You are on page 1of 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank

2.1.1. Pengertian Bank

Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang aktifitasnya menghimpun dana


berupa giro, deposito tabungan dan simpananan yang lain dari pihak yang kelebihan
dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat
yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan
yang pada gilirannya dapat meningkatakan taraf hidup orang banyak. (Taswan :
2010)

Para ahli dalam bidang perbankan memberikan definisi yang berbeda-beda

mengenai bank, namun demikian berbagai definisi tersebut mempunyai tujuan yang

sama. Untuk memudahkan orang dalam mengartikan pengertian bank, berikut ini

penulis sajikan beberapa pengertian bank menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai

berikut :

Menurut Joseph Sinkey, yang dimaksud dengan bank adalah “department store

of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan”. (Taswan : 2010)

Sementara pengertian bank menurut Verryn Stuart (1999), adalah ”suatu badan
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat
pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun
dengan jalan mengedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”.

Sedangkan menurut Hasibuan (2008:2) ”Bank umum adalah lembaga keuangan,


pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana lalu lintas
pembayaran, stabilisator moneter, serta dinamisator pertumbuhan perekonomian”.
Sedangkan pengertian bank menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998
tentang Perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah ”Badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dari be berapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Bank
adalah suatu badan yang bergerak dalam bidang keuangan yang melaksanakan
kegiatan menghimpun dana untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan
dana, serta melaksanakan jasa-jasa perbankan lainnya.

2.1.2. Karakteristik Bank

Pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola


bank. Beberapa karakteristik bank, antara lain: (Taswan : 2010)

1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan


(financial intermediary) antar pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana
(surplus spending unit) dengan mereka yang membutuhkan dana (deficit
spending unit), serta berfungsi untuk memperlancar lalu lintas pembayaran
giral. Kegiatan tersebut dilakukan atas dasar falsafah kepercayaan.

2. Bank juga merupakan industri yang kegiatannya mengandalkan


kepercayaan, sehingga harus selalu menjaga kesehatannya. Pemeliharaan
kesehatan bank, antara lain dengan pemeliharaan kecukupan modal,
kualitas aktiva, manajemen, pencapaian profit dan likuiditas yang cukup.

3. Pengelola bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut


senantiasa menjaga keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan
kebutuhan profitabilitas yang wajar serta modal yang cukup sesuai dengan
penanamannya.

4. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan


bagian dari sistem moneter yang mempunyai kedudukan strategis sebagai
penunjang pembangunan.
5. Secara operasional bank mempunyai ciri khas, yaitu aktiva tetapnya relatif
rendah, hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan
perbandingan antara aktiva dengan modal (financial leverage) sangat
besar.

2.1.3. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah pada umumnya adalah menghimpun

dana dari masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary.

Menurut Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru (2006:9) fungsi bank terdiri dari :

1. Agent of trust.

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam

hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau

menitipkan dananya di bank apabila dilandasi akan kepercayaan.

Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalah gunakan oleh

bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan

pada saat uang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali

dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan

dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur

kepercayaan.

2. Agent of Development.

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan disektor riil

tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan

saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik

apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik, kegiatan bank berupa
menghimpun dan menyalurkan dana sangat diperlukan bagi lancarnya

kegiatan perekonomian disektor riil. Kegiatan bank tersebut

memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan

distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa

kegiatan investasi – distribusi – konsumsi tidak lepas dari adanya

pengunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi – distribusi – konsumsi ini

tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

3. Agent of Service.

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank

juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat

secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang,

penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian

tagihan.

Dari ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang

menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank

tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan (financial

intermediary institution).

2.1.4. Tujuan Bank

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan pasal 4

menyatakan: ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

dalam meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional

kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.


2.1.5. Jenis dan Kegiatan Usaha Bank

2.1.5.1. Jenis-Jenis Bank

Berdasarkan Undang-undang No. 10 tahun 1998, jenis bank dibedakan


menjadi 2 yaitu :

1. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank

umum sering disebut bank komersial (commercial bank).

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

2.1.5.2. Kegiatan Usaha Bank

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut


Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan adalah
sebagai berikut:

1. Menghimpun dana dari masyarakat.

2. Memberikan kredit.

3. Menerbitkan surat pengakuan hutang.


4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah.

2.2. Teknologi Informasi

2.2.1. Pengertian Teknologi Informasi

Menurut Oxford (1995) mendefinisikan teknologi informasi adalah studi atau


penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan,
menganalisis, dan mendistribusikan informasi dalam bentuk apapun termasuk kata-
kata, bilangan, dan gambar. Sedangkan menurut Alter (1992) teknologi informasi
mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau
sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan,
mengambil, memanipulasi, atau menampilkan data.

Martin (1999) mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada


teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi. Secara lebih umum, Lucas (1999)
menyatakan bahwa teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang
diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik.

2.2.2. Lingkup Teknologi Informasi

Teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu perangkat


lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras menyangkut
peralatan-peralatan yang bersifat fisik, seperti memori, printer dan keyboard. Adapun
perangkat lunak meliputi : instruksi-instruksi untuk mengatur perangkat keras agar
bekerja sesuai dengan tujuan instruksi tersebut (Kadir, 2003).

Sedangkkan Haag (2000) membagi teknologi informasi menjadi 6 kelompok, antara


lain :
1. Teknologi masukan (input)

Segala perangkat yang digunakan untuk menangkat data/informasi dari sumber


asalnya.

2. Teknologi keluaran (output)

Supaya informasi dapat diterima oleh pemakai yang membutuhkan, informasi


perlu disajikan dalam berbagai bentuk baik kertas dengan menggunakan printer
maupun melalui media penyimpanan seperti hardisk, dsb.

3. Teknologi perangkat lunak (software)

Untuk menciptakan informasi diperlukan perangkat lunak atau program. Program


adalah sekumpulan instruksi yang digunakan untuk mengendalikan perangkat
keras komputer.

4. Teknologi penyimpan (storage)

Teknologi penyimpan menyangkut segala peralatan yang digunakan untuk


menyimpan data.

5. Teknologi telekomunikasi (telecomunication)

Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang memungkinkan hubungan


jarak jauh. Internet dan ATM merupakan contoh teknologi yang memanfaatkan
teknologi telekomunikasi.

6. Teknologi pemroses (process)

Mesin pemroses adalah bagian penting dalam teknologi informasi yang berfungsi
untuk mengingat data/program berupa komponen memori dan mengeksekusi
program berupa komponen CPU.
2.2.3. Peranan Teknologi Informasi

Teknologi informasi memainkan peranan penting dalam perekayasaan ulang


dalam proses bisnis. Kecepatan, kemampuan pemrosesan informasi dan konektivitas
komputer serta teknologi internet dapat secara mendasar meningkatkan efisiensi para
bisnis, seperti juga meningkatkan komunikasi dan kerjasama (O Brien, 2005: 76).

Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini sangat besar.
Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis,
memberikan andil besar terhadap perubahan mendasar pada struktur, operasi dan
manajemen organisasi. Berkat teknologi ini, berbagai kemudahan dapat dirasakan
manusia. Menurut Kadir (2003), peranan teknologi informasi meliputi :

1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam tugas ini, teknologi


informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.

2. Teknologi informasi memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan


informasi terhadap suatu tugas atau proses.

3. Teknologi informasi berperan dalam restrukturisasi terhadap peran manusia.


Dalam hal ini, teknologi berperan dalam melakukan perubahan-perubahan
terhadap sekumpulan tugas atau proses.

2.2.4. Strategi Teknologi Informasi Menuju Keunggulan Kompetitif

Pemanfaatan teknologi informasi yang maksimal dapat digunakan untuk


membentuk strategi menuju keunggulan yang kompetitif (O’Brien, 2005) dengan
cara:

1. Strategi biaya : meminimalisir biaya/memberikan harga yang lebih murah


terhadap pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok, dan meningkatkan
biaya pesaing untuk tetap bertahan di industri.

2. Strategi diferensiasi : mengembangkan cara-cara untuk membedakan


produk/jasa yang dihasilkan perusahaan terhadap pesaing, sehingga pelanggan
menggunakan produk/jasa karena adanya manfaat atau fitur yang unik.
3. Strategi inovasi : memperkenalkan produk/jasa yang unik, atau membuat
perubahan dalam proses bisnis yang menyebabkan perubahan-perubahan yang
mendasar dalam pengelolaan bisnis.

4. Strategi pertumbuhan : mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan,


melakukan ekspansi ke dalam pemasaran global, melakukan diversifikasi
produk/jasa baru, atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait.

5. Strategi aliansi : membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan
pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan dan lain-lain.

2.2.5. Teknologi Informasi Layanan Perbankan

Penerapan teknologi informasi dewasa ini telah menjadi standar de facto


dalam industri perbankan. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang memegang
prinsip, bahwa di dalam dunia perbankan, tidak memiliki infrastruktur teknologi
informasi yang baik berarti cepat atau lambat akan tersingkir dari arena persaingan.
Alasan sederhana yang mendasarinya, adalah karena perbankan merupakan sebuah
industri jasa, yang kinerjanya sangat dipengaruhi oleh variable ruang dan waktu.
Meningkatnya pelayanan pelanggan merupakan suatu usaha untuk menembus
batasan-batasan ruang dan waktu yang hanya dapat dilakukan dengan bantuan
teknologi komputer dan telekomunikasi. Pada saat yang bersamaan, teknologi ini pula
yang akan menjadi senjata bagi bank yang bersanguktan untuk bersaing dengan bank-
bank lain, terutama dalam usahanya untuk menciptakan suatu produk layanan yang
lebih murah, lebih baik dan lebih cepat.

Beberapa layanan internet banking yang memanfaatkan teknologi informasi


(Nurastuti : 2011):

1. Automatic Teller Machine (ATM)

Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya


yang membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening
simpanannya di bank, melakukan setoran, cek saldo atau pemindahan dana.
2. Mobile Banking (m-banking)

Mobile Banking disingkat m-banking diartikan sebagai fasilitas perbankan


melalui komunikasi bergerak seperti handphone. Dengan penyediaan fasilitas yang
hampir sama dengan ATM kecuali mengambil uang tunai. Arti istilah SMS Banking
merupakan layanan yang disediakan bank menggunakan sarana SMS utuk melakukan
transaksi keuangan dan permintaan informasi keuangan, misalnya cek saldo, mutasi
rekening dan sebagainya.

Hampir semua bank di Indonesia telah menyediakan fasilitas M-Bankingnya, baik


berupa SIMToolkit (Menu Layanan Data) maupun sms plain (sms manual) atau
dikenal dengan istilah sms banking. Berikut ini adalah daftar beberapa operator yang
menyediakan layanan m-banking.

NO TELKOMSEL XL ESIA FLEXI INrDOSAT

1. Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri SIMToolkit


(SimToolkit/3355)
(SIMToolkit (3355) (3355)

/3355)

2. BNI SMS Banking BNI SMS BNI BNI BNI SMS Banking
(SIMToolkit Banking SMS SMS

/3346) Banking Banking


(3346) (3346)

3. Bank BCA Bank BCA Bank Bank BCA


BCA
(SIMToolkit) (SIMToolkit)
(69888)

4. Bank Permata Bank Bank Bank Permata


Permata Permata
(SIMToolkit (SIMToolkit
/3399) (3399) /3399)

5. Bank Niaga Bank Niaga Bank Bank Niaga


Niaga
(14041)

6. Citibank Citibank Citibank Citibank

(SIMToolkit) (699999) (SIMToolkit)

7. Bank Syariah Bank Bank Syariah


Mandiri Syariah Mandiri
Mandiri

8. Bank Sumsel Bank Bank Sumsel


Sumsel

9. Bank NISP Bank NISP Bank NISP

10. Bank Bukopin Bank Bank Bank Bukopin


Bukopin Bukopin
(3346)

11. Bank Bumiputera Bank Bank Bumiputera


Bumiputera

12. Bank BTN Bank BTN

13. Bank Buana Bank Buana


(SIMToolkit) (SIMToolkit)

14. Bank ANZ Bank ANZ Bank ANZ

(SIMToolkit) (SIMToolkit)

15. BRI (3300) BRI BRI

16. Bank Mega Bank Mega Bank Mega

17. Bank Danamon Bank Bank Danamon


Indonesia Danamon Indonesia
(SIMToolkit Indonesia (SIMToolkit
/3435) /3435)

18. Standard Chartered Standard Standard Chartered


Chartered
19. BPD Sulut BPD Sulut BPD Sulut

Tabel 2.1. Tabel Daftar Layanan Mobile Banking

3. Phone Banking

Layanan Phone Banking merupakan jasa yang disediakan bank untuk melakukan
transaksi, antara lain (Nurastuti : 2011) :

a) Transaksi di mana dapat dilakukan selama waktu tertentu melalui phone


banking dengan bantuan seorang anggota karyawan bank yang menerima
instruksi dengan menggunakan telepon;

b) Transaksi dimana dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan jasa


otomatis dengan menggunakan telepon oleh nasabah tanpa bantuan staf
bank;

c) Transaksi yang lainnya yang dapat disediakan oleh bank dari waktu ke
waktu.

4. Computer Banking

Layanan bank yang bias diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat
data bank untuk melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar
tagihan, dan lain-lain.

5. Internet Banking

Menurut Bank Indonesia (2004), Internet Banking merupakan salah satu


pelayanan jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet.
Jenis kegiatan internet banking dibedakan menjadi tiga, yaitu Informational Internet
Banking, Communicative Internet Bankin, dan Transactional Internet Banking.
6. Debit (or check) Card

Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang
memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari
rekening banknya.

7. Direct Deposit

Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi
kerja atau instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau
pensiun) melalui transfer elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening
nasabah.

8. Stored Value Card

Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi melalui
pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh
pemberi kerja atau perusahaan lain. Untuk single-purpose stored value card, penerbit
(issuer) dan penerima (acceptor) kartu adalah perusahaan yang sama dan dana pada
kartu tersebut menunjukan pembayaran di muka untuk penggunaan barang dan jasa
tertentu (misalnya kartu telepon). Limited-purpose card secara umum digunakan
secara terbatas pada terminal POS yang teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi
tertentu (misalnya vending machines di sekolah-sekolah). Sedangkan multi-purpose
card dapat digunakan pada beberapa penyedia jasa dengan kisaran yang lebih luas,
misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa atau logo laonnya dalam jaringan
antarbank.

9. Smart Card

Salah satu tipe stored-value card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih chips
atau microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau
melakukan proses untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian,
verifikasi saldo rekening dan menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa digunakan pada
system terbuka (misalnya untuk pembayaran transportasi publik) atau system tertutup
(misalnya, MasterCard atau Visa networks).
10. Prepaid Card

Salah satu tipe Stored-value card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan
sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu.

2.3. Internet Banking

2.3.1. Pengertian Internet Banking

Definisi oleh Cronin dalam bukunya Banking and Finance on the Internet
yang dipublikasi oleh John Wilery & Sons – Canada tahun 1998 adalah:

“The financial services application that enables financial institutions to offer


traditional banking products and services such as checking, savings and
money market accounts and certificates of deposit over the internet”

Bank Negara Malaysia yang telah menyusun ketentuan mengenai internet


banking mendefinisikannya sebagai berikut:

“Internet banking refers to banking products and services offered by banking


institutions on the internet through access devices including personal
computers, and other intelligent devices”

Dalam bahasa Indonesia, terjemahan bebas dari internet banking adalah jasa
yang memungkinkan nasabah bank melakukan transaksi perbankan melalui jaringan
internet. Internet banking lebih fleksibel dibandingkan dengan pelayanan dengan
sistem counter, karena tidak mengenal batas waktu dan tempat. (Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Juni 2002)

Menurut Turban et al. (2002), internet banking adalah perbankan yang


menggunakan internet yang memungkinkan dilakukannya pembayaran tagihan,
mendapatkan pinjaman dari bank atau melakukan transfer antarrekening.

Menurut Bank Indonesia (2004), Internet Banking merupakan salah satu


pelayanan jasa bank yang memungkinkan nasabah untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet.
Jenis kegiatan internet banking dibedakan menjadi tiga,tingkatan, yaitu:

1. Entry / Informational Internet Banking

Merupakan tingkatan atau tahapan yang paling sederhana, yaitu hanya


menyediakan informasi statistik mengenai bank tersebut serta jasa/produk yang
ditawarkan. Tingkatan ini tidak lebih dari sekedar brosur elektronik dari suatu bank.
Tingkat risikonya sangat rendah karena tidak terhubung dengan data base bank. .
(Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2002).

Informational Internet Banking adalah pelayanan jasa bank kepada nasabah


dalam bentuk informasi dalam bentuk jaringan internet dan tidak melakukan eksekusi
transaksi (execution of transaction). (Nurastuti : 2011)

2. Intermediate / communicative Internet Banking

Communicative Internet Banking adalah pelayanan jasa bank kepada nasabah


dalam bentuk komunikasi atau melakukan interaksi dengan bank penyedia layanan
internet banking secara terbatas dan tidak melakukan eksekusi transaksi. (Nurastuti :
2011)

Pelayanannya lebih luas daripada sekedar informasi, karena nasabah bisa


melakukan interaksi dengan bank penyedia jasa internet secara terbatas, misalnya
account inquiry, on line account application, electronic mail, dan sebagainya. Dalam
tahapan ini tidak ada execution of transaction sama sekali. Tingkatan ini memiliki
risiko yang lebih besar informational website. (Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Juni 2002).

3. Advance / Transactional Internet Banking

Transactional Internet Banking adalah pelayanan jasa bank kepada nasabah


untuk melakukan interaksi dengan bank penyedia layanan internet banking dan
melakukan eksuksi dan transaksi. (Nurastuti : 2011)

Tingkatan ini adalah yang paling lengkap dan dapat menampilkan seluruh
transaksi yang diperlukan oleh nasabah termasuk transfer dana, pembayaran tagihan
dan lainlain seperti layaknya pelayanan melalui counter atau ATM kecuali penarikan
kas.

Pada dasarnya bank yang menyediakan jasa pelayanan internet banking dapat
bebas menentukan transaksi atau produk/jasa apa yang disediakan. Untuk itu bank
dalam business plan-nya harus memperhitungkan dengan seksama untung ruginya,
risiko yang akan dihadapi serta kebutuhan dari nasabah. Penentuan jenis produk/jasa
tentunya akan disesuaikan dengan kemampuan dan strategi masing-masing bank
namun demikian Bank tidak diperkenankan untuk menawarkan produk/jasa di
internet banking yang dilarang oleh undang-undang atau peraturan yang berlaku.

Furts et al. (2000) mengungkapkan bahwa perbankan melalui internet banking


dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Bank yang memiliki bangunan kantor cabang dapat membuat situs internet
dan menawarkan layanan perbankan yang diberikan melalui kantor
cabangnya.

2. Bank yang hanya memberikan jasa layanan perbankan melalui internet


banking atau bank tanpa kantor cabang (branchless) biasa juga disebut virtual
bank dan internet only bank.

Menurut SE No.6/18/dpnp tanggal 20 April 2004 Bank Indonesia perihal


Penerapan Manajemen. Risiko pada aktifitas pelayanan jasa bank melalui internet
(Internet Banking), jenis internet banking yang kedua (internet only bank) tidak
diperbolehkan di Indonesia.

2.3.2. Resiko Pada Layanan Internet Banking

Internet banking menciptakan tantangan tersendiri bagi pengendalian risiko bagi


bank. Dari perspektif pengawasan, resiko adalah potensi bahwa kejadian-kejadian,
yang diharapkan atau tak terduga, mungkin memiliki dampak yang merugikan pada
pendapatan bank atau modal. Bank Indonesia telah menentukan delapan kategori
risiko untuk tujuan pengawasan bank. Risiko tersebut adalah risiko kredit, risiok
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hokum, risiko kepatuhan, risiko
strategis dan risiko reputasi reputasi. Semua jenis risiko tersebut memiliki kaitan
dengan layanan internet banking (http://www.scribd.com/doc/23932496/Bahan-
Internet-Banking-Risks).

1. Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang timbul akibat kegagalan dari counterparty untuk
memenuhi kewajiban dan kontrak dengan bank. Risiko kredit ditemukan dalam
semua kegiatan perkreditan, trisuri dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, baik
yang tercatat di dalam atau di luar neraca bank.

Internet banking memberikan kesempatan bagi bank untuk memperluas wilayah


pemasaran kredit. Dalam berurusan dengan nasabah melalui Internet, ketiadaan
kontak personal, memberikan tantangan bagi institusi dalam memverifikasi kualitas
nasabah, yang merupakan unsur penting dalam membuat keputusan kredit.

Verifikasi agunan dan menyempurnakan perjanjian kredit juga dapat menjadi


tantangan berkaitan dengan peminjam yang berada di luar area. Akan tetapi jika
dikelola dengan baik, internet banking dapat mengakibatkan konsentrasi di luar
daerah kredit atau kredit dalam satu industri.

2. Risiko Pasar

Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel
pasar dari portofolio yang dimiliki Bank, yang dapat merugikan Bank. Yang
dimaksud dengan variabel pasar adalah suku bunga dan nilai tukar, termasuk derivasi
dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga options. Risiko pasar
antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Bank seperti kegiatan trisuri dan
investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang, maupun penyertaan pada
lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis), dan
kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan
perdagangan. Risiko pasar dibedakan menjadi:
a. Risiko Suku Bunga

Risiko suku bunga adalah potensi yang timbul akibat pergerakan suku bunga
di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi Bank yang
mengandung risiko suku bunga. Dari perspektif ekonomi, bank berfokus pada
kepekaan dari nilai aset, kewajiban dan pendapatan terhadap perubahan suku
bunga.

Internet banking dapat menarik deposito, tabungan dan pinjaman, dan


hubungan lain dari suatu wilayah bisnis yang lebih besar daripada bentuk-
bentuk pemasaran yang lain. Akses yang lebih besar dari nasabah yang ingin
mendapatkan tingkat suku bunga terbaik mengharuskan para manajer untuk
mampu menjaga sistem manajemen aset dan liabilitas yang tepat, termasuk
kemampuan untuk bereaksi dengan cepat terhadap perubahan kondisi pasar.

b. Risiko Nilai Tukar

Risiko nilai tukar hadir ketika bank memperoleh pinjaman atau memiliki
portofolio pinjaman dan pendanaan dalam mata uang asing. Dalam beberapa
kasus, bank akan masuk ke dalam komitmen dengan multi-mata uang yang
memungkinkan deposan dan untuk memilih mata uang yang mereka sukai.
Risiko nilai tukar dapat dipengaruhi oleh situasi politik, sosial, atau
perkembangan ekonomi. Konsekuensi dapat merugikan jika salah satu mata
uang yang terlibat tunduk pada kontrol devisa yang ketat atau tunduk pada
fluktuasi nilai tukar yang besar.

3. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang timbul dari ketidakmampuan bank memenuhi
kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Risiko likuiditas meliputi ketidakmampuan
untuk mengelola perubahan yang tidak direncanakan terhadap sumber-sumber
pendanaan. Risiko likuiditas juga timbul dari kegagalan untuk mengenali perubahan
dalam kondisi pasar yang mempengaruhi kemampuan bank untuk melikuidasi aset
dengan cepat dan dengan nilai kerugian yang minimal.
Internet banking dapat meningkatkan volatilitas simpanan dana dari nasabah.
Sistem manajemen aset/kewajiban dan portofolio pinjaman harus sesuai dengan
produk yang ditawarkan melalui Internet banking. Peningkatan pemantauan likuiditas
dan perubahan dalam deposito dan pinjaman harus dilakukan seiring peningkatan
volume dan sifat aktivitas rekening Internet banking.

4. Risiko Operasional

Risiko Operasional timbul dari penipuan, error, dan ketidakmampuan untuk


menghasilkan produk atau jasa, mempertahankan posisi yang kompetitif, dan
mengelola informasi. Risiko operasional pasti ada dalam setiap produk dan layanan
yang ditawarkan dan meliputi produk pengembangan dan pengiriman, pemrosesan
transaksi, sistem pengembangan, sistem komputasi, kompleksitas produk dan jasa,
dan internal kontrol lingkungan.

Risiko operasional dengan tingkat tinggi mungkin ada dengan produk perbankan
internet, terutama jika jalur bisnis yang tidak direncanakan, dilaksanakan, dan
dimonitor secara memadai. Bank yang menawarkan produk dan jasa keuangan
melalui Internet harus dapat memenuhi harapan nasabah. Bank juga harus
memastikan mereka memiliki bauran produk yang tepat dan kemampuan untuk
memberikan layanan yang akurat dan tepat waktu, yang dapat diandalkan untuk
mengembangkan tingkat kepercayaan yang tinggi.

Nasabah akan terus-menerus mengharapkan ketersediaan produk dan halaman


web yang mudah dinavigasi. Software untuk mendukung berbagai fungsi internet
banking tersedia untuk nasabah dari berbagai sumber. Komunikasi yang baik antara
bank dan nasabah mereka akan membantu mengelola ekspektasi pada kompatibilitas
perangkat lunak yang digunakan.

Serangan atau usaha penyusupan pada bank sistem jaringan komputer menjadi
perhatian utama. Sistem internet banking lebih rentan terhadap serangan dari
eksternal, karena pengguna memiliki pengetahuan tentang sistem dan akses. Bank
harus memiliki usaha preventif dan kontrol deteksi untuk melindungi sistem internet
banking mereka dari eksploitasi baik secara internal maupun eksternal.
Kontingensi dan perencanaan bisnis diperlukan bagi bank untuk meyakinkan
bahwa mereka dapat memberikan produk dan layanan pada saat terjadinya peristiwa
yang tidak diinginkan. Produk internet banking harus terhubung melalui jaringan
yang kuat. Sebagai contoh, jika server utama tidak bisa dioperasi, jaringan secara
otomatis dapat mengubah rute lalu lintas ke server cadangan yang berada pada lokasi
geografis yang berbeda.

Isu keamanan harus dipertimbangkan dalam mengembangkan kontingensi dan


perencanaan bisnis. Dalam situasi, keamanan dan pengendalian internal di lokasi
server cadangan harus memiliki kecanggihan yang sama seperti server utama.
Ketersediaan sistem tingkat tinggi akan menjadi kunci harapan nasabah dan
kemungkinan akan membedakan tingkat keberhasilan di antara institusi yang
menggunakan Internet banking.

5. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

6. Risiko Strategis

Risiko strategis adalah risiko yang timbul dari keputusan bisnis yang merugikan,
pelaksanaan keputusan yang tidak tepat, atau kurang responsif terhadap perubahan
industri. Risiko ini adalah fungsi dari kompatibilitas sebuah tujuan strategis
organisasi, strategi bisnis dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan, sumber daya
yang digunakan terhadap tujuan-tujuan, dan kualitas pelaksanaan. Sumber daya yang
dibutuhkan untuk menjalankan bisnis strategi yang baik berwujud dan tidak
berwujud. Sumber daya tersebut termasuk komunikasi saluran, sistem operasi,
jaringan pengiriman, dan kapasitas manajerial dan kemampuan. Internal organisasi
harus dievaluasi karakteristik terhadap dampak ekonomi, teknologi, kompetitif,
peraturan, dan perubahan lingkungan lainnya.
Manajemen harus memahami risiko yang terkait dengan internet banking sebelum
mereka membuat keputusan untuk mengembangkan kelas bisnis tertentu. Dalam
beberapa kasus, bank dapat menawarkan produk baru dan jasa melalui Internet.

Sebelum memperkenalkan sebuah produk internet banking, manajemen harus


mempertimbangkan produk dan teknologi yang konsisten dengan tujuan bisnis dalam
rencana strategis bank. Bank juga harus mempertimbangkan apakah keahlian dan
sumber daya yang memadai tersedia untuk mengidentifikasi, memantau, dan
mengendalikan risiko dalam bisnis internet banking. Proses perencanaan dan
pengambilan keputusan bank harus berfokus pada bagaimana kebutuhan bisnis yang
spesifik tersebut dipenuhi oleh produk internet banking, bukan memfokuskan pada
produk sebagai obyek yang independen.

Ahli teknologi bank, bersama dengan eksekutif pemasaran dan operasional,


harus turut berperan dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Mereka
harus memastikan bahwa rencana tersebut konsisten dengan keseluruhan tujuan bisnis
bank dan berada dalam toleransi risiko bank. Teknologi baru, khususnya Internet,
bisa membawa perubahan yang cepat dalam kekuatan kompetitif. Dengan demikian,
visi strategis harus menentukan cara Internet lini produk perbankan dirancang,
dilaksanakan, dan dipantau.

7. Risiko reputasi

Risiko reputasi timbul karena adanya publikasi negatif yang terkait dengan
kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank. Hal ini mempengaruhi
kemampuan bank untuk membangun hubungan dan layanan baru atau melanjutkan
layanan dan hubungan yang telah ada. Risiko ini dapat mengekspos litigasi lembaga,
kerugian keuangan, atau penurunan jumlah nasabah. Eksposur risiko reputasi hadir
dalam seluruh institusi dan mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan suatu
prinsip kehati-hatian dalam berurusan dengan nasabah dan masyarakat.

Sebuah bank dapat menderita risiko reputasi jika ia gagal memenuhi klaim
pemasaran atau memberikan informasi yang akurat dan layanan tepat waktu. Hal ini
dapat mencakup kegagalan untuk secara memadai memenuhi kebutuhan kredit
nasabah, tidak dapat menyediakan sistem pengiriman yang diandalkan dan tidak
efisien, tanggapan terhadap permintaan nasabah yang tidak tepat, atau pelanggaran
terhadap privasi nasabah.

8. Risiko Kepatuhan

Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku. Risiko kepatuhan juga timbul dalam situasi di mana undang-undang atau
peraturan yang mengatur produk bank tertentu atau kegiatan dari klien bank belum
teruji. Pelanggaran terhadap risiko kepatuhan dapat mengakibatkan pengenaan uang
denda, pembayaran ganti rugi, dan pembatalan kontrak dan pencabutan ijin usaha
bank. Risiko kepatuhan dapat mengakibatkan hilangnya reputasi, berkurangnya nilai
perusahaan, hilangnya peluang bisnis, dan berkurangnya potensi eksansi.

Kebanyakan nasabah internet banking akan menggunakan jasa dan layanan bank
lain. Demikian, bank perlu untuk memastikan bahwa pengungkapan pada saluran
internet banking, termasuk situs Web, tetap disinkronisasi dengan saluran pengiriman
bank lain untuk memastikan penyampaian pesan ke nasabah secara konsisten dan
akurat.

Undang-undang dan peraturan perlindungan konsumen dapat diterapkan untuk


layanan Internet banking. Selain itu, penting bagi bank untuk mengenali peraturan-
peraturan yang memungkinkan pengiriman pengungkapan / pemberitahuan secara
elektronik dibandingkan dengan mereka yang memerlukan pemberitahuan tradisional
dengan cetakan tertulis. Bank harus berhati-hati dalam meninjau dan memantau
semua persyaratan yang berlaku untuk produk dan layanan elektronik dan
memastikan mereka berkembang sesuai dengan perundang-undangan dan persyaratan
peraturan.

You might also like