You are on page 1of 9

BAB VIII.

PETA RESTRIKSI

Di dalam Bab VIII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan peta restriksi serta
komponen-komponen yang diperlukan dan cara pembacaannya. Setelah mempelajari
pokok bahasan di dalam bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
1. pengertian dan kegunaan peta restriksi,
2. komponen-komponen reaksi restriksi,
3. pembacaan peta restriksi
Pengetahuan awal yang diperlukan oleh mahasiswa agar dapat mempelajari pokok
bahasan ini dengan lebih baik adalah dasar-dasar teknologi DNA rekombinan dan
konstruksi perpustakaan genom, yang masing-masing telah dibicarakan pada Bab V dan
VI.

Pengertian dan Kegunaan peta restriksi


Peta restriksi merupakan peta yang terdiri atas situs-situs pemotongan enzim
restriksi pada suatu urutan DNA. Pembuatan peta restriksi membutuhkan penggunaan
enzim restriksi. Dalam biologi molekuler, peta restriksi digunakan untuk membuat
plasmid rekombinan, mengetahui orientasi insert, membuat marker DNA, serta menduga
kedekatan kekerabatan suatu individu.
Untuk mendapatkan peta restriksi dapat ditempuh dua cara. Cara pertama,
apabila belum diketahui urutan DNAnya, maka sampel DNA dipotong menggunakan
beberapa enzim restriksi berikut kombinasinya. Umumnya maksimum kombinasi enzim
restriksi adalah tiga jenis enzim. Meskipun demikian, pemilihan jenis enzim restriksi
lebih bersifat coba-coba. Cara yang kedua, apabila sudah diketahui urutan DNAnya,
maka hanya dengan menggunakan software baik online (program NEBcutter di alamat
http://tools.neb.com/NEBcutter) maupun offline (program BioEdit) sudah dapat diketahui
peta restriksinya. Cara kedua ini lebih praktis karena enzim restriksi yang akan digunakan
sudah bisa ditentukan jenisnya terlebih dahulu.
Pembuatan plasmid rekombinan umumnya tidak mengalami kendala pada
pemilihan enzim restriksi. Hal ini karena setiap produsen plasmid sudah menyertakan
peta restriksinya lengkap dengan sekuensnya. Situs pemotongan enzim-enzim restriksi
119

pada plasmid dalam MCS (Multiple Cloning Site) memudahkan para pengguna dalam
menentukan jenis enzim restriksi yang akan digunakan.

Gambar 1. Contoh plasmid dengan situs-situs pemotongan enzim restriksi

Gambar 1 menunjukkan situs-situs pemotongan enzim restriksi pada plasmid


pUC19. Hal ini menunjukkan bahwa bila kita ingin membuat plasmid pUC19
rekombinan, maka DNA asing bisa dimasukkan ke dalam plasmid tersebut apabila baik
DNA asing maupun plasmid pUC19 sama-sama dipotong dengan satu atau dua enzim
restriksi yang ada di dalam MCS. Namun, jika untuk memotong plasmid dan DNA asing
akan digunakan enzim yang berbeda, maka kedua enzim tersebut harus menghasilkan
ujung-ujung fragmen hasil pemotongan yang kompatibel. Hal ini dimaksudkan agar
fragmen DNA asing dapat diligasikan ke plasmid sehingga terbentuk plasmid
rekombinan.
Untuk mengetahui arah orientasi insert, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
urutan nukleotida insert harus sudah diketahui terlebih dahulu. Biasanya dua enzim
restriksi digunakan dan salah satunya hanya akan memotong vektor sedangkan lainnya
akan memotong insert. Perbedaan ukuran pita yang ditunjukkan selanjutnya dapat
dianalisis orientasi insertnya.
120

Contoh kasus. Suatu DNA asing yang sudah diketahui urutannya disisipkan
pada pUC19 pada situs SmaI. Untuk mengetahui orientasi DNA insert , dilakukan
pemotongan dengan enzim restriksi selain SmaI tetapi masih ada dalam MCS, misalnya
EcoRI serta BamHI yang diketahui dapat memotong insert.

Gambar 2. Penentuan orientasi insert 3 kb dalam plasmid pUC19 (ukuran pUC19 2,68
kb). Keterangan hasil elektroforesis: M adalah marker, 1 adalah plasmid yang dipotong
dengan EcoRI, 2 adalah plasmid dari koloni 1 yang dipotong dengan EcoRI-BamHI, 3
adalah plasmid dari koloni 2 yang dipotong dengan EcoRI-BamHI

Hasil elektroforesis di atas menunjukkan bahwa plasmid dari koloni 1 (sumur 2)


menunjukkan arah orientasi insert dari B ke A karena didapatkan dua pita dengan ukuran
sekitar 4 kb dan 2 kb. Pita 4 kb berasal dari 3 kb plasmid pUC19 dan 1 kb insert yang
terpotong, sedangkan pita 2 kb berasal dari sisa potongan insert. Sementara itu, plasmid
dari koloni 2 (sumur 3) menunjukkan arah orientasi insert dari A ke B karena didapatkan
dua pita dengan ukuran sekitar 5 kb dan 1 kb. Pita 5 kb berasal dari 3 kb plasmid pUC 19
dan 2 kb insert yang terpotong, sedangkan 1 kb berasal dari sisa potongan insert.
Pembuatan marker DNA juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan peta restriksi
suatu DNA yang sudah diketahui urutannya. Salah satu contoh DNA yang sering
digunakan sebagai marker DNA adalah DNA bakteriofag λ atau DNA λ.
121

Gambar 3. Marker DNA dari DNA λ strain X174RFDNA yang dipotong dengan HaeIII

Marker DNA dari DNA λ strain X174RFDNA yang dipotong dengan HaeIII
akan menghasilkan 5 pita dengan ukuran 1353 pb, 1078 pb, 872 pb, 603 pb, dan 310 pb
yang sudah bisa diketahui sebelumnya lewat hasil sekuensing. Seperti halnya fungsi
marker DNA lainnya, marker ini dapat digunakan untuk menduga ukuran DNA lain
seperti untuk mengetahui ukuran produk PCR dan sebagainya.
Fungsi lain peta restriksi adalah menduga kedekatan kekerabatan antarindividu.
Seperti diketahui bahwa makin dekat hubungan kekerabatan suatu individu dengan
individu lain, maka urutan DNAnya makin mirip. Oleh karenanya, pola-pola pita restriksi
yang dihasilkan pada pemotongan DNAnya juga menunjukkan kemiripan. Namun, tidak
ada suatu individu yang memiliki urutan DNA yang tepat sama dengan individu lainnya
sekalipun berasal dari satu induk, kecuali individu tersebut adalah kembar identik. Pada
individu kembar identik pola pita restriksi akan sama persis satu sama lain. Teknik untuk
menduga kedekatan kekerabatan antarindividu dengan menggunakan enzim restriksi
sering disebut dengan teknik RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism).
RFLP selain digunakan untuk menduga kedekatan kekerabatan juga dapat
digunakan untuk mendeteksi penyakit serta membantu memecahkan masalah kriminal.
Berikut salah satu penggunaan RFLP untuk mendeteksi penyakit anemia sickle cell.
122

Gambar 4. RFLP gen β globin yang dipotong dengan enzim restriksi MstII

Gen β globin manusia sepanjang 1,4 kb memiliki situs enzim restriksi MstII.
Orang yang menderita penyakit anemia sickle cell mengalami mutasi pada gen tersebut
Kodon keenam gen β globin manusia normal menyandi asam amino glutamat (GAG),
sedangkan pada penderita anemia sickle cell kodon tersebut mengalami mutasi menjadi
kodon penyandi asam amono valin (GTG) sehingga menyebabkan hilangnya situs
restriksi MstII. Saat gen β globin dipotong dengan MstII, pada manusia normal akan
diperoleh pita berukuran 1,2 kb dan 200 pb, sedangkan pada penderita penyakit anemia
sickle cell akan diperoleh pita berukuran 1,4 kb. Sementara itu, pada carrier akan
diperoleh tiga pita, masing-masing dengan ukuran 1,4 kb; 1,2 kb; dan 200 pb.

Komponen-komponen reaksi restriksi


Faktor utama dalam pembuatan peta restriksi adalah DNA sampel yang murni
dengan konsentrasi yang memadai, jenis enzim restriksi, dan bufer. Hasil pemotongan
DNA menggunakan enzim restriksi selanjutnya diamati dengan elektroforesis. Pita-pita
yang diperoleh bisa diketahui ukurannya dengan membandingkannya dengan DNA
standar atau marker. Adanya kontaminasi DNA pada saat preparasi oleh kemikalia
seperti etanol, kloroform, ataupun fenol bisa menyebabkan kerja enzim restriksi
terhambat. Selain itu, jika DNA yang akan direstriksi jumlahnya terlalu sedikit, maka pita
123

yang diperoleh tidak nampak semua saat dielektroforesis. Demikian pula, jika DNA yang
akan direstriksi jumlahnya terlalu banyak, maka saat dielektroforesis sisa DNA yang
belum terpotong akan terlihat.
Penggunaan enzim restriksi selain memperhatikan unit aktivitasnya juga harus
memperhatikan bufer yang digunakan. Umumnya produsen enzim restriksi selalu
memberikan petunjuk penggunaan bufer, terutama bila akan dikombinasikan dengan
enzim restriksi lainnya. Hal ini penting sekali karena dalam bufer biasanya ditambahkan
kofaktor seperti DMSO, MgSO4, albumin, ataupun urea. Namun, setiap enzim memiliki
kofaktor sendiri-sendiri yang kadang kala tidak sama dengan enzim restriksi lainnya.
Oleh karena itu, sangat disarankan bila ingin menggunakan kombinasi enzim restriksi
sebaiknya menggunakan enzim-enzim restriksi dari satu produsen saja.

Pembacaan peta restriksi


Ukuran semua fragmen yang dipotong dengan enzim restriksi bila dijumlahkan
harus sama hasilnya dengan ukuran DNA sebelum dipotong. Jika saat dijumlahkan
hasilnya tidak sama, dapat terjadi dua kemungkinan masalah. Masalah pertama bisa
terjadi karena fragmen DNA yang berukuran kecil telah lolos dari gel karena laju
migrasinya terlalu cepat. Masalah ini terjadi ketika elektroforesis berlangsung terlalu
lama. Masalah kedua bisa terjadi karena gel kurang padat sehingga tidak bisa
memisahkan fragmen yang ukurannya hanya berbeda beberapa basa saja.
Adapun teknik pembacaan peta restriksi pada prinsipnya sama dengan pembacaan
hasil elektroforesis pada umumnya. Salah satu contoh pembuatan peta rektriksi tersaji
pada gambar berikut.
124

Gambar 5. Gambar peta restriksi suatu DNA yang dipotong dengan enzim restriksi HhaI,
EcoRV, dan HaeIII.

Cara membaca peta restriksi:


1. Ukurlah jarak migrasi tiap-tiap pita marker dari sumur, kemudian buatlah
ekstrapolasi jarak migrasi tiap pita-pita marker (cm) dengan ukuran panjang
basanya. Buatlah garis-garis sejajar yang memotong pita-pita untuk membantu
mengukur jarak migrasi.
Catatan: Jarak migrasi DNA dalam gel agarosa mengikuti pola log10 dengan
ukuannya.
Dengan demikian, akan diperoleh grafik berikut

Gambar 6. Ekstrapolasi antara ukuran pita-pita marker dan jarak migrasinya


125

2. Ubahlah kurva eksponensial tersebut menjadi persamaan linier dengan cara


melog tiap-tiap ukuran fragmen dari marker.
Catatan: upayakan agar persamaan yang diperoleh mendapatkan nilai R2
mendekati 1. (minimal 0,99). Bila belum didapatkan, ukur ulang lagi jarak
migrasinya.

Gambar 7. Ekstrapolasi antara log ukuran pita-pita marker dan jarak


migrasinya.

3. Persamaan linier yang diperoleh digunakan untuk menduga ukuran pita DNA
lainnya yang dielektroforesis bersamaan dengan marker.
Contoh: jika diperoleh persamaan y= -0,317x + 4,464 (persamaan di atas)
dan jarak migrasi DNA lain yang dielektroforesis bersama dengan marker
adalah 5,06 cm, maka jarak sebenarnya adalah (anlog 2,8396 ) = 750 pb.
4. Bila seluruh pita sudah diketahui ukuran sebenarnya, maka buatlah skema
peta restriksi yang mencerminkan ukuran dan posisi pemotongan enzim
restriksi berikut nama enzimnya.
Contoh:
126

Gambar 8. Peta situs restriksi fragmen gen endoxilanase S. costaricanus 45I-3 (linier)

Gambar 5. Peta restriksi plasmid pGEM-T Easy (sirkuler)

You might also like