You are on page 1of 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan tersebar di dunia dengan jumlah pulau

kurang lebih 17.000-an pulau besar dan kecil, juga memiliki panjang pantai

terpanjang kedua di dunia setelah Australia yang mencapai kurang lebih 81.000

km. Sebagai negara kepulauan yang di kelilingi laut, Indonesia mempunyai

sumber daya alam laut yang besar, baik sumber daya hayati maupun non-hayati.

Sejak dahulu, nenek moyang bangsa Indonesia telah memanfaatkan laut

dan perairan umum untuk memenuhi kebutuhan pangan, khususnya protein

hewani, dengan menangkap dan memungut berbagai jenis ikan, udang, rumput

laut, kerang dan sebagainya.

Kegiatan yang bersifat penangkapan (capture) itu kini telah menimbulkan

banyak masalah mulai dari terjadi padat tangkap (overfishing) hingga beberapa

komoditas telah mengalami kepunahan (species extinction), juga terjadi

penurunan pendapatan nelayan yang melakukan kegiatan tersebut. Bahkan telah

terjadi kehancuran ekosistem sumber perairan di berbagai wilayah

(Ghufran M, Kordi K, 2004).

Kenyataan yang seperti ini tentu sangat memperihatinkan, apalagi

wilayah-wilayah tersebut terus di harapkan harus menyediakan sumber protein

untuk penduduk indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya. Dengan kondisi
2

yang seperti itu maka di ambil pilihan yaitu usaha budidaya (culture) sumber daya

hayati air yakni seperti pembuatan tambak, kolam ikan mas dan lain sebagainya.

Dalam laporan ini berisi tentang budidaya ikan mas serta satu contoh

lapangan penulis tentang pembudidayaan ikan mas di Desa Tadukan Raga,

Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang oleh Keluarga Bapak Ingan Macan

Sitepu dimana semua keputusan tentang budidaya ikan masnya diserahkan kepada

Ibu Jamaiah Tarigan selaku istri dari bapak tersebut. Ibu Jamaiah merupakan

orang yang yang membudidayakan ikan mas ini, bukan suaminyanya. Tapi

sebelum masuk pada pembahasan tersebut penulis akan menjelaskan sedikit

tentang prospek budidaya ikan dan permasalahannya secara keseluruhan.

1.1.1 Prospek Budidaya Ikan

Ikan-ikan hasil budidaya di Indonesia, baik ikan air tawar maupun ikan-

ikan laut, semakin berpeluang untuk bersaing dengan ikan-ikan hasil budidaya

dari negara-negara lain. Apalagi dalam beberapa faktor, iklim Indonesia lebih

kondusif untuk budidaya ikan di banding dengan negara-negara lain.

Budidaya ikan semakin prospektif karena kian kritisnya konsumen

internasional, yang menolak bahkan memboikot komoditas laut termasuk ikan

yang berasal dari hasil penangkapan. Kritisnya konsumen internasional yang

sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan ini menguntungkan posisi Indonesia

yang memiliki lahan perairan dan pantai yang sangat luas untuk budidaya ikan.

Wilayah perairan yang luas dan jenis-jenis ikan bernilai ekonomis tinggi

yang cukup banyak, juga didukung oleh perkembangan ilmu dan teknologi

dibidang perikanan yang berkembang cukup pesat yang dikembangkan oleh


3

lembaga penelitian pemerintah, lembaga penelitian swasta, pergururan tinggi, dan

lembaga-lembaga lainnya.

Perlu di ketahui bersama bahwa dalam budidaya ikan, baik di laut, di

tambak, maupun di air tawar, para pembudidaya harus mampu membuat kondisi

yang cocok untuk kehidupan ikan. Misalnya, ketika hendak dilakukan manipulasi,

maka di perlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, agar proses

manipulasi tidak membahayakan habitat baru ataupun ikan tersebut. Pengetahuan

ini penting, karena penyebaran penyakit di alam terkait dengan perubahan-

perubahan yang terjadi karena pengaruh dari luar maupun kondisi (alamiah) yagn

terjadi di dalamnya (Ghufran M, Kordi K, 2004).

1.1.2 Permasalahan Budidaya Ikan

Potensi yang besar dan prospek pengembangan yang begitu terbuka,

bukanlah jaminan bahwa budidaya ikan akan berjalan mulus, tanpa permasalahan.

Kini telah banyak masalah yang di hadapi oleh sektor budidaya ikan.

Masalah yang dianggap paling sering menjadi penghambat budidaya ikan

terbesar adalah munculnya serangan penyakit. Serangan penyakit dapat

menimbulkan kerugian ekonomis, bahkan menggagalkan hasil panen, maka para

akuakulturis dan calon akuakulturis, perlu memiliki pengetahuan dan

keterampilan tentang penanggulangan hama dan penyakit

(Ghufran M, Kordi K, 2004).

1.1.3 Stres
4

Stres yaitu suatu keadaan saat suatu hewan tidak mampu mengatur kondisi

fisiologis yang normal karena berbagai faktor merugikan yang mempengaruhi

kondisi kesehatannya. Sehingga stres di defenisikan sebagai pengaruh segala

bentuk perubahan atau tantangan lingkungan yang mendorong homeostatik atau

proses-proses penyeimbang lainnya melebihi batas kemampuan normal. Suatu

stimulus yang menyebabkan timbulnya keadaan stres disebut sebagai stressor atau

faktor stres. Sejumlah contoh keadaan yang dapat berperan sebagai stressor

ditunjukkan sebagai berikut :

Tabel 1.1 Klasifikasi Stressor

Macan Stressor Masalah


Stressor Kimiawi 1. Kualitas air buruk : oksigen
terlarut rendah, pH tidak sesuai
2. Polusi : akibat penggunaan alat
kimia pada kegiatan akuakultur,
polutan dari luar.
3. Komposisi pakan
4. Senyawa nitrogen dan sisa
metabolisme (akumulasi amonia
dan nitrit)
Stressor Fisik 1. Suhu lebih tinggi atau lebih
rendah dari normal
2. Cahaya berlebih atau kurang
3. Suara
4. Gas-gas terlarut
Stressor Biologis 1. Densitas populasi terlalu tinggi
2. Multikultur : ada spesies-
spesies yang agresif, persaingan
tempat
3. Mikroba : kehadiran mikroba
phatogenik dan non phatogenik
5

4. Parasit : internal dan eksternal


Stressor Prosedural 1. Penanganan
2. Pengiriman/transportasi
3. Penanganan penyakit
(Irianto A, 2005).

Terhadap penyakit ikan akibat stres ini tidak perlu terlalu membuat kita

jadi patah semangat untuk usaha budidaya ikan, sebab sebelum ini terjadi kita bisa

melakukan pencegahan melalui managemen yang baik yaitu :

 Menjaga kualitas air yang baik

Kualitas air yang baik meliputu tindakan pencegahan akumulasi sisa-sisa

bahan organik dan limbah yang mengandung nitrogen, menjaga pH dan suhu pada

kisaran yang dibutuhkan oleh ikan, dan menjaga oksigen terlarut pada konsentrasi

sekurangnya 5 mg/liter. Kualitas air yang buruk merupakan stressor utama bagi

budidaya perikanan.

 Nutrien yang baik

Pakan dengan kualitas yang baik yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan

nutrien bagi ikan. Pakan yang diberi tambahan diet berupa sayuran atau hijauan

dan pakan hidup merupakan salah satu usaha penyediaan pakan yang seimbang,

terutama untuk jenis-jenis ikan yang kebutuhan nutriennya belum diketahui

dengan baik.

 Sanitasi

Penerapan sanitasi yang baik melalui pembuangan sisa pada tangki-tangki

pemeliharaan, disinfeksi tangki serta peralatan sebelum dan sesudah di gunakan,

serta tidak mencampur alat atau peralatan antara spesies-spesies ikan ayng

berbeda atau antara kolam atau tangki pemeliharaan yang berbeda


6

(Irianto A, 2005).

1.1.4 Klasifikasi Ikan Mas

Ikan ekonomis adalah ikan yang mudah diatur, mudah dipelihara, dan

mudah dikembangbiakkan di dalam kolam budidaya. Golongan ikan ini cepat

mendatangkan keuntungan, karena pemeliharaannya mudah serta cepat

berkembang biak sehingga disebut juga ikan produktif. Jenis-jenis ikan ekonomis

yang sudah sering di budidayakan di antaranya ialah ikan mas (Cyprinus carpio)

(Djuwanah, 1996).

Adapun klasifikasi ikan mas berdasarkan ilmu taksonomi hewan (sistem

pengelompokan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) sebagai

berikut :

Phyllum (Filum) : Chordata

Subphyllum (Anak Filum) : Vertebrata

Superclass (Induk Kelas) : Pisces

Class (Kelas) : Osteichthyes

Subclass (Anak Kelas) : Actinopterygii

Ordo (Bangsa) : Cypriniformes

Subordo (Anak Bangsa) : Cyprinoidea

Famili (Suku) : Cyprinidae

Sufamily (Subsuku) : Cyprinus

Species (Jenis) : Cyprinus carpio, L

(Lentera T, 2002).
7

Ikan mas (cyprinus carpio, linn) merupakan jenis ikan darat yang hidup di-

perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk. Jenis Ikan komsumsi

air tawar ini banyak digemari masyarakat karena rasa dagingnya gurih dan

memiliki kadar protein tinggi. Ikan mas yang lazim disebut Ikan karper terkenal

cukup mudah pemeliharaannya. Ini disebabkan pertumbuhannya yang relatif

cepat, tahan terhadap penyakit dan parasit, adaftip terhadap lingkungan yang

terbatas, dan kelambatan permulaan matang kelamin.

Sifatnya yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru, menjadikan Ikan

mas dengan berbagai strain-nya banyak tersebar hampir di seluruh penjuru dunia.

Untuk itu Ikan mas banyak memiliki sebutan. Dalam bahasa Inggris di sebut

common carp (Lentera T, 2002).

Ikan dari keluarga Cyprinideae ini juga sangat mudah di pelihara di-

berbagai jenis perairan, baik di kolam, rawa, sawah, ataupun tambak. Namun,

paling ideal ikan ini dipelihara di ketinggian antara 200-700 m dpl. Ikan mas

berkembang biak dengan cara menempelkan telurnya pada alat pembantu seperti

kakaban (Djuwanah, 1996).

Kesemua fakor-faktor inilah yang menjadikan Ikan mas begitu diminati

oleh masyarakat, mulai dari konsumen, produsen maupun pemelihara ikan. Sebab

ikan mas ini dapat mendatangkan keuntungan tersendiri bagi si pemeliharanya.

Ikan mas sangat beragam dalam warna. Dari segi warna, dapat ditemukan

Ikan mas merah, hitam, hijau, kuning muda, putih, biru keperakan, coklat ke-

emasan, dan atau berbelang-belang sebagai campuran dari daripada beberapa

warna (Sumantadinata K, 1981).


8

Di Indonesia, Ikan mas pertama kali dikenal sekitar tahun 1810 di daerah

Galuh, Ciamis, Jawa Barat. Namun, sekitar tahun 1860 Ikan mas sudah mulai

banyak dibudidayakan sampai terus berkembang ke daerah lain di sekitar Jawa

Barat. Pada tahun 1892, Ikan mas mulai didatangkan ke Padang Sidempuan,

Sumatera Utara, sampai akhirnya mulai di kenal di Medan pada tahun 1905. di

pulau Sulawesi, Ikan mas mulai di kenal pada tahun 1895 yang di awali dari

daerah Tondano, Sulawesi Utara. Tahun 1905, Ikan mas mulai didatangkan ke

Manado dan Sulawesi Selatan. Kemudian mulai tahun 1936 Ikan mas mulai

dipelihara di sawah. Di Bali, Ikan mas pertama kali dikenal pada tahun 1903, dan

mulai dibudidayakan orang di sawah pada tahun 1931. Ikan mas didatangkan

pertama kali ke Flores pada tahun 1932 (Lentera T, 2002).

1.1.5 Morfologi Ikan Mas

Ciri-ciri morfologi adalah ciri-ciri yang menunjukkan bentuk dan struktur

suatu organisme. Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh

yang agak memanjang dan sedikit memipih ke samping (compressed). Sebagian

besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik kecuali pada beberapa strain yang

memiliki sedikit sisik. Moncongnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat

disembulkan (protektil). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut

(berbel) dan tidak bergerigi. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan

(pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk gerahan (Lentera T, 2002).

Adapun beberapa sebutan bagi varietas ikan mas, di antaranya sebagai berikut :

 Ikan Mas Sinyonya : Badan relatif panjang, warna kuning muda, mata

sipit sampai hampir tertutup dengan suatu selaput kulit.


9

 Ikan Mas Kumpay : Ciri utama adalah sirip-siripnya yang sangat

panjang.

 Ikan Mas Kancra Domas : Badannya panjang, berwarna coklat ke-

emasan atau kemerahan, di tengah-tengah badannya terdapat garis membujur

yang merupakan batas warna bagian punggung yang lebih gelap dengan

bagian perut yang mengkilap ke-emas-emasan, sisiknya relatif kecil dan

kurang teratur.

 Ikan Mas Punten : Berpunggung tinggi dan tebal, warna hijau, kepala

relatif kecil.

 Ikan Mas Punten : Bentuk badan sedang, sisik tidak teratur dengan

beberapa bagian badan dekat punggung tidak tertutup sisik atau hanya bersisik

sedikityang besar-besar.

(Sumantadinata K, 1981).

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat lulus Praktikum Ilmu Usaha Tani di Departemen Agribisnis Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Tahun ajaran 2009/2010.

1.3 Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan atau manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keadaan usaha tani ikan mas yang dilakukan oleh salah

satu petani Desa Tadukan Raga serta luas usaha yang dikelola.

2. Untuk mengetahui tenaga kerja yang terpakai baik dari dalam keluarga

maupun dari luar keluarga.


10

3. Untuk mengetahui apakah petani ikan mas yang diteliti tersebut

mengalami kerugian atau keuntungan, serta memperhitungkan berapa

kerugian ataupun keuntungan yang diperoleh.

4. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

BAB II

IDENTITAS PETANI

2.1 Identitas Petani

Identitas petani berisikan tentang keadaan biodata petani, serta keadaan

keluarga yang dimiliki oleh petani tersebut.

2.1.1 Pemilik Lahan

Nama Kepala Keluarga : Ingan Macam Sitepu

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 51 Tahun

Pendidikan formal : SMA

Tempat tinggal :
Desa : Desa Tadukan Raga

Kecamatan : Tanjung Morawa

Kabupaten : Deli Serdang

Mata pencaharian:

Utama : Karyawan PTPN II

Sampingan : Petani ikan mas


11

Agama : Islam

Suku : Batak

Lama berkeluarga : 27 Tahun Tahun : 1983

Lama bertani : 5 Tahun Tahun : 2005

2.1.2 Susunan Keluarga

Adapun susunan keluarga ibu Jamaiah adalah sebagai berikut:

No Nama Umur J.Kelamin Status Pendidikan TJ Keters ME


Menikah Keluarga/ ediaan
Tidak TK
Sepanj
ang
Tahun
1 Ingan Macam.S 51 L S SMA Ya -
2 Jamaiah Tarigan 50 P S Sarjana Muda Ya -
3 Eni Wahyunita.S 25 P S AKBID Tidak -
4 Melia Rindani.S 23 P B AKBID Tidak -
5 Eri Suhendra.S 22 L B KULIAH Ya -
6 Rudi Crisnanto.S 19 L B SMA Ya -
7 Selvianti.S 18 P B SMA Ya -
Tabel 2.1 Susunan Keluarga Bapak Ingan Macam Sitepu

Dalam usaha ikan mas yang dilakukan oleh keluarga ini, mereka

menggunakan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) yaitu pak Haloho, yang

bekerja ±8 Jam/hari, dengan gaji/bulan Rp.600.000,00- ditambah 1 Sak beras.

Ibu Jamaiah ini bisa memperoleh 3 kali panen/tahun, dikarenakan ikan

mas yang dibudidayakan dapat dipanen setelah berumur 3 bulan 10 hari, dengan

masa istirahat lahan sekitar 3 minggu atau tepatnya 20 hari setelah dilakukan

pemanenan. Ketersediaan TK Dalam Keluarga tidak ada akan tetapi ketersediaan

TK Luar Keluarga selama setahun ialah :

3 bulan 10 hari : 90 HKP/setiap musim panen.


12

Dari perhitungan ini di peroleh ketersediaan tenaga kerja selama satu

musim tanam ialah 90 HKP.

BAB III

SKALA USAHA DAN PROSES PRODUKSI

3.1.1 Luas dan Besarnya Usaha

Adapun luas dan besarnya usaha keluarga ibu Jamaiah dapat dilihat dari

Tabel 3.1 di bawah ini.

Uraian Satuan (Rante) Jumlah (Buah) Status *)


1. Tanah :
-Kolam 35 3 m
-Kilang Padi 1 1 m
Tabel 3.1 Luas Lahan dan Besarnya serta status Kepemilikan Lahan

Dari Tabel 2.2 dapat dijelaskan bahwa luas lahan usahatani ikan mas milik

ibu Jamaiah ini adalah 35 rante, sedang untuk usaha lain yaitu kilang padi adalah

1 rante. Usaha tani ikan masnya dikerjakan oleh buruh tani yang di manageri oleh

ibi Jamaiah begitu juga dengan kilang padi milik mereka, dijalankan oleh

isterinya. Sebab pak Ingan bekerja di PTPN II dan menetap juga disana, dan akan

pulang sekali dalam sebulan. Sedang anak-anaknya ada yang telah berkeluarga

dan sekolah. Dan usaha tani ini sudah ia jalankan selama 5 tahun.

Dalam 1 kolam yang luasnya 11 rante kepadatan bibitnya 5.000 ekor

dengan ukuran bibit 3-4 inci atau umur bibit ikan mas 2 bulan dengan harga

Rp.600/ekor yang diperoleh dari Patumba, Ajibata.


13

Dan perlu diketahui bahwa inventarisasi kolam ikan mas ibu Jamaiah ini 6

juta/Rante X 35 = Rp.210.000.000,00- sedang Kilang padi beserta gudang-

gudangnya sebesar Rp.85.000.000,00- karena mesin telah dipakai kurang lebih 10

tahun.

Untuk besarnya usaha budidaya ikan mas yang dijalankan oleh keluarga

ibu Jamaiah dan ini termasuk kedalam usahatani skala sedang.

3.1.2 Proses Produksi

1. Jenis komoditi yang diusahakan adalah Ikan Mas.

2. Luas lahan untuk budidaya ikan mas adalah berkisar 35 rante.

3. Produksi rata-rata selama 4 tahun terakhir :

2005/2006 : 600 Kg/3 kolam X 3 kali panen/tahun : 1.800 Kg

2006/2007 : 1.000 Kg/3 kolam X 3 kali panen/tahun : 3.000 Kg

2007/2008 : 1.000 Kg/3 kolam X 3 kali panen/tahun : 3.000 Kg

2009/2010 : 1.160 Kg/3 kolam X 3 kali panen/tahun : 3.480 Kg

2011 : 1.160 Kg/3 kolam (musim panen terakhir)

4. Produksi yang dicapai pada panen terakhir : 1.160 Kg.

5. Jenis bibit yang digunakan adalah :

a. Bibit lokal dengan produksi 387 K\]g/kolam

b. Sumber bibit dibeli dari Patumba, Ajibata

6. Sumber modal untuk usahatani ikan mas ini adalah berasal dari modal

sendiri.

7. Harga ikan mas rata-rata perkg adalah sebesar Rp. 18.500/kg yang dijual

pada pembeli pengumpul.

8. Ikan mas milik keluarga ibu Jamaiah biasanya :


14

a. Hama : Kodok

: Ular

: Ikan Gabus

: Belut

: Burung Bangau yang berwarna coklat (ruak-ruak)

b. Penyakit : Kutu (bercak merah)

: Mati mendadak

9.1 Beratnya serangan hama dan penyakit tersebut tidak terlalu mempengaruhi

produksi karena serangan kecil.

9.2 Pemberantasan hama/penyakit :

a. Yang melakukan pemberantasan hama dan penyakit bila terjadi serangan

ialah pekerja dari pak Ingan yaitu bapak Haloho

b. Dalam hal hubungan kerja semua kerja dilakukan oleh pak Haloho mulai

dari penebaran bibit, membasmi penyakit sampai panen.

c. Membuang ikan yang mendadak mati, menjaga kolam dari burung bangau,

membeli obat ikan ketika ikan terserang penyakit serta melakukan

pengendalian sebelum penyakit datang seperti penaburan Garam dan

Dolomit pada waktu persiapan/penyiangan kolam.

10. Jenis dan sumber sarana produksi

11. Ibu Jamaiah terkadang mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana

produksi seperti obat-obatan.

12. Ketika kesulitan memperolehnya (obat-obatan) ibu Jamaiah akan

meminjam dari adeknya yang juga pembudidaya ikan mas atau terkadang pada

tetangga.
15

13. Kesulitan dalam memperolehnya menurut ibu Ingan dikarenakan tidak

disalurkan dari pusat sekaligus ada permainan dagang.

14. Pola Tanam

Pola usaha budidaya kolam ikan mas yang dilakukan oleh keluarga ibu

Jamaiah dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Musim tanam Musim tanam Musim tanam


Me Jn Jl Ag Sp Ok No De Ja Fe Ma Ap

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa ibu Jamaiah menggunakan

pola tanam 3 bulan 10 hari musim budidaya ikan dan sekitar 3 minggu masa

tenggang kolam. Sehingga dalam 1 tahun terdapat 3 kali musim tanam. Keadaan

diatas menggambarkan pola tanam 3 kali musim panen terakhir yang dimulai ibu

Jamaiah dari bulan Mei tahun 2009 sampai bulan April 2010.

Pola tanam ini selalu dilakukan oleh ibu Jamaiah setiap membudidayakan

ikan masnya dan komoditi yang diusahakan juga sama dari tahun ke tahun.

Keadaan irigasi pada kolam ibu Jamaiah ini bisa dikatakan agak

memperihatinkan, sebab air yang di alirkan ke kolam tersebut berasal dari bekas

aliran kolam ikan mas orang lain yang disebelahnya. Jika ikan-ikan yang di kolam

tetangganya tersebut terjangkit penyakit, tentunya akan ada kemungkinan ikan

yang berada di kolam ibu Jamaiah juga akan terjangkit.

Dalam buku pembesaran ikan mas di kolam air deras oleh Tim Lentera

dikatakan bahwa :”Penyakit dapat menular melalui dua cara, yaitu kontak badan

akibat kepadatan populasi yang terlalu tinggi dan melalui air akibat penyakit yang

diidap ikan mas lain”.


16

BAB IV

KRONOLOGI KERJA

4.1 Tahapan Pekerjaan

Tahapan kerja berarti bagaimana budidaya ikan mas dikerjakan, mulai dari

persiapan kolam sampai pemasaran hasil yang dilakukan oleh si reponden yang

menjadi sampel pada analisis usahatani ikan mas ini.

4.1.1 Persiapan Kolam

Sebelum kolam diairi atau dilakukan pengirigasian, buruh tani ibu Jamaiah

terlebih dahulu membersihkan kolamnya dari sisa-sisa musim tanam yang lewat,

seperti menyikat dasar dan dinding kolam serta membuang semua sampah-

sampah baik organik maupun anorganik, gulma-gulma dan sisa-sisa lumut yang

kemungkinan besar belum mati saat proses penjemaran.

Bersihnya kolam sangat berpengaruh pada keberhasilan usaha tani ikan

mas yang akan dilakukan nantinya. Karena bila kolam tidak disiapkan dan terlebih

dahulu dibersihkan, kemungkinan sampah-sampah, gulma, dan lumut dapat

menjadi sarang hama dan penyakit ikan mas. Hal ini tentunya akan sangat

merugikan petani tersebut. Bisa-bisa hasil panen akan sedikit atau bahkan akan

mengalami kerugian karena mengalami kamatian sebelum panen.

4.1.2 Penebaran Pupuk dan Garam Kasar

Pupuk awal yang digunakan adalah pupuk Urea. Pupuk ini berguna untuk

menyediakan mineral dan unsur Nitrogen dalam tanah. Karena Nitrogen sangat
17

berguna untuk pertumbuhan ikan mas. Biaya yang harus dikeluarkan oleh ibu

Jamaiah untuk membeli pupuk Urea adalah sebesar Rp.80.000,-. Karena dalam 35

rante kolam menggunakan 40 kg Urea.

Selain Urea, beliau juga menggunakan Garam Kasar sebagai tambahan

dalam kolam. Garam kasar ini berguna untuk mengundang plankton dan cacing

tanah. Sehingga dengan demikian, makanan alami ikan akan tersedia. Biasanya

ibu Jamaiah menggunakan 5 sak garam kasar. Dimana 1 sak garam ini dibeli

dengan harga Rp.50.000,-. Sehingga dalam 1 periode musim tanam, beliau harus

mengeluarkan biaya Rp.250.000,- untuk pembelian garam.

4.1.3 Penaburan Dolomit

Setelah kolam dibersihkan, maka kemudian kolam ditaburi dengan pupuk

dolomit. Hal ini bertujuan untuk menetralkan pH tanah/kolam yang akan

dijadikan tempat usaha budidaya ikan mas. Bila tanah terlalu asam atau terlalu

basa, pertumbuhan ikan akan menjadi terganggu bahkan mati.

Selain itu tanah yang terlalu asam atau terlalu basa akan mengurangi

ketersediaan unsur-unsur mineral yang diperlukan plankton dan cacing tanah

seperti zooplankton, rotifera, naupli, moina, dan daphnia sebagai bahan makanan

alami ikan mas untuk berkembang. Sehingga ketersediaan makanan alami ikan

mas juga akan berkurang.

Ibu Jamaiah pada setiap musim tanam menggunakan 5 kg dolomit untuk

semua usaha ikannya seluas 35 rante (14.000 m2) kolam. Ibu Jamaiah membeli

pupuk dolomit tersebut per saknya adalah Rp. 30.000,-. Dengan demikian, beliau
18

harus mengeluarkan uang Rp.150.000,- untuk pembelian dolomit dalam sekali

musim tanam.

4.1.4 Penyediaan Bibit Ikan

Bibit ikan yang digunakan adalah bibit ikan jenis lokal yang biasa dibeli

dari Patumba, Ajibata. Ukuran bibit yang telah berumur 2 bulan dengan panjang

4-5 inchi dimana harganya Rp.600,-/ekor. Dalam 35 rante yang dibagi menjadi 3

kolam, ibu Jamaiah membutuhkan bibit ikan sebanyak 15.000 ekor. Dari hasil

perhitungan, beliau harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.9.000.000,- untuk

penyediaan bibit ikan.

Bibit yang telah dibeli langsung dimasukkan ke dalam kolam setelah

kolam diairi dan didiamkan selama 2 hari. Penyortiran terhadap bibit tidak lagi

dilakukan oleh ibu Jamaiah dikarenakan bibit-bibit ikan mas tersebut telah disortir

dengan baik oleh agen penyedia bibit.

4.1.5 Pemberian Pakan

Setelah bibit ditebar ke dalam kolam, maka pemberian pakan pun akan

bisa dilakukan. Dalam memberi pakan, tekhnik yang digunakan pada kolam ini

ialah dengan penyaluran pakan ke kolam melalui corong yang telah tersedia.

Pemberian pakan dilakukan 2-3 kali per hari (pagi, siang, dan sore).

Pemberian pakan pada ikan mas ini akan dilakukan secara rutin selama 3

bulan 10 hari, karena dengan umur seperti itu ikan telah bisa dipanen.

4.1.6 Pemberantasan Hama Penyakit


19

Dalam hal pemberantasan hama, seperti kodok dan burung bangau buruh

ibu Jamaiah melakukan penjagaan kolam setiap harinya. Sedang pada penyakit

ikan seperti ikan kurang nafsu makan, biasanya 6 kali dalam 1 musim tanam ibu

Jamaiah memberi vitamin Brio Vita yang dibeli Rp.20.000/sachet.

4.1.7 Panen

Panen berarti pemungutan hasil ikan yang dipelihara. Jika pemeliharaan

yang dilakukan baik, maka kemungkinan hasil yang didapat juga akan maksimal

juga secara ekonomi.

Pemanenan ikan mas dengan luas lahan 35 rante (14.000 m2) dilakukan

oleh ibu Jamaiah dan buruhnya. Pemanenan dilakukan dengan mengeringkan

kolam (menyalurkan air ke kolam kosong yang telah disiapkan) terlebih dahulu.

Setelah air 70 persen terkuras maka mulailah ikan ditangkap dengan

menggunakan serok bulat yang jaringnya agak tebal.

Ikan yang telah ditangkap akan langsung dibeli oleh pembeli pengumpul

yang langsung datang ke lokasi pemanenan setelah ditelepon oleh ibu Jamaiah.

Ikan mas sudah dapat dipanen ketika berumur 3 bulan 10 hari dengan

masa istirahat lahan antar masa tanam berkisar 3 minggu (20 hari). Hasil panen

pada satu kali musim mencapai 387 kg. Dengan harga rata-rata hasil produksi

senilai Rp.18.500/kg. Sehingga penerimaan ibu Jamaiah dalam satu musim

adalah: 387 kg x Rp.18.500/kg = Rp.7.159.500.

4.2 Kebutuhan Tenaga Kerja


20

Persiapan kolam dibutuhkan tenaga kerja 20 HKP/musim tanam,

penebaran Pupuk dan Garam Kasar 1 HKP/musim tanam, penaburan Dolomit 1

HKP/musim tanam, pemberian Pakan 30 HKP/musim tanam, pemberantasan

Hama Penyakit 6 HKP/musim tanam dan waktu panen 1 HKP/musim tanam.

Total tenaga kerja yang digunakan permusim tanam 59 HKP.

BAB V

ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA

5.1 Ketersediaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang diperlukan pada budidaya ikan mas milik ibu Jamaiah

ini berkisar 90 HKP/sekali musim tanam. Dimana pak Haloho yang bekerja

mengurus kolam dibayar per bulan, karena beliau adalah pekerja tetap ibu

Jamaiah. Ibu Jamaiah memberikan gaji pada pak Haloho bukan berdasarkan bagi

hasil, tapi per bulan sebesar Rp.600.00 ditambah beras 1 sak.

5.2 Tenaga Kerja yang Digunakan

5.2.1 Persiapan Kolam

Jumlah jam kerja yang diperlukan ibu Jamaiah dalam persiapan kolamnya

adalah 20 hari yang rata-rata bekerja selama 8 jam, sehingga jumlah HKP ibu

Jamaiah sebesar:

Jumlah Jam Kerja x Jumlah Hari


Jumlah HKP = x 1 HKP
8

8 x 20
= x1 HKP
8
21

160
= x 1 HKP = 20 HKP
8

5.2.2 Penebaran Pupuk dan Garam Kasar

Penebaran pupuk dan garam kasar dilakukan oleh Tenaga Kerja Luar

Keluarga (TKLK) selama 4 hari, dimana perhari dikerjakan selama 8 jam.

Jumlah Jam Kerja x Jumlah Hari


Jumlah HKP = x 1 HKP
8

8 x 4
= x1 HKP
8

32
= x 1 HKP = 4 HKP
8

5.2.3 Penaburan Dolomit

Penaburan pupuk dolomit dilakukan oleh Tenaga Kerja Luar Keluarga

(TKLK) sendiri selama 2 hari, dimana perhari dikerjakan selama 8 jam.

Jumlah Jam Kerja x Jumlah Hari


Jumlah HKP = x 1 HKP
8

8 x 2
= x1 HKP
8

16
= x 1 HKP = 2 HKP
8

5.2.4 Penyediaan Bibit Ikan

Dalam proses penyediaan pembibitan ikan mas, ibu Jamaiah tidak

mengeluarkan curahan tenaga kerja, sebab bibitnya dibeli langsung dari penyedia

bibit dari Patumba, Ajibata.

5.2.5 Pemberian Pakan dan Pengawasan


22

Secara keseluruhan TK yang dicurahkan untuk proses pemberiaan pakan

adalah 100 hari, rata-rata 4 jam per hari. sehingga total HKP ibu Jamaiah adalah:

Jumlah Jam Kerja x Jumlah Hari


Jumlah HKP = x 1 HKP
8

4 x 100
= x1 HKP
8

400
= x 1 HKP = 50 HKP
8

5.2.6 Pemberantasan Hama Penyakit

Dalam proses pemberantasan Hama Penyakit, ibu Jamaiah mengeluarkan

curahan tenaga kerja 9 hari, rata-rata 8 jam per hari, sehingga total HKP untuk

pemberantasan ini adalah:

Jumlah Jam Kerja x Jumlah Hari


Jumlah HKP = x 1 HKP
8

8 x 9
= x1 HKP
8

72
= x 1 HKP = 9 HKP
8

5.2.7 Panen

Secara keseluruhan pemanenan dilakukan selama 1 kali panen, dengan

rata-rata waktu yang dibutuhkan 8 jam, selama 2 hari. Yang melakukan panen

adalah suami ibu Jamaiah dan pak Haloho (TKLK) adalah:

1. Bapak Ingan

Jumlah Jam Kerja x Jumlah Hari


Jumlah HKP = x 1 HKP
8

8 x 2
= x1 HKP
8
23

16
= x 1 HKP = 2 HKP
8

2. Bapak Haloho (TKLK)

Jumlah Jam Kerja x Jumlah Hari


Jumlah HKP = x 1 HKP
8

8 x 2
= x1 HKP
8

16
= x 1 HKP = 2 HKP
8

Dari penjelasan diatas, maka dapat ditabulasikan bahwa Curahan Tenaga

Kerja yang digunakan pada usaha ikan mas ibu Jamaiah adalah sebagai berikut:

Jenis Pekerjaan Tenaga Kerja yang dibutuhkan


Dalam Keluarga Luar Keluarga Total HKO
HKP HKW HKP HKW
Persiapan Kolam - - 20 - 20
Penebaran Pupuk dan Garam - - 4 - 4
Penaburan Dolomit - - 2 - 2
Penaburan Bibit Ikan - - 1 - 1
Pemberian Pakan dan pengawasan - - 50 - 53
Pemberantasan HPT - - 9 - 6
Panen 2 - 2 - 4
Total 2 - 88 - 90
Tabel 5.1 Curahan Tenaga Kerja

5.3 Perimbangan Potensi Tenaga Kerja Keluarga dan Alokasi Tenaga

Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dari dalam keluarga yang dialokasikan ke

lapangan tidak ada. Karena ibu Jumaiah sibuk mengurus kilang padinya, suami

kerja di PTPN, sedang anak-anaknya satu orang telah berkeluarga dan selebihnya

sekolah. Oleh karena hal-hal tersebut , untuk pengerjaan budidaya ikan mas

diserahkan kepada bapak Haloho sebagai Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)

yang di gaji oleh ibu Jumaiah Rp.600.000 dan 1 sak beras per bulannya.
24

BAB VI

INVENTARISASI SUMBER-SUMBER PRODUKSI

Inventarisasi dapat membantu petani untuk melihat keberhasilan dan

kegagalan usaha taninya, disamping untuk merencanakan usahatani berikutnya.

Inventarisasi yang dimaksud disini adalah seluruh kekayaan sumber-sumber

produksi yang dimiliki oleh petani tersebut. Inventarisasi kekayaan ibu Jamaiah

dapat diuraikan sebagai berikut :

Inventarisasi Awal Usaha Tani

Tahun 2008

Umur Ekonomis
No Jenis Harta Satuan Jumlah Harga satuan Total Harga
(tahun)
1 Kolam Ikan Mas Rante 35 Rp 6.000.000 Rp 210.000.000 5
2 Gubuk Buah 1 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 5
3 Alat-Alat Pertanian
a. Cangkul Buah 1 Rp 35.000 Rp 35.000 3
b. Tikar Buah 1 Rp 15.000 Rp 15.000 5
c. Parang Buah 1 Rp 18.000 Rp 18.000 5
d. Cakar Buah 1 Rp 25.000 Rp 25.000 5
e. Corong Buah 3 Rp 7.000 Rp 21.000 2
f. Pipa Buah 1 Rp 102.000 Rp 102.000 10
g. Karung Plastik Buah 5 Rp 1.000 Rp 5.000 2
Total Rp 213.221.000 42

Tabel 6.1 Inventaris Awal Usaha Tani

Inventarisasi Akhir Usaha Tani

Tahun 2009
25

No Jenis Harta Satuan Jumlah Harga satuan Total Harga Penyusutan


1 Kolam Ikan Mas Rante 35 Rp 6.000.000 Rp 210.500.000 + Rp 500.000
2 Gubuk Buah 1 Rp 3.000.000 Rp 2.800.000 Rp 200.000
3 Alat-Alat Pertanian
a. Cangkul Buah 1 Rp 35.000 Rp 29.000 Rp 6.000
b. Tikar Buah 1 Rp 15.000 Rp 10.000 Rp 5.000
c. Parang Buah 1 Rp 18.000 Rp 13.000 Rp 5.000
d. Cakar Buah 1 Rp 25.000 Rp 21.000 Rp 4.000
e. Corong Buah 3 Rp 7.000 Rp 19.000 Rp 2.000
f. Pipa Buah 1 Rp 102.000 Rp 93.000 Rp 9.000
g. Karung Plastik Buah 5 Rp 1.000 Rp 2.000 Rp 3.000
Total Rp 213.487.000 -

Tabel 6.2 Inventaris Akhir Usaha Tani

Dari data diatas maka Kenaikan Nilai Inventaris adalah :

= Modal Neraca Akhir – Modal Neraca Awal

= Rp 213.487.000 – Rp 213.221.000

= Rp 266.000

= 213.221.000 + 213.487.000
2

= Rp 213.354.000

BAB VII

STATEMENT PENDAPATAN

Dalam mengevaluasi usahatani, semua faktor produksi diperhitungkan

sebagai biaya demikian pula dengan pendapatan. Agar usaha tani benar-benar

dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang didapatkan bisa menggambarkan
26

keuntungan atau kerugian. Dalam penghitungan biaya, hal-hal yang sangat

kecilpun harus diperhitungkan.

Secara keseluruhan, biaya, penerimaan, pendapatan usahatani, pendapatan

tenaga kerja keluarga, dan pendapatan per HKO adalah sebagai berikut:

Tabel 7.1 Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usahatani Pak Irwan

No Keterangan Nilai (Rp)


1 Modal Investasi :
a. Kolam Ikan Mas (14.000 m2) Rp.1.750.000
b. Gubuk Rp.3.000.000
c. Alat-alat Pertanian Rp. 221.000
Jumlah Modal Investasi (I) Rp.4.971.000
2 Penerimaan :
a. Ikan Mas Rp.21.460.000
b. Kilang Padi Rp. 4.500.000
c. Suami (PTPN II) Rp. 7.500.000
d. Kenaikan Nilai Investasi Tanah Rp. 500.000
Jumlah Penerimaan
(II) Rp.33.960.000
3 Biaya bahan atau alat-alat luar :
a. Sewa Lahan Rp. 1.750.000
b. Bibit Rp. 900.000
c. Pakan Rp.11.600.000
d. Bensin Rp. 100.000
e. Pupuk Urea Rp. 80.000
f. Garam Kasar Rp. 250.000
g. Pupuk Dolomit Rp. 150.000
h. Vitamin Brio Vita Rp. 120.000
i. Penyusutan Rp. 234.000
Upah Buruh (TKLK) Rp. 2.775.000
Jumlah Bahan atau Alat-alat Luar (III) Rp.17.959.000
4 Pendapatan Bu Jumaiah (II-III) (IV) Rp.16.001.000
5 Bunga Investasi, Bunga modal
10% X Rp.4.971.000 (V) Rp. 497.100
27

6 Pendapatan Tenaga Kerja Luar Keluarga (IV-V) (VI) Rp.15.503.900

7 Jumlah TKLK dan TKDL yang digunakan (VII)Rp.172.265,6


adalah 90 HKP /HKO
Pendapatan per HKO :
15.503.900
= = Rp.172.265,6 /HKO
90
Tabel 7.1 Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usaha ibu Jumaiah

Pupuk yang digunakan adalah:

a. Pupuk Urea 40 Kg @ Rp.2000 Rp. 80.000

b. Garam Kasar 5 sak @ Rp.50.000 Rp. 250.000

c. Pupuk Dolomit 5 sak @ Rp.30.000 Rp. 150.000

Vitamin yang digunakan adalah:

 Vitamin 6 kali/1 musim tanam

@ Rp.20.000 Rp. 120.000

Tabel 7.1 di atas dapat dijelaskan dengan melihat perhitungan-perhitungan

sebagai berikut:

1. Penerimaan = (Jumlah Produksi x harga ikan) + Gaji + Kenaikan

Investasi Lahan.

= (1.160 Kg x Rp 18.500/kg) + Rp.12.000 + Rp.500.000

= Rp.21.460.000 + Rp.12.000 + Rp.500.000

= Rp.33.960.000

2. Pendapatan Bersih = Penerimaan – Biaya luar

= Rp.33.960.000 – Rp.17.959.000

= Rp.16.001.000

3. Pendapatan Tenaga Kerja Keluarga


28

= Pendapatan Bersih – Bunga Modal

= Rp.16.001.000 – Rp.497.100

= Rp.15.503.900

4. Rata – rata Pendapatan Keluarga per HKO

Pendapatan Tenaga Kerja


= Jumlah HKO

Rp .15 .503 .900


= = Rp.172.265,6 /HKO
90

BAB VIII

ANALISIS PARTIAL

Spesifikasi

Bibit ikan mas dibeli dari Patumba, Ajibata Rp.600/ekor. Bibit yang dibeli

telah berumur 2 bulan, dengan ukuran bibit 3-4 inchi. Ibu Jamaiah memiliki 35

rante untuk usaha budidaya ikan masnya, yang dibagi menjadi 3 kolam. Dalam 1

kolam diisi 5.000 ekor, jadi total bibit ikan mas yang akan diperlukan ibu Jamaiah

per musim tanam 15.000 ekor. Ikan mas telah dapat dipanen setelah berumur 3
29

bulan 10 hari dalam pembudidayaan. Harga ikan Rp.18.500/ekor. Ikan setelah

dipanen akan dijual ke pembeli pengumpul yang langsung datang ke lokasi panen.

II. Investasi

 Kolam Ikan U. ekonomis 5 tahun

+Rp.210.000.000

 Gubuk ukuran 3 X 2 m U. ekonomis 5 tahun Rp. 3.000.000

 Cangkul U.ekonimis 3 tahun Rp. 35.000

 Tikar U.ekonomis 5 tahun Rp.

15.000

 Parang U.ekonomis 5 tahun Rp.

18.000

 Cakar U.ekonomis 5 tahun Rp.

25.000

 Corong 3 buah @ Rp.7.000,

Umur ekonomis 2 tahun Rp. 21.000

 Pipa U.ekonomis 10 tahun Rp.

102.000

 Karung Plastik 5 buah @Rp.1.000

U.ekonomis 2 tahun Rp. 5.000

Total Investasi Rp.213.221.000

III. Biaya Produksi

 Biaya Sewa Lahan/1 musim tanam Rp. 1.750.000

 Bibit 1.500 ekor @ Rp.600 Rp. 900.000

 Pupuk Urea 40 Kg @ Rp.2000 Rp. 80.000


30

 Garam Kasar 5 sak @ Rp.50.000 Rp. 250.000

 Pupuk Dolomit 5 sak @ Rp.30.000 Rp. 150.000

 Pakan 40 Sak @ Rp.290.000 Rp.11.600.000

 Vitamin 6 kali/1 musim tanam

@ Rp.20.000 Rp. 120.000

 Tenaga Kerja Luar Keluarga

3 bulan @ Rp.600.000 ditambah

1 sak beras (50 Kg) Rp.325.000 Rp. 2.775.000

 Bensin Rp. 100.000

 Penyusutan Gubuk Rp. 200.000

 Penyusutan Cangkul Rp.

6.000

 Penyusutan Tikar Rp. 5.000

 Penyusutan Parang Rp. 5.000

 Penyusutan Cakar Rp. 4.000

 Penyusutan Corong Rp. 2.000

 Penyusutan Pipa Rp. 9.000

 Penyusutan Karung Plastik Rp. 3.000

Total Biaya Produksi Rp.17.959.000

IV. Pendapatan

 1.160 Kg X Rp.18.500/ekor Rp.21.460.000


31

V. Keuntungan

 Rp.21.460.000 – Rp.17.959.000 Rp. 3.501.000

VI. Pertimbangan Usaha

1. BEP (Break Even Point)

- BEP untuk harga produksi

BEP = Rp.17.959.000 : 1.160 Kg

= Rp.15.481,9/Kg atau sekitar Rp.15.500/Kg

Dengan produksi sebanyak 1.160 Kg, titik balik modal tercapai jika

harga Ikan mas 3 bulan 10 hari Rp.15.500/Kg.

- BEP untuk vulume produksi

BEP = Rp. 17.959.000 : 18.500/Kg

= Rp.970 ekor

Dengan harga jual Rp.18.500/Kg, titik balik modal tercapai jika jumlah

produksi yang dihasilkan sebanyak 970 ekor.

2. B/C (Perbandingan Penerimaan dan Biaya)

B/C = Rp.21.460.000 : Rp.17.959.000

= Rp.1,19

Setiap penambahan biaya Rp.1 untuk budidaya ikan mas akan diperoleh

penerimaan Rp.1,19

3. NPV (Net Present Value)

NPV = Rp.21.460.000 X 1/(1 + 0.0083)3.3

= Rp.20.834.951

Dengan asumsi bunga bank 10% per tahun, penerimaaan yang akan

diperoleh 3.3 bulan kemudian senilai Rp. 20.834.951


32

Keterangan :

- Harga-harga diperhitungkan pada bulan mei 2010.

- Sewa lahan didesa tersebut Rp.50.000/rante/sekali musim tanam.

- Data diolah dari petani ikan mas Desa Tadukan Raga, Medan

Sanembah, Kecamatan Tanjung Morawa Deli Serdang.

- Pendapatan per musim tanam diambil dari rata-rata habisnya pakan.

Dan petani bilang, kalau habisnya pakan tidak akan jauh dari hasil

yang diperoleh. Jika pakan habis 1 sak, maka akan diperoleh ikan mas

29 Kg. Setiap musim tanam biasanya menghabiskan pakan sebanyak

40 sak. Jadi diperoleh 1.160 Kg/musim tanam.

- Jenis pakan yang dipakai oleh petani biasanya :

1. Comfeed, bri-crumble.PT.Indojaya agrinusa. Medan.

2. Bintang, PT.Central proteinaprima tbk. Medan .

BAB IX

HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN


33

KELUARGA PETANI

9.1 Land – Man Ratio

Land – man ratio adalah perbandingan luas tanah yang menunjukkan

berapa luas tanah yang sebenarnya diusahakan atau dikerjakan setiap anggota

keluarga dalam suatu usahatani yang dilakukan.

Land – Man Ratio ibu Jamaiah adalah :

Luas Tanah yang di Usahakan


= Jumlah Anggota Keluarga

14.000 m 2
=
7

= 2.000 m2/orang

9.2 Dependency Ratio

Dependency ratio adalah perbandingan jumlah anggota keluarga yang

ditanggung dengan anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap nafkah

keluarga.

Dependency ratio ibu Jamaiah adalah

Tenaga kerja produktif

Suami = 0
Istri = 1
Anak = 0 +
Jumlah = 1
Depency Ratio
Anggota Keluarga yang Bekerja
= Anggota Keluarga yang di Tanggung
34

1 Orang
= 6 Orang

= 0.17
Ini berarti bahwa seorang yang bekerja aktif dalam usaha tani harus

menanggungjawabi biaya hidup 0.17 orang.

9.3 Pengaruh Jumlah dan Susunan Keluarga Terhadap Ukuran Usahatani

Petani sampel memiliki 1 orang suami dan 5 orang anak, dimana kelima

anaknya ada yang telah berumah tangga dan selebihnya sekolah.

9.4 Pengaruh Suami dan Anak-Anak Dalam Usahatani

Pengaruh Suami dan anak-anak dalam usahatani tidak ada, karena anak-

anak ibu Jamaiah tidak ada yang memilki waktu untuk lahan, sedang suaminya

bekerja akif di PTPN II dan akan pulang ke rumah sekali sebulan.

9.5 Kemakmuran Petani

1. Pendapatan dari usaha budidaya ikan mas milik bu Jamaiah untuk saat ini

sudah dapat mencukupi seluruh kebutuhan keluarga.

2. Pendidikan ibu Jamaiah tamat Sarjana Muda dan suaminya tamat SMA.

9.6 Motivasi Petani Mengusahakan Usahatani Ubi Jalar

Tujuan usaha budidaya ikan mas milik bu Jamaiah ini adalah untuk usaha

komersial agar memperoleh keuntungan yang besar dan dapat membiayai

keluarga. Usaha budidaya ikan mas ini ada karena perawatannya yang mudah

dan dalam memperoleh fakor-fakor produksinya juga mudah.

9.7 Perpindahan / Migrasi


35

Petani merupakan orang asli desa Tadukan Raga yang dari kecil hingga

berumah tangga telah tinggal desa tersebut. Dan sejak 5 tahun yang lalu petani

telah memulai usaha ikan masnya.

9.8 Hubungan Sosial

a. Adat-istiadat

Petani termasuk orang yang tidak terlalu aktif dalam adat-istiadat yang

terdapat di desa Tadukan Raga Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli

Serdang ini karena beliau selalu sibuk pada usaha ikan mas dan kilang padi milik

mereka.

b. Lembaga – lembaga:

Desa Tadukan Raga tidak ada lembaga Koperasi Unit Desa maupun

Koperasi Simpan – Pinjam. Namun, ibu Jamaiah selalu belanja pupuk di kios

milik adiknya yang memang menyediakan semua yang diperlukan unuk ikan,

sebab adiknya tersebut juga seorang pengusaha ikan mas. Dan kios adiknya tidak

terlalu jauh dari rumahnya, hanya berkisar 1 KiloMeter.

c. PPL

PPL tidak ada di Desa tersebut, padahal menurut ibu Jamaiah PPL sangat

mereka butuhkan unuk penyedia informasi bagi usaha ikan masnya, karena ikan

terkadang terserang penyakit yang mereka tidak tahu cara mengatasinya.

BAB X
36

PERENCANAAN USAHA TANI

DFS

BAB XI
37

KESIMPULAN DAN SARAN

11.1 Kesimpulan

1. Ikan mas ini merupakan ikan ekonomis dan produktif karena mudah

diatur, mudah dipelihara, dan mudah dikembangbiakkan di dalam kolam

budidaya dan cepat mendatangkan keuntungan.

2. Usaha budidaya ikan mas yang di geluti oleh ibu Jumaiah selama kurang

lebih 5 tahun di Desa Tadukan Raga, Kecamatan Tanjung Morawa Deli

Serdang ini cukup menguntungkan.

3. Tenaga Kerja yang digunakan dalam usaha budidaya ikan mas ini adalah

Tenaga kerja Luar Keluarga yaitu Pak Haloho.

4. Penerimaan Total bu Jumaiah (Produksi + Kenaikan Investasi Tanah)

adalah Rp.25.460.000

5. Pendapatan bersih Produksi ibu Jumaiah adalah Rp.3.501.000/musim

tanam.

6. Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan pada usaha budidaya ikan mas ini

adalah 90 HKP/musin tanam.

7. Usaha budidaya ikan mas milik ibu Jumaiah ini tergolong usaha budidaya

ikan mas skala sedang.

8. Hubungan kerja antara bu Jumaiah dengan pak haloho adalah sebagai

buruh tetap di lahan milik ibu Jumaiah yang digaji per bulan bukan

berdasarkan bagi hasil.


38

11.2 Saran

1. Dalam menjalankan usaha budidaya ikan masnya, ibu Jumaiah harus

selalu berkoordinasi dengan patani lain dalam menjalankan usahataninya.

2. Pada pemberian pakan pada ikan, ibu Jumaiah jangan hanya memakai

corong saja sebab kalau seperti itu pakan akan banyak yang terbuang atau

mubazir karena pakan terus menerus keluar dari corong. Seharusnya ibu

Jumaiah memakaikan self feeder (seperti selang kecil) pada corong, karena

jika ikan menyentuh alat tersebut secara otomatis pakan akan keluar. Dan ini

akan dapat mengurangi waktu kerja petani ibu Jumaiah dalam hal memberi

pakan.
39

DAFTAR PUSTAKA

Djuwanah A. 1996. Budidaya Ikan Secara Polikultur. Penerbit PT Trubus

Agriwidya, Cet.1 : Ungaran.

Ghufran H, Kordi K. 2004. Penaggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit PT

Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara, Cet.1 : Jakarta.

Irianto A Drs M.Sc Ph.D. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Penerbit Gadjah Mada

University Press, Cet.1 : Yogyakarta.

Lentera T. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Penerbit PT

AgroMedia Pustaka, Cet.1 : Jakarta.

Sumantadinata K, Ir. 1981. Pengembangbiakan Ikan-ikan Peliharaan di

Indonesia. Penerbit PT Sastra Hudaya, Cet.1.

You might also like