You are on page 1of 15

1.

Tn Reno menderita urolithiasis dengan komplikasi hipertensi setelah menderita 3


tahun
Jelaskan mekanisme terjadinya hipertensi pada gangguan ginjal ( RAS)
2. Suatu pagi, kelopak mata Tn Reno bengkak seperti habis nangis. Oleh dokter
dikatakan adanya oedem
Jelaskan mekanisme terjadinya oedem pada gangguan ginjal
3. Akhirnya karena berobat tak teratur , Tn Reno dirawat di ICU karena mengalami
Asidosis dan anemia
a. Sebutkan macam asidosis
b. Jelaskan mekanisme terjadi asidosis pada gangguan ginjal
c. Bagaimana tubuh ( paru) mengatasi asidosis diatas.
d. Terangkan menkanisme terjadinya anemia pada gangguan ginjal

4. Jelaskan refleks miksi

Tekanan darah tinggi dalam


banyak kasus juga turut bertanggung jawab menyebabkan gagal ginjal yang memerlukan dialysis dan
meningkatkan
resiko gagal ginjal di kemudian hari pada penderita Deabites Mellitus.Proses Terjadinya Hipertensi :Dari
berbagai faktor
yang menimbulkan tekanan darah tinggi adalah diawali dengan penyempitan kekakuan pembuluh arteri
darah, oleh
karena pengendapan lemak peroksida kolesterol dan trigliserida.Akibat dari penyempitan pembuluh
darah menimbulkan
:- Peningkatan tekanan pembuluh darah terutama pembuluh darah arteri kecil.- Penyempitan pada organ
ginjal berakibat
aliran darah ke ginjal menurun.- Apabila terjadi kerusakan pada sel-sel nephron ginjal, maka akan
memicu produksi
enzim renin.

Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris
ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi
eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.
Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka
akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.

Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina
bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah
otak.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi
di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I


oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.

Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas
dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.

Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

1. Penyakit Ginjal

 Stenosis arteri renalis


 Pielonefritis
 Glomerulonefritis
 Tumor-tumor ginjal
 Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
 Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
 Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

3. Hematologi : Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan apakah suatu
Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab polikistik ginjal yang disertai
polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik
sering disertai pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai
trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan
seluler terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh karena
imunitas yang menurun. 5. Sistem Kardiovaskuler : Pada gagal ginjal kronik hampir selalu
disertai hipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena
penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas
merupakan gejala yang sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi
perikarditis yang disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat
gangguan elektrolit. II. GINJAL

1.       Asidosis tubulus renalis (ATR) atau Renal tubular acidosis (RTA)

Adalah suatu penyakit ginjal (rhenal) khususnya pada bagian tubulus renalis-nya. Menurut
sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong penyakit
langka, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik sehingga diagnosis sering terlambat.

Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam sisa metabolisme dari darah dan membuangnya ke
dalam urin. Pada penderita penyakit ini, bagian dari ginjal yang bernama tubulus renalis tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga hanya sedikit asam yang dibuang ke dalam
urin. Akibatnya terjadi penimbunan asam dalam darah, yang mengakibatkan terjadinya asidosis,
yakni tingkat keasamannya menjadi di atas ambang normal.

Menurut sejumlah literatur ilmiah bidang kesehatan, penyakit ATR ini memang tergolong
penyakit yang jarang terjadi, dengan manifestasi klinis yang tidak spesifik sehingga diagnosis
sering terlambat. Namun menurut Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A (K), dokter spesialis gizi
dan metabolik anak pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak di RSCM Jakarta, pasien penyakit ATR
yang dia ditangani semakin hari semakin banyak. Pada tahun 2005 saja, pasien ATR yang dia
tangani ada sekitar 20-an orang anak. Dan setiap tahun angka prevalensinya senantiasa
bertambah.

Dampak

Penyakit asidosis jika dibiarkan bisa menimbulkan dampak berikut:

 Rendahnya kadar kalium dalam darah. Jika kadar kalium darah rendah, maka terjadi
kelainan neurologis seperti kelemahan otot, penurunan refleks dan bahkan kelumpuhan.
 Pengendapan kalsium di dalam ginjal yang dapat mengakibatkan pembentukan batu
ginjal. Jika itu terjadi maka bisa bisa terjadi kerusakan pada sel-sel ginjal dan gagal ginjal
kronis.
 Kecenderungan terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan)
 Pelunakan dan pembengkokan tulang yang menimbulkan rasa nyeri (osteomalasia atau
rakitis).
 Gangguan motorik tungkai bawah merupakan keluhan utama yang sering ditemukan,
sehingga anak mengalami keterlambatan untuk dapat duduk, merangkak, dan berjalan.
 Kecenderungan gangguan pencernaan, karena kelebihan asam dalam lambung dan usus,
sehingga pasien mengalami gangguan penyerapan zat gizi dari usus ke dalam darah.
Akibat selanjutnya pasien mengalami keterlambatan tumbuh kembang (delayed
development) dan berat badan kurang.
Sebab
Biasanya dokter tidak dapat memastikan penyebab ATR. Namun diduga penyakit ini disebabkan
faktor keturunan atau bisa timbul akibat obat-obatan, keracunan logam berat atau penyakit
autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau sindroma Sjögren).

Penyembuhan
Sejauh ini dunia kedokteran belum menemukan obat atau terapi untuk menyembuhkannya,
karena penyakit ini tergolong sebagai kerusakan organ tubuh, seperti penyakit diabetes mellitus
(akibat kerusakan kelenjar insulin).

Sementara ini penanganan ATR baru sebatas terapi untuk mengontrol tingkat keasaman darah,
yaitu dengan memberikan obat yang mengandung zat bersifat basa (alkalin) secara berkala
(periodik), sehingga tercapai tingkat keasaman netral, seperti pada orang normal. Zat basa ini
mengandung bahan aktif natrium bikarbonat (bicnat).

Dilihat dari bentuknya, sedikitnya ada tiga jenis bicnat di pasaran Indonesia: tablet, bubuk, dan
cairan.

Jika pasiennya anak-anak, maka kalau menggunakan obat dalam bentuk tablet, tablet tersebut
harus digerus terlebih dulu sebelum digunakan. Setelah itu dicampur dengan air matang, lalu
diberikan kepada pasien. Sedangkan jika menggunakan bentuk bubuk dan cairan, tinggal
dicampur air matang lalu diberikan kepada pasien, sesuai dengan dosis yang ditentukan dokter.

2.       Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner)

Adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).

Penyebab

Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat
membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal.
Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat,
sistin dan mineral struvit.

Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut “batu infeksi” karena
batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi.
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang
sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut “kalkulus staghorn”. Batu ini bisa
mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.

Gejala
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun
tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).

Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang
rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di
dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati
ureter.

Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan
terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah
infeksi.

Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam
ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada
akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

Pengobatan
Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi, biasanya tidak perlu
diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu
membuang beberapa batu; jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan
segera.

Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1 sentimeter atau
kurang seringkali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik (extracorporeal shock wave
lithotripsy, ESWL). Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih.

Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous nephrolithotomy,
nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan ultrasonik. Batu kecil di dalam
ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra dan masuk
ke dalam kandung kemih.

Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih yang basa (misalnya
dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu lainnya tidak dapat diatasi dengan cara ini. Batu
asam urat yang lebih besar, yang menyebabkan penyumbatan, perlu diangkat melalui
pembedahan.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan
antibiotik.

Dapat diobati dengan Calcium I + Cordyceps dengan cara pemakaian :

 3 x 2 – 4 kapsul Cordyceps sehari (tergantung kondisi, pada beberapa kasus diminum


dalam jumlah besar hingga 20 kapsul sehari)
 4 x ½ sachet Calcium I sehari

Pencegahan
Tindakan pencegahan pembentukan batu tergantung kepada komposisi batu yang ditemukan
pada penderita. Batu tersebut dianalisa dan dilakukan pengukuran kadar bahan yang bisa
menyebabkan terjadinya batu di dalam air kemih.

3.       Diabetes mellitus (DM)

Berasal dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, “tembus” atau “pancuran air”, dan kata Latin
mellitus, “rasa manis” yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi,
terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes
mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron.

Penyebab

Pembentukan diabetes yang penting adalah dikarenakan kurangnya produksi insulin (diabetes
mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
(diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus
yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan hanya
membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya
sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.

Gejala
Tiga serangkai yang klasik tentang gejala kencing manis adalah polyuria ( urination yang sering),
polydipsia ( dahaga ditingkatkan dan masukan cairan sebagai akibat yang ditingkatkan) dan
polyphagia ( selera yang ditingkatkan). Gejala ini boleh kembang;kan sungguh puasa diset
dicetak 1, terutama sekali di anak-anak ( bulan atau minggu) tetapi mungkin sulit dipisahkan atau
dengan sepenuhnya absen & & mdash; seperti halnya mengembang;kan jauh lebih pelan-pelan &
mdash; diset dicetak 2. Diset dicetak 1 [di/ke] sana boleh juga jadilah kerugian berat/beban ( di
samping normal atau yang ditingkatkan makan) dan kelelahan yang tidak dapat diperkecil lagi.
Gejala ini boleh juga menjelma diset dicetak 2 kencing manis di pasien kencing manis siapa
adalah dengan kurang baik dikendalikan. Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung
dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka
glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan
air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang
banyak (poliuri).

4.       Gagal ginjal kronis adalah suatu kondisi di mana kedua ginjal mengalami kerusakan
permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Biasanya ditandai dengan
edema seluruh tubuh (edema anasarka) karena terjadinya hipertensi portal dan kadar klirens
kreatinin < 25.

Pengobatan

Pengobatannya adalah dengan transplantasi ginjal

2.      Asidosis metabolik

Asidosis harus dikoreksi apabila kadar HCO3 < 12 mEq/L dan pH darah < 7,2. Jumlah
Bikarbonat yang diperlukan = (HCO3 ideal – HCO3 aktual) x berat badan (kg) x 0,3. Bila
pemberian ini tidak dimungkinkan, dapat diberi koreksi buta 2-3 mEq/kg bb/hari setiap
12 jam. Bila dengan koreksi tersebut tidak menunjukkan hasil, dialisis merupakan
indikasi.

3.

5. Anemia

Anemia ringan terjadi karena produksi erythropoetin menurun dan erythropoesis tak
sempurna sehingga produksi sel darah merah tak sempurna serta life-span memendek.
Transfusi tidak dianjurkan bila gejala-gejala klinis anemia tak terlihat atau Hb masih di
atas 6 g/dl, karena transfusi dapat memperberat hiperkalemia, hipertensi dan payah
jantung. Bila Hb < 6 g/dl atau Ht < 20%, tranfusi dilakukan dengan mempergunakan
pack red cell (10 ml/kg bb) dengan tetesan lambat 4-6 jam (lebih kurang 10 tetes/menit).
Pemberian erythropoitin rekombinan perlu dipertimbangkan bila Hb  10 g/dl, Ht  30%,
dengan catatan cadangan besi adekuat: Feritin > 100 g/L, saturasi transferin > 20%,
serta tidak ada infeksi berat.

6.

GEJALA KLINIS

Keluhan dan gejala Gagal Ginjal Akut pada anak tidak khas. Gagal Ginjal Akut hendaknya
dipertimbangkan pada anak-anak dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Gejala-gejala non-spesifik dari uremia : mual, muntah, anoreksia, drowsiness atau kejang.
2. Oliguria atau anuria (< 300 ml/m2/hari atau <1 ml/kg BB/jam)
3. Hiperventilasi karena asidosis.
4. Sembab.
5. Hipertensi.
6. Kelainan sedimen urine, misalnya : hematuria, proteinuria.
7. Tanda-tanda obstruksi saluran kemih, misalnya : pancaran urine yang lemah, kencing
menetes atau adanya masa pada palpasi abdomen.
8. Keadaan-keadaan yang merupakan faktor predisposisi Gagal Ginjal Akut, misalnya diare
dengan dehidrasi berat, penggunaan aminoglikosida, khemoterapi pada leukemia akut.

GEJALA KLINIS

Keluhan dan gejala Gagal Ginjal Akut pada anak tidak khas. Gagal Ginjal Akut hendaknya
dipertimbangkan pada anak-anak dengan gejala-gejala sebagai berikut :

1. Gejala-gejala non-spesifik dari uremia : mual, muntah, anoreksia, drowsiness atau kejang.
2. Oliguria atau anuria (< 300 ml/m2/hari atau <1 ml/kg BB/jam)
3. Hiperventilasi karena asidosis.
4. Sembab.
5. Hipertensi.
6. Kelainan sedimen urine, misalnya : hematuria, proteinuria.
7. Tanda-tanda obstruksi saluran kemih, misalnya : pancaran urine yang lemah, kencing
menetes atau adanya masa pada palpasi abdomen.
8. Keadaan-keadaan yang merupakan faktor predisposisi Gagal Ginjal Akut, misalnya diare
dengan dehidrasi berat, penggunaan aminoglikosida, khemoterapi pada leukemia akut.

Renovascular hypertension
URL of this page: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000204.htm

Renovascular hypertension is high blood pressure due to narrowing of the arteries that carry
blood to the kidneys.

See also:

 Atheroembolic renal disease


 Hypertension
 Malignant hypertension

Causes
When the arteries that carry blood to your kidneys become narrow, less blood flows to the
kidneys. The kidneys mistakenly respond as if your blood pressure is low and give off hormones
that tell the body to hold on to more salt and water. This causes your blood pressure to rise.

Renal artery stenosis is a narrowing or blockage of the artery that supplies blood to the kidneys.

The most common cause of renal artery stenosis is hardening of the arteries (atherosclerosis)
from high cholesterol.

 Atherosclerosis (hardening of the arteries) occurs when a sticky, fatty substance called plaque
builds up on the inner lining of the arteries. The plaque may slowly narrow or even block the
renal (kidney) aretery.
 Risk factors for atherosclerosis are: high blood pressure, smoking, diabetes, high cholesterol,
heavy alcohol use, cocaine abuse, and increasing age.

Fibromuscular dysplasia is another cause of renal artery stenosis, particularly in women under
age 50. It tends to run in families. Fibromuscular dysplasia is caused by abnormal growth or
development of cells in the walls of the arteries leading to the kidneys. This also leads to
narrowing or blockage of these arteries.

Symptoms
Usually, high blood pressure causes no symptoms. Occasionally you may have a mild headache.
If your headache is severe, or if you have any of the symptoms below, see a doctor right away.
These may be a sign of malignant hypertension.

 Blood in urine
 Confusion
 Crushing, angina-like chest pain
 Ear noise or buzzing
 Irregular heartbeat
 Nosebleed
 Tiredness
 Vision changes

Exams and Tests


People with renovascular hypertension usually have severe, difficult-to-control high blood
pressure. They may have a history of high blood pressure that is hard to control or does not get
better with medication.

Your doctor may hear a "whooshing" noise, called a bruit, when placing a stethoscope over your
belly area.

Other signs of this disease include:


 Acute kidney failure occurs when starting blood pressure medicines called ACE-I or ARBs
 Episodes of heart failure (flash pulmonary edema)
 Hypertension in an elderly patient whose blood pressure was previously well controlled
 Rapid progression of kidney failure

There may be signs of complications, such as:

 Hypertensive retinopathy
 Left ventricular hypertrophy (swelling of the heart)

Your doctor may order blood tests to check your renin and aldosterone levels. Imaging tests may
be done to see if the kidney arteries have narrowed. They include:

 Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibition renography


 Doppler ultrasound of the renal arteries
 Magnetic resonance angiography (MRA)
 Renal arteriography

Treatment
High blood pressure caused by narrowing of the arteries that lead to the kidneys (renovascular
hypertension) is often difficult to control.

Medications may be used to help control blood pressure. There are a variety of high blood
pressure medications available. You and your doctor will decide which type is best for you.

 Everyone responds to medicine differently. Your blood pressure should be checked frequently.
The amount and type of medicine you take may need to be changed from time to time.
 Everyone should keep their blood pressure below 140/90 mmHg. If you have diabetes or have
had a stroke, your blood pressure should be below 130/80 mmHg. Ask your doctor what blood
pressure is appropriate for you.
 Take all medicines in the exact way your doctor prescribed them.

Have your cholesterol checked and treated. If you have diabetes, heart disease, or hardening of
the arteries somewhere else in your body, your "bad" (LDL) cholesterol should be lower than
100 mg/dL.

To help prevent hardening of the arteries, make the following lifestyle changes:

 Avoid fatty foods. Follow a healthy, low-fat diet. See Heart disease and diet.
 Check with your doctor about an exercise program.
 Do NOT drink more than 1 or 2 alcoholic drinks a day.
 Quit smoking. Smoking increases the risk of forming clots.
Further treatment depends on what causes the narrowing of the kidney arteries. For example,
your doctor may recommend a procedure called angioplasty with stenting if you have this
condition and it is not well-managed with medications. For information, see: Stent.

Possible Complications
 Hypertensive heart disease
 Heart attack
 Congestive heart failure
 Kidney damage
 Kidney failure
 Stroke
 Loss of vision

When to Contact a Medical Professional


Call for an appointment with your health care provider if you think you have high blood
pressure.

Call your health care provider if you have renovascular hypertension and symptoms get worse or
do not improve with treatment. Also call if new symptoms develop.

Prevention
Preventing atherosclerosis may prevent the development of rental artery stenosis.

Lifestyle changes may reduce your risk of high blood pressure. Lose weight if you are
overweight. Excess weight makes the heart work harder. Check with your doctor before starting
a rigorous exercise program.

Changes in your diet may help to control your blood pressure. Reduce the amount of salt
(sodium) you use. Salt, MSG, and baking soda all contain sodium.

See also: Heart disease and diet

Alternative Names
Renal hypertension; Hypertension - renovascular; Renal artery occlusion; Stenosis - renal artery

Renal Artery Stenosis


R enal artery stenosis (RAS) is a narrowing of the arteries to one or both of the kidneys that can cause
hypertension (high blood pressure) and, sometimes, reduced kidney function and size (atrophy). It occurs
more commonly in older people with atherosclerosis (hardening of the arteries with plaque buildup, leading to
narrowing of the channel where the blood flows). Hypertension caused by RAS is called secondary hypertension. This
means that, unlike essential or primary hypertension (the most common form of high blood pressure, which does not
have a specific known cause), secondary hypertension does have a specific cause. In some cases, diagnosing and treating
RAS can result in decreasing or eliminating the need to take medication for hypertension. The narrowing of the kidney
arteries in RAS is usually due to atherosclerosis; more rarely it can be caused by abnormal growth of tissue within the wall
of the artery. The latter condition, called fibromuscular dysplasia, is potentially curable and is more common in women
and younger age groups but can also occur later in life. When atherosclerosis is the cause of RAS, it is especially
important
to be evaluated and treated for related diseases of the heart and brain, since they are also susceptible to narrowed arteries.
Atherosclerosis in those organs can lead to heart attack or stroke. The November 5, 2008, issue of JAMA includes an
article
about an 82-year-old woman with hypertension and renal artery stenosis.
SYMPTOMS
FOR MORE INFORMATION
• Medline Plus
www.nlm.nih.gov/medlineplus
INFORM YOURSELF
To find this and other JAMA Patient
Pages, go to the Patient Page link on
JAMA’s Web site at www.jama.com.
Many are available in English, Spanish,
and French. A Patient Page on
hypertension and kidney disease was
published in the November 20, 2002,
issue.
Carolyn J. Hildreth, MD, Writer
Cassio Lynm, MA, Illustrator
Richard M. Glass, MD, Editor
2084 JAMA, Novermber 5, 2008—Vol 300, No. 17
Source: Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th edition
The JAMA Patient Page is a public service of JAMA. The information and recommendations
appearing on this page are appropriate in most instances, but they are not a substitute for
medical diagnosis. For specific information concerning your personal medical condition, JAMA
suggests that you consult your physician. This page may be photocopied noncommercially
by physicians and other health care professionals to share with patients. To purchase bulk
reprints, call 312/464-0776.
• Most often, renal artery stenosis does not cause any specific symptoms. Rarely, a
person may have symptoms related to high blood pressure such as fatigue, headache,
or dizziness.
DIAGNOSIS
• New onset of high blood pressure in someone younger than 35 or older than 55
• Worsening control of previously well-controlled hypertension, or very high blood
pressure, especially if it is affecting other organs in the body
• Blood tests and urine tests to evaluate kidney function
• Kidney ultrasound visualizes the size and structure of the kidney by recording the
echoes of sound waves. Doppler ultrasound measures the speed of the blood flow
within the arteries to the kidney.
• Magnetic resonance arteriogram and computed tomographic angiography are
imaging studies that use contrast medium (special dye) to produce a 3-dimensional
image of the kidney and its blood vessels.
TREATMENT
• Take medication to control blood
pressure. This may require 3 or more
different drugs.
• Don’t smoke.
• Control diabetes if it is present.
• Control cholesterol, taking
medications if necessary.
• Renal (kidney) artery angioplasty
(insertion of a balloon into the
narrowed artery to open it) and
stenting (inserting a tube inside the
artery to hold the walls open) are
only done if blood pressure cannot
be controlled with medications or
if blood tests indicate a significant
worsening of kidney function.

Downloaded from jama.ama-assn.org by guest on February 3, 2011Acidosisis a condition in which there is


excessive acid in the body fluids. It is the opposite of alkalosis (a condition in which there is
excessive base in the body fluids).

Causes
The kidneys and lungs maintain the balance (proper pH level) of chemicals called acids and
bases in the body. Acidosis occurs when acid builds up or when bicarbonate (a base) is lost.
Acidosis is classified as either respiratory acidosis or metabolic acidosis.

Respiratory acidosis develops when there is too much carbon dioxide (an acid) in the body. This
type of acidosis is usually caused by a decreased ability to remove carbon dioxide from the body
through effective breathing. Other names for respiratory acidosis are hypercapnic acidosis and
carbon dioxide acidosis. Causes of respiratory acidosis include:

 Chest deformities, such as kyphosis


 Chest injuries
 Chest muscle weakness
 Chronic lung disease
 Overuse of sedative drugs

Metabolic acidosis develops when too much acid is produced or when the kidneys cannot
remove enough acid from the body. There are several types of metabolic acidosis:

 Diabetic acidosis (also called diabetic ketoacidosis and DKA) develops when substances
called ketone bodies (which are acidic) build up during uncontrolled diabetes.
 Hyperchloremic acidosis results from excessive loss of sodium bicarbonate from the
body, as can happen with severe diarrhea.
 Lactic acidosis is a buildup of lactic acid. This can be caused by:
o Alcohol
o Cancer
o Exercising vigorously for a very long time
o Liver failure
o Low blood sugar (hypoglycemia)
o Medications such as salicylates
o Prolonged lack of oxygen from shock, heart failure, or severe anemia
o Seizures

Other causes of metabolic acidosis include:

 Kidney disease (distal renal tubular acidosis and proximal renal tubular acidosis)
 Poisoning by aspirin, ethylene glycol (found in antifreeze), or methanol
 Severe dehydration

Symptoms
See: Metabolic acidosis or Respiratory acidosis

Exams and Tests


 Arterial or venous blood gas analysis
 Serum electrolytes
 Urine pH

An arterial blood gas analysis or serum electrolytes test, such as a basic metabolic panel, will
confirm that acidosis is present and indicate whether it is metabolic acidosis or respiratory
acidosis. Other tests may be needed to determine the cause of the acidosis.

Treatment
Treatment depends on the cause. See the specific types of acidosis.

Outlook (Prognosis)
Acidosis can be dangerous if untreated. Many cases respond well to treatment.

Possible Complications
See the specific types of acidosis.

When to Contact a Medical Professional


Although there are several types of acidosis, all will cause symptoms that require treatment by
your health care provider.

Prevention
Prevention depends on the cause of the acidosis. Normally, people with healthy kidneys and
lungs do not experience significant acidosis.

You might also like