Professional Documents
Culture Documents
Dergibson Siagian
Abstract
PENDAHULUAN
serius dalam pembuatan dan implementasi strategi pemasaran (Coulter, et al., 2003),
pangsa pasar ini bisa dicapai bila pemasar mengerti kebutuhan ataupun persepsi
atribut yang penting bagi individu maupun kelompok konsumen (Warrington and
diketahui khususnya untuk mengetahui tipe perilaku konsumen (Kotler & Keller,
suatu produk (Peter & Olson, 2006:111). Pemasar selalu berusaha membuat strategi
mendalam mengenai pertalian antar pribadi (Sharon, 1996). Konsep keterlibatan itu
sendiri telah diterima secara luas untuk tujuan pembuatan periklanan maupun
tinggi diyakini akan lebih memotivasi untuk secara aktif mencari informasi dalam
proses pembelian. Konsekuensi usaha aktif konsumen bila dibarengi dengan stimuli
atribut yang lengkap dan niat beli yang tinggi akan meningkatkan kesetiaan pada
moderasi lain yang berpengaruh atau bisa juga karena perbedaan objek penelitian.
Penelitian ini memasukkan dua variabel moderasi yakni atribut produk dan niat beli
dari loyalitas merek. Tingkatan dibawahnya switcher, habitual dan likes the brands.
Pendapat lain mengatakan komitmen merek yang kuat dan tingkat loyalitas yang
tinggi mempunyai perbedaan khususnya dilihat dari tingkatan keterlibatan
(Warrington & Shim, 2000). Loyalitas merek dan komitmen merek memang
mempunyai hubungan yang sangat kuat namun berbeda dari segi konsep. Perbedaan
ini terjadi ditinjau dari konsep perilaku dan konsep sikap. Komitmen merek
mencerminkan daya lekat suatu merek tertentu yang sudah mengakar dan merupakan
pilihan merek tunggal dalam suatu kelas produk (Traylor dalam Warrington & Shim,
2000). Daya lekat ini terjadi akibat dorongan emosi dan psikologis terhadap suatu
merek (Agrawal & Maheswaran, 2005; Coulter, et al, 2003). Di lain pihak, loyalitas
merek seringkali dilihat dari perspektif perilaku, misalnya pembelian berulang merek
tunggal dari waktu ke waktu (Assael dalam Warrington & Shim, 2000). Walaupun
disukai tidak tersedia, akan beralih ke merek lainnya, tetapi konsumen yang
Konsep keterlibatan telah diterima secara luas sebagai hasil dari perilaku
termasuk pemrosesan perilaku dan informasi (Schiffman & Kanuk, 2004:310). Teori
atau Split brain Theory. Inti teori ini adalah proses pemisahan jenis informasi.
berbicara, membaca dan pemrosesan informasi dari suatu atribut. Belahan otak kanan
mau terlibat untuk mengetahui pesan tersebut (Peter & Olson, 2006:121).
Coulter et al (2003) mengatakan pengetahuan mengenai keterlibatan produk
dan komitmen merek menjadi kabur akibat banyaknya hasil penelitian yang saling
tidak konsisten. Kesamaan hasil diporoleh khususnya dalam hal penjelasan yang
keduanya tidak selalu searah tergantung variabel lain yang mempengaruhi misalnya
teori maupun penelitian terdahulu, maka dibangun hipotesis pertama penelitian ini.
Atribut Produk
Ada dua tipe yang berbeda pada atribut produk yakni atribut berwujud yang
utama yang berpengaruh terhadap afeksi, kognisi dan perilaku konsumen (Peter &
produk sesuai dengan nilai-nilai yang ada padanya atau keyakinannya maupun
sangat penting pada proses pengambilan keputusan. Ketika pembeli memilih produk,
mereka membuat keputusan berdasarkan citra produk atau posisi produk di benaknya
yang merupakan hasil penilaian berdasarkan atribut produk. Penelitian Mukherjee &
Hoyer (2001) menunjukkan pengaruh positif penambahan atribut hanya bisa terjadi
untuk produk dengan tingkat kompleksitas rendah sedangkan hasil yang bertentangan
terjadi untuk produk yang tingkat kompleksitasnya tinggi, penambahan atribut baru
justru menurunkan evaluasi produk karena biaya pembelajaran yang negatif terhadap
atribut tersebut.
produk (Peter & Olson, 2006:71; Mukherjee & Hoyer, 2001 ). Berdasarkan
penjelasan maupun teori mengenai atribut tersebut disusun hipotesis kedua penelitian
ini.
Teori niat beli konsumen didasari oleh teori alasan bertindak (Fishbein dalam
Peter & Olson, 2006:147). Teori ini mengasumsikan bahwa konsumen selalu
keinginan (niat) untuk melakukan/bertindak sesuai dengan pilihan perilaku. Niat beli
Schiffman & Kanuk (2004:258) niat beli merupakan komponen ketiga (pertama
kognitif, kedua afektif dan ketiga konatif) dari tiga komponen sikap. Komponen ini
tindakan, target dan komponen waktu (Peter & Olson, 2006:152). Bahkan
kesenjangan waktu merupakan faktor penentu yang bisa mengurangi akurasi prediksi
Schiffman & Kanuk (2004:259) mengatakan niat beli bisa juga menjadi
cerminan ukuran komitmen konsumen. Jawaban negatif pada niat beli memberi
petunjuk komitmen yang rendah dan sebaliknya. Berdasarkan penjelasan dan teori di
Keterlibatan Komitmen
Produk Merek
METODOLOGI
Objek penelitian ini adalah celana jeans. Peneliti tidak menentukan merek
tertentu melainkan ditentukan oleh responden sendiri sesuai dengan merek yang
berupa penarikan sampel dari empat kelas perkuliahan strata satu pada saat
mahasiswa tersebut merupakan pengguna celana jeans. Bahkan dari hasil penelitian
Ada empat variabel pada penelitian ini yakni Komitmen merek sebagai
produk dan Niat beli konsumen sebagai variabel moderator (lihat gambar 1).
Shim (2000) yakni 7 poin skala Likert yang merupakan derajat kesetujuan terhadap
dua pernyataan yaitu (1) Saya hanya membeli merek celana jeans favorit saya, dan (2)
Saya tidak pernah membeli celana jeans merek lain bila merek favorit saya tidak
tersedia.
Munson dalam Schiffman & Kanuk (2004:239) dengan modifikasi sesuai dengan
pernyataan (1) Saya sangat tertarik membaca berita mengenai produk celana Jeans,
(2) Saya selalu mendiskusikan celana jeans dengan orang lain, (3) Saya selalu
mencari saran orang lain sebelum membeli celana jeans, dan (4) Saya selalu
meluangkan banyak waktu dalam memilih celana jeans yang akan saya beli.
Shim (2000), yaitu 7 poin skala yang merupakan tingkat kepentingan terhadap dua
pernyataan mengenai atribut, (1) Citra atribut dan (2) manfaat atribut.
Pengukuran variabel Niat beli konsumen mengacu pada Schiffman & Kanuk
ini mengenai penilaian terhadap pernyataan “Saya akan membeli lagi merek jeans
favorit saya bila akan membeli celana Jeans”. Jawaban atas pernyataan ini dengan 7
poin skala, dengan kutub kiri adalah “Pasti tidak membeli” dan kutub kanan “Pasti
beli”.
dilakukan oleh Russell & Bobko, (1992); Cowley & Mitchell (2003).
Model Regresi
Keterangan:
KM = Komitmen Merek AP = Atribut Produk
KP = Keterlibatan Produk NB = Niat Beli Konsumen
Pengujian ini menggunakan kriteria MRA sebagai dasar untuk mengetahui apakah
variabel AP dan NB merupakan variabel moderator atau tidak. Jika persamaan (2)
dan (3) tidak secara signifikan berbeda yaitu b3 0; b6 = 0, maka AP bukanlah variabel
moderator bila persamaan (1) dan (2) tidak berbeda tetapi berbeda dengan persamaan
2
( Rnew Rold
2
) / df 1
F
(1 Rnew ) / df 2
2
Keterangan:
df1 = jumlah variabel tambahan
df2 = n – jumlah parameter
mengenai validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil bahwa setiap butir pertanyaan
valid dan instrumen yang digunakan sudah reliabel. Terkumpul 162 respon, 3
diantaranya tidak digunakan karena kesalahan pengisian sehingga seluruhnya ada 159
dari nilai rata-rata, secara individu ternyata Niat beli konsumen masuk pada kategori
Keterlibatan Produk dan Atribut produk masuk pada kategori tinggi. Komitmen
merek menjadi variabel yang paling rendah yaitu masuk pada kategori sedang atau
biasa saja.
succesive intervals. Hal ini dilakukan karena untuk analisis regresi membutuhkan
signifikan pada alpha 0,05 (Lihat tabel 2). Hal ini menunjukkan model regresi bisa
digunakan memprediksi Komitmen Merek. Dilihat dari nilai adjusted R2, terjadi
peningkatan setiap penambahan variabel baru (Model (1) ke (2), model (2) ke (3),
model (1) ke (4) dan model (4) ke (5)), hal ini menunjukkan penambahan variabel
Hasil pengujian terhadap pemenuhan asumsi klasik model bisa dilihat pada
resudial, homoskedastisitas dan tidak adanya autokorelasi dipenuhi oleh kelima model
regresi. Asumsi klasik tidak adanya multikolinieritas dipenuhi oleh model (2) dan (4),
Model (3) dan (5) adalah model regresi dengan variabel interaksi,
Tabel 5. menunjukkan hasil regresi linier sederhana dan hasil analisis regresi
termoderasi. Regresi linier sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa nilai koefisien b1 = 1,016 dan signifikan
pada = 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keterlibatan produk akan
meningkatkan secara signifikan komitmen merek. Hasil ini sejalan dengan hipotesis
pertama dan sejalan pula dengan penelitian Warrington & Shim (2000) dan Coulter,
et al, (2003). Besarnya Variasi komitmen merek yang bisa dijelaskan oleh
Hipotesis kedua diuji dengan membandingkan hasil regresi model (1), (2) dan
(3). Ketiga model itu signifikan dengan uji F, berarti bisa digunakan memprediksi
komitmen merek. Mengacu pada model (2), koefisien regresi bernilai positif dan
signifikan pada = 0,05. Hal ini menunjukkan atribut produk bisa menjadi variabel
(b6) antara keterlibatan dan atribut produk pada model (3) ternyata tidak signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa Atribut produk tidak memoderasi hubungan melainkan
hanya sebagai independen murni. Bahkan bila dilihat dari nilai b6 yang negatif
komitmen merek. Penelitian Mukherjee & Hoyer (2001) menunjukkan hal ini bisa
hipotesis ketiga. Ketiganya signifikan bila dilihat dari uji keberartiannya. Koefisien
b8 pada model (4) bernilai positif dan signifikan pada = 0,05. Artinya Niat beli
merek. Koefisien interaksi antara niat beli dan keterlibatan produk (b11) pada model
(5), bernilai positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa niat beli juga
merupakan variabel moderasi. Karena niat beli ternyata bisa menjadi variabel
Simpulan
Besarnya variasi komitmen merek yang bisa dijelaskan oleh keterlibatan produk
adalah sebesar 22%. Atribut produk secara signifikan bisa meningkatkan komitmen
merek tetapi interaksinya dengan keterlibatan produk tidak. Niat beli Konsumen bisa
Saran
Keterlibatan, atribut produk dan niat beli bisa menjadi prediktor yang baik
terhadap komitmen merek. Oleh karena itu untuk meningkatkannya pemasar bisa
konatif untuk melakukan tindakan nyata. Walaupun atribut produk bisa menjadi
prediktor bagi komitmen merek, pemasar harus hati-hati terhadap interaksinya dengan
faktor lain. Bila tingkat kompleksitas tinggi, atribut produk tidak memberi kontribusi
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D., (1991), Managing Brand Equity Capitalizing on the Value of a Brand
Name, The Free Press: New York.
Agrawal, W. And D. Maheswaran (2005) The Effect of Self Construal and
Commitment on Persuasion, Journal of Consumer Research, vol.31, pg.841.
Ballester E. D., (2001), Brand Trust in the Context of Consumer Loyalty, European
Journal of Marketing, Vol.35, pg.1238
Coulter, R., et al, (2003) Rethinking the Origin of Involvement and Brand
Commitment: Insight from Postsocialist Central Europe, Journal of Consumer
Research, Vol.30, pg 115
Cowley, U., and A. Mitchell (2003), The Moderating Effect of Product Knowledge on
the Learning and Organization of Product Information, Journal Of Consumer
Research, Vol.30
Gujarati, D., (2003), Basic Econometrics, McGraw-Hills, International Edition Inc.
New York.
Hair, J. F., et al., (1998), Multivariate Data Analysis, Prentice Hall Inc. USA
Keegan, et al., (2002), Marketing, Prentice Hall International Inc: London
Kotler, P., and K., Keller, (2006), Marketing Management, Pearson International
Edition, Singapore.
Mukherjee, A., and W. Hoyer, (2001), The Effect of Novel Attributes on Product
Evaluation, Journal Of Consumer Research, Vol. 29.
Peter, J.P., and J.C., Olson (2006), Consumer Behavior and Marketing Strategy,
McGraw-Hill Inc.: Singapore.
Russel, C., and Bobko (1992), Moderated Regression Analysis and Likert Scales too
Coarse for Comfort, Journal of Applied Psychology, Vol. 77.
Schiffman, L. G., and L.L., Kanuk, (2004) Consumer Behavior, Prentice Hall
International Inc., London
Sharon, S., (1996), Consumer Involvement; Concept and Research, Journal of
Marketing Research,
Warrington, P. And S. Shim, (2000), An Empirical Investigation of the Relationship
between Product Involvement and Brand Commitment, Psychology &
Marketing, Vol 17, pg 761.
Yeung, C.W. and D., Soman (2005), Attribute Evaluability and Range Effect, Journal
of Consumer Research, Vol. 32, pg.363.