You are on page 1of 6

Atasi segera obesitas pada remaja!

11/07/2008 - nita-medicastore.com

Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata. Semakin
banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah
kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal
obesitas pada remaja secara lebih dalam, mengingat obesitas sering menimbulkan
risiko kesehatan lainnya yang lebih serius.

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of


Epidemiologymengungkapkan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat
dengan peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.

Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang diukur tinggi dan berat
badannya antara tahun 1963-1975 saat mereka berusia antara 14-19 tahun. Dengan mengikuti
perkembangan mereka sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9650 orang
diantaranya meninggal.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau overweight (kelebihan
berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih berisiko mengalami penyakit jantung yang berujung
pada kematian. Risiko kanker kolon serta penyakit pernapasan seperti asma dan emfisema juga
meningkat 2-3 kali.

Obesitas atau Overweight?

Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan


kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan
menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan
diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obesitas
terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja
yang kurang percaya diri.

Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori


yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan
aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang
masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada
kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda
pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetik dan lingkungan.

Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa
Tubuh (IMT). Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat
tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight),
sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.

Tabel Klasifikasi BMI

Klasifikasi BMI (kg/m2)


Underweight <18.50
Berat <16.00>
Menengah 16.00 - 16.99
Ringan 17.00 - 18.49
Batas Normal 18.50 - 24.99

Overweight ≥25.00
Pre-obesitas 25.00 - 29.99

Obesitas ≥30.00
Obesitas I 30.00 - 34-99

Obesitas II 35.00 - 39.99

Obesitas III ≥40.00

Sumber: Diadaptasi dari WHO

Obesitas, Masalah Sensitif bagi Remaja

Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja. Remaja yang mengalami kelebihan berat
badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Di samping risiko kesehatan jangka
panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai
akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha
menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik.

Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat
yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk
mencapai berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang.
Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak
sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan
remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak
menyelesaikan akar permasalahan.

Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut
serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan
diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah
tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.

Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele,
namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi
energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan
berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan sehat seperti buah-
buahan.

Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-
benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minuman yang
mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal, kelebihan kalori akan berakibat pada
obesitas.

Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktivitas fisik
tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan
memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat

Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah
kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh
mereka yang menjalani terapi obesitas.

Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10% saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi
kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5-1 kg
per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.
Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola makan (diet),
peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau
merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu
tergantung kepada kondisi tiap individu.

• Perubahan Pola Makan (Diet)


Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan
lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan
dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.

Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan
dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya defisiensi vitamin. Puasa
terus-menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan
berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas.

• Peningkatan Aktivitas Fisik


Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori.
Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang
dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobik atau
berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat
meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih memilih menggunakan
tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding menggunakan elevator.

• Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku digunakan untuk mangatur/memodifikasi pola makan dan aktivitas fisik
pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui
faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga
diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.

• Obat Antiobesitas
Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika:
o Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
o Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti diabetes,

peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.


o Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
penurunan berat badan, yakni:

o Sibutramin

Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan
ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutramine mengubah kimiawi
otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang.

Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding
diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa
setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya
sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan
plasebo.

Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala,
mulut kering, konstipasi, dan insomnia.

o Orlistat

Orlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi


lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/absorpsi lemak di usus.
Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran.

Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah


satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil
terbaik.

Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang
lebih sering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrien, dokter juga
akan menyarankan penggunaan multivitamin.

• Tindakan Pembedahan
Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat badan, maka pembedahan
dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah
anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan dicerna.
Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika:
o Nilai BMI 40 atau lebih.
o Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas, seperti

diabetes atau peningkatan tekanan darah.

DIPOSKAN OLEH NERS AJIBARANG BMS DI 07.33

LABEL: ARTIKEL

You might also like