Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
yang terjadi pada konsumsi energi maupun lamanya periode pemulihan dan kaitannya
dengan prestasi total rest time serta siklus kerja fisiologinya.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini akan berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari hasil
percobaan.
1.5 Metodologi Praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 3
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Peredaran udara dalam paru-paru
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 4
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
4. Temperatur tubuh
5. Konsentrasi asam laktat dalam darah
6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni
7. Tingkat penguapan
8. Faktor lainnya
Pengeluaran energi relatif yang banyak dan pada jenis tersebut dapat
dibedakan dalam beberapa kerja sesuai fisik yaitu:
a. Kerja Statis, yaitu:
1. Tidak menghasilkan gerak.
2. Kontraksi otot bersifat isometris (tegang otot bertambah sementara tegangan
otot tetap).
3. Kelelahan lebih cepat terjadi.
b. Kerja Dinamis, yaitu:
1. Menghasilkan gerak.
2. Kontraksi otot bersifat isotonis (panjang otot berubah sementara tegangan
otot tetap).
3. Kontraksi otot bersifat ritmis (kontraksi dan relaksasi secara bergantian).
4. Kelelahan relatif agak lama terjadi.
Pengeluaran energi relatif lebih sedikit dan cukup sulit untuk mengukur
kelelahannya. Hasil kerja (performasi kerja) manusia dipengaruhi oleh berbagai
faktor, adalah sebagai berikut:
a. Faktor diri (individu), meliputi sikap, fisik, minat, motivasi, jenis kelamin,
pendidikan, pengalaman, dan keterampilan.
b. Faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin, peralatan, metode kerja,
dan lain-lain.
1. Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah,
tingkatbenguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam air seni, dan
lain-lain.Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat
tubuh selama bekerja.
2. Kriteria Kejiwaan
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 6
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
Keterangan:
Y = Energi (kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kkal)
Et = Pengeluaran energi pada saat kerja (Kkal)
Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal)
Selain dimanfaatkan untuk evaluasi dan perancangan tata cara kerja, hasil
pengukuran energi yang dikonsumsi untuk kerja juga bisa diaplikasikan untuk
beberapa alasan yang berkaitan dengan permasalahanpermasalahansebagai berikut :
Keselamatan (safety)
Pengaturan jadwal istirahat (scheduling breaks)
Spesifikasi jabatan (job spesification) dan seleksi personil
Evaluasi jabatan (job evaluation)
Tekanan dari faktor lingkungan (environment stress)
Menurut Rodahl (1989), Adiputro (2000) dan Manuaba (2000) bahwa secara
umum sehubungan dengan beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang sangat kompleks, baik faktor eksternal dan internal.
1. Tugas (Task)
a. Bersifat fisik seperti stasiun kerja, kondisi, medan, atau sikap kerja.
b. Bersifat mental seperti tingkat kesulitan kerja yang mempengaruhi tingkat
emosi pekerja, atau kompleksitas pekerjaan.
Tugas-tugas yang (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti
stasiun kerja, kondisi atau medan, sikap kerja, dll. Sedangkan tugas-tuigas
yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan, atau tingkat kesulitan
pekerjaann yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung pekerja, dll.
2. Organisasi Kerja
Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti lamanya
waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan,
sistem keerja, musik kerja, pelimpahan dan wewenang kerja, dll
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja fisik seperti : mikroklimat, intensitas kebisinga, intensitas
cahaya, vibrasi mekanis, dan tekanan udara
Lingkungan kerja kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara, dll
Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, parasit, dll.
Lingkungan kerja fisiologis seperti penempatan dan pemiliha karyawan,
hubungan sesame pekerja, pekerja dengan atasan,pekerja dengan
lingkungan sosial, dll.
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh
itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi
tersebut disebut strain, besar-kecilnya strain dapat dinilai baik secara obyekstif
maupun subyektif. Secara obyektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis,
secara subyekstif dapat melalui perubahan fisiologis dan perubahan perilaku.
Secara singkat faktor internal meliputi :
Faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan,
kondisi kesehatan)
Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dll)
o
( liter/ menit ) C Menit
Sangat 0.25 – 0.3 37.5 < 2.5 < 60 6–7
Ringan
Ringan 0.5 - 1 37.5 2.5-5.0 60 – 100 11 - 20
Moderat 1.0 - 1.5 37.5 – 38 5.0-7.5 100 – 125 20 – 31
Berat 1.5 - 2.0 38 – 38.5 7.5-10.00 125 – 150 31 - 43
Sangat Berat 2.0 – 2.5 38.5 – 39 10.00- 150 – 175 43 - 56
12.5
Berat Ekstrim > 2.5 > 39 > 12.5 > 175 60 - 100
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat
digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan
aktivitas kerjanya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.
Di mana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu seseorang
untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Kerja fisik dikelompokkan oleh David dan Miller :
a. Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar otot biasanya
melibatkan dua pertiga atau tiga perempat oleh otot tubuh.
b. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi expenditure karena
otot yang dipergunakan lebih sedikit.
c. Kerja otot statis, yaitu otot yang dipergunakan untuk menghasilkan gaya, tetapi
tanpa kerja mekanik membutuhkan kontraksi sebagian otot.
Namun, sampai saat ini metode pengukuran fisik dilakukan dengan
menggunakan standar :
1. Konsep Horse – Power (Foot-Pounds of Work Per Minute) oleh Taylor, tapi tidak
memuaskan.
2. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
3. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen (dengan metode terbaru).
Menurut Astrand and Rodhal (1977) dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian
beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode
penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan
denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting
didalam peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum.
Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja
maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan
sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam
presentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
% HR Reserve =
DNK − DNI
× 100
DNmaks − DNI
% CVL=
DNK − DNI
× 100
DNmaks − DNI
Salah satu kebutuhan utama dalam pergerakkan otot adalah kebutuhan akan
oksigen yang dibawa oleh darh ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan
energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh merupakan salah satu
indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap aktivitas pekerjaan
memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Berdasarkan hal tersebut
maka kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan besar
ringannya beban kerja. Berdasarkan hal tersebut mentri tenaga kerja, melalui
keputusan no 51 tahun 1999 menetapkan kebutuhan kalori untuk menentukan berat
ringannya pekerjaan.
Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam
Beban kerja sedang : > 200-350 Kilo kalori/ jam
Beban kerja berat : > 350-500 Kilo kalori/ jam
Kebutuhan kalori dapat dinyatakan dalam kalori yang dapat diukur secara
tidak langsung dengan menentukan kebutuhan oksigen. Setiap kebutuhan oksigen
sebanyak 1 liter akan memberikan 4.8 kilo kalori (Suma’mun, 1989)Sebagai dasar
perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh seseorang dalam
melakukan aktivitas pekerjannya, dapat dilakukan melalui pendekatan atau taksiran
kebutuhan kalori menurut aktivitasnya.
Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24
jam ditentukan oleh tiga hal :
Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal, dipengaruhi oleh jenis kelamin dan
usia.
Kebutuhan kalori untuk kerja, kebutuhan kalori sangat ditentukan dengan jenis
aktivitasnya, berat atau ringan.
Kebutuhan kalori untuk aktivitas lain-lain di luar jam kerja.
1. Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat denyut jantung
dan menemukan adanya hubungan langsung antara keduanya. Tingkat pulsa dan
denyut jantung permenit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran energi.
2. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan
pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh lingkungan, atau
tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor tersebut memberikan pengaruh
yang sama besar. Pengukuran berdasarkan criteria fisiologis ini bisa digunakan
apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dapat diabaikan atau situasi
kegiatan dalam keadaan normal.
( Retno Megawati, 2003 )
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan
tangan.
2. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.
3. Menggunakan ECG ( Electrocardiograph ), yaitu mengukur signal elektrik
yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.
Salah satu yang dapat digunakan untuk menghitung denyut jantung adalah
telemetri dengan menggunakan rangsangan ElectroardioGraph (ECG). Apabila
peralatan tersebut tidak tersedia dapat memakai stopwatch dengan metode 10
denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja
sebagai berikut
akan segera berubah dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari
pembebanan mekanik, fisika, maupun kimiawi. Denyut nadi untuk mengestimasi
index beban kerja terdiri dari beberapa jenis, Muller ( 1962 ) Memberikan definisi
sebagai berikut :
a. Denyut jantung pada saat istirahat ( resting pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
b. Denyut jantung selama bekerja ( working pulse ) adalah rata-rata denyut
jantung pada saat seseorang bekerja.
c. Denyut jantung untuk bekerja ( work pulse ) adalah selisish antara senyut
jantung selama bekerja dan selama istirahat.
d. Denyut jantung selama istirahat total ( recovery cost or recovery cost ) adalah
jumlah aljabar denyut jantung dan berhentinya denyut pada suatu pekerjaan
selesai dikerjakannya sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.
e. Denyut kerja total ( Total work pulse or cardiac cost ) adalah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan samapi dengan denyut berada pada
kondisi istirahatnya ( resting level ).
( Nurmianto, 1998 )
Denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja dapat dilihat dengan
grafik antara hubungan denyut jantung dengan waktu sebagai berikut :
% HR Reserve =
Denyut nadi ker ja − Denyut nadi istirahat
× 100
Denyut nadi maksimum − Denyut nadi istirahat
...... 1.2
0-<60% = Diperlukan
perbaikan
60-<80 = Kerja dalam
waktu singkat
80-<100% = Diperlukan
tindakan segera
>100% = Tidak
diperbolehkan beraktivitas
Selain cara-cara tersebut di atas, Kilbon (1992) mengusulkan
bahwa cardiovasculair strain dapat diestimasi denjgan menggunakan denyut
nadi pemulihan (hearth rate recover) atau dikenal dengan metode ‘Brouba’.
Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidaj mengganggu atau
menghentikan aktivitas kegiatan selama bekerja. Denyut nadi pemulihan (P)
dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, ke dua, dan ke tiga. P 1, 2, 3
adalah rata-rata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total
cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika P1 – P3 ≥ 10, atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal
Jika rata-rata P1 tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tifak
berlebihan
Jika P1 – P3< 10, dan jika P3> 90 perlu redesain pekerjaan
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut
nadi pada ketergantungguan pekerjaan (the interruption of work), tingkat
kebugaran (individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi
pemulihan tidak segera tercapai maka diperluakan redesain pekerjaan untuk
mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal
maupun keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasai kerja, dan
lingkungan kerja) yang menyebabkan beban tugas tambahan.
R =
W −S
T x %
W − 1,5
Dimana :
R = Waktu istirahat yang dibutuhkan dalam menit
T = Total waktu kerja dalam menit
W = Konsumsi energi rata–rata untuk bekerja dalam kilokalori / menit
S = Pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan dalam
kilokalori / menit (biasanya 4 atau 5 kkal / menit)
Dimana :
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Dimana :
KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori / menit
Et = Pengeluaran energi pada saat waku kerja tertentu (kilokalori / menit)
melihat, mengingatdanmencari.
Apakahpekerjaantsbmudahatausulit,
sederhanaataukompleks, longgaratau
ketat .
PHYSICAL Rendah, Tinggi Jumlahaktivitasfisik yang dibutuhkan
putaran, dll)
pekerjaanberlangsung. Apakah
pekerjaanperlahanatausantaiatau
cepatdanmelelahkan
PERFORMANCE Tidaktepat, Seberapabesarkeberhasilanseseorang
puasdenganhasilkerjanya
FRUSTATION Rendah,tinggi Seberapatidakaman, putusasa,
yang dibutuhkanuntukmenyelesaikan
pekerjaan.
Sebagai contoh beban kerja mental seperti yang terjadi pilot pesawat
terbang.Saat seorang pilot harus bertempur di udara (dogfight), kelincahan
pesawat adalah faktor penentu hidup atau mati.. Ia harus bisa dengan cepat dan
leluasa mengangkat hidung pesawat (pitching), memutar ke samping (yawing),
dan melakukan gerakan berguling (rolling). Manuver sering kali harus
dilakukan pada sudut serang yang tinggi (high angle of attack), yaitu posisi
pesawat yang menengadah dengan hidung pesawat berada tinggi di atas pilot.
Pilot adalah aset yang sangat berharga. Dengan sendirinya pesawat akan
melakukan gerakan berguling. Gerakan ini bukan atas keinginan pilot,
melainkan justru harus dilawan oleh pilot dengan menggerakkan tungkai-
tungkai kemudi. Celakanya, dalam kasus yang parah, pada saat pesawat mulai
berguling, efektivitas kemudi telah berkurang dengan drastis. Udara yang
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 27
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
tersebut merupakan bagian integral dari kerja otot, kerja jantung dan keseluruhan
fungsi biologis tubuh. Dengan demikian jelas bahwa untuk memelihara performansi
dan efisiensi kerja, waktu istirahat harus diberikan secukupnya, baik antara waktu
kerja maupun di luar jam kerja (istirahat pada malam hari).
b. Tersembunyi
Ialah melakukan pekerjaan yang tidak perlu bagi tugas yang
sedang Ia tangani. Banyak juga tempat-tempat yang memungkinkan
waktu mengaso jenis itu, misalnya membersihkan komponen mesin
membenahi bangku kerja, duduk yang enak dan lain-lain.
c. Kondisi pekerja
Istirahat kondisi kerja terdiri atas segala tipe waktu tunggu,
tergantung pada pengaturan pekerja atau gerakan dari mesin. Seringkali
waktu tunggu semacam itu terjadi ketika operasi mesin telah selesai,
perkakas harus didinginkan, menanti datangnya komponen, atau
operasi perawatan mesin.
d. Telah ditentukan
Istirahat telah ditentukan dibuat berdasarkan studi kerja. Kalau
ditentukan banyaknya waktu istirahat pendek yang diselipkan selama
bekerja, maka ternyata bahwa mengaso tersembunyi dan mengaso
spontan akan berkurang jumlahnya.
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 29
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
Dimana :
Rt = Waktu istirahat
K = Energi yang dikeluarka selama bekerja
S = Standar energi yang dikeluarkan (pria= 5 kkal/menit, Wanita
kkal/menit)
BM = Metabolisme basal (pria = 1,7 kkal/menit, Wanita = 1,4
kkal/menit)
T = Lamanya bekerja (menit)
kembali. Timbulnya Fatigue ini perlu dipelajari untuk menentukan kekuatan otot
manusia, sehingga kerja yang akan dilakukan atau dibebankan dapat disesuaikan
dengan kemempuan otot tersebut.
Ralph M Barnes (1980) menggolongkan kelelahan ke dalam 3 golongan
tergantung dari mana hal ini dilihat yaitu: 1) Merasa lelah, 2) Kelelahan karena
perubahan fisiologi dalam tubuh, dan 3) Menurunkan kemampuan kerja. Ketiga
tersebut pada dasarnya berkesimpulan sama yaitu bahwa kelelahan terjadi jika
kemampuan otot telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila otot
tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna).
BAB III
PENGUMPULAN DATA
Tabel 3.1 Denyut nadi saat melakukan kerja (Kecepatan 1 (20 menit)
1 107
2 107
3 116
4 111
5 114
6 115
7 110
8 110
9 110
10 113
11 109
12 112
13 109
14 108
15 110
16 117
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 34
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
17 109
18 111
19 110
20 112
Jumlah 2220
rata-rata 111
b. Kecepatan 3 (5 menit)
1 113
2 119
3 119
4 122
5 126
jumlah 599
rata-rata 119,8
c. Kecepatan 6 (5 menit)
working
menitke
pulse
1 129
2 149
3 161
4 173
5 153
jumlah 765
rata-rata 153
1 81
2 93
3 89
4 94
5 78
6 88
7 86
8 98
9 85
10 80
11 87
12 86
13 85
14 101
15 90
16 85
17 81
18 93
19 80
20 85
jumlah 1745
rata-rata 87,25
b. Kecepatan 3 ( 5Menit)
recovery
menitke
pulse
1 93
2 90
3 100
4 85
5 87
Jumlah 455
rata-rata 91
c. Kecepatan 6 (5 Menit)
1 124
2 116
3 110
4 118
5 110
Jumlah 578
rata-rata 115,6
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Perhitungan Konsumsi Energi, Penentuan Waktu Istirahat dan % CVL untuk tiap-
tiap Beban Kerja
4.1.1 Beban Kerja Kecepatan 1
• Konsumsi Energi
Diketahui :
Rata-rata saat melakukan kerja
( x) = 111
Rata-rata pada periode pemulihan
( x) = 87,25
VO2 = 0.019HR – 0.024h + 0.016w + 0.045a + 1.15
VO2 : Konsumsi oksigen (L/menit)
HR : Denyut jantung (denyut / menit)
h : Tinggi badan (cm)
w : berat badan (kg)
a : usia (tahun)0
KE : Konsumsi energi (kkal/ menit)
Et : Pengeluaran energi saat melakukan kerja (kkal/menit)
Ei : Pengeluaran energi saat istirahat (kkal/menit)
Konsumsi oksigen pada saat melakukan kerja
VO2 = 0.019HR – 0.024h + 0.016w + 0.045a + 1.15
= 0.019 (111) – 0.024 (167) + 0.016 (61) + 0.045 (20) + 1.15
= 1,127 L/menit
Et = 5 x VO2
= 5 x 1,127
=5,635 kkal/menit
Konsumsi oksigen pada saat pemulihan
VO2 = 0.019HR – 0.024h + 0.016w + 0.045a + 1.15
RT = 0 untuk K < S
RT =KS-1×100+T(K-S)K-BM2 untuk S ≤ K < 2S
RT =T(K-S)K-BM×1,11 untuk K ≥ 2S
Dimana :
Rt = Waktu istirahat
K = Energi yang dikeluarka selama bekerja
S = Standar energi yang dikeluarkan (pria= 5 kkal/menit, Wanita
kkal/menit)
BM = Metabolisme basal (pria = 1,7 kkal/menit, Wanita = 1,4
kkal/menit)
T = Lamanya bekerja (menit)
K= 2,565
Rt = 0
• % HR
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 41
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
%HRR=HRave-HRrestHRmax-HRrestx 100%
Dimana,
% HR = 100 x (HRave-HRrest)HRmax-HRrest
• % CVL
%CVL=100(Denyut Nadi Kerja-Denyut Nadi Istirahat)(Denyut
Nadi Maksimum-Denyut Nadi Istirahat)
Dimana :
DNI = Denyut Nadi Istirahat
DNK =Denyut Nadi Kerja
Dimana :
Rt = Waktu istirahat
K = Energi yang dikeluarka selama bekerja
S = Standar energi yang dikeluarkan (pria= 5 kkal/menit, Wanita
kkal/menit)
BM = Metabolisme basal (pria = 1,7 kkal/menit, Wanita = 1,4
kkal/menit)
T = Lamanya bekerja (menit)
K= 3,401
Rt = 0
• % HR
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di
dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum.
Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja
maksimum tersebut oleh Rodahl (1989) didefinisikan sebagai Heart Rate
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 44
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
%HRR=HRave-HRrestHRmax-HRrestx 100%
Dimana,
% HR = 100 x (HRave-HRrest)HRmax-HRrest
• %CVL
%CVL=100(Denyut Nadi Kerja-Denyut Nadi Istirahat)(Denyut
Nadi Maksimum-Denyut Nadi Istirahat)
% CVL
% CVL = 100 x (DNK-DNI)DN Max-DNI
= 5 x 0,614
= 3,070 kkal/menit
Dimana :
Rt = Waktu istirahat
K = Energi yang dikeluarka selama bekerja
S = Standar energi yang dikeluarkan (pria= 5 kkal/menit, Wanita
kkal/menit)
BM = Metabolisme basal (pria = 1,7 kkal/menit, Wanita = 1,4 kkal/menit)
T = Lamanya bekerja (menit)
RT =KS-1×100+T(K-S)K-BM2
RT =6,5555-1×100+5(6,555-1)6,555-1,72 = 16,819 menit
• % HR
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat
penting di dalam peningkatan cardiac output dari istirahat
sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam
denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh
Rodahl (1989) didefinisikan sebagai Heart Rate Reserve (HR
Reserve). HR Reserve tersebut diekspresikan dalam presentase
%HRR=HRave-HRrestHRmax-HRrestx 100%
Dimana,
% HR = 100 x (HRave-HRrest)HRmax-HRrest
• % CVL
%CVL=100(Denyut Nadi Kerja-Denyut Nadi Istirahat)(Denyut
Nadi Maksimum-Denyut Nadi Istirahat)
4.2 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu pada Saat Kerja untuk 2 Jenis
Pembebanan (kecepatan 3 dan 6)
4.3 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu pada Saat Kerja kecepatan 1
4.4 Grafik Heart Rate terhadap Waktu pada saat periode pemulihan untuk
semua kecepatan
BAB V
ANALISIS
5.1.2 Analisis Grafik Heart Rate Terhadap Waktu pada Saat Kerja untuk dari
Data Kecepatan 1
5.1.3 Analisis Grafik Heart Rate Terhadap Waktu pada Saat Periode Pemulihan
untuk Semua Kecepatan
• Kecepatan 3 dan 6
namunpadamenit ke tiga, denyut nadi kembali naik. Hal tersebut karena pada saat
operator sedang istirahat, operator melakukan kegiatan lain yaitu bercanda dengan
teman sekelompok. Dan pada grafikkecepatan 6 terlihatbahwa denyut nadi
perlahan turun dengan stabil. Hal tersebut karena operator sudah lebih santai
dengan pekerjaan yang dilakukan. Sudah tidak ada rasa gugup sehingga denyut
nadi lebih mudah kembali ke kondisi normal.
• Kecepatan 1
Padagrafikdi atas, denyut nadi pada saat operator telah selesai melakukan
pekerjaan dengan kecepatan 1menunjukankecepatandenyutnadicenderungstabil,
yaitu diantara 80 – 100. Hal tersebut karenapadasaat operator
melakukanpekerjaanmasihmemilikikondisi yang baiknamun karena tangan
diletakkan diatas meja, dan meja tersebut kadang bergerak membuat denyut nadi
menjadi naik kembali.
3 119,8 91 3,401 5 5 0
Dari tabel di atas, dapat diketahui informasi yang didapat dari pekerjaan yang
dilakukan operator bahwa jumlah rata-rata denyut jantung pada beban kerja kecepatan 1
adalah 111/menit sedangkan jumlah rata-rata denyut jantung saat pemulihannya adalah
87,25/menit. Dengan Jumlah denyut jantung pada saat operator belum melakukan pekerjaan
atau aktivitasadalah 84 denyut/menit. Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
diperoleh konsumsi energi untuk beban kerja kecepatan 1 adalah sebesar 2,565 Kkal/menit,
dan diperoleh pula penentuan waktu istirahatnya sebesar 0, karena nilai Konsumsi energinya
kurang dari nilai pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan (S). Hal ini
menunjukkan bahwa pada beban kerja Treat mill kecepatan 1, operator tidak memerlukan
istirahat. Hal tersebut karena beban kerja yang dilakukan tidak memerlukan energi yang
besar.
Sedangkan pada beban kerja kecepatan 3, jumlah rata-rata denyut jantung pada saat
kerja adalah 119,8 denyut/menit sedangkan jumlah rata-rata denyut jantung saat
pemulihannya adalah 91/menit. Dengan Jumlah denyut jantung pada saat operator belum
melakukan pekerjaan atau aktivitasadalah 84 denyut/menit. Dan dilakukan pengolahan data,
maka diperoleh nilai konsumsi energinya sebesar 3,401 Kkal/menit. Nilai ini juga masih
kurang dari nilai pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan (S), sehingga operator
tidak memerlukan istirahat setelah melakukan kerja dengan beban kerja Treat mill kecepatan
3.
Untuk Beban Kerja kecepatan 6, jumlah rata-rata denyut jantung pada saat kerja
adalah 153 denyut/menit dan jumlah rata-rata denyut jantung saat pemulihannya adalah 115,6
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro
Tahun Ajaran 2010/2011 53
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Modul 3A: Fisiologi Kerja
Kelompok 6
denyut/menit. Dengan Jumlah denyut jantung pada saat operator belum melakukan pekerjaan
atau aktivitasadalah 84 denyut/menit. Ddan setelah melakukan pengolahan data, diperoleh
nilai konsumsi energi yang diperlukan operator adalah sebesar 6,555 Kkal/menit. Nilai ini
kurang dari dua kali nilai pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan (S) dan lebih
besar dari nilai S itu sendiri, sehingga dapat dipeoleh penentuan waktu istirahatnya adalah
sebesar 16,819 menit. Hal ini menunjukkan bahwa untuk beban kerja dengan kecepatan 6 ini,
operator membutuhkan waktu istirahat sebesar -183.64 menit.
Kecepatan 1 :
Kecepatan 3 :
a. Kecepatan 1
Hasil perhitungan %HRR untuk kecepatan 1 adalah 23,28%. Persensi tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat
sampai kerja maksimum pada kecepatan 1 adalah sebesar 23,28%.
b. Kecepatan 3
c. Kecepatan 6
Hasil perhitungan %HRR untuk kecepatan 6 adalah 59,48%. Persensi tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat
sampai kerja maksimum pada kecepatan 6 adalah sebesar 59,48%.
5.4 Perbedaan yang Terjadi pada Konsumsi Energi Maupun Lamanya Periode
Pemulihan dan Kaitannya dengan Prestasi Total Rest Time Serta Siklus Kerja
Fisiologinya
Tabel 5.4 Perhitungan Konsumsi Energi Dan Waktu Istirahat
Heart Rate Heart Rate
Kecepata
Rata-Rata SaatPemuliha KE S T R
n
SaatKerja n
3 119,8 91 3,401 5 5 0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk kecepatan 1 dan kecepatan 3 didapatkan
waktu istirahat sebesar 0 menit atau tidak memerlukan waktu istirahat. Hal ini menunjukan
pekerjaan yang dilakukan oleh operator tergolong ringan sehingga tidak memerlukan waktu
istirahat. Konsumsi energi yang dibutuhkan operator berpengaruh terhadap waktu istirahat,
semakin kecil konsumsi operator waktu istirahat yang dibutuhkan juga semakin sedikit
bahkan tidak membutuhkan waktu istirahat. Untuk tingkat konsumsi energi sebesar 87,25 dan
91 kal/menit waktu istirahat yang dibutuhkan operator adalah 0 menit dan untuk konsumsi
energi 115,6 kal/menit waktu istirahat yang dibutuhkan operator sebesar 16,819 menit atau
sekitar 17 menit.
5.6 Analisis Hubungan antara Beban Kerja, Tingkat Konsumsi Energi, dan Lamanya
Waktu Istirahat beserta Aplikasi Dunia Nyata
Setelah dilakukannya pengolahan data, dapat diketahui bahwa hubungan antara
variabel data yang satu dengan yang lainnya saling terkait. Variabel-variabel yang diolah
antara lain beban kerja, konsumsi energi dan lamanya waktu istirahat. Hubungan diantara
ketiganya adalah semakin besar beban kerja yang dilakukan oleh operator maka semakin
besar pula konsumsi energi yang diperlukan. Hal tersebut pula yang akan mempengaruhi
lamanya waktu istirahat yang diperlukan oleh operator.
Dalam keseharian, hal tersebut dapat kita jumpai pada bengkel kapal tanker yang
melaksanakan pengelasan logam yang sangat besar. Ketika para pegawai mulai melakukan
aktifitas pekerjaannya, yaitu mengangkat logam – logam besar dan membutuhkan banyak
energi yang cukup besar dalam pekerjaannya. Maka para pegawai tersebut harus disesuaikan
waktu istirahatnya. Agar kondisi para pegawai tidak mudah sakit dan dapat meminimalisir
kecelakaan kerja. Karena mereka berhubungan langsung dengan kegiatan fisik. Secara
otomatis, tingkat konsumsi energi yang dipakai akan lebih besar dan waktu istirahat yang
diperlukan akan lebih lama.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Secara teori beban kerja, konsumsi energi, dan lamanya waktu pemulihan adalah
berbanding lurus. Makin besar beban kerja, maka konsumsi energi dan lamanya waktu
pemulihan juga makin besar. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang didapatkan
data sebagai berikut:
Tabel 6.1 Perhitungan Konsumsi Energi Dan Waktu Istirahat
Heart Rate Heart Rate
Kecepata
Rata-Rata SaatPemuliha KE S T R
n
SaatKerja n
3 119,8 91 3,401 5 5 0
2. Fatique dan konsumsi energi semakin besar jika periode kerja yang dilakukan
semakin lama, sehingga dibutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama.
3. Adanya perancangan suatu sistem kerja yang baik, sehingga akan meningkatkan
produktifitas kerja. Dalam merancang sistem kerja antara lain, kita dapat menentukan
waktu kerja dan waktu istirahat yang tepat dan sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan operator.
6.2 Saran
1. Dalam melakukan penghitungan denyut jantung peralatan otomatis memang
seharusnya digunakan sehingga jumlah denyut nadi per menit dapat diketahui dengan
tepat.
2. Operator yang melaksanakan kerja sebaiknya dipilih yang memiliki kondisi stabil.
3. Pada saat melakukan kerja, sebaiknya operator fokus pada pekerjannya, agar tidak
mengganggu proses kerjanya yang bisa berakibat juga pada perubahan denyut
nadi/menitnya.