Professional Documents
Culture Documents
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa
disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita itu.
Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan
memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif tidak hanya
sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial
dan spiritual.
Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya penyakit yang
dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu, namun diperluas sampai
mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan
terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada
pasien diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka
timbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi
antara dokter, perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi
lain yang diperlukan.
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif
berpijak pada pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan palliative adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya.
Pengobatan paliatif bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri seperti
mual, muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera meninggal pertama didirikan
di Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di RS Khusus St. Christopher, RS khusus tersebut pindah
ke AS pada thn 1970an. RS khusus pertama di AS adalah RS New Haven yang kemudian menjadi RS
khusus Connecticut. RS tersebut kemudian menyebar ke seluruh Negara.
Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo
(Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin
Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).
Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri.
Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care, dan
respite care.
Pengertian rawat jalan dan rawat inap sudah cukup jelas. Rawat rumah (home care) dilakukan
dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita, terutama yang karena alasan-alasan
tertentu tidak dapat datang ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang terdiri atas dokter
paliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-
masalah yang dialami penderita kanker dan keluarganya, bukan hanya menyangkut masalah
medis/biologis, tetapi juga masalah psikis, sosial, dan spiritual.
Day care merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat inap, misalnya
perawatan luka, kemoterapi, dsb. Sedang respite care merupakan layanan yang bersifat psikologis.
Di sini penderita maupun keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater,
bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, atau sekedar bersantai dan
beristirahat. Bisa juga menitipkan penderita kanker (selama jam kerja), jika pendamping atau
keluarga yang merawatnya ada keperluan lain.
C. Perkembangan Hospice Care
Di Indonesia, perawatan di hospis atau Hospice care merupakan hal yang baru. Falsafah
Hospice Care adalah manusia yang menderita harus dibantu dan diringankan
penderitaannya, agar kualitas hidupnya dapat ditingkatkan selama sakit sampai ajal, dan
meninggal dengan tenang.
Hospice care adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap
penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak
nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual. (Hospice Home Care, 2011)
The focus of hospice relies on the belief that each of us has the right to die pain-free and with
dignity, and that our loved ones will receive the necessary support to allow us to do so.
1. Hospice focuses on caring, not curing and, in most cases; care is provided in the person’s home.
2. Hospice care also is provided in freestanding hospice centers, hospitals, and nursing homes and
4. Hospice care is covered under Medicare, Medicaid, most private insurance plans, HMOs, and
Ruang lingkup :
2. Memberikan dukungan moril, spirituil maupun pelatihan praktis dalam hal perawatan pasien
bagi keluarga pasien dan pelaku rawat.
3. Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka cita.
1. Dokter
2. Perawat
3. Pekerja Sosial
4. Relawan
3.Palliative Care
1. Standard I
2. Standard II
Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan analisa terhadap data yang
telah terkumpul
3. Standard III
Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan baik dari klien maupun lingkungannya
4. Standard IV
5. Standard V
Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke pencapaian hasil yang
diharapkan.
1. Standard I
Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi terhadap kualitas dan efektifitas
praktik keperawatan secara sistematis
2. Standard II
Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri terhadap praktik keperawatan
yang dilakukannya dihubungkan dengan standar praktik professional, hasil penelitian ilmiah
dan peraturan yang berlaku
3. Standard III
4. Standard IV
5. Standard V
Etika, putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada landasan etika profesi
6. Standar VI
7. Standar VII
8. Standard VIII
Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk memahami resiko,
keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.nhpco.org/i4a/pages/Index.cfm?pageID=3254
http://www.hpna.org/DisplayPage.aspx?Title=Search
http://www.caringinfo.org/i4a/pages/index.cfm?pageid=3356
http://www.scribd.com/doc/47637339/ASUHAN-KEPERAWATAN-HOSPICE-CARE
http://zakiakartikautami.blog.ugm.ac.id/2010/11/19/hospice/
Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New York, NY: Oxford University Press
Hospice and Palliative Care Handbook: Quality, Compliance, and Reimbursement by T. M. Marrell.
ISBN: 0815135572