyarakat
Indonesia Taat Beragama, Rukun, Cerdas, Mandiri dan
Sejahtera Lahir Batin. Misi yang diemban meliputi:
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.
2. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan.
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.
5. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
Sejalan dengan visi dan misi Kementerian Agama itu,
Visi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama adalah
”Tersedianya data dan informasi untuk kebijakan
pembangunan bidang agama berbasis riset dan sumber
daya manusia Kementerian Agama yang berkualitas”.
Untuk mencapai visi tersebut Badan Litbang dan Diklat
menjalankan misi:

34
Renstra BLD Kementerian Agama RI

1. Meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan


kehidupan keagamaan.
2. Meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan
pendidikan agama dan keagamaan.
3. Meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan
khazanah keagamaan.
4. Meningkatkan kualitas pentashihan, pengkajian dan
pemeliharaan Mushaf Al-Qur’an.
5. Meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan tata
kelola pembangunan bidang agama.
6. Meningkatkan kualitas tenaga Administrasi
7. Meningkatkan Kualitas Tenaga Teknis Keagamaan
B. Tujuan

Tujuan jangka panjang Badan Litbang dan Diklat


Kementerian Agama adalah terwujudnya kebijakan
pembangunan bidang agama berbasis hasil riset melalui
penyediaan hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang
bermutu. Sedangkan tujuan program pendidikan dan
pelatihan adalah terwujudnya profesionalisme aparatur
Kementerian Agama melalui penyelenggaraan diklat yang
berkualitas.
Pada periode 2010-2014, target capaian yang
ditetapkan adalah meningkatnya pemanfaatan hasil-hasil
penelitian oleh pemerintah dan masyarakat mencapai 20%
35
Renstra BLD Kementerian Agama RI

tahun 2010 menjadi 60% pada tahun 2014, dan


terpenuhinya penyediaan data dan informasi hasil-hasil
penelitian dan pengembangan 100% pertahun, serta
tercapainya sosialisasi hasil-hasil penelitian dan
pengembangan 100% pertahun.
Berkenaan dengan tujuan kediklatan, hasil (outcomes)
yang hendak dicapai dalam jangka menengah adalah
meningkatnya kinerja aparatur Kementerian Agama baik
PNS maupun pegawai yang mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi Kementerian Agama. Indikator yang digunakan
untuk mengukur capaian tersebut adalah persentase
aparatur Kementerian Agama yang kompeten, profesional
dan berintegritas dengan target capaian yang ditetapkan
adalah 30% tahun 2010 menjadi 50% pada tahun 2014.

C. Sasaran
Dengan mempertimbangkan kondisi umum, potensi
dan permasalahan yang ada, tugas dan fungsi kelembagaan,
visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai, maka sasaran
strategis Badan Litbang dan Diklat 2010-2014, adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian dan Pengembangan Kehidupan Keagamaan
Sasaran utama penelitian dan pengembangan
kehidupan keagamaan adalah meningkatnya ketersediaan
36
Renstra BLD Kementerian Agama RI

data dan informasi serta rancangan kebijakan dalam


rangka mendukung terwujudnya kebijakan berbasis hasil
riset di bidang kerukunan aliran/paham keagamaan, dan
mutu pelayanan keagaman; dan menguatnya akses
masyarakat terhadap produk-produk kelembagaan.
2. Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan
Keagamaan
Sasaran utama pokok penelitian dan pengembangan
kehidupan keagamaan adalah meningkatnya ketersediaan
data dan informasi serta rancangan kebijakan dalam
rangka mendukung terwujudnya kebijakan berbasis hasil
riset di bidang pendidikan agama dan keagamaan,
pengelolaan madrasah dan perguruan tinggi; dan
menguatnya akses masyarakat terhadap produk-produk
kelembagaan.
3. Penelitian dan Pengembangan Lektur/Khazanah
Keagamaan
Sasaran utama penelitian dan pengembangan
lektur/khazanah keagamaan adalah meningkatnya
ketersediaan data dan informasi serta rancangan
kebijakan dalam rangka mendukung terwujudnya
kebijakan berbasis hasil riset di bidang lektur/khazanah
keagamaan klasik, dan lektur/khazanah keagamaan
modern; dan menguatnya akses masyarakat terhadap
produk-produk kelembagaan.
37
Renstra BLD Kementerian Agama RI

4. Kajian dan Pengembangan Kitab Suci Al-Qur’an


Sasaran utama kajian dan pengembangan kitab suci
Al-Qur’an adalah meningkatnya ketersediaan data dan
informasi, serta rancangan kebijakan dalam rangka
mendukung terwujudnya kebijakan berbasis hasil kajian
di bidang pelayanan kitab suci Al-Qur’an; dan
menguatnya akses masyarakat terhadap produk-produk
kelembagaan.
5. Penelitian dan Pengembangan Tata Kelola Pembangunan
Bidang Agama
Sasaran utama penelitian dan pengembangan tata
kelola pembangunan bidang agama adalah meningkatnya
ketersediaan data dan informasi serta rancangan
kebijakan dalam rangka mendukung terwujudnya tata
kelola yang baik pembangunan bidang agama; dan
menguatnya akses masyarakat terhadap produk-produk
kelembagaan.
6. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Administrasi
Sasaran utama pendidikan dan pelatihan tenaga
administrasi adalah meningkatnya mutu dan siklus diklat
bagi tenaga administrasi keagamaan di lingkungan
kementerian agama meliputi jenis diklat struktural,
pengembangan kepemimpinan, dan diklat teknis
administrasi; dan menguatnya akses masyarakat terhadap
kinerja kediklatan.
38
Renstra BLD Kementerian Agama RI

7. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis Keagamaan


Sasaran utama pendidikan dan pelatihan tenaga
teknis keagamaan adalah meningkatnya mutu dan siklus
diklat bagi tenaga teknis keagamaan di lingkungan
kementerian agama meliputi jenis diklat rumpun
pendidikan dan akademis, rumpun diklat urusan agama;
zakat dan wakaf, rumpun penerangan agama dan haji,
dan rumpun penunjang; dan menguatnya akses
masyarakat terhadap kinerja kediklatan serta
meningkatnya berbagai produk sistem kediklatan.

39
Renstra BLD Kementerian Agama RI

BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Agama


Kebijakan Kementerian Agama tahun 2010-2014
diarahkan pada:
1. Peningkatan kualitas kehidupan beragama, dengan
sasaran terwujudnya suatu kondisi keberagamaan
masyarakat yang dinamis dan mampu mendukung
percepatan pembangunan nasional, yang ditandai, antara
lain:
a. Meningkatnya pemahaman dan perilaku keagamaan
umat beragama yang seimbang, moderat dan inklusif.
b. Meningkatnya motivasi dan partisipasi umat beragama
dalam pembangunan nasional.
c. Menurunnya aliran sempalan dan tindakan kekerasan
yang mengatasnamakan agama.
d. Meningkatnya kualitas pribadi umat beragama yang
berakhlak mulia dan beretika.

40
Renstra BLD Kementerian Agama RI

e. Meningkatnya harkat dan martabat umat beragama


dalam membangun jati diri bangsa.
f. Meningkatnya peran umat beragama dalam
membangun harmoni antar peradaban.
g. Meningkatnya pemberdayaan potensi ekonomi
keagamaan.
h. Menguatnya sinergi kebijakan dalam pengelolaan
potensi ekonomi keagamaan.
i. Meningkatnya akses umat beragama terhadap
sumberdaya ekonomi keagamaan dalam upaya
meningkatkan taraf hidup dan kesejateraan umat
beragama.
j. Meningkatnya peran dan kualitas penyuluh agama.
k. Terselenggaranya pelayanan administrasi keagamaan
sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional).
2. Peningkatan kualitas kerukunan umat beragama, dengan
sasaran terwujudnya kehidupan harmoni intern dan antar
umat beragama sebagai pilar kerukunan nasional, yang
ditandai:
a. Meningkatnya dialog dan kerjasama antar umat
beragama dalam rangka memperkokoh persatuan dan
kesatuan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

41
Renstra BLD Kementerian Agama RI

b. Meningkatnya peran Indonesia dalam dialog lintas


agama di dunia Internasional.
c. Meningkatnya harmoni intern dan antar umat
beragama.
d. Meningkatkan peran Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB).
e. Berkembangnya pemahaman keagamaan masyarakat
berwawasan multikultural, gender, dan HAM.
f. Tersedianya program siaga dini pencegahan konflik
umat beragama.
3. Peningkatan kualitas raudhatul athfal, madrasah,
perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan
pendidikan keagamaan, dengan sasaran terwujudnya
pelayanan pendidikan yang merata, bermutu dan berdaya
saing, serta mampu memperkuat jati diri bangsa, yang
ditandai:
a. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pendidikan
anak usia dini berbasis keagamaan yang bermutu
(Raudhatul Athfal, Bustanul Athfal, Taman
Pendidikan Al-Qur’an, Taman Pendidikan Anak,
Taman Pendidikan Al-Qur’an, dan sejenisnya).
b. Meningkatnya akses masyarakat terhadap Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs),

42
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Pesantren Salafiyah Ula dan Pesantren Salafiyah


Wustho yang bermutu.
c. Meningkatnya akses masyarakat terhadap Madrasah
Aliyah (MA) dan pesantren salafiyah ulya bermutu.
d. Terwujudnya Madrasah Aliyah bertaraf internasional
di setiap provinsi.
e. Meningkatnya mutu dan daya saing pendidikan tinggi
agama.
f. Tersedianya ma’had al jami’ah pada perguruan tinggi
islam negeri.
g. Tersedianya Ma’had Aly pada pondok pesantren
h. Tersedianya layanan pendidikan nonformal (Paket A,
B, dan C) serta pendidikan vokasional pada pondok
pesantren
i. Meningkatnya mutu pengelolaan dan layanan
pendidikan pesantren dan pendidikan diniyah.
j. Meningkatnya mutu pendidikan agama di sekolah.
k. Meningkatnya profesionalitas dan kesejahteraan
pendidik dan tenaga kependidikan.
l. Meningkatnya mutu pengelolaan pendidikan agama
dan pendidikan keagamaan.
m. Terwujudnya pesantren sebagai pusat pendidikan dan
pemberdayaan ekonomi umat.

43
Renstra BLD Kementerian Agama RI

n. Tersedianya layanan pendidikan madrasah satu atap


dan pesantren terpadu di wilayah perbatasan atau
daerah khusus.
o. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan.
4. Peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji, dengan
sasaran tercapainya tingkat kepuasan jamaah dalam
berbagai bidang pelayanan dan pengelolaan dana haji
untuk sebear-besarnya bagi kesejahteraan umat, yang
ditandai:
a. Terwujudnya jemaah haji mandiri
b. Terwujudnya petugas profesional dan dedikatif
c. Terwujudnya standar pelayanan minimal pada seluruh
komponen pelayanan haji
d. Terwujudnya sistem informasi yang handal
e. Terwujudnya dukungan manajemen yang menyeluruh
dalam penyelenggaraan haji
f. Tersedianya peraturan perundang-undangan yang
memadai
g. Meningkatnya pengelolaan dana haji.
5. Perwujudan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan
berwibawa, dengan sasaran terwujudnya penyelenggaraan
birokrasi yang efektif, efisien, dan akuntabel, serta

44
Renstra BLD Kementerian Agama RI

tersedianya aparatur pelayanan keagamaan yang


profesional, yang ditandai
a. Terwujudnya refromasi birokrasi secara menyeluruh
baik di instansi pusat maupun daerah.
b. Meningkatnya jumlah aparatur yang mengikuti diklat
dengan siklus minimal 5 (lima) tahunan.
c. Terwujudnya laporan keuangan Kementerian Agama
dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
d. Terwujunya struktur organisasi instasi pusat dan
instansi vertikal Kementerian Agama yang sesuai
dengan tuntutan perkembangan.
e. Menurunya jumlah dan nilai temuan hasil
pemeriksaan BPK, BPKP dan Inspektorat Jenderal.
f. Meningkatnya recovery, revaluasi, pemanfaatan, dan
kualitas pengelolaan aset.
g. Terbangunnya rintisan e-government dalam rangka
efektivitas dan efisiensi pelayanan.
h. Meningkatnya kualitas aparatur sumberdaya manusia
melalui sistem rekrutmen, penempatan dan
pembinaan yang profesional.
i. Terbangunnya sistem informasi dan komunikasi yang
efektif dan efisien.
j. Meningkatnya pemanfaatan hasil-hasil penelitian
sebagai basis kebijakan.
45
Renstra BLD Kementerian Agama RI

k. Terbangunnya citra positif Kementerian Agama


sebagai institusi Pemerintah yang bersih dan
berwibawa.
Adapun strategi untuk realisasi kelima arah kebijakan
tersebut dituangkan ke dalam 11 program Kementerian
Agama, meliputi:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Agama
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Negara Kementerian Agama
3. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Kementerian Agama
4. Program Penelitian Pengembangan dan Pendidikan
Pelatihan Kementerian Agama
5. Program Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.
6. Program Pendidikan Islam
7. Program Bimbingan Masyarakat Islam
8. Program Bimbingan Masyarakat Kristen
9. Program Bimbingan Masyarakat Katolik
10. Program Bimbingan Masyarakat Hindu
11. Program Bimbingan Masyarakat Buddha

B. Arah Kebijakan dan Strategi Badan Litbang dan


Diklat

46
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Kebijakan Badan Litbang dan Diklat periode 2010-


2014 diarahkan pada:
1. Peningkatan dukungan terhadap pencapaian program-
program Kementerian Agama 2010-2014 melalui
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan yang
relevan dan bermutu tinggi sebagai masukan kebijakan
Pimpinan dan unit-unit pelayanan teknis di lingkungan
Kementerian Agama.
2. Peningkatan dukungan terhadap pencapaian program-
program Kementerian Agama 2010-2014 melalui
penyiapan sumber daya aparatur keagamaan berkualitas
yang dilaksanakan dalam bentuk penyelenggaraan diklat
berkualitas.
3. Peningkatan sosialisasi dan kemudahan akses terhadap
hasil-hasil kelitbangan dan kediklatan.
4. Peningkatan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan
penguatan citra kelembagaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama.

Dalam usaha mendorong peningkatan kinerja Badan


Litbang dan Diklat periode 2010-2014, telah ditetapkan 9
(sembilan) program strategis, yaitu:

47
Renstra BLD Kementerian Agama RI

1. Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan


Tugas Teknis Lainnya Badan Penelitian Pengembangan
dan Pendidikan Pelatihan, yang pelaksanaannya menjadi
tanggungjawab Sekretariat Badan Litbang dan Diklat.
Keluaran (output) yang ingin dihasilkan dari program
ini, antara lain:
a. Tersedianya data dan informasi perencanaan program
dan anggaran.
b. Meningkatnya kualitas pelayanan perpustakaan dan
informasi.
c. Meningkatnya kualitas pelayanan organisasi,
tatalaksana dan kepegawaian.
d. Meningkatnya kualitas pelayanan administrasi
keuangan, pengelolaan SAI dan BMN, serta
kerumahtanggaan.
e. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik
dan bersih.

Untuk mencapai keluaran (output) tersebut dilakukan


antara lain melalui: penyusunan program dan kegiatan
berbasis kinerja; penyediaan dan pengembangan sistem
aplikasi data perencanaan; peningkatan mutu pengelolaan
data dan informasi; optimalisasi pengendalian program
dan anggaran; peningkatan sosialisasi dan pameran
48
Renstra BLD Kementerian Agama RI

produk-produk kelembagaan; peningkatan mutu


pelayanan dan pembinaan perpustakaan; peningkatan
sistem pemeliharaan bahan pustaka; peningkatan sistem
informasi kelitbangan dan kediklatan; peningkatan mutu
pembinaan keortalaan dan kepegawaian; penyiapan
peraturan perundang-undangan; pengelolaan dan
pembinaan administrasi keuangan; peningkatan kualitas
pengelolaan BMN; peningkatan kualitas pelaporan
keuangan dan BMN; pengembangan sistem evaluasi dan
monitoring; penguatan koordinasi dan sinergi
kelembagaan; peningkatan akuntabilitas kinerja dan citra
kelembagaan; pengembangan sarana dan prasarana kerja;
serta pembinaan dan pengembangan jaringan kerjasama
kelembagaan.
2. Peningkatan Mutu Penelitian dan Pengembangan
Kehidupan Keagamaan, yang pelaksanaannya menjadi
tanggung jawab Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Keluaran (output) yang ingin dihasilkan dari
program ini, antara lain:
a. Tersedianya data dan informasi, rumusan
rekomendasi, pokok pikiran pengembangan, dan
bahan/draft kebijakan berbasis hasil penelitian bidang
kehidupan keagamaan dalam rangka mendukung

49
Renstra BLD Kementerian Agama RI

kebijakan pimpinan dan unit-unit teknis Kementerian


Agama.
b. Meningkatnya pemanfaatan produk-produk penelitian
dan pengembangan bidang kehidupan keagamaan
dalam perumusan kebijakan pimpinan dan unit-unit
teknis Kementerian Agama.
c. Meningkatnya komunikasi, sosialisasi dan publikasi
hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada stake
holders dan masyarakat secara umum.
d. Meningkatnya pemberdayaan jaringan dan kerjasama
penelitian dan pengembangan bidang kehidupan
keagamaan.
e. Meningkatnya kualitas tenaga peneliti bidang
kehidupan keagamaan berdasarkan spesifikasi
akademik dan bidang tugasnya.
f. Tersalurkannya beasiswa dan bantuan belajar bagi
peneliti bidang kehidupan keagamaan.
g. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
kehidupan keagamaan.
Untuk mencapai keluaran (output) tersebut dilakukan
antara lain melalui: peningkatan relevansi topik-topik

50
Renstra BLD Kementerian Agama RI

penelitian; peningkatan mutu hasil kelitbangan;


pengembangan sistem pendampingan kelitbangan;
peningkatan kualitas pemetaan dan studi kebutuhan
penelitian; optimalisasi penilaian dan telaah hasil
penelitian; pengembangan kualitas publikasi dan
komunikasi produk-produk kelitbangan; peningkatan
mutu pembinaan program; penguatan koordinasi dan
sinergi program; penyiapan bahan-bahan kebijakan;
peningkatan kapasitas SDM peneliti; penyediaan beasiswa
dan bantuan belajar; pengembangan budaya akademik;
penyiapan data dan evaluasi hasil penelitian;
pengembangan jaringan kerjasama kelembagaan; dan
peningkatan mutu dukungan administrasi kelitbangan.

3. Peningkatan Mutu Penelitian dan Pengembangan


Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, yang
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Puslitbang
Pendidikan Agama dan pendidikan keagamaan.
Keluaran (output) yang ingin dihasilkan dari
program ini, antara lain:
a. Tersedianya data dan informasi, rumusan
rekomendasi, pokok pikiran pengembangan, dan
bahan/draft kebijakan berbasis hasil penelitian bidang
pendidikan agama dan keagamaan dalam rangka

51
Renstra BLD Kementerian Agama RI

mendukung perumusan kebijakan pimpinan dan unit-


unit teknis Kementerian Agama.
b. Meningkatnya pemanfaatan produk-produk penelitian
dan pengembangan bidang pendidikan agama dan
keagamaan dalam perumusan kebijakan pimpinan dan
unit-unit teknis Kementerian Agama.
c. Meningkatnya komunikasi, sosialisasi dan publikasi
hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada stake
holders dan masyarakat secara umum.
d. Meningkatnya pemberdayaan jaringan dan kerjasama
penelitian dan pengembangan bidang pendidikan
agama dan keagamaan.
e. Meningkatnya kualitas tenaga peneliti bidang
pendidikan agama dan keagamaan berdasarkan
spesifikasi akademik dan bidang tugasnya.
f. Tersalurkannya beasiswa dan bantuan belajar bagi
peneliti bidang pendidikan agama dan keagamaan.
g. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
pendidikan agama dan keagamaan.

Untuk mencapai keluaran (output) tersebut dilakukan


antara lain melalui: peningkatan relevansi topik-topik
penelitian; peningkatan mutu hasil kelitbangan;
pengembangan sistem pendampingan kelitbangan;
52
Renstra BLD Kementerian Agama RI

peningkatan kualitas pemetaan dan studi kebutuhan


penelitian; optimalisasi penilaian dan telaah hasil
penelitian; pengembangan kualitas publikasi dan
komunikasi produk-produk kelitbangan; peningkatan
mutu pembinaan program; penguatan koordinasi dan
sinergi program; penyiapan bahan-bahan kebijakan;
peningkatan kapasitas SDM peneliti; penyediaan beasiswa
dan bantuan belajar; pengembangan budaya akademik;
penyiapan data dan evaluasi hasil penelitian;
pengembangan jaringan kerjasama kelembagaan; dan
peningkatan mutu dukungan administrasi kelitbangan.

4. Penelitian dan Pengembangan Lektur/Khazanah


Keagamaan, yang pelaksanaannya menjadi tanggung
jawab Puslitbang Lektur Keagamaan.
Keluaran (outputs) yang ingin dihasilkan dari
program ini, antara lain:
a. Tersedianya data dan informasi, rumusan
rekomendasi, pokok pikiran pengembangan, dan
bahan/draft kebijakan berbasis hasil penelitian bidang
lektur/khazanah keagamaan dalam rangka
mendukung perumusan kebijakan pimpinan dan unit-
unit teknis Kementerian Agama.
b. Meningkatnya pemanfaatan produk-produk penelitian
dan pengembangan bidang lektur/khazanah
53
Renstra BLD Kementerian Agama RI

keagamaan dalam perumusan kebijakan pimpinan dan


unit-unit teknis Kementerian Agama.
c. Meningkatnya komunikasi, sosialisasi dan publikasi
hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada stake
holders dan masyarakat secara umum.
d. Meningkatnya pemberdayaan jaringan dan kerjasama
penelitian dan pengembangan bidang
lektur/khazanah keagamaan.
e. Meningkatnya kualitas tenaga peneliti bidang
lektur/khazanah keagamaan berdasarkan spesifikasi
akademik dan bidang tugasnya.
f. Tersalurkannya beasiswa dan bantuan belajar bagi
peneliti bidang lektur/khazanah keagamaan.
g. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan
lektur/khazanah keagamaan.
Untuk mencapi keluaran (output) tersebut dilakukan
antara lain melalui: peningkatan relevansi topik-topik
penelitian; peningkatan mutu hasil kelitbangan;
pengembangan sistem pendampingan kelitbangan;
peningkatan kualitas pemetaan dan studi kebutuhan
penelitian; optimalisasi penilaian dan telaah hasil
penelitian; pengembangan kualitas publikasi dan
komunikasi produk-produk kelitbangan; peningkatan
mutu pembinaan program; penguatan koordinasi dan
54
Renstra BLD Kementerian Agama RI

sinergi program; penyusunan pedoman pembinaan;


penyiapan bahan-bahan kebijakan; peningkatan kapasitas
SDM peneliti; penyediaan beasiswa dan bantuan belajar;
pengembangan budaya akademik; penyiapan data dan
evaluasi hasil penelitian; pengembangan jaringan
kerjasama kelembagaan; dan peningkatan mutu dukungan
administrasi kelitbangan.
5. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Administrasi, yang
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Pusdiklat
Tenaga Administrasi.
Keluaran (output) yang ingin dihasilkan dari program
ini, antara lain:
a. Meningkatnya jumlah dan mutu diklat tenaga
administrasi di lingkungan Kementerian Agama.
b. Tersedianya kurikulum, standar kompetensi, bahan
ajar, juklak, juknis, pedoman, dan produk sistem
kediklatan lain yang diperlukan bagi pengembangan
diklat tenaga administrasi.
c. Meningkatnya kompetensi penyelenggara diklat dan
widyaiswara di Pusdiklat dan UPT.
d. Meningkatnya jumlah widyaiswara di Pusdiklat dan
UPT.
e. Meningkatnya pemberdayaan widyaiswara

55
Renstra BLD Kementerian Agama RI

f. Tersalurkannya beasiswa dan bantuan belajar bagi


tenaga administrasi di lingkungan Kementerian
Agama.
g. Meningkatnya kerjasama kemitraan dalam upaya
pengembangan model pembelajaran kediklatan tenaga
administrasi.
h. Meningkatnya mutu dan ketersediaan sumber, media,
dan alat peraga pembelajaran.
i. Meningkatnya sarana dan prasarana kediklatan.
j. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan kegiatan diklat tenaga administrasi.
k. Termanfaatkannya alumni diklat.
Untuk mencapai keluaran (output) tersebut dilakukan
antara lain melalui: pengembangan kapasitas SDM
penyelenggara diklat; peningkatan kapasitas widyaiswara;
pemberian bantuan belajar dan beasiswa; pengembangan
program diklat berbasis data dan kebutuhan; peningkatan
kualitas instrumen kediklatan; pembagian dan
pemerataan kegiatan diklat; pengembangan jaringan
kemitraan; penerapan paradigma baru kediklatan;
peningkatan jumlah sasaran kediklatan; pembinaan
pengendalian evaluasi, akreditasi dan sertifikasi;
pengembangan mutu pelaporan diklat administrasi; dan
peningkatan mutu dukungan administrasi kediklatan.

56
Renstra BLD Kementerian Agama RI

6. Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis Keagamaan,


yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab Pusdiklat
Tenaga Teknis Keagamaan.
Keluaran (output) yang ingin dihasilkan dari program
ini, antara lain:
a. Meningkatnya jumlah dan mutu diklat teknis
keagamaan di lingkungan Kementerian Agama.
b. Tersedianya kurikulum, standar kompetensi, bahan
ajar, juklak, juknis, pedoman, dan produk sistem
kediklatan lain yang diperlukan bagi pengembangan
diklat tenaga teknis keagamaan.
c. Meningkatnya kompetensi penyelenggara diklat dan
widyaiswara di Pusdiklat dan di Balai Diklat
Keagamaan.
d. Meningkatnya jumlah widyaiswara di Pusdiklat dan di
Balai Diklat Keagamaan.
e. Meningkatnya pemberdayaan widyaiswara
f. Tersalurkannya beasiswa dan bantuan belajar bagi
tenaga teknis keagamaan di lingkungan Kementerian
Agama.
g. Meningkatnya kerjasama kemitraan dalam upaya
pengembangan model pembelajaran kediklatan tenaga
teknis keagamaan.
h. Meningkatnya mutu dan ketersediaan sumber, media,
dan alat peraga pembelajaran.
57
Renstra BLD Kementerian Agama RI

i. Meningkatnya sarana dan prasarana kediklatan.


j. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan kegiatan diklat tenaga teknis
keagamaan.
k. Termanfaatkannya alumni diklat.
Untuk mencapai keluaran (output) tersebut dilakukan
antara lain melalui: pengembangan kapasitas SDM
penyelenggara diklat; peningkatan kapasitas widyaiswara;
pemberian bantuan belajar dan beasiswa; pengembangan
program diklat berbasis data dan kebutuhan; peningkatan
kualitas instrument kediklatan; pembagian dan
pemerataan kegiatan diklat; pengembangan jaringan
kemitraan dan penerapan paradigma baru kediklatan;
peningkatan jumlah sasaran kediklatan; pembinaan
pengendalian evaluasi, akreditasi dan sertifikasi;
pengembangan mutua pelaporan diklat teknis keagamaan;
dan peningkatan mutu dukungan administrsai kediklatan.
7. Pentashihan, pengkajian, dan pemeliharaan Mushaf Al-
Qur’an, yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Keluaran (output) yang ingin dihasilkan dari
program ini, antara lain:
a. Meningkatnya pemanfaatan hasil pentashihan dan
pengkajian Al-Qur’an dalam penetapan
58
Renstra BLD Kementerian Agama RI

kebijakan pimpinan dan unit-unit teknis Kementerian


Agama.
b. Meningkatnya jumlah dan mutu penyelenggaraan
pentashihan mushaf Al-Qur’an.
c. Meningkatnya jumlah dan mutu pengkajian mushaf
Al-Qur’an.
d. Meningkatnya kualitas pemeliharaan, dokumentasi,
sosialisasi, dan publikasi mushaf Al- Qur’an.
e. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan kegiatan pentashihan, pengkajian,
dan pemeliharaan mushaf Al-Qur’an.
Untuk mencapai keluaran (output) tersebut dilakukan
antara lain melalui: peningkatan mutu kegiatan
pentashihan dan pengkajian; optimalisasi pemeliharaan
dan publikasi hasil pentashihan dan pengkajian;
peningkatan pengelolaan Museum Al-Qurán dan
pameran; pengembangan jaringan kemitraan; pengkajian
dan pemeliharaan mushaf Al-Qur’an; peningkatan
kapasitas SDM peneliti dan pentashih; pengembangan
budaya akademik; pengembangan bahan kebijakan dan
pembinaan program pentashihan, pengkajian, dan
pemeliharaan mushaf Al-Qur’an; penilaian dan telaah
hasil pentashihan, pengkajian, dan pemeliharaan mushaf
Al-Qur’an; penyiapan data dan evaluasi hasil
pentashihan, pengkajian, dan pemeliharaan mushaf Al-
59
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Qur’an; dan peningkatan mutu dukungan administrasi


kegiatan pentashihan.
8. Peningkatan kinerja UPT Kelitbangan
Kegiatan penelitian dan pengembangan di daerah
dilaksanakan oleh 3 (tiga) Unit Pelaksana Teknis (UPT),
yaitu: Balai Litbang Agama Jakarta, Balai Litbang Agama
Semarang, dan Balai Litbang Agama Makassar.
Keluaran (output) yang ingin dicapai melalui program ini,
antara lain:
a. Tersedianya data dan informasi, rumusan
rekomendasi, pokok pikiran pengembangan, dan
draft kebijakan berbasis penelitian dalam rangka
mendukung perumusan kebijakan pimpinan dan unit-
unit teknis Kementerian Agama di wilayahnya.
b. Meningkatnya pemanfaatan produk-produk penelitian
dan pengembangan dalam perumusan kebijakan
pimpinan dan unit-unit teknis Kementerian Agama di
wilayahnya.
c. Meningkatnya sinergi dan dukungan UPT terhadap
pelaksanaan program dan kegiatan Puslitbang.
d. Meningkatnya komunikasi, sosialisasi dan publikasi
hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada
stakeholders dan masyarakat secara umum.

60
Renstra BLD Kementerian Agama RI

e. Meningkatnya pemberdayaan jaringan dan kerjasama


kelitbangan.
f. Meningkatnya kualitas tenaga peneliti berdasarkan
spesifikasi akademik dan bidang tugasnya.
g. Tersalurkannya beasiswa dan bantuan belajar bagi
tenaga peneliti.
h. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan pada
UPT.
Untuk mendukung tercapainya keluaran (output)
tersebut dilakukan antara lain: peningkatan mutu
pembinaan UPT, sosialisasi dan orientasi, penguatan
koordinasi dan sinergi program dan anggaran,
pengembangan sistem monitoring dan evaluasi
pelaksanaan DIPA/RKA-KL, penyelenggaraan
konsultasi program dan anggaran secara berkala,
optimalisasi pelaksanaan kebijakan teknis Kepala Badan,
pengembangan budaya akademik, pemberian bantuan
belajar dan beasiswa, peningkatan kapasitas SDM
peneliti, pengembangan mutu pelaporan, dan
peningkatan mutu dukungan administrasi kelitbangan.

9. Peningkatan kinerja UPT kediklatan


Penyelenggaraan diklat di daerah dilaksanakan oleh
Balai Diklat Keagamaan, sebanyak 12 UPT, meliputi:
61
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Balai Diklat Keagamaan Medan, Balai Diklat Keagamaan


Padang, Balai Diklat Keagamaan Palembang, Balai Diklat
Keagamaan Jakarta, Balai Diklat Keagamaan Bandung,
Balai Diklat Keagamaan Semarang, Balai Diklat
Keagamaan Surabaya, Balai Diklat Keagamaan
Banjarmasin, Balai Diklat Keagamaan Denpasar, Balai
Diklat Keagamaan Makassar, Balai Diklat Keagamaan
Manado, dan Balai Diklat Keagamaan Ambon.
Keluaran yang ingin dicapai melalui UPT kediklatan ini
adalah:
a. Meningkatnya jumlah dan mutu diklat tenaga
administrasi dan tenaga teknis keagamaan di
wilayahnya.
b. Meningkatnya sinergi dan dukungan UPT terhadap
program dan kegiatan Pusdiklat.
c. Meningkatnya kompetensi penyelenggara diklat dan
widyaiswara.
d. Meningkatnya jumlah widyaiswara.
e. Meningkatnya pemberdayaan widyaiswara
f. Meningkatnya kerjasama kemitraan dalam upaya
pengembangan model pembelajaran kediklatan.
g. Meningkatnya mutu dan ketersediaan sarana
pengembangan pembelajaran.
h. Tersedianya dukungan administrasi dalam
penyelenggaraan diklat pada UPT.
62
Renstra BLD Kementerian Agama RI

i. Termanfaatkannya alumni diklat.


Untuk mendukung tercapainya keluaran (output)
tersebut dilakukan antara lain: peningkatan mutu
pembinaan UPT, sosialisasi dan orientasi, penguatan
koordinasi dan sinergi program dan anggaran,
pengembangan sistem monitoring dan evaluasi
pelaksanaan DIPA/RKA-L, penyelenggaraan konsultasi
program dan anggaran secara berkala, optimalisasi
pelaksanaan kebijakan teknis Kepala Badan,
pengembangan budaya akademik, pemberian bantuan
belajar dan beasiswa, peningkatan kapasitas SDM
penyelenggara diklat dan widyaiswara, pengembangan
mutu pelaporan, dan peningkatan mutu dukungan
administrasi kediklatan.

63
Renstra BLD Kementerian Agama RI

BAB IV
PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Badan Litbang dan Diklat


Tahun 2010-2014 pada dasarnya merupakan penjabaran
lebih lanjut dari arah dan kebijakan pembangunan Nasional
di bidang Agama sebagaimana tertuang dalam Perpres
Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, dan
Renstra Kementerian Agama 2010-2014 sebagaimana
tertuang dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun
2010. Dengan mempertimbangkan perubahan lingkungan
strategis, baik internal maupan eksternal, dan kondisi objektif
kelembagaan, Renstra ini berupaya menggambarkan kondisi
umum, peta potensi dan permasalahan yang dihadapi, dan
rencana strategik lima tahun yang akan datang.
Sebagai salah satu init kerja di lingkungan Kementerian,
Badan Litbang dan Diklat perlu lebih proaktif, kreatif, dan
responsif terhadap dinamika perubahan dan tuntutan di

64
Renstra BLD Kementerian Agama RI

berbagai sektor pelayanan keagamaan. Lembaga ini juga


dituntut mampu memberikan kontribusi signifikan bagi
tercapainya tata kelola kepemerintahan yang dicita-citakan
masyarakat. Atas dasar itu, pelaksanaan Renstra ini harus
bersifat fleksibel, terukur, dan dapat menjamin
keterlaksanaan tugas fungsi kelembagaan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya, sesuai dengan fungsinya, Renstra ini agar
dapat dipedomani oleh setiap unit pelaksana Pusat dan dan
UPT di lingkungan Badan Litbang dan Diklat dalam
merumuskan visi dan misi kelembagaan, arah dan sasaran
program, pengembangan strategi kebijakan, dan penetapan
kegiatan tahunan beserta indikator capaiannya periode 2010-
2014.

DAFTAR PUSTAKA

65
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;


Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, yang disempurnakan dengan Undang-Undang RI
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat;
Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek;
Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf;
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen;
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji;

66
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum


Pendidikan (BHP);
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan;
Draft Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008 tentang Perubahan
Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen;
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi;
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan
Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah
Ibadat;
Peraturan Menteri Agama Nomor 32 tahun 2005 tentang Rencana
Strategis (Renstra) Departemen Agama Tahun 2005 - 2009;
67
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Peraturan Menteri Agama Nomor 36 tahun 2005 tentang


Penyempurnaan Rencana Strategis (Renstra) Departemen
Agama Tahun 2005 – 2009;
Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Agama;
Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2006 tentang Visi dan
Misi Departemen Agama;
Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an;
Keputusan Menteri Agama Nomor 489 Tahun 2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Satuan
Organisasi/Kerja di Lingkungan Departemen Agama;
Keputusan Menteri Agama Nomor 345 Tahun 2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan
Keagamaan;
Keputusan Menteri Agama Nomor 346 Tahun 2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama;
Keputusan Menteri Agama Nomor 01 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Di Lingkungan Departemen
Agama;
Himpunan Pidato Menteri Agama H. Muhammad M. Basyuni
Tahun 2008;

68
Renstra BLD Kementerian Agama RI

Departemen Agama RI, Inspektorat Jenderal, 2009, Pengembangan


Budaya Kerja Departemen Agama;
Muhammad M. Basyuni, 2006, Kebijakan dan Strategi Kerukunan
umat Beragama, Badan Litbang dan Diklat Departemen
Agama RI;
Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama,
2008, Peran Agama dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara;
Departemen Agama RI, Badan Litbang dan Diklat Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, 2007, Kompilasi Peraturan
Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama;
Departemen Agama RI, Inspektorat Jenderal, 2004, Pengawasan
dengan Pendekatan Agama untuk Penyuluh Agama, Guru, dan
Widyaiswara;
Departemen Agama RI, Badan Litbang Agama dan Diklat
Keagamaan, 2005, SK Kepala Badan Litbang Agama dan
Diklat Keagamaan Departemen Agama RI Nomor :
BD/647.A/2005 tentang Hasil Keputusan Rapat Koordinasi
Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Tahun 2008.

69
Renstra BLD Kementerian Agama RI

70

You might also like