You are on page 1of 19

MENGENAL PEGADAIAN DI INDONESIA

Oleh: Sasli Rais1


Gadai adalah kegiatan menjaminkan ‘barang berharga’ kepada pihak
tertentu, guna memperoleh sejumlah uang, dimana barang yang dijaminkan akan
ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.2
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasar 1150, disebutkan:

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas
suatu ‘barang bergerak’, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang
berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan
kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan
dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang yang
berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang
tersebut, dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.3
Menurut Y. Sri Susilo, Sigit dan Totok,4 gadai adalah suatu hak yang
diperoleh seorang yang memiliki piutang atas suatu barang bergerak. Barang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang
memiliki hutang atau oleh orang lain atas nama orang yang memiliki hutang.
Seorang yang berutang tersebut memberikan kekuasaannya kepada orang yang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi hutangnya apabila pihak yang berhutang tidak dapat melunasi
kewajibannya pada saat pinjamannya jatuh tempo.
Menurut Kasmir, gadai adalah kegiatan menjaminkan barang berharga
kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang
dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan
lembaga gadai. 5
Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa gadai itu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :

1
Staf Pengajar Ekonomi Syariah STIE PBM, Jakarta & Pemerhati LKS Pegadaian Syariah.
2
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi 2, Cetakan 2, Lembaga Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta: 2001, hlm. 246.
3
Ibid, hlm. 501.
4
Susilo, Y. Sri, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta: 2000.
5
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi 6, Cetakan 6, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta: 2002, hlm. 246.
(1) Terdapat barang bergerak dan bernilai ekonomis yang digadaikan;
(2) Nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang digadaikan;
(3) Barang-barang yang digadaikan dapat ditebus/diambil kembali; dan
(4) Apabila barang itu sampai dilelang, maka pembiayaannya diambilkan dari
barang yang dilelang dahulu, sebelum diberikan kepada orang yang
menggadaikan.

Pegadaian sebagai lembaga yang tugasnya memberi pinjaman uang


kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Pegadaian diharapkan akan lebih
mampu mengelola usahanya meningkatkan efektivitas dan produktifitasnya,
dengan lebih profesional, business oriented tanpa meninggalkan ciri khusus dan
misinya, yaitu penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran
masyarakat golongan ekonomi lemah dan dengan cara mudah, cepat, aman, dan
hemat, sesuai dengan motonya ‘Mengatasi Masalah Tanpa Masalah’.6

1. Kelebihan dan Kekurangan Pegadaian dengan Perbankan

Pegadaian sebagai lembaga perkreditan milik pemerintah tentunya


mempunyai kelebihan maupun kekurangan dibandingkan dengan bank.7 Adapun
kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:
(1) Persyaratan ringan dan mudah;
(2) Prosedurnya sederhana;
(3) Tidak dipungut biaya administrasi;
(4) Tidak perlu membuka rekening seperti tabungan, deposito ataupun giro;
(5) Suatu saat uang dibutuhkan, saat itu juga uang dapat diperoleh;
(6) Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan;
(7) Angsuran ringan karena tidak ditentukan besarnya, sehingga dapat
diangsur sesuai kemampuan;
(8) Penetapan bunga dengan sistem bunga menurun. Jadi bunga dibebankan
atas dasar sisa pinjaman;

6
Dahlan Siamat, Op. cit, hlm. 501-502.
7
Iin Endang Mardiani, Op. cit, hlm. 33.
24
(9) Apabila telah jatuh tempo pinjamannya dan hutang pokok belum dapat
dibayar, maka jangka waktu pinjaman dapat diperpanjang, dengan
membayar bunga lebih dahulu;
(10) Memperoleh tenggang waktu pelunasan 2 minggu setelah jatuh tempo
tanpa dibebani bunga (masa tunggu lelang).

Adapun kelemahan Pegadaian yaitu:


(1) Sewa modal Pegadaian relatif lebih tinggi dari tingkat suku bunga
perbankan;
(2) Harus ada jaminan berupa barang bergerak yang mempunyai nilai;
(3) Barang bergerak yang digadaikan harus diserahkan ke Pegadaian, sehingga
barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan selama digadaikan; dan
(4) Jumlah kredit gadai yang dapat diberikan masih terbatas.8

2. Keuntungan Pegadaian

Pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang


berharga. Meminjam uang ke Pegadaian bukan saja prosedurnya mudah dan
cepat, tetapi biaya yang dibebankan juga lebih ringan apabila dibandingkan
dengan para pelepas uang atau tukang ijon. Hal ini dilakukan sesuai dengan salah
satu tujuan dari Pegadaian dalam pemberian pinjaman kepada masyarakat dengan
motto ‘Mengatasi Masalah Tanpa Masalah’.
Hal ini berbeda apabila meminjam di bank, yang membutuhkan prosedur
yang rumit dan waktu yang relatif lebih lama. Persyaratan administrasi juga sulit
dipenuhi, seperti dokumen harus lengkap dan jaminan diberikan harus berupa
barang tertentu, karena tidak semua barang dapat dijadikan jaminan di bank.
Pihak gadai juga tidak mempermasalahkan untuk apa uang pinjaman
digunakan, dan hal ini tentu bertolak belakang dengan pihak perbankan, yang
harus dibuat serinci mungkin tentang penggunaan uangnya. Sanksi yang diberikan
juga relatif ringan, karena apabila tidak dapat melunasi dalam waktu tertentu,
barang jaminan akan dilelang untuk menutupi kekurangan pinjaman yang telah
diperolehnya.9

8
Iin Endang Mardiani, Op. cit, hlm. 34.
9
Kasmir, Op. cit. hlm. 249.
25
Jadi keuntungan perusahaan Pegadaian apabila dibandingkan dengan
lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan lainnya, adalah :
(1) Waktu yang relatif singkat untuk memperoleh uang, yaitu pada hari itu
juga, hal ini disebabkan prosedurnya yang sederhana;
(2) Persyaratan yang sangat sederhana, sehingga memudahkan konsumen
untuk memenuhinya;
(3) Pihak Pegadaian tidak mempermasalahkan uang tersebut digunakan untuk
apa, jadi sesuai dengan kehendak masyarakat atau nasabahnya.10

3. Kegiatan Usaha Pegadaian

Kegiatan Pegadaian umumnya meliputi 2 hal, yaitu penghimpunan dana


dan penggunaan dana, yaitu :11

3.1 Penghimpunan Dana (Funding Product)

Pegadaian sebagai lembaga keuangan tidak diperkenankan


menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
misalnya: giro, deposito dan tabungan sebagaimana perbankan. Untuk memenuhi
kebutuhan dananya untuk melakukan kegiatan usahanya, maka Pegadaian
memiliki sumber-sumber dana, sebagai berikut:
(1)
Modal sendiri, terdiri dari :
(a) Modal awal, yaitu kekayaan negara di luar APBN;
(b) Penyertaan modal pemerintah;
(c) Laba ditahan, laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak
perusahaan Perum Pegadaian berdiri;
(2) Pinjaman jangka pendek dari perbankan
(a) Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk ini (sekitar
80 % dari total dana jangka pendek yang dihimpun);
(b) Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang kepada nasabah,
dan lain-lain);

10
Kasmir, Op. cit. hlm. 249.
11
Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, dan A. Totok Budi Santoso, Op. cit, hlm. 181.
26
(3) Bekerjasama dengan pihak ke-3 dalam memanfaatkan aset perusahaan
dalam bidang bisnis properti, seperti dalam pembangunan gedung kantor
dan pertokoan dengan sistem BOT, build, operate dan transfer;
(4) Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi. 12
(5) Mengadakan kerjasama dengan lembaga keuangan lainnya, baik perbankan
maupun non-perbankan.

3.2 Penggunaan Dana

Dana yang berhasil dihimpun digunakan untuk mendanai kegiatan


Perum Pegadaian. Dana tersebut antara lain digunakan untuk hal-hal berikut:
(1) Uang kas dan dana likuid lain
Pegadaian memerlukan dana likuid yang siap digunakan untuk berbagai
macam kebutuhan, seperti kewajiban yang telah jatuh tempo, penyaluran
dana kredit atas dasar hak gadai, pembayaran pajak, biaya yang masih
harus dibayar, dan lain-lain;

(2) Pendanaan kegiatan operasional


Dana ini antara lain, digunakan untuk gaji pegawai, honor, perawatan
peralatan, dan lain-lain;

(3) Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan
inventaris, seperti tanah, bangunan kantor, komputer, kendaraan, dan lain-
lain. Aktiva tetap berupa tanah dan bangunan, serta inventaris tidak
langsung dapat menghasilkan laba bagi Pegadaian, namun merupakan hal
yang sangat penting guna melancarkan kegiatan usahanya;

(4) Penyaluran dana


Penggunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam bentuk
pembiayaan atas dasar huum gadai. Dana yang digunakan Pegadaian untuk
kegiatan pembiayaan lebih dari 50 % dari jumlah dana yang dihimpun;

(5) Investasi lain

12
Dahlan Siamat, Op. cit, hlm. 504-505.
27
Kelebihan dana atau idle fund, yaitu dana yang belum diperlukan untuk
mendanai usaha Pegadaian, dapat digunakan untuk berinvestasi di bidang
properti, seperti kantor, toko, dan lain-lain.13

(6) Pinjaman pegawai, kredit yang diberikan kepada pegawai yang


berpenghasilan tetap. Pembayaran pinjaman dilakukan dengan memotong
gaji si peminjam secara bulanan.14

3.3 Produk dan Jasa Pegadaian

Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka


dalam menjalankan usahanya Pegadaian memiliki beberapa produk dan jasa yang
dapat dimanfaatkan masyarakat.
Dalam perkembangan dunia Pegadaian dewasa ini, bentuk perolehan
pendapatan Pegadaian dapat berupa transaksi yang berasal dari biaya administrasi,
jasa titipan, jasa taksiran, galeri 24, dan lain-lain.15 Sebagaimana penjelasannya
sebagai berikut:

(1) Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai


Artinya mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang
jaminan oleh peminjam, berupa agunan barang bergerak. Konsekuensinya
adalah nilai pinjaman yang diberikan kepada peminjam sangat dipengaruhi
oleh nilai barang yang dijadikan jaminan;

(2) Penaksiran nilai barang


Pegadaian memberikan jasa penaksiran atas nilai suatu barang, bagi
masyarakat yang ingin menaksirkan guna mengetahui kualitas barang.
Barang yang ditaksir, meliputi semua barang yang bergerak, berapa nilai
riil barang berharga miliknya, misalnya, emas, berlian, intan, perak, dan
barang bernilai lainnya. Hal ini berguna bagi masyarakat yang ingin
menjual barang tersebut, ataupun hanya sekedar ingin mengetahui jumlah
kekayaannya. Atas jasa penaksiran yang diberikan, Perum Pegadaian
memperoleh pendapatan dari pemilik barang berupa ongkos penaksiran;

13
Muhammad dan Solikhul Hadi, Op. cit, hlm. 26-27.
14
Dahlan Siamat, Loc. cit, hlm. 503; Kasmir, Op. cit, hlm.254.
15
Muhammad, Op. cit. hlm. 89.
28
(3) Penitipan barang
Pegadaian menyelenggarakan jasa penitipan barang, karena perusahaan
memiliki tempat penyimpanan barang bergerak yang cukup memadai.
Menerima jasa titipan barang, yaitu pelayanan kepada masyarakat yang
akan menitipkan barang berharganya, seperti: barang/surat berharga
(sertifikat motor, tanah, ijasah, dll.). Jasa titipan ini, diberikan untuk
memberikan rasa aman kepada pemiliknya dari kehilangan, kebakaran
ataupun kecurian dan perampokan. Atas jasa penaksiran yang diberikan,
Pegadaian memperoleh pendapatan dari pemilik barang berupa ongkos
penitipan;16

(4) Jasa lainnya


Pegadaian dapat memberikan produk dan jasa lain, seperti kredit kepada
pegawai dengan penghasilan tetap; Galeri 24 atau gold center, dimana
setiap perhiasan masyarakat yang dibeli di toko perhiasan milik Pegadaian
akan dilampiri sertifikat jaminan perhiasan berkualitas dengan berat dan
karatase terjamin. Dengan sertifikat itulah masyarakat akan merasa yakin
dan terjamin keaslian dan kualitasnya; koin emas ONH sebagai alternatif
tabungan haji yang lebih pasti, aman, dan terjamin, serta bebas riba; jasa
persewaan gedung/property; kredit usaha mikro; dan gadai gabah.17

Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, maka laba yang diperoleh oleh


Pegadaian digunakan untuk :
(1) Dana pembangunan semesta sebesar 55 %;
(2) Cadangan umum sebesar 20 %;
(3) Cadangan tujuan;
(4) Dana sosial.

3.4 Kategori dan Prosedur Penaksiran Barang Jaminan

3.4.1 Kategori Barang Jaminan

Pegadaian dalam menentukan besarnya jumlah pinjaman, maka


barang jaminan perlu ditaksir terlebih dahulu. Untuk menaksir nilai jaminan yang

16
Dahlan Siamat, Op. cit, hlm. 503; Kasmir, Op. cit, hlm.254.

29
dijaminkan, maka Pegadaian memiliki ahli taksir yang dengan cepat menaksir,
berapa nilai riil barang jaminan tersebut. Biasanya nilai taksiran lebih rendah dari
nilai pasar. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi kemacetan terhadap pembayaran
pinjaman, maka dengan mudah pihak Pegadaian melelang jaminan yang diberikan
nasabah di bawah harga pasar.
Di samping itu, Pegadaian juga memiliki timbangan, serta alat ukur
tertentu, misalnya untuk mengukur karat emas atau gram emas. Tujuan akhir dari
taksiran itu adalah untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang dapat
diberikan. Besarnya jaminan diperoleh dari 80 % - 90 % dari nilai taksiran.
Semakin besar nilai taksiran barang, maka semakin besar pula pinjaman yang
akan diperoleh.18 Pada dasarnya, besarnya uang pinjaman yang diberikan menurut
ketentuan saat ini dibagi berdasarkan golongan. Untuk golongan A adalah 84 %
dari nilai taksiran dan untuk golongan B, C, D, E, F, G, dan H adalah 89 % dari
nilai taksiran. Taksiran atas barang jaminan tersebut didasarkan pada harga pasar
setempat yang senantiasa di up date dari waktu ke waktu untuk menggambarkan
nilai pasar barang yang akan digadaikan.19
Jenis-jenis barang berharga yang dapat diterima dan dapat dijadikan
jaminan oleh Pegadaian, seperti dalam tabel 2.1. berikut:

17
Brosur Perum Pegadaian, 2004.
18
Kasmir, Op. cit. hlm. 250.
19
Dahlan Siamat, Op. cit, hlm. 505.
30
Tabel 2.1

Jenis Barang Jaminan

Jenis Barang Jaminan Keterangan


• Barang-barang atau benda- ™ Emas, perak, intan, berlian, mutiara,
benda perhiasan platina, dan jam
• Barang-barang berupa ™ Mobil (termasuk bajaj dan demo),
kendaraan sepeda motor, dan sepeda biasa
(termasuk becak)
• Barang-barang elektronik ™ Televisi, radio, radio kaset, tape
recorder, video, komputer, kulkas,
tustel, dan mesin ketik
• Mesin-mesin ™ Mesin jahit dan mesin kapal motor
• Barang-barang keperluan rumah ™ Barang tekstil, berupa pakaian,
tangga permadani, kain batik; barang
pecah belah; dan barang-barang
lain yang dianggap bernilai.
Sumber : Kasmir, 2002: hlm. 250-251; Dahlan Siamat, 2001: hlm. 503; M.
Bahsan, 2002: hlm. 19.

Note : semua barang-barang yang dijaminkan itu harus dalam kondisi baik, dalam
arti masih dapat dipergunakan atau bernilai, hal itu dikarenakan apabila
nasabah tidak dapat mengembalikan pinjamannya, maka barang jaminan
akan dilelang sebagai penggantinya.
Penentuan jaminan barang demikian, menurut M. Bahsan dikarenakan
beberapa sebab:
(1) Berdasarkan kebijakan tertulis dari direksi, sehingga pemohon gadai hanya
dapat mengajukan jenis-jenis jaminan tertentu saja;
(2) Dikhawatirkan menimbulkan adanya kesulitan dikemudian hari;
(3) Kesulitan dalam penilaian, pengawasan, dan ketidakstabilan harga pada
saat dieksekusi (dilelang);
(4) Memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang khusus dan mahal;
(5) Kemungkinan penurunan kualitas dan kuantitas secara mudah; dan
(6) Prospek eksekusi atau pelelangan tidak baik, misal pembelinya terbatas.20

20
Bahsan, M, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung, Jakarta: 2002, hlm.
15-16.
31
Namun, mengingat keterbatasan tempat penyimpanan, keterbatasan SDM
Pegadaian, menurut Marzuki perlu meminimalkan risiko yang ditanggung oleh
Pegadaian, serta memperhatikan peraturan yang berlaku, maka ada barang tertentu
yang tidak dapat digadaikan. Barang yang tidak dapt digadaikan itu, meliputi
antara lain:
(1) Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyimpanan khusus dan
memerlukan cara pemeliharaan khusus;
(2) Hasil bumi, karena mudah busuk dan rusak;
(3) Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan tempat
penyimpanan sangat besar yang tidak dimiliki oleh Pegadaian;
(4) Barang yang cepat rusak dan busuk jika disimpan bersama, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan barang lainnya, ataupun karena menyusut;
(5) Barang yang amat kotor;
(6) Barang atau kendaraan sangat besar;
(7) Barang-barang seni yang sulit ditaksir;
(8) Barang yang sangat mudah terbakar;
(9) Senjata api, amunisi, dan mesiu;
(10) Barang yang disewa belikan;
(11) Barang milik pemerintah, seperti sepeda motor dinas, mesin ketik dan
komputer kantor, dll.;
(12) Barang ilegal.21
(13) Surat utang, surat aksi, surat efek, dan surat-surat berharga lainnya;
(14) Benda-benda yang untuk menguasai dan memindahkan dari satu tempat ke
tempat lain memerlukan izin;
(15) Benda yang berharga sementara atau harganya naik turun dengan cepat,
sehingga sulit ditaksir oleh petugas gadai.22

3.4.2 Prosedur Penaksiran Barang Jaminan

Penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai mensyaratkan adanya


penyerahan barang bergerak sebagai jaminan hutang pada loket yang telah

21
Susilo, Y. Sri; Sigit Triandaru; dan A. Totok Budi Santoso, Op.cit, hlm. 183-184.
22
Mariam Darus, 1987 hlm. 37, dalam Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Edisi 1,
Cetakan 2, Sinar Grafika, Jakarta: 2000, hlm. 110.
32
ditentukan Pegadaian. Besar kecilnya pinjaman yang diberikan kepada nasabah,
tergantung nilai taksir barang setelah petugas penaksir menilai barang tersebut.
Petugas penaksir sebaiknya orang yang sudah memiliki keahlian dan pengalaman
khusus dalam melakukan penaksiran barang yang akan digadaikan. Pada
dasarnya, pedoman penaksiran barang telah ditentukan Pegadaian agar penaksiran
atas suatu suatu barang dapat sesuai dengan nilai barang yang sebenarnya dan
sama di semua kantor cabang Pegadaian. Adapun pedoman penaksiran barang
gadai menurut Y. Sri Sigit Susilo dibagi menjadi 2 kategori, yaitu barang kantong
dan barang gudang.23 Sedangkan lebih jelasnya adalah :

(1) Barang Kantong


(a) Emas :
(a.1) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat yang telah
berlaku dan standar taksiran logam yang telah ditetapkan
oleh kantor pusat. Harga pedoman untuk keperluan
penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan
harga yang terjadi;
(a.2) Petugas penaksir melakukan uji karatase dan berat;
(a.3) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.

(b) Permata :
(b.1) Petugas penaksir melihat standar taksiran permata yang
telah ditetapkan oleh kantor pusat. Standar ini selalu
disesuaikan dengan perkembangan pasar permata yang ada;
(b.2) Petugas penaksir melakukan pengujian kualitas dan berat
permata;
(b.3) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.

(2) Barang Gudang


Barang gudang dimaksud di sini adalah mobil, motor, mesin, elektronik,
tekstil dan lain-lain.

23
Muhammad dan Solikhul Hadi, Op. cit. hlm. 34.
33
(a) Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat dari barang. Harga
pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan
perkembangan harga yang terjadi;
(b) Petugas penaksir menentukan nilai taksiran.

4. Penyaluran, Penggolongan Pinjaman dan Bunga Gadai

Penyaluran pinjaman Pegadaian kepada masyarakat dilakukan atas


dasar hukum gadai. Besarnya jumlah uang pinjaman disesuikan dengan nilai
taksiran dari barang yang dijadikan sebagai jaminan dan sangat dipengaruhi oleh
golongan barang jaminan yang telah ditetapkan berdasarkan ketentuan Direksi
Pegadaian.
Penggolongan uang pinjaman yang diberikan kepada nasabah berdasarkan
SK. Direksi Nomor: 020/Op.1.0021/2001 tentang pinjaman digolongkan
berdasarkan tingkat sewa modal dan jangka waktu pinjaman, menjadi 5 golongan
dijelaskan pada tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2

Penggolongan Pinjaman dan Sewa Modal

Uang Pinjaman Jangka Sewa Modal Biaya


GOL
(Rp) Waktu Per 15 Hari Penyimpanan dan
(Bulan) (Prosen) Asuransi (Rp)*

A 10.000 s.d. 40.000 4 1,25 % 300 / 500


B 40.500 s.d. 150.000 4 1,50 % 1.500 / 3.000
C 151.000 s.d. 500.000 4 1,75 % 3.000 / 5.000
D 510.000 s.d. 2.500.000 4 1,75 % 7.500 / 10.000
E 2.600.000 s.d. 20 jt 4 1,75 % 0.5 % x U.P

Sumber : Prospektus Perum Pegadaian 2001 dan Brosur Pegadaian 2004.


Catatan : *) Sewaktu-waktu berubah tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
*) Sewa modal 1 hari dihitung 15 hari dan 16 hari dihitung 30 hari, dst.

Biaya sewa modal yang harus dibayarkan nasabah kepada Pegadaian


sangat bervariasi. Hal ini disebabkan tinggi rendahnya suku bunga tersebut
disesuaikan dengan golongan barang gadai dan besarnya pinjaman yang

34
diberikan. Adapun mengenai rincian besarnya bunga yang harus dibayarkan oleh
nasabah adalah sebagai berikut:
(1) Untuk kredit golongan A, besarnya bunga 1,25 % dengan maksimum 10 %
dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang adalah
10 %. Sedangkan nasabah harus membayarkan sewa modal tersebut setiap
15 hari sekali, dengan batas waktu kredit selama 4 bulan. Sedangkan
keseluruhan bunga yang harus dibayarkan oleh nasabah sampai jatuh
tempo adalah 10 % dan nasabah masih harus membayar uang asuransi
antar Rp 200 sampai dengan Rp 400;
(2) Untuk kredit golongan B, besarnya bunga 1,5 %, dengan maksimum 12 %
dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang adalah
12 %. Sedangkan nasabah harus membayarkan sewa modal tersebut setiap
15 hari sekali, dengan batas waktku kredit selama selama 4 bulan.
Sedangkan keseluruhan bunga yang harus dibayarkan nasabah sampai
jatuh tempo adalah 12 % dan nasabah masih harus membayar uang
asuransi antara Rp 1.000 sampai dengan Rp 2.000;
(3) Untuk kredit golongan C, besarnya bunga 1,75 %, dengan maksimum
14 % dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang
adalah 14 %. Sedangkan nasabah harus membayarkan sewa modal tersebut
setiap 15 hari sekali, dengan batas waktku kredit selama 4 bulan.
Sedangkan keseluruhan bunga yang harus dibayarkan nasabah sampai
jatuh tempo adalah 14 % dan nasabah masih harus membayar uang
asuransi antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 12.000;
(4) Untuk kredit golongan D, besarnya bunga 1,75 %, dengan maksimum
14 % dan sewa modal yang diperhitungkan minimum lakunya lelang
adalah 14 %. Sedangkan nasabah harus membayarkan sewa modal tersebut
setiap 15 hari sekali, dengan batas waktu kredit selama 4 bulan. Sedangkan
keseluruhan bunga yang harus dibayarkan nasabah sampai jatuh tempo
adalah 14 % dan nasabah masih harus membayar uang asuransi antara
Rp 200 sampai dengan Rp 400, dan nasabah masih harus membayar uang
asuransi sebesar 0,5 % x Uang Pinjaman Minimum sampai dengan
Rp 25.000;

35
Bunga gadai yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada Pegadaian tidak
boleh lebih dari hitungan hari ke-15. Sebab apabila bunga tersebut dibayarkan
pada hari ke-16, besarnya bunga akan naik 2 kali lipat setiap harinya (kelebihan 1
hari akan dihitung 15 hari). Misalnya seorang nasabah yang masuk dalam
golongan A, terlambat 1 hari dalam pembayaran bunganya, maka bunga yang
harus dibayarkan menjadi 2 kali lipat, yaitu sebesar 2,5 %. Begitu juga seterusnya
apabila terjadi keterlambatan lagi di hari berikutnya.
Adapun berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perum Pegadaian Nomor:
SE.16/OP.1.00211/2001 tentang prosentase sewa modal pinjaman terhadap
taksiran, isi ketentuannya dapat dilihat pada table 2.3. berikut.
Tabel 2.3
Prosentase Uang Pinjaman terhadap Penaksiran

Golongan Uang Pinjaman (Rp) Prosentase terhadap Taksiran

A 10.000 s.d. 40.000 91 %


B 40.500 s.d. 150.000 89 %
C 151.000 s.d. 500.000 88 %
D 510.000 s.d. ke atas 88 %

Sumber : Prospektus Perum Pegadaian 2001.

5. Cara Perhitungan Sewa Modal

Misalnya, Tuan A menggadaikan tanggal 2 Januari 2003 dan


memperoleh pinjaman Rp 1.000.000 (Golongan D) dan dilunasi pda tanggal 2
(hari itu juga) atau 16 Januari 2003 pinjaman tersebut dilunasi, maka yang harus
dibayar adalah :
Uang pinjaman : Rp 1.000.000
Sewa modal (1,75 % x Rp 1.000.000) : Rp 17.500
Jumlah : Rp 1.017.500

Jika pinjaman tersebut dilunasi tangga 7 Januari 2003, maka yang harus
dibayar adalah :
Uang pinjaman : Rp 1.000.000
Sewa modal (3,50 % x Rp 1.000.000) : Rp 35.000
Jumlah : Rp 1. 35.000
36
6. Prosedur Pemberian dan Pelunasan Pinjaman

2.1.6.1 Prosedur Pemberian Pinjaman

Prosedur memperoleh uang pinjaman dari Pegadaian bagi masyarakat


yang membutuhkan dana segera sangat sederhana, mudah, dan cepat.
Prosedur untuk mendapatkan pinjaman dari Pegadaian adalah sebagai
berikut :
(1) Calon nasabah datang langsung ke loket penaksir dan menyerahkan barang
yang akan dijaminkan dengan menunjukkan KTP atau surat kuasa apabila
pemilik barang tidak dapat datang sendiri;
(2) Barang jaminan tersebut diteliti kualitasnya untuk ditaksir dan ditetapkan
harganya. Berdasarkan taksiran yang dibuat penaksir, maka ditetapkan
besarnya uang pinjaman yang dapat diterima nasabah;
(3) Selanjutnya, pembayaran uang pinjaman dilakukan oleh kasir tanpa ada
potongan biaya apa pun, kecuali potongan premi asuransi.

Prosedur pemberian jaminan oleh Pegadaian dapat diikuti pada gambar


2.2. di bawah ini:24
Gambar 2.2
Prosedur Pemberian Pinjaman
Petugas
1. Permohonan dan Penyerahan Barang jaminan Penaksir

3. Penetapan uang pinjaman:


Nasabah
84%-89% x nilai taksiran

Kasir
3. Pencairan Uang Pinjaman

Keterangan Gambar :

: Berhubungan

24
Dahlan Siamat, Op. cit, hlm. 506-507; Y. Susilo, Y. Sri; Sigit Triandaru; dan A. Totok Budi
Santoso, Op.cit, hlm. 186.
37
2.1.6.2 Prosedur Pelunasan Pinjaman

Nasabah mempunyai kewajiban melunasi pinjaman yang telah


diterima dan dapat melunasi kewajibannya sebelum jatuh tempo. Pelunasan
pinjaman oleh nasabah prosedurnya adalah sbb. : (lihat gambar 2.3.)25
(1) Uang pinjaman dapat dilunasi setiap saat tanpa harus menunggu selesainya
jangka waktu;
(2) Nasabah membayar kembali pinjaman + sewa modal (bunga) langsung
kepada kasir, disertai dengan bukti surat gadai;
(3) Barang dikeluarkan oleh petugas penyimpanan barang jaminan;
(4) Barang yang digadaikan dikembalikan kepada nasabah;
(5) Pada waktu pelunasan dan pengambilan kembali barang jaminan memakan
waktu 15 menit, serta tidak dikenakan pungutan lain kecuali sewa modal
dan biaya penyimpanan asuransi.

Gambar 2.3
Prosedur Pelunasan Uang Pinjaman Pegadaian

1. Pelunasan + sewa modal (bunga) Kasir

2. Infomasi Pelunasan Pinjaman


Nasabah
Pengeluaran Barang
Jaminan oleh
Petugas
3. Pengambilan Barang Jaminan

Keterangan Gambar :
: Berhubungan

7. Perpanjangan Pinjaman

Apabila pinjaman belum dapat dikembalikan pada waktunya dapat


diperpanjang, dengan cara sebagai berikut:

25
Dahlan Siamat, Op. cit, hlm 507; Y. Susilo, Y. Sri; Sigit Triandaru; dan A. Totok Budi Santoso,
Op.cit, hlm. 186
38
(1) Dicicil, yaitu melunasi sebagian uang pinjaman dengan membayar sewa
modal terlebih dahulu;
(2) Gadai ulang, yaitu hanya membayar sewa modal saja.

8. Prosedur Pelelangan Barang Gadai

Pelaksanaan lelang harus dipilih waktu yang baik, agar tidak


mengurangi hak nasabah, karena setelah nasabah tidak melunasi hutangnya pada
saat jatuh tempo dan tidak melakukan perpanjangan, maka barang jaminannya
akan dilelang Pegadaian26 dan hasil pelelangan akan digunakan untuk melunasi
seluruh kewajiban nasabah yang terdiri dari pokok pinjaman, bunga, serta biaya
lelang. Pelelangannya adalah sebagai berikut:
(1) Ada pemberitahuan melalui surat bahwa barang jaminan akan dilelang
atau pengumuman lelang di papan pengumuman atau media massa;
(2) Waktunya diumumkan 3 hari sebelum pelaksanaan lelang;
(3) Lelang dipimpin oleh kantor cabang (kepala cabang);
(4) Dibacakan tata tertib melalui berita acara sebelum pelaksanaan lelang;
(5) Pengambilan keputusan lelang, bagi mereka yang menawar paling tinggi;27
(6) Jika barang jaminan itu terlelang, maka nasabah masih berhak untuk
menerima kelebihan uangnya. Kelebihan itu diambil sesudah pelelangan
dengan tenggang waktu selama 1 tahun dari tanggal lelang dan apabila
dalam waktu yang sudah ditentukan tidak diambil, maka uang kelebihan
itu sudah kedaluarsa, serta menjadi hak Pegadaian.

9. Penelitian Sebelumnya

Pegadaian mencari sebanyak mungkin ‘laba’, melalui menarik nasabah


baru, memperbesar dana, pemberian kredit dan jasa-jasa. Namun, Pegadaian
memperhatikan segi sosial ekonomi dalam pemberian pinjaman itu. Nasabah28
sebagai langganan dari ‘Pegadaian’. Nasabah adalah raja yang harus dihormati
dan diberikan pelayanan yang baik. Pegadaian tidak boleh mempunyai anggapan
bahwa nasabah yang membutuhkan, tetapi sebaliknya, Pegadaianlah yang

26
Brosur Perum Pegadaian, 2004.
27
Muhammad dan Solikhul Hadi, Op. cit. hlm. 37.

39
membutuhkan nasabah.29 Pelanggan menjadi motor dan dinamo penggerak
Pegadaian. Pelanggan dan perusahaan ibarat ikan dan air.30 Dengan demikian,
diharapkan nasabah dapat ‘kembali lagi’ untuk membutuhkan jasa dan produk
yang ditawarkan Pegadaian.
Oleh karena itu, agar Pegadaian tetap dijadikan masyarakat sebagai
pembiayaan alternatif, terutama masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi
yang lemah, maka Pegadaian harus terus mengupayakan peningkatan pelayanan.
Untuk itu, Pegadaian menerapkan program Pegadaian Nomor Wahid (Pegadaian
NOW), yang intinya Perum Pegadaian memberikan pelayanan terbaik bagi
nasabah denan ciri khasnya, yakni cepat, mudah (tidak birokrasi), akurat (taksiran
optimal tanpa meninggalkan asas kehati-hatian), professional (menghindari
praktik yang merugikan perusahaan maupun nasabah), aman, dan keramahan.31
Berdasarkan hasil penelitian dari Woeriyanto (1993), bahwa produk
Pegadaian digunakan kebanyakan masyarakat tingkat sosial ekonomi bawah,
namun Pegadaian cenderung tidak mengalami kerugian, bahkan cenderung
semakin mengalami kenaikan sekitar 10 % sampai 15 %32.
Kecilnya kerugian di Pegadaian itu, karena dalam operasionalnya,
Pegadaian memperoleh pendapatan dari biaya administrasi dan jasa-jasa lain,
seperti jasa taksiran barang, jasa penyimpanan barang, dan lainnya, serta
pelelangan barang gadai, sehingga kecil kemungkinan pinjaman tidak kembali,
disebabkan adanya barang jaminan ini.
Berdasarkan hasil penelitian Iin Endang Mardiani di Perum Pegadaian
Jawa Tengah, yang mengkaji faktor penentu perkembangan Pegadaian tahun
1988-1992, diperoleh hasil bahwa jumlah nasabah, merupakan faktor penentu
yang sangat dominan. Hal ini dikarenakan, nasabah Pegadaian adalah nasabah
dengan permintaan pinjaman dalam jumlah yang relatif kecil –lebih banyak

28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Cetakan Kedelapan, Balai Pustaka, Jakarta: 1996, hlm. 683. Nasabah adalah pihak yang
menggunakan jasa Pegadaian.
29
O.P. Simurangkir, Op. cit, hlm. 90.
30
Eddy Suprijono, Hari Pelanggan Nasional, Warta Pegadaian, No. 107 Tahun XV 2003, hlm. 3.
31
www.e-syariah.com.
32
Woeriyanto, Financial Analysis and its Relationship to the Performance of Perum Pegadaian,
Thesis Institute of Management, IEU, Jakarta: 1993, dalam Iin Endang Mardiani, Analisis
Faktor Penentu Perkembangan Pegadaian di Jawa Tengah, Tesis Program Pascasarjana
Universitas Indonesia, Jakarta:1994, hlm. 46.
40
digunakan untuk keperluan yang sifatnya sosial-konsumtif- sehingga menjadikan
nasabah lebih banyak yang ke Pegadaian dibandingkan dengan apabila pergi ke
bank maupun lembaga keuangan lainnya.33
Demikian juga hasil penelitian Roos Kities Andadari tentang Profil
Nasabah Pegadaian, yang berada dalam pengelolaan Perum Pegadaian Kantor
Daerah VI, yaitu meliputi Kantor Cabang Purwokerto, Sukaraja, Banyumas, Aji
Barang, dan Jatilawang. Hasilnya bahwa jenis kelamin wanita merupakan nasabah
yang dominan (32 %); pemanfaatannya untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga
dominan (44 %), sedangkan sisanya digunakan untuk biaya pendidikan dan modal
usaha; nasabah menginginkan pinjaman dari Pegadaian dikarenakan cepatnya
proses mendapatkan pinjaman sangat dominan (50 %), sedangkan yang lain
dikarenakan prosedur yang mudah, tingkat bunga rendah, dan angsuran yang
ringan, dan waktu yang diperlukan memperoleh pinjaman rata-rata 63,6 menit.34

33
Iin Endang Mardiani, Analisis Faktor Penentu Perkembangan Pegadaian di Jawa Tengah, Tesis
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta:1994. hlm. vii.
34
Roos Kities Andadari, Profil Nasabah Pegadaian, UPKM, Satyawacana, Salatiga: 1993. hlm. vi.
41

You might also like