Professional Documents
Culture Documents
Kemudian, aset Luas tanah GBK yang semula 279.1 Ha, telah
berkurang setelah digunakan untuk kepentingan instansi pemerintah
dengan luas 60.41 ha atau senilai Rp.11.3 Triliun. Dengan demikian,luas
aset tanah GBK menjadi 218.67 Ha atau senilai Rp.37.7 Triliun setelah
dikurangi oleh instansi pemerintah. Dan komposisi penggunaan lahan
pada kawasan GBK adalah sebagai berikut:
No Kawasan Lahan Luas %
1 Kawasan Olahraga 147.43 Ha 52.82%
2 Kawasan 60.41 Ha 21.65%
pemerintah
3 Kawasan 71.24 Ha 25.53%
Kerjasama
Sumber data: diolah seknas fitra dari tanggapan Menteri sekretaris
negara kepada komisi II DPR
2
Tahun 2018 - untuk 2009
2022: sebesar
Rp.1.249.000.000 Rp.6.898.4
Tahun 2023 - 84.585.
2027:
Rp.2.018.850.000
/th
Tahun 2018 -
2032:
Rp.3.435.000.000
4 PT.ARIOBIMO perjanjian tgl Tahun ke-I : nihil
LAGUNA PERKASA 19/04/1995 Tahun ke-2:
(PT.ALP) Taman BRP (Yayasan Rp.500 juta/thn
Ria Senayan Karya Bhakti Tahun ke-3 s/d
Ria ke-7:Rp.950
Pembanguna juta/thn
n)mendapat Tahun ke-8 s/d
konsesi 35 ke-12: Rp.1.2
tahun miliar/thn
pengelolaan Tahun ke-13 s/d
tanah atas ke-17:Rp.1.5
dasar miliar/thn
keputusan Tahun ke-18 s/d
mensesneg/k ke-22: Rp.1.75
etua BPGBS miliar/thn
No: 1/K/BP-
Tahun ke-23 s/d
Senayan/199
ke-27: Rp.2
2 tgl 9 maret
miliar/thn
1992
YKBRP
adakan
perjanjian
dengan ALP
20 thn tmt
18/11/1999
Tanggal
19/4/1995
perpanjangan
perjanjian
menjadi 30
tahun s/d
16/7/2027
Kpt
sesneg/ketua
BPGBK
No.64a tahun
2004 tgl
8/09/2004
mencabut
konsesi kpd
YKBRP
dengan
PT.ALP
3
dilanjutkan
oleh BPGBK
BPGBK
adakan
perjanjian
dengan
PT.ALP tgl
11/07/2008
5 PT.ARCHIPELAGO Perjanjian tgl Thn ke 3 - 12
SAPTA PESONA 2/05/2007 operasional:
(PT.ASP) Amandemen Rp.500 juta/thn
Bangunan sarana tgl 4/09/2009 Thn ke 13 - 17
olahraga yang Lahan seluas operasional: Rp.1
dilengkapi dengan 7 Ha pada miliar/thn
ruang serbaguna blok 10 Thn ke 18 - 22
olahraga beserta operasional:
fasilitasnya Rp.1.935
miliar/thn
thn ke 23 -
selesai Rp.3
miliar/thn
6 PT.MITRA Perjanjian Tahun 1- 5:
INDOTAMA dengan Rp.900 juta/thn
KARSAJAYA YKBRP tgl Tahun 6 – 10:
(Pembangunan, 10/9/1996 Rp.950 juta
pengelolaan Keputusan Thn 11 – 15: Rp.1
Restoran Pulau Sesneg/ketua miliar
Dua di Taman Ria BPGBK Thn 15 – 20:
Senayan) No.64a tahun Rp.1.050 miliar
2004 tgl Tahun 21 -28:
8/09/2004 Rp.21 – 28 1.1
mencabut miliar
konsesi
kepada
YKBRP.
Perjanjian
dengan
BPGBK tgl
30/8/2005
28 tahun
7 PT.INDOBUILDCO Perjanjian tgl Tgl 1/7/2000 –
(untuk jalur jalan 1/5/2006 31/12/2005: Rp.
keluar masuk 15 tahun 1.9 miliar
hotel dan taman) 1/1/2006 –
31/12/2010:
Rp.2.3 miliar
1/7/2011 –
31/12/2015:
Rp.3.5 miliar
Sumber data: diolah seknas FITRA dari hasil inventarisasi seluruh aset
GBK yang dilakukan oleh Tim BPKP tahun 2008; dan Pusat Pengelolaan
Komplek Gelora Bung Karno
4
Kemudian, dari tabel diatas, bisa ditemukan permasalahan sebagai
berikut:
1) Dari 19 Perusahaan yang melakukan sewa lahan GBK, ada 5
perusahaan yang melakukan addendum baru, dan 2 perusahaan
dengan perjanjian baru dengan setneg (sekretariat negara) pada
pemerintahan SBY. Dan berarti, ada 12 perusahaan yang menyewa
lahan dengan setneg pada pemerintah sebelum SBY. Dengan
demikian, 12 perusahaan dengan perjanjian lama ini, rata-rata
memberikan kontribusi kepada negara antara 36 – 103
juta/pertahun. Misalnya PT. Terminal Builders (Gedung Panin Bank
pusat) memberikan kontribusi kepada kas negara hanya
Rp.63.200.000 pertahun selama 30 tahun sejak tgl 15/1/2002
sampai 14/1/2032. Dan sebagai tambahan, sekarang Misalnya PT.
Terminal Builders melakukan gugatan ke PN Jakarta selatan untuk
“merampas” tanah GBK yang notabenenya HGB Misalnya PT.
Terminal Builders berada diatas HPL No.1/Gelora.
2) Kemudian juga, PT.Amanajaya (Gedung Panin Bank pusat)
memberikan kontribusi kepada kas negara hanya Rp.36.800.000
pertahun selama 30 tahun dimulai tgl 28/6/2004 sampai 27/6/2034.
Dan sebagai tambahaan, sekarang PT.Amanajaya (Gedung Panin
Bank pusat) melakukan gugatan ke PN Jakarta selatan untuk
“merampas” tanah GBK yang notabenenya HGB Misalnya PT.
Terminal Builders berada diatas HPL No.1/Gelora.
3) PT.RATU SAYANG INTERNASIONAL (Ratu Plaza) dengan luas lahan
17.243 m2 memberikan kontribusi kepada kas negara hanya
Rp.103 juta pertahun selama 30 tahun, dan dimulai sejak tgl
26/6/2004 sampai 25/6/2034
4) Kalau pada zaman pemerintah SBY,setneg melalui pusat
Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno telah melakukan
perjanjian baru sebanyak 2 perjanjian baru, dan 5 addendum baru
dengan perkiraan menerima kontribusi tahun 2010 dari Perusahaan
yang menyewa lahan GBK kepada kas negara sebagaiberikut:
No Perusahaan Luas Lahan Penerimaan
Negara dari
Perusahaan
Swasta
1 PT. ANEKA BINA 11.250 m2 Rp.559 juta
LESTARI (ABL) pertahun
Sudirman Place &
Menara olahraga
2 KAJIMA 20 Ha US$ 650.000
OVERSERAS pertahun
ASIA,PTE LTD./PT
SENAYAN
TRIKARYA
SEMPANA (Plaza
Senayan)
3 PT.MANDIRI 5.569 m2 374 juta
KARYA INDAH pertahun
SEJAHTERA
(STC Senayan)
4 PT.ARIOBIMO 111.600 m2 1.5 miliar
LAGUNA
PERKASA
5
(PT.ALP) Taman
Ria Senayan
5 PT.ARCHIPELAGO 7 Ha Rp. 500 juta
SAPTA PESONA pertahun
(PT.ASP)
Bangunan sarana
olahraga yang
dilengkapi
dengan ruang
serbaguna
olahraga beserta
fasilitasnya
6 PT.MITRA Rp.1 miliar
INDOTAMA pertahun
KARSAJAYA
(Pembangunan,
pengelolaan
Restoran Pulau
Dua di Taman
Ria Senayan)
7 PT.INDOBUILDCO 9.942 m2 Rp.596.520.000
(untuk jalur jalan pertahun
keluar masuk
hotel dan taman)
Sumber data: diolah Seknas FITRA dari hasil inventarisasi seluruh
aset GBK yang dilakukan oleh Tim BPKP tahun 2008; dan Pusat
Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno
6
Perusahaan swasta dengan setneg. Oleh karena, kami dari
seknas fitra, mencurigai setneg dan PPKGBK, dimana kedua
lembaga ini telah melakukan “keanehan” yang transparans,
yaitu dalam hal addendum terhadap kontrak. Setneg dan
PPKGBK telah melakukan 5 addendum terhadap 5 perusahaan
yang perjanjian, misalnya ditandatangani pada tahun 1989.
Tetapi, ada 12 perusahaan yang perjanjian, misalnya
ditandatangani pada tahun 1990, dan pemerintah tidak berani
melakukan addendeum terhadap 12 perusahaan ini. Dan
pertanyaan kenapa setneg tidak berani melakukan addendum
terhadap 12 perusahaan ini?
C. DPR, agar mendesak kepada setneg, dan PPKGBK, untuk
melakukan renegosiasi ulang kepada 19 perusahaan yang
melakukan penyewaan lahan GBK. Dimana dasar perhitungan
kontribusi perusahaan kepada negara harus diubah dari
“kontribusi tetap” yang perhitungan berdasarkan IHK (Indeks
Harga Konsumen) dari BPS menjadi IHK ditambah NJOP harga
tanah. Kalau hanya memakai IHK saja, maka penerimaan
negara bisa turun naik sesuai IHK yang sedang berlaku.
Kemudian juga, perhitungan “kontribusi Variable” yang
dihitung dari gross revenue sebesar 0,5% sampai 13%, dan
tidak melebihi 20%, dan perhitungan ini betul-betul
merugikan penerimaan negara. Seharus gross Revenue dari
perusahaan bukan 0.5% sampai 13%, tetapi 20% - 40% yang
harus disetor kepada kas negara. Tetapi, seperti perusahaan-
perusahaan yang menyewa lahan GBK sengaja membatasi
gross revenue hanya sampai 20% yang tertulis dalam
perjanjian antara perusahaan dengan setneg, dan 20% lagi
yang tidak tertulis sengaja disetorkan perusahaan kepada
pejabat penting di setneg maupun PPKGBK. Dan sekali lagi!
DPR membentuk panja Aset negara, moga-moga bukan untuk
meminta bagian jatah “uang preman” yang 20% yang sudah
disetor oleh Perusahaan kepada pejabat penting baik itu di
setneg maupun PPKGBK.
CP: 08121000774
7
Lampiran 1. Rincian Dana Aspirasi 8,4 Trilyun Per Propinsi.
Angka
Jumlah Jumlah Kemiskinan
Propinsi Dapil Kursi Total dana aspirasi (2009)
DKI Jakarta 3 21 315,000,000,000 3.62
Kalimantan Sel 2 11 165,000,000,000 5.12
Bali 1 9 135,000,000,000 5.13
Kalimantan Teng 1 6 90,000,000,000 7.02
Bangka Belitung 2 3 45,000,000,000 7.46
Banten 3 22 330,000,000,000 7.64
Kalimantan Timur 1 8 120,000,000,000 7.73
Kepulauan Riau 1 3 45,000,000,000 8.27
Jambi 1 7 105,000,000,000 8.77
Kalimantan Barat 1 10 150,000,000,000 9.30
Riau 2 11 165,000,000,000 9.48
SumBar 2 14 210,000,000,000 9.54
Sulawesi Utara 1 6 90,000,000,000 9.79
Maluku Utara 1 3 45,000,000,000 10.36
SUMUT 3 30 450,000,000,000 11.51
Jawa Barat 11 91 1,365,000,000,000 11.96
Sulawesi Selatan 3 24 360,000,000,000 12.31
Sulawesi Barat 1 3 45,000,000,000 15.29
SumSel 1 17 255,000,000,000 16.28
Jawa Timur 11 87 1,305,000,000,000 16.68
Yogyakarta 1 8 120,000,000,000 17.23
Jawa Tengah 10 77 1,155,000,000,000 17.72
Bengkulu 2 4 60,000,000,000 18.59
Sulawesi Tenggara 1 3 45,000,000,000 18.93
Sulawesi Tengah 1 6 90,000,000,000 18.98
8
Lampung 1 18 270,000,000,000 20.22
NAD 2 13 195,000,000,000 21.80
NTB 1 10 150,000,000,000 22.78
NTT 2 13 195,000,000,000 23.31
Gorontalo 1 5 75,000,000,000 25.01
Maluku 1 4 60,000,000,000 28.23
Papua Barat 1 3 45,000,000,000 35.71
Papua 1 10 150,000,000,000 37.53
Total 77 560 8,400,000,000,000 14.5
Sumber : Data Diolah Seknas FITRA