You are on page 1of 14

Moderasi Atribut Produk dan Niat beli Konsumen terhadap Hubungan antara

Keterlibatan Produk dan Komitmen Merek*)

Dergibson Siagian

Abstract

Both product involvement and brand commitment are essential in making


and implementing marketing strategy. The degree of relationship was
varied depending on other moderating variables. The aim of this research
is to know the influence product attribute and consumer intention to buy
as moderating variables on the relationship between product involvement
and brand commitment. Simple Regression analysis and Moderating
Regression analysis are used to analysis the data. The research results are,
(1) The increase of product involvement cause significantly increasing
brand Commitment, (2) Product attribute is not a moderating variable but
as pure independent variable on brand commitment, and (3) Consumer
intention to buy is a quasi moderating on strengthening the relationship
between product involvement and brand commitment.

Kata Kunci: Komitmen, keterlibatan , Atribut, Niat beli

PENDAHULUAN

Keterlibatan produk dan komitmen merek keduanya mendapat perhatian yang

serius dalam pembuatan dan implementasi strategi pemasaran (Coulter, et al., 2003),

dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan pangsa pasar. Peningkatan

pangsa pasar ini bisa dicapai bila pemasar mengerti kebutuhan ataupun persepsi

atribut yang penting bagi individu maupun kelompok konsumen (Warrington and

Shim, 2000). Ballester (2001) mengatakan telah banyak pemasar mengawali

pemasaran dengan menggunakan tingkatan komitmen merek yang berbeda untuk

memisahkan antar konsumen dan memprediksi perilaku pembelian di masa depan.

Hubungan antara keterlibatan produk dan perbedaan merek telah lama

diketahui khususnya untuk mengetahui tipe perilaku konsumen (Kotler & Keller,

2006:190). Keterlibatan produk bisa dipandang sebagai pernyataan motivasi yang

*) Diterbitkan pertama kali pada Jurnal Ekonomi Perusahaan vol 13 no 2


diakibatkan stimuli yang bertujuan meningkatkan perhatian dan pemahaman terhadap

suatu produk (Peter & Olson, 2006:111). Pemasar selalu berusaha membuat strategi

untuk menarik/mempertahankan perhatian konsumen terhadap informasi

pemasarannya. Sejatinya strategi ini melibatkan peningkatan keterlibatan konsumen

bersama dengan informasi pemasaran atau membuat informasi pemasaran menjadi

lebih menonjol. Pengaruh keterlibatan produk memerlukan perhatian situasional dan

mendalam mengenai pertalian antar pribadi (Sharon, 1996). Konsep keterlibatan itu

sendiri telah diterima secara luas untuk tujuan pembuatan periklanan maupun

mengubah perilaku konsumen (Coulter, et al., 2003). Keterlibatan konsumen yang

tinggi diyakini akan lebih memotivasi untuk secara aktif mencari informasi dalam

proses pembelian. Konsekuensi usaha aktif konsumen bila dibarengi dengan stimuli

atribut yang lengkap dan niat beli yang tinggi akan meningkatkan kesetiaan pada

merek yang dicari/beli (Agrawal amd Maheswaran, 2005).

Walaupun keterlibatan secara teoritis terkait dengan komitmen merek,

beberapa studi empiris menunjukkan hasil yang bervariasi, khususnya mengenai

derajat hubungan keduanya. Variasi ini terjadi karena adanya variabel-variabel

moderasi lain yang berpengaruh atau bisa juga karena perbedaan objek penelitian.

Penelitian ini memasukkan dua variabel moderasi yakni atribut produk dan niat beli

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hubungan antara keterlibatan produk dan

Komitmen merek. Objek penelitian ini adalah Celana Jeans.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Komitmen Merek dan Keterlibatan Produk

Aaker (1991:46) berpendapat komitmen merek merupakan tingkatan tertinggi

dari loyalitas merek. Tingkatan dibawahnya switcher, habitual dan likes the brands.

Pendapat lain mengatakan komitmen merek yang kuat dan tingkat loyalitas yang
tinggi mempunyai perbedaan khususnya dilihat dari tingkatan keterlibatan

(Warrington & Shim, 2000). Loyalitas merek dan komitmen merek memang

mempunyai hubungan yang sangat kuat namun berbeda dari segi konsep. Perbedaan

ini terjadi ditinjau dari konsep perilaku dan konsep sikap. Komitmen merek

mencerminkan daya lekat suatu merek tertentu yang sudah mengakar dan merupakan

pilihan merek tunggal dalam suatu kelas produk (Traylor dalam Warrington & Shim,

2000). Daya lekat ini terjadi akibat dorongan emosi dan psikologis terhadap suatu

merek (Agrawal & Maheswaran, 2005; Coulter, et al, 2003). Di lain pihak, loyalitas

merek seringkali dilihat dari perspektif perilaku, misalnya pembelian berulang merek

tunggal dari waktu ke waktu (Assael dalam Warrington & Shim, 2000). Walaupun

komitmen merek mengakibatkan loyalitas merek, tidak demikian sebaliknya.

Loyalitas merek bisa saja sekedar mencerminkan keinginan konsumen untuk

mengurangi usaha dan menyederhanakan pengambilan keputusan. Bila merek yang

disukai tidak tersedia, akan beralih ke merek lainnya, tetapi konsumen yang

mempunyai komitmen merek yang tinggi tidak demikian (Aaker, 1991:46).

Konsep keterlibatan telah diterima secara luas sebagai hasil dari perilaku

termasuk pemrosesan perilaku dan informasi (Schiffman & Kanuk, 2004:310). Teori

keterlibatan berkembang dari paham riset yang disebut Hemispheral Lateralization

atau Split brain Theory. Inti teori ini adalah proses pemisahan jenis informasi.

Belahan otak kiri utamanya bertanggungjawab pada aktivitas kognitif seperti

berbicara, membaca dan pemrosesan informasi dari suatu atribut. Belahan otak kanan

menyangkut nonverbal seperti gambar dan informasi menyeluruh (Schiffman &

Kanuk, 2004:232). Guna peningkatan pemrosesan informasi menyeluruh, pemasar

harus mendisain pesannya sedemikian rupa, sehingga konsumen berkemampuan dan

mau terlibat untuk mengetahui pesan tersebut (Peter & Olson, 2006:121).
Coulter et al (2003) mengatakan pengetahuan mengenai keterlibatan produk

dan komitmen merek menjadi kabur akibat banyaknya hasil penelitian yang saling

tidak konsisten. Kesamaan hasil diporoleh khususnya dalam hal penjelasan yang

menyatakan komitmen merek terjadi bila keterlibatan produk diaktifkan. Sedangkan

perbedaannya, walaupun keterlibatan produk mendahului komitmen merek, tetapi

keduanya tidak selalu searah tergantung variabel lain yang mempengaruhi misalnya

sumber informasi (Beatty et al dalam Coulter et al, 2003). Berdasarkan penjelasan

teori maupun penelitian terdahulu, maka dibangun hipotesis pertama penelitian ini.

H1: Meningkatnya keterlibatan produk akan beralibat meningkatnya komitmen


merek

Atribut Produk

Atribut produk merupakan karakteristik yang melekat pada produk tersebut.

Ada dua tipe yang berbeda pada atribut produk yakni atribut berwujud yang

merupakan karakteristik phisik produk dan atribut abstrak yang merupakan

karakteristik subjektif seperti kualitas produk. Atribut produk merupakan stimuli

utama yang berpengaruh terhadap afeksi, kognisi dan perilaku konsumen (Peter &

Olson, 2006:398-399). Konsumen biasanya melakukan evaluasi terhadap atribut

produk sesuai dengan nilai-nilai yang ada padanya atau keyakinannya maupun

pengalaman sebelumnya. Kesesuaian atribut produk dengan harapan konsumen akan

meningkatkan kesetiaan ataupun komitmen merek (Yeung and Soman, 2005).

Keegan et al (2002: 347) mengatakan atribut produk merupakan faktor yang

sangat penting pada proses pengambilan keputusan. Ketika pembeli memilih produk,

mereka membuat keputusan berdasarkan citra produk atau posisi produk di benaknya

yang merupakan hasil penilaian berdasarkan atribut produk. Penelitian Mukherjee &

Hoyer (2001) menunjukkan pengaruh positif penambahan atribut hanya bisa terjadi
untuk produk dengan tingkat kompleksitas rendah sedangkan hasil yang bertentangan

terjadi untuk produk yang tingkat kompleksitasnya tinggi, penambahan atribut baru

justru menurunkan evaluasi produk karena biaya pembelajaran yang negatif terhadap

atribut tersebut.

Seorang pemasar harus mempunyai beberapa pilihan strategi membuat

karakteristik atau atribut produknya. Sewaktu-waktu atribut produk bisa ditambah,

dikurangi ataupun dimodifikasi asalkan selalu memperhatikan tingkat kompleksitas

produk (Peter & Olson, 2006:71; Mukherjee & Hoyer, 2001 ). Berdasarkan

penjelasan maupun teori mengenai atribut tersebut disusun hipotesis kedua penelitian

ini.

H2: Atribut Produk yang menarik akan meningkatkan hubungan antara


keterlibatan produk dan komitmen merek.

Niat Beli Konsumen

Teori niat beli konsumen didasari oleh teori alasan bertindak (Fishbein dalam

Peter & Olson, 2006:147). Teori ini mengasumsikan bahwa konsumen selalu

mempertimbangkan secara sadar konsekuensi dari pemilihan alternatif yang berakibat

keinginan (niat) untuk melakukan/bertindak sesuai dengan pilihan perilaku. Niat beli

ini merupakan prediktor tunggal terbaik terhadap perilaku sesungguhnya. Menurut

Schiffman & Kanuk (2004:258) niat beli merupakan komponen ketiga (pertama

kognitif, kedua afektif dan ketiga konatif) dari tiga komponen sikap. Komponen ini

berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan seseorang akan melakukan

tindakan tertentu terhadap suatu objek.

Seorang pemasar bila menggunakan pengukuran niat beli untuk memprediksi

perilaku pembelian tentu harus mempertimbangkan tingkat abstraksi dan kekhasan

tindakan, target dan komponen waktu (Peter & Olson, 2006:152). Bahkan
kesenjangan waktu merupakan faktor penentu yang bisa mengurangi akurasi prediksi

antara niat beli dan perilaku sesungguhnya.

Schiffman & Kanuk (2004:259) mengatakan niat beli bisa juga menjadi

cerminan ukuran komitmen konsumen. Jawaban negatif pada niat beli memberi

petunjuk komitmen yang rendah dan sebaliknya. Berdasarkan penjelasan dan teori di

atas disusun hipotesis ketiga penelitian ini.

H3: Meningkatnya niat beli konsumen akan meningkatkan hubungan antara


keterlibatan produk dan Komitmen merek.

Keterlibatan Komitmen
Produk Merek

Atribut Niat Beli


Produk

Gambar 1. Model Kerangka Pemikiran

METODOLOGI

Sampling dan Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah celana jeans. Peneliti tidak menentukan merek

tertentu melainkan ditentukan oleh responden sendiri sesuai dengan merek yang

difavoritkan. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan purposive sampling,

berupa penarikan sampel dari empat kelas perkuliahan strata satu pada saat

berlangsungnya perkuliahan tersebut. Pemilihan ini dilakukan karena sebagian besar

mahasiswa tersebut merupakan pengguna celana jeans. Bahkan dari hasil penelitian

pendahuluan, 97 persen dari mereka mengenakannya 7 hari dalam seminggu (Catatan:


tidak selalu mengenakan 24 jam sehari). Teknik pengumpulan data menggunakan

teknik komunikasi yakni menyebarkan kuesioner kepada responden.

Variabel dan Pengukurannya

Ada empat variabel pada penelitian ini yakni Komitmen merek sebagai

variabel dependen, Keterlibatan produk sebagai variabel independen dan Atribut

produk dan Niat beli konsumen sebagai variabel moderator (lihat gambar 1).

Pengukuran variabel Komitmen merek mengacu pada penelitian Warrington $

Shim (2000) yakni 7 poin skala Likert yang merupakan derajat kesetujuan terhadap

dua pernyataan yaitu (1) Saya hanya membeli merek celana jeans favorit saya, dan (2)

Saya tidak pernah membeli celana jeans merek lain bila merek favorit saya tidak

tersedia.

Pengukuran variabel Keterlibatan produk mengacu pada McQuarrie &

Munson dalam Schiffman & Kanuk (2004:239) dengan modifikasi sesuai dengan

kondisi nyata. Pengukuran ini merupakan tingkat kesetujuan terhadap empat

pernyataan (1) Saya sangat tertarik membaca berita mengenai produk celana Jeans,

(2) Saya selalu mendiskusikan celana jeans dengan orang lain, (3) Saya selalu

mencari saran orang lain sebelum membeli celana jeans, dan (4) Saya selalu

meluangkan banyak waktu dalam memilih celana jeans yang akan saya beli.

Pengukuran variabel Atribut Produk mengacu pada penelitian Warrington &

Shim (2000), yaitu 7 poin skala yang merupakan tingkat kepentingan terhadap dua

pernyataan mengenai atribut, (1) Citra atribut dan (2) manfaat atribut.

Pengukuran variabel Niat beli konsumen mengacu pada Schiffman & Kanuk

(2004:259) dengan sedikit modifikasi menjadi skala semantik diffrensial. Pengukuran

ini mengenai penilaian terhadap pernyataan “Saya akan membeli lagi merek jeans

favorit saya bila akan membeli celana Jeans”. Jawaban atas pernyataan ini dengan 7
poin skala, dengan kutub kiri adalah “Pasti tidak membeli” dan kutub kanan “Pasti

beli”.

Teknik Analisis Data

Pengaruh keterlibatan produk terhadap komitmen merek dianalisis dengan

analisis regresi linier sederhana. Pengujian pengaruh variabil moderator

menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Penggunaan MRA telah

dilakukan oleh Russell & Bobko, (1992); Cowley & Mitchell (2003).

Model Regresi

Model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel adalah:

Model (1). KM = a1 + b1KP......................................................(1)


Model (2). KM = a2 + b2KP + b3AP.........................................(2)
Model (3). KM = a3 + b4KP + b5AP + b6(KP*AP)...................(3)
Model (4). KM = a4 + b7KP + b8NB.........................................(4)
Model (5). KM = a5 + b9KP + b10NB + b11(KP*NB)................(5)

Keterangan:
KM = Komitmen Merek AP = Atribut Produk
KP = Keterlibatan Produk NB = Niat Beli Konsumen

Pengujian Model Regresi

Pengujian model regresi diawali dengan menguji keberartian model.

Pengujian ini menggunakan  = 0,05 dan perhitungan menggunakan perangkat lunak

SPSS. Pengujian selanjutnya adalah pengujian keberartian koefisien regresi.

Pengujian ini menggunakan kriteria MRA sebagai dasar untuk mengetahui apakah

variabel AP dan NB merupakan variabel moderator atau tidak. Jika persamaan (2)

dan (3) tidak secara signifikan berbeda yaitu b3 0; b6 = 0, maka AP bukanlah variabel

moderator melainkan variabel independen murni. Variabel AP disebut murni

moderator bila persamaan (1) dan (2) tidak berbeda tetapi berbeda dengan persamaan

(3) yaitu b3 = 0; b6  0. Variabel AP diklasifikasikan sebagai quasi moderator


(sebagai variabel independen sekaligus moderator) bila persamaan (1), (2), dan (3)

masing-masing berbeda yaitu b3 0 dan b6  0. Demikian juga mengklasifikasikan

variabel AP dengan membandingkan b8 dan b11.

Masalah utama MRA atau regresi dengan variabel interaksi adalah

pelanggaran asumsi klasik multikolineritas sebagai akibat variabel interaksi. Untuk

mengetahui apakah masalah multikolinierias berpengaruh pada kesimpulan atau tidak,

dilakukan dengan menguji inkremental R2 (Hair, et al, 1998:170). Pengujian ini

mengacu pada rumus Gujarati (2003:263):

2
( Rnew  Rold
2
) / df 1
F
(1  Rnew ) / df 2
2

Keterangan:
df1 = jumlah variabel tambahan
df2 = n – jumlah parameter

Bila inkremental R2 signifikan, berarti multikolinieritas yang terjadi tidak

bermasalah. Demikian sebaliknya bila tidak signifikan dilakukan pemecahan

perbaikan lanjutan mengatasi masalah multikolinieritas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian terhadap 30 orang responden pada penelitian pendahuluan

mengenai validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil bahwa setiap butir pertanyaan

valid dan instrumen yang digunakan sudah reliabel. Terkumpul 162 respon, 3

diantaranya tidak digunakan karena kesalahan pengisian sehingga seluruhnya ada 159

kuesioner yang dianalisis selanjutnya.

Tabel 1. Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel n Kisaran Nilai Kisaran Hasil Rata-rata Standar Deviasi


KM 159 1–7 3–7 4,53 0,87
KP 159 1–7 3–6 5,23 0,55
NB 159 1–7 4–7 6,20 0,81
AP 159 1-7 3-6 5,65 0,84

Hasil perhitungan deskriptif setiap variabel disajikan pada Tabel 1. Dilihat

dari nilai rata-rata, secara individu ternyata Niat beli konsumen masuk pada kategori

hampir pasti membeli merek favoritnya pada pembelian kembali, Sedangkan

Keterlibatan Produk dan Atribut produk masuk pada kategori tinggi. Komitmen

merek menjadi variabel yang paling rendah yaitu masuk pada kategori sedang atau

biasa saja.

Pengujian Model Regresi

Peningkatan skala dari ordinal menjadi interval dilakukan dengan metode

succesive intervals. Hal ini dilakukan karena untuk analisis regresi membutuhkan

pengukuran minimal skala interval. Selanjutnya dilakukan analisis regresi. Pengujian

Keberartian model pada kelima model regresi ternyata menunjukkan semuanya

signifikan pada alpha 0,05 (Lihat tabel 2). Hal ini menunjukkan model regresi bisa

digunakan memprediksi Komitmen Merek. Dilihat dari nilai adjusted R2, terjadi

peningkatan setiap penambahan variabel baru (Model (1) ke (2), model (2) ke (3),

model (1) ke (4) dan model (4) ke (5)), hal ini menunjukkan penambahan variabel

baru meningkatkan kebaikan model.

Tabel 2. Pengujian Keberartian Model Regresi

Model Regresi Sig. F R2 Adjusted R2


Model (1) 0,000 0,22 0,22
Model (2) 0,000 0,33 0,32
Model (3) 0,001 0,38 0,37
Model (4) 0,002 0,41 0,40
Model (5) 0,000 0,49 0,48

Hasil pengujian terhadap pemenuhan asumsi klasik model bisa dilihat pada

tabel 3. Asumsi Normalitas residual diuji dengan uji Jarque-Berra, Homoskedastisitas


diuji dengan uji White, spatial autokorelasi diuji dengan uji Durbin-Watson, dan

Multikolinieritas diperiksa dengan nilai VIF. Hasilnya terlihat bahwa Normalitas

resudial, homoskedastisitas dan tidak adanya autokorelasi dipenuhi oleh kelima model

regresi. Asumsi klasik tidak adanya multikolinieritas dipenuhi oleh model (2) dan (4),

namun tidak untuk model (3) dan (5).

Model (3) dan (5) adalah model regresi dengan variabel interaksi,

memang riskan terhadap multikolineritas (Hair, et al, 1998) sehingga dilakukan

pengujian inkremental R2 seperti disajikan pada tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 terlihat

bahwa inkremental R2 signifikan secara statistik, artinya multikolinieritas yang terjadi

tidak menjadi masalah pada model (3) dan (5).

Tabel 3. Pemenuhan Asumsi Klasik Model Regresi

Model Tidak adanya Homoskedas- Tidak adanya Normalitas


Regresi Multikolinieritas tisitas Autokorelasi Residual
Model (1) N/A Ya Ya Ya
Model (2) Ya Ya Ya Ya
Model (3) Tidak Ya Ya Ya
Model (4) Ya Ya Ya Ya
Model (5) Tidak Ya Ya Ya

Tabel 4. Pengujian Inkremental R2


Model Inkremental Fuji
R2
Model (2) ke (3) 0,05 12,50*
Model (4) ke (5) 0,08 24,24*
Ket: * signifikan pada alpha = 0,05

Pengujian Hipotesis Penelitian

Tabel 5. menunjukkan hasil regresi linier sederhana dan hasil analisis regresi

termoderasi. Regresi linier sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pertama dan

regresi termoderasi untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga.

Pengujian terhadap hipotesis pertama, berdasarkan model regresi (1).

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa nilai koefisien b1 = 1,016 dan signifikan
pada  = 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keterlibatan produk akan

meningkatkan secara signifikan komitmen merek. Hasil ini sejalan dengan hipotesis

Tabel 5. Hasil Analisis Rregresi

Hipotesis Model Persamaan Regresi


H1 (1) KM = -0,571 + 1,016KP
(0,000)
H2 (2) KM = -0,827 + 0,504KP + 0,535AP
(0,002)
(3) KM = -3,458 + 1,042KP + 1,043AP – 0,102(KP*AP)
(0,630)
H3 (4) KM = -1,541 + 0,736KP + 0,413NB
(0,000)
(5) KM = 8,728 + 1,508KP – 1,335NB + 0,379(KP*NB)
(0,003)
Ket: Nilai dalam kurung adalah nilai signifikansi koefisien bersangkutan

pertama dan sejalan pula dengan penelitian Warrington & Shim (2000) dan Coulter,

et al, (2003). Besarnya Variasi komitmen merek yang bisa dijelaskan oleh

keterlibatan produk adalah 22%, selainnya oleh variabel lain.

Hipotesis kedua diuji dengan membandingkan hasil regresi model (1), (2) dan

(3). Ketiga model itu signifikan dengan uji F, berarti bisa digunakan memprediksi

komitmen merek. Mengacu pada model (2), koefisien regresi bernilai positif dan

signifikan pada  = 0,05. Hal ini menunjukkan atribut produk bisa menjadi variabel

independen dan berpengaruh positif terhadap komitmen merek. Koefisien interaksi

(b6) antara keterlibatan dan atribut produk pada model (3) ternyata tidak signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa Atribut produk tidak memoderasi hubungan melainkan

hanya sebagai independen murni. Bahkan bila dilihat dari nilai b6 yang negatif

(walaupun tidak signifikan), mengindikasikan interaksi keduanya bisa melemahkan

komitmen merek. Penelitian Mukherjee & Hoyer (2001) menunjukkan hal ini bisa

terjadi bila tingkat kompleksitas produk tinggi.


Perbandingan hasil regresi model (1), (4) dan (5) digunakan untuk menguji

hipotesis ketiga. Ketiganya signifikan bila dilihat dari uji keberartiannya. Koefisien

b8 pada model (4) bernilai positif dan signifikan pada  = 0,05. Artinya Niat beli

secara individual bisa menjadi independen dan signifikan meningkatkan komitmen

merek. Koefisien interaksi antara niat beli dan keterlibatan produk (b11) pada model

(5), bernilai positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa niat beli juga

merupakan variabel moderasi. Karena niat beli ternyata bisa menjadi variabel

independen sekaligus moderator, maka variabel tersebut diklasifikasikan sebagai

quasi moderator (Hair, 1998).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa semakin

tinggi keterlibatan produk akan secara signifikan meningkatkan komitmen merek.

Besarnya variasi komitmen merek yang bisa dijelaskan oleh keterlibatan produk

adalah sebesar 22%. Atribut produk secara signifikan bisa meningkatkan komitmen

merek tetapi interaksinya dengan keterlibatan produk tidak. Niat beli Konsumen bisa

sebagai prediktor terhadap komitmen merek dan interaksinya dengan keterlibatan

produk akan semakin meningkatkan hubungan keduanya.

Saran

Keterlibatan, atribut produk dan niat beli bisa menjadi prediktor yang baik

terhadap komitmen merek. Oleh karena itu untuk meningkatkannya pemasar bisa

menargetkan peningkatkan keterlibatan dengan menginteraksikan dengan niat beli

berupa peningkatan stimuli-stimuli untuk memberi dorongan terhadap komponen

konatif untuk melakukan tindakan nyata. Walaupun atribut produk bisa menjadi
prediktor bagi komitmen merek, pemasar harus hati-hati terhadap interaksinya dengan

faktor lain. Bila tingkat kompleksitas tinggi, atribut produk tidak memberi kontribusi

terhadap komitmen merek.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D., (1991), Managing Brand Equity Capitalizing on the Value of a Brand
Name, The Free Press: New York.
Agrawal, W. And D. Maheswaran (2005) The Effect of Self Construal and
Commitment on Persuasion, Journal of Consumer Research, vol.31, pg.841.
Ballester E. D., (2001), Brand Trust in the Context of Consumer Loyalty, European
Journal of Marketing, Vol.35, pg.1238
Coulter, R., et al, (2003) Rethinking the Origin of Involvement and Brand
Commitment: Insight from Postsocialist Central Europe, Journal of Consumer
Research, Vol.30, pg 115
Cowley, U., and A. Mitchell (2003), The Moderating Effect of Product Knowledge on
the Learning and Organization of Product Information, Journal Of Consumer
Research, Vol.30
Gujarati, D., (2003), Basic Econometrics, McGraw-Hills, International Edition Inc.
New York.
Hair, J. F., et al., (1998), Multivariate Data Analysis, Prentice Hall Inc. USA
Keegan, et al., (2002), Marketing, Prentice Hall International Inc: London
Kotler, P., and K., Keller, (2006), Marketing Management, Pearson International
Edition, Singapore.
Mukherjee, A., and W. Hoyer, (2001), The Effect of Novel Attributes on Product
Evaluation, Journal Of Consumer Research, Vol. 29.
Peter, J.P., and J.C., Olson (2006), Consumer Behavior and Marketing Strategy,
McGraw-Hill Inc.: Singapore.
Russel, C., and Bobko (1992), Moderated Regression Analysis and Likert Scales too
Coarse for Comfort, Journal of Applied Psychology, Vol. 77.
Schiffman, L. G., and L.L., Kanuk, (2004) Consumer Behavior, Prentice Hall
International Inc., London
Sharon, S., (1996), Consumer Involvement; Concept and Research, Journal of
Marketing Research,
Warrington, P. And S. Shim, (2000), An Empirical Investigation of the Relationship
between Product Involvement and Brand Commitment, Psychology &
Marketing, Vol 17, pg 761.
Yeung, C.W. and D., Soman (2005), Attribute Evaluability and Range Effect, Journal
of Consumer Research, Vol. 32, pg.363.

You might also like