You are on page 1of 2

Perkembangan Teori Cahaya

Gejala pemantulan cahaya oleh sebuah permukaan halus sudah diketahui sejak jaman Plato,
sebelum abad Masehi. Pada awal abad ke-10 , seorang ahli matematika mesir Al Hazen dapat
menunjukkan tingkah laku cahaya ketika cahaya merambat dari medium kurang rapat ke
medium lebih rapat. Ia telah mengetahui hubungan yang sangat erat antara sudut sinar datang
dengan sudut sinar bias. Namaun saat itu, dia belum dapat menemukan hukum yang
menghubungkan antara sudut sinar datang dengan sudut sinar bias. Hukum tersebut baru
dapat ditunjukkan enam ratus tahun kemudian, yang dikenal dengan nama Hukum Snell
tentang pembiasan cahaya
 
Teori Partikel
 
Menurut Newton, cahaya terdiri dari patikel-partikel yang sangat kecildan ringan yang
memancar dari sebuah sumber ke segala arah. Adapun beberapa hal penting terkait dengan
cahaya yang terlahir dari teori ini antara lain:

1. Teori partikel dapat menjelaskan bahwa perambatan cahaya berupa garis lurus. Teori ini
berdasarkan anggapan bahwa jika sebuah bola dilemparkan dalam ruang hampa, maka
lintasannya akan berbentuk garis lurus. Lintasan bola akan melengkung karena pengaruh
medan gravitasi bumi. Namun jika massa bola sangat kecil dan kecepetannya sangat tinggi,
bentuk lintasan bola akan mendekati garis lurus. Para penganut teori ini menentang teori
gelombang dengan alasan bahwa gelombang tidak dapat merambat lurus
 
2. Adanya pemantulan cahaya. Ketika cahaya mengenai sebuah permukaan halus, seperti
cermin, cahaya akan dipantulkan dengan sudut pantul yang sama dengan sudut datangnya.
Dengan menggunakan teori partikel, peristiwa pemantulan dapat dijelaskan dengan analogi
sebuah bola dilemparkan ke atas sebuah bidang pemantul, bola akan dipantulkan. Begitu pula
halnya dengan pemantulan cahaya.
 
3. Alasan ketiga adalah adanya penomena pembiasan cahaya. Untuk menjelaskan pembiasan
cahaya, Newton menggunakan sebuah bola yang menggelinding di permukaan bidang miring
 
Teori Gelombang
 
Menurut Christian Huygens, cahaya pada dasarnya sama dengan gelombang bunyi.
Perbedaanya hanya terletak pada frekuensi dan panjang gelombang. Huygens dianggap
sebagai penemu teori gelombang cahaya. Konsep dasar yang dikemukakannyasangat
bermanfaat untuk meramalkan gejala-gejala yang dihasilkan cahaya. Untkmemehami konsep
teori gelombang, tinjaulah gelombang permukaan air seperti ilustrasi berikut
 
 
Jika setetes air jatuh di air yang tenang, maka tetesan air tersebut akan menimbulkan
gelombang permukaan air yang berbentuk lingkaran-lingkaran. Gelombang tersebut akan
merambat di titik tempat tetesan air tersebut jatuh. Lingkaran-lingkaran yang disebut sebagai
muka gelombang pada permukaan air terus merambat. Gejala ini menunjukkan bahwa titik-
titik pada muka gelombang merupakan sumber gelombang, sehingga gelombang permukaan
air dapat bertahan cukup lama.
 
Teori Huygens ini dapat menjelaskan peristiwa pemantulan dan pembiasan cahaya dengan
sangat memuaskan, sehingga mendapat dukungan yang sangat luas. Teori inipun dapat
menjelaskan dengan sangat memuaskan peristiwa interferensi dan difraksi cahaya. Pada
pembehasan tentang pembiasan, teori gelombang dapat menunjukkan bahwa kecepatan
cahaya di dalammedium lebih rapat adalah lebih kecil daripada kecepatan cahaya dalam
medium kurang rapat. Namun pendukung teori gelombang mendapat kesulitan dalam
menjelaskan peristiwa perambatan cahaya yang berupa garis lurus. Kelemahan inilah yang
menyebabkan Newton tidak setuju dengan teori gelombang cahaya.

Teori Elektromagnetik
 
Menurut seorang ahli fisika berkebangsaan Skotlandia James Clerk Maxwell, nilai cepat
rambat cahaya sama dengan cepat rambat gelombang elektromagnetik, yaitu 3 x 108 m/s.
Oleh karena itu dia berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Teori
yang dikemukakan maxwell ini mendapat dukungan dari hasil percobaan yang dilakukan oleh
Heinrich Rudolf Hertz, seorang ilmuan berkebangsaan jerman.Dia membuktikan bahwa
gelombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal. Hal tersebut sesuai dengan
kenyataan bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi.
 
Teori Kuantum
 
Pada awal abad ke 20, para ahli fisika mulai memikirkan kemungkinan bahwa cahaya
memiliki sifat seperti partikel. Dengan kemampuan teoritis, disertai dengan berbagai
percomaan yang mendukung, Max Planck seorang fisikawan jerman mendapatkan
kesimpulan bahwa cahaya dapat berprilaku sebagai partikel yang disebut dengan foton. Teori
Max Planck ini dinamakan teori kuantum cahaya. Penemuan ini selanjutnya dimanfaatkan
oleh Einstein untuk menerangkan efek fotolistrik, yaitu suatu peristiwa lepasnya elektron dari
permukaan logam akibat efek penyinaran.
 
Dari keempat teori tentang cahaya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki
dua sifat, yaitu dapat berprilaku sebagai gelombang, karena dia dapat menjelaskan terjadinya
peristiwa-peristiwa seperti pemantulan, pembiasan, dll dan dapat juga berprilaku sebagai
partikel karena mampu menjelaskan terjadinya efek fotolistrik.

You might also like