Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mobilisasi Dini
tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar
berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini
kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
2. Konsep mobilisasi
(Ancheta, 2005)
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
kakinya.
berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
4. Manfaat mobilisasi
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan
bergerak, otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan
anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih
misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan
a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik
sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan
b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik
sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat
terbuka.
c. Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah
lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki,
kaki.
b. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).
a. Faktor fisiologis
38,5oC pasca bedah. Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala
kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi
pada placental bed akibat atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebagian
3) Keberadaan nyeri
nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya.
Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara
objektif misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang
kadang hanya bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan
nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau
makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri
tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat
antara lain :
0 : Tidak nyeri
dengan baik
b. Faktor Emosional
sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
1) Tingkat Kecemasan
hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
c. Faktor perkembangan
Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas (Potter, 2006 : 9).
dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan.
B. Seksio Sesarea
1. Pengertian
Seksio sesarea adalah Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono, 2002 :
536).
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara ini
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesaria,
Dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila
tidak ada kemajuan persalinan atau partus gagal, baru dilakukan seksio sesaria.
Ibu pada kehamilan yang lalu menggalami seksio sesaria dan pada kehamilan
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesaria,
e. Operasi poro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri(janin sudah mati)
dan lngsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang
3. Indikasi
persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan ibu),
psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor
tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat
menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika keadaan
b. Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih
lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya,
atau bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman.
yang diperlihatkan pada tabel 2.1 di Norwegia diperoleh hasil bahwa indikasi
terbanyak untuk seksio sesarea adalah distosia 3,6% diikuti oleh presentasi bokong
3,7% dari 12,8% kasus seksio sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005).
yaitu 4,0% sedangkan riwayat seksio sesarea sebelumnya 3,1%, gawat janin 2,4%,
presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam 14,2% kasus seksio sesarea.
kasus seksio sesarea yang terjadi di Swedia yaitu 3,1% diikuti oleh distosia dan
hanya 1,6% dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya
merupakan indikasi terbanyak dari 23,6% kasus seksio sesarea yang terjadi yaitu
8,5%, dan distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong 2,6%, gawat janin
2) Panggul sempit
5) Partus lama
7) Distosia serviks
9) Malprsentasi janin
10) Gamelli
melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2002). Hampir 99%
dari seluruh kasus seksio sesarea dalam praktek kedokteran dilakukan dengan
lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. Adapun kerugiannya adalah
b. Seksio sesarea klasik, yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri.
Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan
aman (misalnya karena perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat
pembedahan sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau
karsinoma serviks invasif), bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput
ketuban sudah pecah (Charles, 2005). Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian
yaitu, kesembuhan luka insisi relatif sulit, kemungkinan terjadinya ruptur uteri
c. Seksio sasarea yang disertai histerektomi, yaitu pengangkatan uterus setelah seksio
sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada
uterus miomatousus yang besar dan atau banyak, atau pada ruptur uteri yang tidak
dalam rongga uterus. Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam praktek obstetri.
bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen
bawah.
5. Komplikasi
2) Sedang : dengan kenaikan suhu tubuh yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
2) Atonia uteri
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang
lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja
secara jau lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang
a. Anestesi general
Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak
mungkin diberikan, baik karena alasan tekis maupun karena dianggap tidak
aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui
masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui
terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam
Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor secara konstan oleh seorang
ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh mendampingi pasien kala
b.Anestesi spinal
spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh
pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang
terjadi. Hal ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakan