You are on page 1of 6

KONSEP DASAR KEPERAWATAN PALLIATIF

Oleh : Lidya Natalia,S.Kep.,Ners

A. Pengertian Keperawatan Palliatif


Definisi Perawatan palliative telah mengalami beberapa evolusi. menurut WHO pada 1990
perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang penyakitnya tidak
lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas Perawatan Paliatif
hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah tidak respossif terhadap pengobatan
kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisi
Perawatan Paliatif menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda. Definisi Perawataan
Paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah sistem
perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri
dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.

Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Perawatan Paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan
sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa
disembuhkan atau tidak, mutlak Perawatan Paliatif harus diberikan kepada penderita itu.
Perawatan Paliatif tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan
memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Perawatan paliatif tidak hanya
sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti psikologis, sosial
dan spiritual.

Titik sentral dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya penyakit yang
dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu, namun diperluas sampai
mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan
terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi terkait. Dengan demikian, pelayanan pada
pasien diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka
timbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi
antara dokter, perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi
lain yang diperlukan.

Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif
berpijak pada pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari perawatan palliative adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga
memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya.

B. Perkembangan Keperawatan Palliatif


Dari seminar keperawatan 2007 yang berjudul ”Home Care: Bukti Kemandirian Perawat”,
menyebutkan bahwa di negara maju, perawatan khusus bagi mereka yang akan segera meninggal
merupakan kolaborasi antara keluarga dan para profesional, dan memberikan layanan medis,
psikologis, social dan spiritual.

Pengobatan paliatif bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri seperti
mual, muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera meninggal pertama didirikan
di Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di RS Khusus St. Christopher, RS khusus tersebut pindah
ke AS pada thn 1970an. RS khusus pertama di AS adalah RS New Haven yang kemudian menjadi RS
khusus Connecticut. RS tersebut kemudian menyebar ke seluruh Negara.

Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo
(Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin
Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).

Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri.
Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif), rawat rumah, day care, dan
respite care.

Pengertian rawat jalan dan rawat inap sudah cukup jelas. Rawat rumah (home care) dilakukan
dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah penderita, terutama yang karena alasan-alasan
tertentu tidak dapat datang ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim yang terdiri atas dokter
paliatif, psikiater, perawat, dan relawan, untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-
masalah yang dialami penderita kanker dan keluarganya, bukan hanya menyangkut masalah
medis/biologis, tetapi juga masalah psikis, sosial, dan spiritual.

Day care merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak memerlukan rawat inap, misalnya
perawatan luka, kemoterapi, dsb. Sedang respite care merupakan layanan yang bersifat psikologis.
Di sini penderita maupun keluarganya dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater,
bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, atau sekedar bersantai dan
beristirahat. Bisa juga menitipkan penderita kanker (selama jam kerja), jika pendamping atau
keluarga yang merawatnya ada keperluan lain.
C. Perkembangan Hospice Care
Di Indonesia, perawatan di hospis atau Hospice care merupakan hal yang baru. Falsafah
Hospice Care adalah manusia yang menderita harus dibantu dan diringankan
penderitaannya, agar kualitas hidupnya dapat ditingkatkan selama sakit sampai ajal, dan
meninggal dengan tenang.

Lembaga Pelayanan Kesehatan, terdiri dari :


1. Rawat Jalan
2. Institusi
3. Hospice
4. Community Based Agency

Hospice care adalah perawatan pasien terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap
penyakitnya tidak diperlukan lagi. Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak
nyaman dari pasien, berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual. (Hospice Home Care, 2011)

The focus of hospice relies on the belief that each of us has the right to die pain-free and with
dignity, and that our loved ones will receive the necessary support to allow us to do so.

1. Hospice focuses on caring, not curing and, in most cases; care is provided in the person’s home.

2. Hospice care also is provided in freestanding hospice centers, hospitals, and nursing homes and

other long-term care facilities.


3. Hospice services are available to patients of any age, religion, race, or illness.

4. Hospice care is covered under Medicare, Medicaid, most private insurance plans, HMOs, and

other managed care organizations.

Ruang lingkup :

1.Pasien yg tinggal di daerah pedalaman

2.Pasien dg Ca,heart disease,AIDS,kidney and lung disease

3. Pasien di nursing home

4.Pasien yg tinggal sendirian


Tujuan Pelayanan Hospice Care :

1. Meringankan pasien dari penderitaannya

2. Memberikan dukungan moril, spirituil maupun pelatihan praktis dalam hal perawatan pasien
bagi keluarga pasien dan pelaku rawat.

3. Memberikan dukungan moril bagi keluarga pasien selama masa duka cita.

Tim Pelaksana Hospice Care :

1. Dokter
2. Perawat
3. Pekerja Sosial
4. Relawan

Bentuk Hospice Care :

1.The Institution Hospice Care

2.Hospice Home Care

3.Palliative Care

Standar Asuhan Keperwatan :

1. Standard I

Perawat mengumpulkan data kesehatan klien

2. Standard II

Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, perawat melakukan analisa terhadap data yang
telah terkumpul

3. Standard III

Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan baik dari klien maupun lingkungannya

4. Standard IV

Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan dengan menetapkan intervensi yang


akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan

5. Standard V

Perawat melaksanakan rencana intervensi yang telah di tetapkan dalam perencanaan


6. Standard VI

Perawat melakukan evaluasi terhadap kemajuan klien yang mengarah ke pencapaian hasil yang
diharapkan.

Standar Kinerja Profesional (Profesional Performance)

1. Standard I

Kualitas asuhan keperawatan, perawat melakukan evaluasi terhadap kualitas dan efektifitas
praktik keperawatan secara sistematis

2. Standard II

Performance Appraisal, perawat melakukan evaluasi diri sendiri terhadap praktik keperawatan
yang dilakukannya dihubungkan dengan standar praktik professional, hasil penelitian ilmiah
dan peraturan yang berlaku

3. Standard III

Pendidikan, perawat berupaya untuk selalu meningklatkan pengetahuan dan kemampuan


dirinya dalam praktik keperawatan

4. Standard IV

Kesejawatan, perawat berinteraksi dan berperan aktif dalam pengembangan professionalism


sesama perawat dan praktisi kesehatan lainnya sebagai sejawat

5. Standard V

Etika, putusan dan tindakan perawat terhadap klien berdasarkan pada landasan etika profesi

6. Standar VI

Kolaborasi, dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat berkolaborasi dengan klien,


keluarga dan praktisi kesehatan lain.

7. Standar VII

Penelitian, dalam praktiknya, perawat menerapkan hasil penelitian

8. Standard VIII

Pemanfaatan sumber, perawat membantu klien atau keluarga untuk memahami resiko,
keuntungan dan biaya perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.nhpco.org/i4a/pages/Index.cfm?pageID=3254
http://www.hpna.org/DisplayPage.aspx?Title=Search
http://www.caringinfo.org/i4a/pages/index.cfm?pageid=3356
http://www.scribd.com/doc/47637339/ASUHAN-KEPERAWATAN-HOSPICE-CARE
http://zakiakartikautami.blog.ugm.ac.id/2010/11/19/hospice/

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed. New York, NY: Oxford University Press

Hospice and Palliative Care Handbook: Quality, Compliance, and Reimbursement by T. M. Marrell.
ISBN: 0815135572

You might also like