You are on page 1of 9

Mekanisme Diare Karena Patogen Enterik

oleh: anin Pengarang : Elvira Syamsir


• Summary rating: 3 stars (19 Tinjauan)
• Kunjungan : 3814
• kata:600

More About : mekanisme terjadinya diare
Mekanisme Diare

Berbagai mikroba seperti bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan diare dan muntah.
Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah, disebabkan oleh pangan dan atau air
yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah
yang disebabkan oleh mikroba melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare
digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan
peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara
kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari. Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa
mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit, seringkali dengan
melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam dan air dan/atau meningkatkan
sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak
berhubungan dengan isi usus sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal
sebagai diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh
enterotoxigenic E coli. Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong
pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi usus dan
cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara langsung distimu-lasi oleh proses
patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal karena
adanya akumulasi fluida. Pada umumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai
penyebab utama diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai
akibat-akibat patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh patogen.Pada beberapa diare karena
infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas
mukosa. Sebaran, karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme.
Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai dengan
luka halus yang hanya bisa dideteksi secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan
permeabilitas tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga
mengganggu kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena
terjadinya difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal sebagai diare
eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen penyebab infeksi yang bersifat invasive (Shigella,
Salmonella). Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan
mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan penyerapan karbohidrat (CHO)
akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada permukaan membrane mikrovillus (misalnya
lactase, sukrase-isomaltase) atau kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan
solut didalam luminal karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat
dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa dihambat
dengan berpuasa.
Diterbitkan di: 19 Maret, 2008
Mohon dinilai :12345
Nilai : 1 2 3 4 5
Terima kasih
atas penilaian
anda Share

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1787161-mekanisme-diare-karena-patogen-
enterik/#ixzz1MD1S5ORq

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1787161-mekanisme-diare-karena-
patogen-enterik/

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Pendahuluan
Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbilitas pada anak di negara-
negara berkembang. WHO telah berhasil menurunkan angka kematian hingga 95% tapi hanya
sedikit menurunkan angka kesakitan. Diare juga merupakan penyebab penting kekurangan gizi,
ini disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga ia makan lebih sedikit dari
biasanya dan kemampuan menyerap sari makananpun juga berkurang. Padahal kebutuhan sari
makanan meningkat akibat dari adanya infeksi.
Definisi diare menurut WHO, dikatakan diare bila keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan
frekuensi 3x atau lebih per hari dengan atau tanpa darah atau lender dalam tinja. Atau ibu
merasakan adanya perubahan konsistensi dan frekuensi BAB pada anaknya.
Berdasarkan waktu, WHO membagi diare menjadi diare akut dan diare kronik. Diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari, disebut diare akut. Sedangkan, diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari disebut diare kronik.
Empat unsur utama, pengelolaan diare yang dianjurkan WHO, yaitu: pemberian cairan, diet,
obat-obatan dan edukasi terhadap keluarga dan penderita.

Definisi
Secara epidemiologi, diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan
frekuensi 3x atau lebih per hari dengan atau tanpa darah atau lender dalam tinja. Atau ibu
merasakan adanya perubahan konsistensi dan frekuensi BAB pada anaknya.
Etiologi
Sebagian besar (85%) diare disebabkan oleh virus dan sisanya (15%) disebabkan oleh bakteri,
parasit, jamur, alergi makanan, keracunan makanan, malabsorpsi makanan dan lain-lain.
Golongan virus penyebab diare, terdiri dari Rotavirus, virus Norwalk, Norwalk like virus,
Astrovius, Calcivirus, dan Adenovirus.
Golongan bakteri penyebab diare, antara lain Escherichia coli (EPEC, ETEC, EHEC, EIEC),
Salmonella, Shigella, Vibrio cholera, Clostridium difficile, Aeromonas hydrophilia, Plesiomonas
shigelloides, Yersinia enterocolitis, Campilobacter jejuni, Staphilococcus aureus dan Clostridium
botulinum.
Golongan parasit penyebab diare, antara lain Entamoeba histolytica, Dientamoeba fragilis,
Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Cyclospora sp, Isospora belli, Blastocyctis hominis
dan Enterobius vermicularis.
Golongan cacing penyebab diare, antara lain Strongiloides stercoralis, Capillaria philippinensis
dan Trichinella spiralis.
Golongan jamur penyebab diare, antara lain Candidiasis, Zygomycosis dan Coccidioidomycosis.
Patofisiologi
Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan atau sekresi yang
meningkat. Adapun mekanisme yang mendasarinya adalah mekanisme sekretorik, mekanisme
osmotik dan campuran.
Mekanisme sekretorik atau disebut juga dengan diare sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan
elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi, bila absorpsi natrium oleh villi gagal sedangkan
sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Kalau pada diare infeksi prinsip
dasarnya adalah kemampuan bakteri mengeluarkan toksin-toksin yang bertindak sebagai reseptor
untuk melekat pada enterosit, merusak membran enterosit dan kemudian menghancurkan
membran enterosit, mengaktifkan enzim-enzim intraseluler sehingga terjadi peningkatan sekresi,
sehingga terjadi diare sekresi. Tapi jika ada kerusakan enterosit, maka disamping diare sekresi
juga dapat terjadi diare osmotik tergantung dari derajat kerusakannya.
Diare osmotik terjadi karena tidak dicernanya bahan makanan secara maksimal, akibat dari
insufisiensi enzim. Makanan dicerna sebagian, dan sisanya akan menimbulkan beban osmotik
intraluminal bagian distal. Hal ini memicu pergerakan cairan intravascular ke intraluminal,
sehingga terjadi okumulasi cairan dan sisa makanan. Di kolon sisa makanan tersebut akan
didecomposisi oleh bakteri-bakteri kolon menjadi asam lemak rantai pendek, gas hydrogen dan
lain-lain. Adanya bahan-bahan makanan yang sudah didecomposisi ini menyebabkan tekanan
osmotik intraluminal kolon akan lebih meningkat lagi, sehingga sejumlah cairan akan tertarik
lagi ke intraluminal kolon sehingga terjadi diare osmotik.
Klasifikasi
Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, diare dibagi menjadi diare akut dan
diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis, diare akut dibagi menjadi disentri, kolera dan diare
akut (bukan disentri maupun kolera). Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten dan
diare kronik. Berdasarkan derajat dehidrasi, diare dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare
dengan dehidrasi ringan-sedang dan diare dengan dehidrasi berat. Derajat dehidrasi ditentukan
berdasarkan gambaran klinis, yaitu keadaan umum, kelopak mata, rasa haus dan turgor.
Berdasarkan waktu, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah
kumpulan gejala diare berupa defikasi dengan tinja cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau
lendir dengan frekuensi 3x atau lebih per hari dan berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi
kurang dari 4x per bulan. Rata-rata 95% diare akut terjadi dalam 3-5 hari, karena itu ada istilah
diare prolong dimana diare yang melanjut lebih dari 7 hari. Dan dikatakan diare kronik bila diare
berlang sung lebih dari 14 hari.
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri yang disebabkan oleh
shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain diare
profus seperti cucian air beras, berbau khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3
tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak.
Sedangkan kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan kedalam diare akut.
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya
disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih ditujukan untuk diare yang memiliki
manifestasi klinis hilang-timbul, sering berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang
melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi.
Penatalaksanaan
Pengelolaan diare yang dianjurkan menurut WHO, ada 4 yaitu pemberian cairan, untuk
mengobati dan mencegah dehidrasi; Diet, meneruskan ASI dan makanan lainnya; obat-obatan,
memakai antibiotik untuk kasus kolera dan disentri, WHO merekomendasikan pemakaian zinc;
edukasi atau penyuluhan.
1.Pemberian Cairan
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral dan parenteral. Pemberian cairan peroral
diberikan pada diare tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang. Sedangkan, pada diare dengan
dehidrasi berat pemberian cairan dilakukan secara parenteral, dan jika gagal dapat diberikan
personde NGT dengan kecepatan maksimal 20 ml/KgBB/jam. Atau pada diare dehidrasi ringan
sedang yang gagal URO terapi cairan dapat kita berikan secara parenteral. Tapi setelah rehidrasi
tercapai secepat mungkin beralih ke pemberian oral.
Pemberian cairan pada dehidrasi berat merupakan tindakan kedaruratan medis, apalagi jika
terjadi syok, berikan dulu loading cairan 20 ml/kgbb secepatnya. Sedangkan penilaian lengkap
status dehidrasi dilakukan setelah syok teratasi.
Tahapan-tahapan terapi rehidrasi cairan parenteral pada diare dengan dehidrasi berat, antara lain
terapi awal, ditujukan untuk memperbaiki sirkulasi dinamik dan fungsi ginjal dengan cara
reekspansi cepat volume CES; terapi lanjutan, ditujukan untuk mengganti defisit air dan
elektrolit dengan kecepatan pemberian cairan yang lebih rendah; perhatikan status glikosa,
karena pada saat diare terjadi kekurangan kalori.
Untuk kepentingan terapi, diare dapat pula dikelompokkan menjadi diare murni dan diare dengan
penyulit atau komplikasi, seperti diare dengan penyakit jantung, diare dengan BP, diare dengan
bronkiolitis, diare dengan meningitis, diare dengan ensefalitis, diare dengan penyakit ginjal dan
diare dengan hipernatremia.
Pada diare akut murni tanpa penyulit rehidrasi ditujukan untuk mengganti previous water loss
(PWL). Pemberian rehidrasi cepat (3-6 jam) parenteral ditujukan untuk memperbaiki sirkulasi
dinamik dan mengganti defisit cairan yang terjadi. Sedangkan, pada diare dengan penyulit
pemberian cairan selama 24 jam, ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan yang terjadi atau
PWL, mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung atau concomitant
water loss (CWL), dan mengganti cairan yang hilang melalui keringat dan pernapasan atau
inssible water loss (IWL).
Pada diare dengan penyulit atau komplikasi, rehidrasi dilakukan selama 24 jam (berbeda dengan
diare murni yang hanya 3-6 jam), dengan ketentuan 4 jam pertama cairan diberikan 1/3 sampai
dengan 1/4 dan sisanya 20 jam kemudian. Tujuannya, agar keadaan dehidrasi terutama yang
berat cepat teratasi. Cairan yang diberikan adalah cairan modifikasi Sutejo, mengandung Na 63,3
mEq/L, K 10,4 mEq/L, Cl 61,4 mEq/L, HCO3 12,6 mEq/L dan 200 kalori. Yang terdiri dari
NaCl 15% 10 ml, KCl 10% 4 ml dan NaHCO3 2,5% 7 ml dalam 500 ml D5% atau menggunakan
KAEN 3A atau KAEN 3B. Cara pemberiannya, antara lain bila diare dehidrasi dengan ringan
sedang, maka 4 jam pertama 50 ml/kgbb dan 20 jam berikutnya 150 ml/kgbb. Sedangkan, pada
diare dengan dehidrasi berat, maka 4 jam pertama 60 ml/kgbb dan sisanya 20 jam berikutnya 190
ml/kgbb.
2.Diet
Prinsipnya, pada diare kebutuhan diet meningkat 50% untuk itu dianjurkan untuk tetap
memberikan ASI, makanan dan minuman seperti biasanya dengan penambahan porsi. Pada diare
dengan dehidrasi berat, makanan diberikan setelah keadaan umum membaik. Ingat, pemberian
diet secara dini dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah penurunan berat badan lebih
lanjut.
3.Obat-obatan
Sebagian besar diare disebabkan oleh virus untuk itu, pemberian antibiotik tidak diperlukan.
Menurut WHO dan Depkes, antibiotik hanya digunakan pada kasus kolera dan disentri. Atau
antibiotik juga dapat dipertimbangkan penggunaannya pada diare akut yang melanjut lebih dari 7
hari sambil menunggu hasil kultur dan resistensi feses. Penggunaan antibiotik yang tepat adalah
berdasarkan hasil kultur.
Pada kasus diare, WHO juga menganjurkan pemakaian zinc. Zinc merupakan micronutrien
esensial bagi tubuh. Zinc berperan dalam proses pertumbuhan dan diferensiasi sel, menjaga
stabilitas dinding sel dan ikut serta dalam proses ekspresi dari gen dan pengaturan ion
intraseluler. Disamping itu, defisiensi zinc menyebabkan atropi timus akibatnya kandungan
limfosit berkurang dan prekursor limfosit di sum-sum tulangpun berkurang akibatnya limfosit
dalam darah menurun dan respons imun antibodi juga menurun, hal inilah yang menyebabkan
anak rentan terhadap infeksi terutama infeksi di GIT karena GIT memiliki kandungan limfosit
terbanyak setelah timus.
Dosis zinc untuk bayi kurang dari 6 bulan adalah 10 mg dan 20 mg untuk yang lebih dari 6
bulan, diberikan selama 14 hari.
4.Edukasi atau Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan dilakukan pada saat visite dan di ruangan khusus di mana orang tua
penderita dikumpulkan. Pokok penyuluhan meliputi usaha pencegahan diare dan KKP, usaha
pertolongan untuk mencegah dehidrasi pada diare dengan menggunakan oralit, imunisasi dan
keluarga berencana.
http://secondking.wordpress.com/2008/11/15/diare-2/

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Rotavirus Diarheae (Mekanisme Terjadinya
Diare yang Disebabkan Rotavirus)
REP | 21 February 2011 | 22:20 276 2 Nihil

Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah
menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Rotavirus merupakan 50%
penyebab diare pada anak balita di Negara maju. Di negara berkembang seperti Brazil dan
Indonesia angkanya berkisar 30% - 40% (tahun 1970an).(1)
Rotavirus adalah virus dengan ukuran 100 nanometer yang berbentuk roda yang termasuk dalam
family Reoviridae. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. grup A sering menyerang bayi
dan grup B jarang menyerang bayi. Terdapat empat serotipe major dan paling sedikit 10 serotipe
minor dari rotavirus grup A pada manusia. Pembagian serotipe ini didasarkan pada perbedaan
antigen pada protein virus 7 (VP7). Virus ini terdiri dari tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid
dalam dan inti. Rota virus terdiri dari 11 segmen, setiap segmen mengandung RNA rantai ganda,
yang mana setiap kode untuk enam protein struktur ( VP1, VP2, VP3, VP4, VP6, VP7 ) dan lima
protein nonstruktur (NSP1, NSP2, NSP3, NSP4, NSP 5). Dua struktur protein yaitu VP7 yang
terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4 yang terdiri dari protein P dan protease
pembelahan protein, merupakan protein yang melapisi bagian luar dari virus dan merupakan
pertimbangan yang penting untuk membuat vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian
dalam paling banyak adalah VP6, dan sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen,
sedangkan protein nonstruktur kapsid bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan sebagai faktor
virulensi dari rotavirus, meskipun protein lain juga terlibat dalam mempengaruhi virulensi dari
rotavirus.(2)
Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung vili usus kecil. Virus
ini menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil, berupa pemendekan villi dan
terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis ini
dapat minimal, dan hasil penelitian baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel
epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan masuk dalam sel epitel tanpa kematian sel yang
dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus mensintesis dan mensekresi
sitokin dan kemokin, yang mana langsung menimbulkan respon imun dari penderita dalam
bentuk perubahan morfologi dan fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi
pada infeksi rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan
enterotoksin yang menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan kosentrasi
kalsium intra sel(2).
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan demam ringan
sampai sedang dan muntah yang disertai dengan mulainya tinja cair yang sering. Muntah dan
demam khas mereda selama hari kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja
tanpa sel darah merah atau darah putih yang nyata. Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk
dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan
rotavirus tidak bergejala (3).
Dalam pandangan klinis infeksi rotavirus terus berkembang dari diare ringan sampai diare berat
yang mengakibatkan dehidrasi, kekurangan elektrolit, shock dan kematian pada bayi dan anak-
anak. Pada anak berumur diatas tiga bulan akan menimbulkan gastroenteritis, ketika terjadi
reinfeksi akan gejalanya tidak muncul (asimptomatik). Masa inkubasi dari rotavirus adalah 1-3
hari. Dengan serangan tiba-tiba dan memberikan gejala demam, muntah dan diare berair (watery
diarrhoea). Gejala gastrointestinal akan hilang setelah 3-7 hari, tetapi penyembuhan infeksi
rotavirus mungkin bisa sampai 2-3 minggu (4).
Berdasarkan penelitian dari Virdayanti 2002, didapatkan bahwa angka kejadian diare akibat
Rotavirus adalah merata sepanjang tahun sedangkan diare yang non Rotavirus angka kejadiannya
tergantung dari adanya perubahan musim. Hal ini membuktikan bahwa faktor dalam tubuh
individu sangat berpengaruh didalam terjadinya infeksi Rotavirus. Dalam hal ini faktor imunitas
seseorang menjadi salah satu penentu terjadinya infeksi ini. Dimana seseorang dengan imunitas
yang rendah memiliki kemungkinan terbesar untuk mendafat infeksi Rotavirus.(1)
Anamnesis sangat penting untuk menegakkan diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus
khususnya rotavirus. Dari anamnesis dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume,
apakah diare berair (watery diarrhea), diare berdarah atau berlemak. Dalam melakukan
anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada beratnya diare dan dehidrasi. Intake sangat
perlu ditanyakan, jumlah buang air kecil, kehilangan berat badan. riwayat makanan.(5)
Untuk menegakkan diagnosis dari diare akut karena infeksi rotavirus diperlukan pemeriksaan
feses dengan metode rapid antigen tests, salah satunya dengan enzyme immunoassay (EIA)
dengan sensitivitas dan spesifik lebih dari 98 % atau latex agglutination test yang kurang sensitif
dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu imunoglobulin A dan M diekresikan difeses setelah
hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes antibodi masih positif sampai 10 hari setelah infeksi
pertama dan dapat lebih lama lagi jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu pemeriksaan tes
antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus.(5)
Anak yang terinfeksi rotavirus biasanya mendapatkan terapi suportif untuk menghilangkan gejala
dan komplikasi. Contoh, terjadinya dehidrasi yang merupakan komplikasi paling potensial dari
infeksi rotavirus, keadaan ini sering ditangani dengan terapi redidrasi oral. Pada kasus-kasus
berat yang diikuti oleh adanya muntah, terapi oral sulit dilakukan dan ini memberikan indikasi
untuk dilakukan pemberian cairan intravena serta perawatan di rumah sakit Tujuan utama terapi
adalah mencegah dehidrasi (rumatan), mengkoreksi kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan
mencegah gangguan nutrisi (6).
Sampai sekarang pun belum ditemukan obat yang mampu untuk membunuh Rotavirus, sehingga
metode pengobatan yang digunakan adalah pengobatan suportif, dimana sistem imun tubuh yang
berperan utama didalam proses penyembuhan.
Salah satu dari pengobatan suportif yang saat ini mulai banyak digunakan adalah penggunaan
probiotik (Lactic acid bacteria) yaitu bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan
pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam
sel epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri
pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Bakteri baik yang termasuk
ke dalam kelompok ini seperti Bifidobacterium, Eubacterium, dan Lactobacillus. Dengan
mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan
dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang
tidak rasional rasional (antibiotic associated diarrhea) (7,8).
Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat dinormalisir kembali dengan
pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan
atau gangguan keseimbangan mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri
probiotik dan peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin terutama
sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi bakteri patogen yang
berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA) (9).
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan tatalaksana diare akut pada anak. Isolauri dan
kawan-kawan meneliti 71 anak yang dirawat dengan diare akut. Pasien secara acak diberikan
probiotik (Lactobacillus GG), atau lactobacillus GG diberikan sebagai bubuk kering, atau
diberikan yogurt yang telah dipasteurisasi sebagai plasebo. Lama diare berkurang dari 2,4 pada
kelompok plasebo menjadi 1,4 hari pada kelompok yang disuplementasi. Pada penelitian ini
ditemukan juga bahwa 82% diare disebabkan oleh rotavirus, ternyata reduksi lamanya diare lebih
nyata bila yang dianalisis hanya kasus diare yang disebabkan oleh rotavirus (10).
Mekanisme efek probiotik pada diare
1. Perubahan lingkungan mikro lumen usus (Ph, Oksigen)
2. Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen
3. Komposisi nutrien
4. Mencegah adhesi patogen pada enterosit
5. Modifikasi toksin atau reseptor toksin
6. Efek tropik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient
7. Imunomodulasi
Saat ini pencegahan terhadap infeksi Rotavirus sudah banyak digunakan terutama di Negara -
Negara maju. Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus peroral
yaitu. Tetravalent-Rhesus based rotavirus vaccine (RRV-TV) yang telah diizinkan digunakan
untuk bayi di Amerika Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada usia 6 minggu - 1 tahun.
Jadwal yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia 2,4 dan 6 bulan. Pemberian imunisasi
rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah pasien diare yang dirawat akibat rotavirus
secara bermakna. Imunisasi ini di Amerika Serikat dan Filipina telah diwajibkan, sementara itu
di Indonesia vaksinasi rotavirus belum ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK
sedang menunggu proses izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8
minggu. Harganya memang masih mahal.
Perilaku hidup bersih dan sehat mencegah penularan penyakit melalui fekal-oral tidak efektif
dalam mencegah penularan virus ini, oleh karena virus dapat hidup untuk jangka lama pada
permukaan yang keras, pada air terkontaminasi dan di tangan. Rotavirus relatif kebal terhadap
disinfektan yang umum digunakan tetapi dapat diinaktivasi dengan klorin.
Di tempat-tempat penitipan anak, mengenakan baju yang dapat menutup seluruh bagian tubuh
bayi termasuk menutup popok bayi, diketahui dapat menurunkan angka penularan infeksi.
Mencegah terjadinya pemajanan dari bayi dan anak kecil dengan orang yang menderita diare
akut di dalam lingkungan keluarga dan intitusi (11).
Infeksi rotavirus bersifat self-limited disease yang terjadi setelah 3-9 hari gejala muncul. Namun
pada kasus ini dapat terjadi dehidrasi berat yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Dengan rehidrasi yang tepat akan dapat mencegah komplikasi yang serius (8,12).
Dr. Darryl Virgiawan Tanod
http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/02/21/rotavirus-diarheae-
mekanisme-terjadinya-diare-yang-disebabkan-rotavirus/

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

You might also like