You are on page 1of 26

VOLTAMETER TEMBAGA

Dasar Teori

Merupakan alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu rangkaian
listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen yang diukur dalam
rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah
bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan
sebagai anoda sedangkan yang di tengah sebagai katoda. Umumnya tabung tersebut
berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter). Dalam sel elektrokimia berlangsung suatu
proses elektrokimia, yaitu suatu proses reaksi kimia menghasilkan arus listrik, atau
sebaliknya arus listrik menghasilkan proses kimia. Sel elektokimia digunakan secara luas
dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam proses ekstrasi dan pemurnian logam emas,
perak, dan aluminium, penyepuhan logam dan yang sangat penting adalah pemanfaatan
sel elktrokimia pada berbagai alat elektronik.
Contoh sel elektrokimia yang banyak digunakan pada peralatan elektronik yaitu
baterai dan accumulator(aki). Kedua jenis sel elektrokimia ini banyak digunakan sebagai
sumber energi listrik, antara lain pada radio, lampu senter, kalkulator, mesin mobo\il
mesin motor, mainan anak-anak sampai pada peralatan ruang angkasa seperti satelit yang
menggunakan baterai nikel kadmium dan sel surya. Dapatkah anda menunjukkan contoh
penggunaan baterai dan aki lainnya?
Energi listrik dalam peralatan elektronik tersebut diperoleh dari hasil reaksi kimia
berupa reaksi redoks yang spontan. Dalam reaksi redoks terjadi transfer atau perpindahan
electron dari suatu unsure ke unsur lain. Aliran electron ini menunjukkan adanya alirean
arus listrik.
Pada baterai atau aki yang sedang digunakan, berlangsung suatu reaksi kimia
yang menghasilkan arus listrik. Kebalikan proses tersebut adalah penggunaan energi
listrik untuk reaksi kimia. Misalnya, pada proses penyepuhan logam dan penyetruman
aki. Jadi berdasarkan reaksi selk elektrokimia dibagi menjadi dua yaitu Sel Volta dan Sel
Elektrolisis.
1. Sel Volta : Reaksi kimia yang berlangsung spontan dan menghasilkan arus
listrik. Katode merupakan ktub positip dan anode kutub negatif.
2. Sel Elektrolisis : Arus litrik yang menyebabkan terajdinya reaksi kimai. Katode
merupakan kutub negatif dana anode merupakan kutub postif.
Contoh : penyepuhan, pemurnian logam dalam pertambangan dan
penyetruman aki.

Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai Sel Elektrolisis, sekaligus
menerapkan proses pemurnian logam.
Ilmuwan Inggris, Michael Faraday mengalirkan arus listrik ke dalam larutan
elektrolit dan ternyata larutan elektrolit itu terjadi reaksi kimia. Rangkaian alt kimia yang
digunakan untuk menunjukkan reaksi kimia akibat dialiraka arus listrik disebut sebagai
sel elektrolisis.
Perhatikan gambar dibawah ini Elektroda pada sel elektrolisis berbeda dengan
elektroda pada sel volta. Katode pada sel volta merupakan kutuib positip dan anodenya
merupakan kutub negatip. Adapun pada sel elektrolisis, katode mrupakan kutub negatip
sedangkan katode merupakan kutub positip. Pada sel volta, pemberian tanda kutub
positip dan negatip ini didasarkan pada potensial listrik kedua elektrodanya. Adapun pada
sel elektrolisis, penentuan ini didasarkan pada potensial tyang diberkan dari luar.

Konsep Praktikum
Hantaran listrik melalui larutan elektrolit dapat dianggap sebagai aliran electron. Jadi
apabila electron telah dapat mengalir dalam larutan elektrolit berarti listrik dapat
mengalir dalam larutan tersebut. Elektron berasal dari kutub katode atau kutub negatif.
Sedangkan pada anode melepaskan ion positip dan membentuk endpan pada logam
katode. Di dalam larutan terurai proses:

CuSO4 Cu2+ + SO42-


Ion Cu2+ ini akan berpindah menuju keping katode sedangkan ion SO42- akan
menuju keping anode. Lama-lama keping katode ini akan timbul endapan dan terjadi
perubahan massa. Massa ini dapat dihitung dengan cara:

G=a.I.t

Dimana:
G = jumlah endapan tembaga Cu (gram)
a = tara kimia listrik (gr/ampere.jam)
I = kuat arus listrik (ampere)
t = lamanya pengaliran arus (jam)

Untuk tembaga nilai a = 1,186 gr/ampere.jam, karena G telah dapat diketahui maka I arus
dapat diperoleh dengan:

I = G/at

Kita telah mengetahui berbagai cara untuk membangkitkan arus listrik di dalam
alat pembangkit tegangan. Antara dua jepit tegangan (sumber arus) jepit kedua keping
tembaga anode pada kutub positip dan satu keping tembaga pada keping katode pada
kutub negatif.

Kita telah mempelajari konsep ini pada tingkat SMA, sekarang akan kita buktikan
melalui praktiknya. Kali ini kita akan menggunakan sumber tegangan dc (direct current)
dalam rangakaian, sebab dalam rangkaian hanya ada satu jalan yaitu dari anode ke katode
tetapi tidak sebaliknya.

Kegunaan sel Elektrolisis

1. Pembuatan Gas di Laboratorium


Sel elektrolisis banyak digunakan dalam industri pembuatan gas misalnya
pembuatan gas oksigen, gas hydrogen, atau gas klorin. Untuk menghasilkan gas
oksigen dan hydrogen, Anda dapat menggunakan larutan elektrrolit dari kation
golongan utama (K+,Na+) dan anion yang mengandung oksigen (So42-,, NO3-)
dengan electrode Pt atau karbon. Reaksi elektrolisis yang mengahsilkan gas,
misalnya elektrolisis larutan Na2SO4 menggunakan electrode karbon.
Reaksi yang terjadi
Na2SO4(aq) 2Na+(aq) + SO42-
Katode (C) : 2H2O(l) + 2e- 2OH-(aq) + H2(g)
Anode(C) : 2H2O(l) 4e- + 4H+ + O2(g)

Karena pada katode dan anode yang bereaksi adalah air, semakin lama air
semakin berkurang sehingga perlu ditambahkan. Perlu diingat bahwa walaupun
yang bereaksi air, tidak berarti elektrolit Na2SO4 tidak diperlukan. Elektrolit ini
berguna sebagai penghantar arus listrik.
2. Proses Penyepuhan Logam
Proses penyepuhan sutu logam emas, perak, atau nikel, bertujuan menutupi logam
yang penampilannya kurang baik atau menutupi logam yang mudah berkarat.
Logam-logam ini dilapiasi dengan logam lain yang penampilan dan daya
tahannya lebih baik agar tidak berkarat. Misalnya mesin kendaraan bermotor yang
terbuat dari baja umumya dilapisi kromium agar terhindar dari korosi . Beberapa
alat rumah tangga juga disepuh dengan perak sehingga lebih awet dan
penampilannya tampak lebih baik.
Badan sepede titanium dilapisi titanium oksida (TiO2) yang bersifat keras dan
tidak dapat ditembus oleh oksigen atau uap air sehingga terhindar dari reaksi
oksida yang menyebabkan korosi.
Prinsip kerja proses penyepuhan adalah penggunaan sel dengan elektrolit larutan
dan electrode reaktif. Contoh jika logam atau cincin dari besi akan dewlaps emas
digunakan larutan elektrolit AuCl3(aq). Logam besi (Fe) dijadikan sebagai
katode, sedangkan logam emasnya (Au) sebagai anode. Apa yang terjadi jika
kedua logam ini ditukar posisinya?Me ngapa?
Reaksi yang berlangsung dalam proses penyepuhan besi dengan emas yaitu
AuCl3(aq) Au3+(aq) + 3Cl-(aq)
Katode(cincin Fe): Au3+(aq) + 3e- Au(s)
Anode(au) : Au(s) Au3+(aq) 3e-

Proses yang terjadi yaitu oksidasi logam emas (anode) menjadi Au3+(aq) Kation
ini akan bergerak ke katode menggantikan kation Au3+ yang direduksidi katode.
Kation Au3+ di katode direduksi membentuk endapan logam emas yang melapisi
logam atau cincin besi. Proses ini cukup murah karena emas yang melapisi besi
hanya berupa lapisan tipis.
3. Proses Pemurnian logam kotor
Proses pemurnian logam kotor banyak dilakukan dalm pertambangan . logam
transisi yang kotor dapat dimurnikan dengan cara menempatkannya sebagai anode
dan logam murni sebagai katode. Elektrolit yang digunkan adalah elektrolit yang
mengandung kation logam yang dimurnikan. Contoh : prose pemurnian nikel
sumber
menggunakan larutan NiSO4 . niukel murni digunkan sebagai katode, sedangkan
nikel kotor (logam yang dimurnikan ) digunakan sebagai anode. Reaksi yang
terjadi, yaitu:
NiSO4(aq) Ni2+(aq) + SO42-
Katode(Ni murni) :Ni2+(aq) + 2e- Ni(s)
Anode (Ni kotor) :Ni(s) Ni2+ + 2e-

Logam nikel yang kotor pada anode dioksidasi menjdi ion Ni2+. Kemudian, ion
Ni2+ pada katode direduksi membentuk logam Ni dan bergabung dengan katode
yang merupakan logam murni. Kation Ni2+ di anode bergerak ke daerah katode
menggantikan kation yang direduksi. Untuk mendapatkan logam nikel murni(di
katode) harus ada penyaringan sehinggga kotoran (tanah, pasir dan lain-lain)
hanya berada di anode dan tidak berpindah ke katode sehingga daerah di katode
merupakan daerah yang bersih.
pengotor
Pada percobaan Voltameter Tembaga ini, akan memncari ketetapan Faraday dengan
konsep elektrolisis. Hal ini erat kaitannya dengan ilmu kimia, dimana akan banyak
berhubungan dengan elektrokimia dan reaksi – reaksinya. Voltmeter adalah Merupakan
alat untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu rangkaian listrik. Alat ini yang
akan berperan penting dalam elektrokimia ini. Elektrokimia adalah kajian mengenai
proses perubahan antara Tenaga Kimia dan Tenaga Elektrik.
Sesuai dengan namanya, metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi
redoks, yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada
elektroda yang sama/berbeda dalam suatu sistim elektrokimia. Sistem elektrokimia
meliputi sel elektrokimia dan reaksi elektrokimia. Sel elektrokimia yang menghasilkan
listrik karena terjadinya reaksi spontan di dalamnya di sebut sel galvani. Sedangkan sel
elektrokimia di mana reaksi tak-spontan terjadi di dalamnya di sebut sel elektrolisis.
Peralatan dasar dari sel elektrokimia adalah dua elektroda -umumnya konduktor logam-
yang dicelupkan ke dalam elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan maupun
cairan) dan sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama yang
berperan dalam metode ini adalah elektron yang di pasok dari suatu sumber listrik. Sesuai
dengan reaksi yang berlangsung, elektroda dalam suatu sistem elektrokimia dapat
dibedakan menjadi katoda, yakni elektroda di mana reaksi reduksi (reaksi katodik)
berlangsung dan anoda di mana reaksi oksidasi (reaksi anodik) berlangsung.
Aplikasi metode elektrokimia untuk lingkungan dan laboratorium pada umumnya
didasarkan pada proses elektrolisis, yakni terjadinya reaksi kimia dalam suatu sistem
elektrokimia akibat pemberian arus listrik dari suatu sumber luar. Proses ini merupakan
kebalikan dari proses Galvani, di mana reaksi kimia yang berlangsung dalam suatu sistem
elektrokimia dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik, misalnya dalam sel bahan
bakar (fuel-cell). Aplikasi lainnya dari metode elektrokimia selain pemurnian logam dan
elektroplating adalah elektroanalitik, elektrokoagulasi, elektrokatalis, elektrodialisis
elektrorefining dan elektrolisis.
SEL ELEKTROKIMIA
1. Sel Volta/Galvani
1. terjadi penubahan : energi kimia energi listrik
2. anode = elektroda negatif (-)
3. katoda = elektroda positif (+)

2. Sel Elektrolisis
1. terjadi perubahan : energi listrik energi kimia
2. anode = elektroda positif (+)
3. katoda = elektroda neeatif (-)

KONSEP-KONSEP SEL VOLTA


Sel Volta
1. Deret Volta/Nerst
a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn
Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au

b. Makin ke kanan, mudah direduksi sukar dioksidasi


Makin ke kiri, mudah dioksidasi sukar direduksi

2. Prinsip
1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; Katoda terjadi reaksi reduksi
2. Arus elektron : anoda katoda ; Arus listrik : katoda anoda
3. Jembatan garam: menyetimbangkan ion-ion dalam larutan

MACAM - MACAM SEL VOLTA


1. Sel Kering atau Sel Leclance
= Katoda : Karbon
= Anoda :Zn
= Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO2 + NH4Cl + sedikit Air

2. Sel Aki
= Katoda: PbO2
= Anoda : Pb
= Elektrolit: Larutan H2SO4
= Sel sekunder

3. Sel Bahan Bakar


= Elektroda : Ni
= Elektrolit : Larutan KOH
= Bahan Bakar : H2 dan O2

4. Baterai Ni - Cd
= Katoda : NiO2 dengan sedikit air
= Anoda : Cd

1. Katoda [elektroda -]
• Terjadi reaksi reduksi
• Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) den Alkali tanah (IIA), Al
dan Mn
• Reaksi:
2 H+(aq) + 2e- H2(g)
ion golongan IA/IIA tidak direduksi; penggantinya air
2 H2O + 2 e- basa + H2(g)
direduksiion-ion lain

2. Anoda [ektroda +]
• Terjadi reaksi oksidasi
• Jenis logam diperhatikan
a. Anoda : Pt atau C (elektroda inert)
reaksi : - 4OH-(aq) 2H2O + O2(g) + 4e-
- gugus asam beroksigen tidak teroksidasi, diganti oleh 2 H2O asam + O2(g)
- golongan VIIA (halogen) g as
b. Anoda bukan : Pt atau C
reaksi : bereaksi dengan anoda membentuk garam atau
senyawa lain.

Elektrolisis ialah proses penguraian elektrolit kepada unsur juzuknya apabila arus elektrik
mengalir melaluinya.Arus elektrik boleh dialirkan melalui elektrolit dengan
menggunakan dua elektroda. Elektroda yang disambungakan kepada terminal positif
yang dinamakan anoda, manakala elektroda yang disambungkan kepada terminal negati
dinamakan katoda.Semasa elektrolisis berlaku, ion negatif akan bergerak ke anoda.Oleh
itu ion ini dikenali sebagai kation.Ion positif pula akan bergerak ke katoda yang mana ion
ini dikenali sebagai kation. Istilah elektrolisis diperkenalkan oleh Michael Faraday [1791
- 1867]. 'Lisis' bermaksud memecah dalam bahasa Yunani. Jadi, elektrolisis bermaksud
pemecahan oleh arus elektrik. Proses Elektrolisis adalah keadaan di mana apabila
elektrolit mengkonduksikan elektrik, perubahan kimia berlaku dan elektrolit terurai
kepada unsurnya di elektroda.

Sel elektrolisis Sel kimia

Elektrolit: CuSO4 Cu2+ + SO42-


H2O H+ + OH-
Elektrolit: Na2SO4 2Na+ + SO42-
H2O H+ + OH-

Tindak balas di anod (Elektrod positif)


4OH- 2H2O + O2 + 4e
Pengoksidaan Tindak balas di anod (Elektrod negatif)
Zn Zn2+ + 2e
Pengoksidaan
Tindak balas di katod ( Elektrod negatif)
Cu2+ + 2e Cu
Penurunan Tindak balas di katod ( Elektrod positif)
2H+ + 2e H2
Penurunan

PRINSIP PERHITUNGAN ELEKTROLISIS

Hukum Faraday I

"Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat
arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut".

Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q=i.t
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)
Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda


(terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama
banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."

Rumus:
m1 : m2 = e1 : e2
m = massa zat (garam)
e = berat ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Hukum Faraday erat kaitanya dengan muatan lisktrik. Muatan listrik, Q, adalah
pengukuran muatan dasar yang dimiliki suatu benda. Satuan Q adalah coulomb, yang
merupakan 6.24 x 1018 muatan dasar. Q adalah sifat dasar yang dimiliki oleh materi baik
itu berupa proton (muatan positif) maupun elektron (muatan negatif). Muatan listrik total
suatu atom atau materi ini bisa positif, jika atomnya kekurangan elektron. Sementara
atom yang kelebihan elektron akan bermuatan negatif. Besarnya muatan tergantung dari
kelebihan atau kekurangan elektron ini, oleh karena itu muatan materi/atom merupakan
kelipatan dari satuan Q dasar. Dalam atom yang netral, jumlah proton akan sama dengan
jumlah elektron yang mengelilinginya (membentuk muatan total yang netral atau tak
bermuatan). Muatan listrik partikel disimbolkan sebagai e atau kadang-kadang q adalah
muatan listrik oleh sebuah partikel proton atau sama dengan angka negatif muatan listrik
sebuah partikel elektron. Merupakan konstanta fisika dan satuan muatan listrik.Nilainya
adalah 1.602 176 53(14) × 10-19 C, menurut daftar konstanta fisika CODATA tahun
2002. Pada sistem Centimetre gram second (CGS), nilainya mendekati 4.803 × 10-10
statcoulomb.Sejak pertama kali diukur oleh Robert Millikan pada percobaan tetes-minyak
pada tahun 1909, muatan dasar partikel diyakini tidak bisa dibagi lagi. Quark, ditemukan
tahun 1960s, dipercaya memiliki muatan listrik sebesar e/3, hanya terdapat dalam jumlah
partikel lebih dari satu. Quark tidak pernah dideteksi dalam satu partikel.
Tabel konversi untuk satuan muatan listrik
1 e (konstanta muatan listrik partikel)
adalah sama dengan
1 e (konstanta muatan listrik partikel)
1,6022 x 10-20 abcoulomb (abC)

4,450555556 x 10-23 ampere-hour (Ah)

2,670333333 x 10-21 ampere-minute (Am)

1,6022 x 10-19 ampere-second (As)

1,6022 x 10-19 coulomb (C)

1,602464363 x 10-19 coulomb (internasional) (C)

1,66048323 x 10-24 faraday (kimia) (Fd)

1,660016989 x 10-24 faraday (fisika) (Fd)

4,803267424 x 10-10 franklin (Fr)

1,6022 x 10-22 kilocoulomb (kC)

1,6022 x 10-25 megacoulomb (MC)

1,6022 x 10-13 microcoulomb (µC)

1.6022 x 10-16 milicoulomb (mC)


1,6022 x 10-10 nanocoulomb (nC)

1,6022 x 10-7 pikocoulomb (pC)

4,803267424 x 10-10 statcoulomb (statC)

1. Sel volta (sel galvani yang dikembangkan oleh Alessandro Volta (1745-1827) dan
Luigi Galvani (1737- 1798) dari Italia. Dalam sel volta, reaksi redoks akan
menghasilkan arus listrik. Dengan perkataan lain, energi kimia diubah menjadi
energi listrik.
2. Sel elektrolisis yang dikembangkan oleh Sir Humphry Davy (1778- 1829) dan
Michael Faraday (1791- 1867) dari Inggris. Dalam sel elektrolisis arus listrik akan
menghasilkan reaksi redoks. Jadi, energi listrik diubah menjadi energi kimia.
Pada percobaan Voltameter Tembaga ini tujuan yang ingin dicapai adalah menentukan
ketetapan Faraday, teori – toeri yang akan dipergunakan meliputi : elektrokimia,
elektrolisis, konsep reaksi redoks, hukum Faraday I , Hukum Faraday II, dan muatan
listrik. Rangkaian yang digunakan adalah suatu sistem elektrolisis dengan cairan CuSO .
Dimana yang menjadi katoda adalah tembaga dan yang menjadi anoda adalah seng.
Reaksi yang terjadi adalah :

CuSO4 (aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)


Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)
Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H2O(l) O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-

Seng bertindak sebagai anode (mengalami oksidasi), tembaga bertindak sebagai katode
(mengalami reduksi). Perpindahan elektrode dari anode ke katode dapat kita manfaatkan
sebagai sumber arus listrik dengan merancang suatu sel volta (sel galvani). Pertama-tama
kita menyediakan wadah, diberi setengah sel. Dalam wadah kita celupkan sebatang
logam tembaga (katode) dan sebatang logam seng (anode). Kemudian logam seng dan
logam tembaga dihubungkan oleh suatu rangkaian kawat yang dilengkapi switch dan
voltmeter. Setelah kita amati yang terjadi, seng (anode) secara spontan mengalami
oksidasi menjadi Zn2+ yang masuk kedalam larutan. Electron yang dilepaskan mengalir
melalui rangkaian kawat menuju tembaga (katode). Pada permukaan tembaga terjadi
reduksi: electron yang terlepas ditangkap oleh Cu2+ dari larutan sehingga terbentuk
endapan tembaga. Perpindahan electron dari anode ke katode menyebabkan larutan di
anode bermuatan positif (karena bertambahnya Zn2+) dan larutan di katode bermuatan
negative (karena berkurangnya Cu2+). Aliran elektron ini menimbulkan arus listrik yang
dapat kita gunakan untuk berbagai keperluan. Dengan memutuskan switch (off) atau
menyambungkan kembali (on) setiap saat kita dapat mematikan atau menghidupkan sel
volta sesuai dengan kebutuhan.
Pada percobaan I yang menggunakan arus tetap 4 A dan tegangan 4 volt diperoleh berat
eqivalen sebesar = 1,25 x 10-5 sedangkan pada percobaan II yang menggunakan arus 5,6
A dan tegangan 6 volt diperoleh hasil berat eqivalen sebesar = 7,1 x 10-5 . Rumus yang
digunakan adalah :

z=
dimana : M = massa endapan tembaga
Z = massa ekivalen elektrokimia muatan yang dialirkan

Faraday merumuskan beberapa kaidah perhitungan elektrolisis yang kini dikenal sebagai
Hukum Faraday I berikut ini :
1. Jumlah zat yang dihasilkan pada electrode sebanding dengan jumlah arus yang
dialirkan pada zat tersebut.
2. Jika arus listrik dialirkan kedalam beberapa sel elektrolisis yang dihubungkan
seri, jumlah berat zat-zat yang dihasilkan pada tiap-tiap electrode sebanding
dengan berat ekuivalen tiap zat-zar tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa pada zaman Faraday electron belum dikenal sebab, electron
baru ditemukan oleh Joseph John Thomson tahun 1897. Kini berat ekivalen (e) suatu
unsur berdasarkan jumlah electron.

℮=
Untuk mengenang jasa Michael Faraday kini didefinisikan bahwa satu faraday (1 F)
adalah jumlah yang terdiri dari satu mol electron atau 6,0221367 x 1023 butir electron.
Karena jumlah sebutir electron adalah 1,60217733 x 10 -19 coloumb, maka listrik satu
faraday setara dengan muatan sebesar:

6,0221367x 1023 x 1,60217733x 10 -19 coloumb= 9,64853 x 104 coloumb

Bilangan 9,64853x 104 ini sering dibulatkan menjadi 9,65x 104 atau 96500 dan disebut
tetapan faraday dengan satuan coloumb mol -1.
1 faraday (1F) = 1 mol electron
= muatan 96500 coloumb F = = Dengan
F = jumlah arus dalam faraday (jumlah mol electron)
i = kuat arus (ampere)
t = waktu (detik)

Kedua Hukum Faraday yang telah dikemukakan terdahulu dapat dirumuskan secara
kuantitatif sebagai berikut :
1. Jumlah zat yang terbentuk di katode atau di anode dinyatakan oleh persamaan
berikut ini.

W = e F atau w =
Dengan,
w = berat hasil elektrolisis (gram )
e = berat ekivalen
F = jumlah listrik (faraday)
2. Jika terdapat dua hasil elektrolisis dengan arus listrik yang sama, maka berlaku
hubungan: =
Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda


(terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama
banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."
Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2
m = massa zat (garam)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Voltameter Tembaga merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar


tegangan listrik dalam suatu rangkaian listrik. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan
tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca
atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anoda sedangkan yang di tengah sebagai
katoda. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter). Tembaga
memiliki berat jenis 8,93 gram/cm3, titik cairnya : 1083 0C, mampu tariknya : 200 – 360
N/mm2, perpanjangan/regangan/ : 35 – 50 %, penyusutan dingin : 2%. Metal/logam dapat
bertindak sebagai konduktor listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-
elektron pada strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.

Pada larutan elektrolit yang ada kecenderungan sebagai konduksi listrik,


dalamperistiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Jika kedua elektrode dihubungkan dengan arus listrik searah (DC), maka ion-ion
pada larutan akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif, sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak kearah elektrode positif.
Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik. Kondisi
demikian ini disebut elektrolitik. Apabila ion-ion dalam larutan terkontak dengan
elektrode maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katode akan mengalami reduksi dan pada
anoda akan mengalami oksidasi.
Sifat hantaran listrik zat cair dapat dibedakan

1. Isolator, misal : air murni, minyak, dll.

2. Larutan ion, misal :

a. mengalami perubahan kimia, misal : asam-basa, garam.

b. tidak mengalami perubahan kimia, misal : air raksa, logam cair.

Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka untukmenghitung arus, diperlukan

endapan logam di katoda. Maka, akan ditinjau aspek kuantitatif pada elektrolisis ini
dengan mengggunakan hukum Faraday, yaitu :

“ Dalam elektrolisis, lewatnya 1 Faraday pada rangkaian menyebabakan oksidasi

satu bobot ekivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi satu bobot ekivalen

pada elektrode yang lain.”

Dan dinyatakan dalam rumus :

G=a.i.t

Dimana : G = jumlah endapan logam (gr)

a = ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)

i = arus (Ampere)

t = waktu (detik)

Dengan “i . t” adalah jumlah arus yang akan disuplai, secara kuantitatif dinyatakan
sebagai 1 Faraday, sehingga sesuai pula dengan kuantitas satuan standar kelistrikan yang
menyatakan banyaknya elektron yang melewati elektrolit adalah coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron = 96500 Coloumb

Sehingga rumus diatas menjadi :

G = a . i . t 96500

Karena larutan yang dipakai adalah dalam percobaan adalah CuSO4, maka reaksi

kimia yang terjadi bila terdapat arus listrik adalah :

CuSO4 --- > 2 Cu2+ + SO42-

Pada anoda : SO42- > 2 e + SO4

Pada katoda: Cu2+ + 2e > Cu

Artinya Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju katoda dan anoda kehilangan Cu 2+ yang
dipakai untuk menetralkan SO42-. Sesuai dengan reaksi diatas, dan definisi ekivalensi
elektrokimia, yaitu bobot zat yang diperlukan untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol
elektron, maka harga elektrovalensi kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:

Dari hukum Faraday, rumus untuk “a” adalah :

a = G / (i . t) ; dimana i . t adalah 1 Faraday

maka:

a = G / 1 Faraday = G / (96500 C)

Karena 1 mol Cu (63,5) gr menghasilkan 2 mol elektron, maka hanya diperlukan 0,5 mol
Cu (63,5/2) gr untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga “a” untuk Cu dapat
dicari :

a = G gr = 0,3294 mg / C

2 . 96500 C
Setelah harga “a” diketahui maka harga i ditentukan berdasar persamaan :

i = G / (a . t)= G / (0,3294 . t), dengan : G = dalam miligram

a = dalam miligram/C

t = dalam detik

i = dalam ampere

Dengan persamaan tersebut, akan dapat dihitung besarnya “i” sesungguhnya yang
nantinya akan dibandingkan dengan angka “i” pada amperemeter. Dengan demikian,
besarnya keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga
dapat diperhitungkan dengan ralat perhitungan.

Sifat Tembaga

Tembaga yang dikatakan murni sifatnya, yaitu lunak, liat, dan dapat diregangkan
atau mulur. Selain itu juga kemampuannya sebagai penghantar panas dan penghantar
listriknya tinggi, juga tahan korosi. Pada udara terbuka, tembaga membentuk lapisan
pelindung berwarna hijau dari Cu karbonat yang dikenal dengan nama Platina. Tembaga
bila berhubungan langsung dengan asam cuka, akan menjadi terusi yang beracun.

Kemampuan untuk dikerjakan

Tembaga murni jelek untuk dicor, dimana dalam proses pengecoran, hasilnya
Porus. Akan tetapi apabila diberikan suatu tambahan yaitu dengan jumlah kurang dari 1%
bersama-sama akan memperbaiki sifat untuk mampu dicor. Tambahan-tambahan tersebut
antara lain: seng, mangan, timah putih, timah hitam, magnesium, nikel, phospor, dan
silisium.

Sebagai bahan setengah jadi, bahwa tembaga dapat dicor dalam suhu antara 800 -

900 0 C untuk dibuat blok, plat yang nantinya dilanjutkan proses rol atau ditekan untuk
dibuat batangan, profil atau pipa, dan lain sebagainya. Dan untuk pengerjaan selanjutnya
seperti proses dingin untuk dibuat atau dijadikan lembaran-lembaran tipis (foil) sampai
ketebalan 0,01 mm dan dibuat kawat sampai diameter 0,02 mm, akan tetapi dengan cara
tersebut, tembaga akan menjadi keras dan rapuh. Karena sifat mampu bentuknya baik
sekali, tembaga dibuat bermacam-macam kebutuhan barang-barang tempa maupun tekan
(forming). Melalui proses pelunakan ulang (soft anealing) pada temperatur antara 300 -
700 °C akan didapatkan sifat seperti semula dan harga/nilai keregangannya kembali
meningkat. Dan proses terakhir pada quenching tidak akan kembali keras, melainkan
menjadi bahan mampu tempa.

Untuk pengerjaan yang berhubungan dengan panas yang berulang-ulang atau


untuk bagian yang dilas atau disolder, dapat menggunakan bermacam-macam bahan
tembaga, misalnya dari tembaga jenis bebas O2 yaitu SB-Cu atau SD-Cu, bahanbahan
tersebut baik dan lunak. Dan untuk penyolderan keras maupun pengelasan tanpa gas
lindung pun akan baik kemampuan lasnya. Pada pengerjaan permesinan, misalnya :
pembubutan, frais, bor atau shaping, dan sebagainya, bahwa tembaga murni mempunyai
tatal atau cip yang terlalu liat dan padat, dan dapat merusak alat potongnya (cutter).
Untuk itu pada alat potong untuk pengerjaan tembaga, diberikan sudut pemotongan
khusus dan menggunakan minyak tanah atau oli bor emultion (dromus B) sebagai pelicin
membantu pemotongan.

Penggunaannya

Tembaga pada umumnya digunakan sebagai bahan kebutuhan perlistrikan, kawat


tambahan solder, pipa-pipa pemanas atau pendingin, penutup atap, dan khususnya
digunakan sebagai bahan paduan maupun logam paduan.
Proses Elektroplating Tembaga-Nikel-Khrom

Elektroplating merupakan suatu proses yang digunakan untuk memanipulasi


sifat suatu substrat dengan cara melapisinya dengan logam lain. Proses elektroplating
banyak dibutuhkan oleh industri penghasil benda logam, diantaranya industri
komponen elektronika, peralatan listrik, peralatan olah-raga, peralatan dapur, dan
sebagainya. Namun demikian proses elektroplating dalam prakteknya masih sulit
dilakukan oleh karena pengendaliannya masih membutuhkan tenaga ahli yang
berpengalaman. Terbatasnya tenaga ahli yang berpengalaman di bidang
elektroplating, khususnya di Surabaya, mendorong pelaksanaan tugas akhir ini dalam
rangka membuat suatu alat pengontrol elektroplating yang mudah digunakan dan
tidak membutuhkan keahlian khusus.
Hasil yang diperoleh dalam proses elektroplating dipengaruhi oleh banyak
variabel, diantaranya larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi plating, tegangan
antara kedua elektroda, keadaan elektroda yang digunakan, dan sebagainya. Dalam
rangka pembuatan alat kontrol elektroplating dengan MCS-51, maka ditentukan
terlebih dulu bahwa variabel yang dikendalikan adalah suhu larutan, durasi plating
dan tegangan yang digunakan. Variabel-variabel lain seperti keadaan elektroda dan
keadaan larutan masih belum dapat dikontrol melalui mikrokontroler, sehingga akan
dikendalikan secara manual. Alat kontrol elektroplating ini dilengkapi dengan
display, sensor suhu, fan, heater dan sumber tegangan yang semuanya diperlukan
dalam proses pengendalian elektroplating.
Pengujian alat kontrol elektroplating ini digunakan pada proses nikel plating
dan krom plating. Bagaimanapun juga, meski alat kontrol elektroplating ini berjalan
dengan baik namun tidak dapat menggantikan kerja operator secara total. Salah satu
kesulitan dalam mencapai hasil plating yang memuaskan adalah sifat larutan yang
berubah-ubah secara cepat dan random. Metode pengujian yang dilakukan adalah
bereksperimen dengan berbagai kombinasi variabel suhu, waktu dan tegangan. Dalam
pengujian diperoleh kesimpulan bahwa dengan adanya alat kontrol elektroplating
dengan MCS-51 ini proses elektroplating dapat dilakukan dengan mudah dan hasil
yang diperoleh pun memuaskan.
Proses pelapisan tembaga-nikel-khrom terhadap logam ferro atau kuningan sebagai
logam yang dilapis adalah satu cara untuk melindungi logam terhadap serangan korosi
dan untuk mendapatkan sifat dekoratif. Cara pelapisan tembaga-nikel-khrom dengan
metode elektroplating adalah sebagai berikut:Pelapisan menggunakan arus searah. Cara
kerjanya mirip dengan elektrolisa, dimana logam pelapis bertindak sebagai
anoda,sedangkan logam dasarnya sebagai katoda. Cara terakhir ini yang disertai dengan
perlakuan awal terhadap benda kerja yang baik mempunyai berbagai keuntungan
dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain :
a. Lapisan relatif tipis.
b. Ketebalan dapat dikontrol.
c. Permukaan lapisan lebih halus.
d. Hemat dilihat dari pemakaian logam khrom.

Pengerjaan elektroplating tembaga-nikel-khrom pada dasarnya terbagi atas tiga proses


yaitu perlakuan awal, proses pelapisan dan proses pengolahan akhir hasil
elektroplating.Proses elektroplating ini terdapat tiga jenis proses pelapisan yaitu yang
pertama adalah pelapisan logam dengan Tembaga, lalu dilanjutkan dengan pelapisan
Nikel dan yang terakhir benda dilapis dengan Khrom.

Pelapisan Tembaga

Tembaga atau Cuprum (Cu) merupakan logam yang banyak sekali digunakan, karena
mempunyai sifat hantaran arus dan panas yang baik. Tembaga digunakan untuk pelapisan
dasar karena dapat menutup permukaan bahan yang dilapis dengan baik. Pelapisan dasar
tembaga dipelukan untuk pelapisan lanjut dengan nikel yang kemudian yang kemudian
dilakukan pelapisan akhir khrom.

Aplikasi yang paling penting dari pelapisan tembaga adalah sebagai suatu lapisan dasar
pada pelapisan baja sebelum dilapisi tembaga dari larutan asam yang biasanya diikuti
pelapisan nikel dan khrom. Tembaga digunakan sebagai suatu lapisan awal untuk
mendapatkan pelekatan yang bagus dan melindungi baja dari serangan keasaman larutan
tembaga sulfat. Alasan pemilihan plating tembaga untuk aplikasi ini karena sifat
penutupan lapisan yang bagus dan daya tembus yang tinggi.

Sifat-sifat Fisika Tembaga

1.Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan


2.Dapat ditempa, dibengkokan dan merupakan penghantar panas dan listrik
3.Titik leleh : 1.0830C, titik didih : 2.3010C
4.Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3

Sifat-sifat Kimia Tembaga

1.Dalam udara kering sukar teroksidasi, akan tetapi jika dipanaskan akan membentuk
oksida tembaga (CuO)
2.Dalam udara lembab akan diubah menjadi senyawa karbonat atau karat basa, menurut
reaksi : 2Cu + O2 + CO2 + H2O → (CuOH)2 CO3
3.Tidak dapat bereaksi dengan larutan HCl encer maupun H2SO4encer
4.Dapat bereaksi dengan H2SO4 pekat maupun HNO3 encer dan pekat
Cu + H2SO4 → CuSO4 +2H2O + SO2 Cu + 4HNO3 pekat → Cu(NO3)2 + 2H2O +
2NO2 3Cu + 8HNO3 encer → 3Cu(NO3)2 + 4H2O + 2NO
5.Pada umumnya lapisan Tembaga adalah lapisan dasar yang harus dilapisi lagi dengan
Nikel atau Khrom. Pada prinsipnya ini merupakan proses pengendapan logam secara
elektrokimia,digunakan listrik arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan adalah
tipe alkali dan tipe asam. Untuk tipe alkali komposisi larutan dan kondisi operasi dapat
dilihat pada tabel 2.3.
Larutan Strike menghasilkan lapisan yang sangat tipis. Larutan strike dapat pula dipakai
sebagai pembersih dengan pencelupan pada larutan sianida yang ditandai dengan
keluarnya gas yang banyak pada benda kerja sehingga kotoran-kotoran yang menempel
akan mengelupas. Larutan ini terutama digunakan pada komponen-komponen dari baja
sebagai lapisan dasar, untuk selanjutnya dilakukan pelapisan tembaga dengan logam lain.

Formula kecepatan tinggi atau efisiensi tinggi digunakan untuk plating tembaga tebal,
smentara proses Rochelle digunakan untuk menghasilkan pelapisan yang bersifat antara
strike dan kecepatan tinggi. Garam-garam Rochelle tidak terdekomposisi dan hanya
berkurang melalui drag-out yaitu terikutnya larutan pada benda kerja pada saat
pengambilan dari tanki tinggi disbanding larutan strike sebab kerapatan arus katoda dan
efisiensi penting dalam kecepatan plating. Larutan Rochelle dan kecepatan tinggi dapat
dioperasikan pada temperatur relatif tinggi.Komposisi larutan dan kondisi operasi untuk
pelapisan tembaga asam dapat dilihat pada tabel 2.4.

Proses “Pengolahan Awal” adalah proses persiapan permukaan dari benda kerja yang
akan mengalami proses pelapisan logam.Pada umumnya proses pelapisan logam itu
mempunyai dua tujuan pokok adalah sifat dekorasi, sifat ini untuk mendapatkan tampak
rupa yang lebih baik dari benda asalnya, dan aplikasi teknologi, sifat ini misalnya untuk
mendapatkan ketahanan korosinya, mampu solder, kekerasan, sifat listrik dan lain
sebagainya.Keberhasilan proses pengolahan awal ini sangat menentukan kualitas hasil
pelapisan logam, baik dengan cara listrik, kimia maupu dengan cara mekanis lainnya.

Proses pengolahan awal yang akan mengalami proses pelapisan logam pada umumnya
meliputi proses-proses pembersihan dari segala macam pengotor (cleaning proses) dan
juga termasuk proses-proses pada olah permukaan seperti poleshing, buffing,dan proses
persiapan permukaan yang lainnya.Untuk mendapatkan daya lekat pelapisan logam
(adhesi) dan fisik permukaan benda kerja yang baik dari suatu lapisan logam, maka perlu
diperhatikan cara olah permukaan dan proses pembersihan permukaan.
Ketidaksempurnaan kedua hal tersebut di atas dapat menyebabkan adanya garisan-
garisan pada benda kerja dan pengelupasan hasil pelapisan logam.

You might also like