You are on page 1of 14

LAPORAN KKL

MATA KULIAH KIMIA ANORGANIK 2


PENGELOLAAN AIR MINUM
PDAM TIRTA MOEDAL SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kimia Anorganik 2 sebagai salah satu mata kuliah program studi pendidikan
kimia semester 4 membahas mengenai unsur-unsur yang ada beserta sifatnya baik kimia
maupun sifat fisik, manfaat dan sisi negatif dari unsur tersebut baik jika berdiri sendiri
maupun ketika sudah bersenyawa dengan unsur lainnya.
Tentunya, penjelasan mengenai masing-masing unsur akan lebih baik jika
disajikan tidak hanya dalam bentuk teori namun juga aplikasi di lapangan. Oleh karena
itu, diadakan kegiatan berupa KKL di PDAM Tirta Moedal yang ada di wilayah
Semarang agar mahasiswa lebih mengetahui manfaat dan peran unsur atau senyawa
dalam proses penyediaan air minum bagi masyarakat sehingga dapat lebih memahami
materi pembelajaran yang telah diberikan selama mengikuti kuliah Kimia Anorganik 2.
Selain itu, diharapkan mahasiswa juga dapat menyerap ilmu baik mengenai proses
maupun landasan teori yang digunakan sehingga dapat menginspirasi mahasiswa dalam
menemukan ide-ide baru yang berkaitan dengan hal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang ingin diketahui mahasiswa melalui KKL ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa saja golongan air berdasarkan kualitasnya?
2. Apa sumber produksi yang digunakan PDAM untuk penyediaan air minum bagi
masyarakat?
3. Apa saja jenis pengolahan air yang akan diproses sebagai air minum?
4. Bagaimana proses pengolahannya?
5. Apa saja standar kualitas air minum di Indonesia?
C. TUJUAN
Tujuan dilakukannya KKL ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami kegunaan
beberapa unsur atau senyawa yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya dalam hal ini untuk penyediaan air minum, bukan hanya secara teoritik, namun
juga secara aplikatif.

D. MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa setelah mengikuti KKL ini yaitu mahasiswa
dapat lebih memahami kegunaan unsur atau senyawa yang dapat digunakan dalam
penyediaan air minum dan dapat dicocokkan dengan sifat kimia maupun fisik dari unsur
itu sendiri. Selain itu, mahasiswa juga dapat terinspirasi untuk membuat alternatif atau
menemukan solusi agar kekurangan-kekurangan yang masih ada, baik pada proses
maupun bahan-bahan yang digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen
kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 907 Tahun 2002)
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air
ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Bakteri
dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, namun banyak zat berbahaya, terutama
logam, yang tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Saat ini terdapat krisis air minum di
berbagai negara berkembang di dunia akibat jumlah penduduk yang terlalu banyak dan
pencemaran air.
Pengolahan air dimaksudkan untuk merubah kualitas air yang semula tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi air yang memnuhi syarat kesehatan. Sebagaimana Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, tanggal 29 Juli 2002, air yang boleh
dikonsumsi manusia harus memenuhi persyaratan kimia, fisik dan mikrobiologi dengan kadar
parameter tertentu.

B. GOLONGAN AIR MENURUT KUALITAS


Menurut kualitasnya, air dapar digolongkan sebagai berikut :
1. Air baku, air yang ada di alam ( air tanah, air permukaan, dan mata air) yang kualitasnya
mungkin belum memenuhi syarat kesehatan.
2. Air bersih, air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang kualitasnya
hampir memenuhi syarat kesehatan dan pabila diminum harus dimasak terlebih dahulu.
3. Air minum, air bersih yang kualitasnya sudah memenuhi syarat kesehatan dan langsung
dapat diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
C. SUMBER PRODUKSI
Kapasitas
No. Sumber Produksi Lokasi Kontribusi Debit
Terpasang
1. Mata air 12 15,55% 522 353,37
2. Air tanah dalam
a. Sumur Kota 20 1,47% 49,75 33,38
b. Sumur
Pegunungan 28 15,13% 769 343,81
3. Air Permukaan 6 67,85% 2.430 1.541,97
66 100% 3.770,75 2,272,53

Sedangkan untuk sumber produksi PDAM Tirta Moedal yaitu Kali Garang.

Sumber produksi PDAM Tirta Moedal berasal dari aliran sungai KaliGarang

D. JENIS PENGOLAHAN
No. Macam Air Beku Jenis Pengolahan
1. Mata air Pengolahan Tak Lengkap
2. Air Tanah Dalam Pengolahan Tak Lengkap
3. Air Permukaan ( sungai ) Pengolahan Lengkap

E. PROSES PENGOLAHAN
Proses pengolahan secara lengkap diberlakukan pada air baku yang berasal dari sungai.
Karena sumber produksi PDAM Tirta Moedal berasal dari sungai, maka proses pengolahan
yang dipilih yaitu proses pengolahan lengkap.
Secara umum, proses pengolahan air secara lengkap meliputi : penyaringan awal,
pengadukan cepat, pengadukan lambat, pengendapan, penyaringan, dan sterilisasi.
1. Penyaringan awal
Aliran air sungai sebagian diarahkan ke intake yang merupakan unit bangunan pertama
dari instalasi pengolahan air. Pada unit bangunan ini terjadi proses penyaringan terhadap
kotoran yang melayang dan terapung dengan menggunakan screen jeruji besi (Bar
Screen).
2. Proses Pengadukan Cepat ( Koagulasi )
Proses pencampuran dan pemerataan bahan kimia/ koagulan Alumunium Sulfat ( tawas )
atau PolyAlumuniumChloride (PAC) dengan air baku. Proses ini terjadi dengan
memanfaatkan aliran turbulen sehingga diharapkan dapat terbentuk inti-inti flok.

3. Proses Pengadukan Lambat ( Flokulasi )


Flokulasi yaitu proses pengadukan yang bertujuan untuk menggabungkan flok-flok kecil
yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga menjadi besar dan
mudah untuk diendapkan. Dalam proses ini terjadi pengadukan lambat, disamping untuk
menggabungkan flok juga dapat mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah
terbentuk.
4. Proses Pengendapan ( Sedimentasi )
Proses pengendapan flok-flok yang telah terbentuk pada proses flokulasi. Pada unit
bangunan pengendapan ini dilengkapi dengan tube settler yang bertujuan untuk
mengoptimalkan proses pengendapan.

5. Proses Penyaringan ( Filtrasi )


Merupakan penyaringan dari proses sedimentasi yang masih mengandung/ membawa
mikroflok yang belum terendapkan. Media yang dipakai pada penyaringan ini adalah
pasir kuarsa dari Bangka dengan ketebalan 80-100cm.
6. Proses Sterilisasi ( Desinfeksi )
Proses pemberian zat desinfektan dalam hal ini yang dipakai adalah chlor (gas/cair) yang
bertujuan untuk membunuh bakteri/kuman yang mungkin masih ada dalam air.
Pembubuhan dilakukan di inlet reservoir. Dalam bentuk cair senyawa yang digunakan
yaitu sodium hipoklorit, yang tentunya dengan konsentrasi tertentu sehingga air minum
yang diproduksi aman untuk dikonsumsi.
Hasil analisa mengenai penggunaan sodium hipoklorit sebagai desinfektan adalah sebagai
berikut :
Asam hipoklorit adalah asam sangat lemah; jadi larutan hipoklorit sangat bersifat basa
sebagai akibat proses hidrolisis menurut persamaan reaksi :
ClO- (aq) + H2O (l) ↔ HClO (aq) + OH- (aq)
Asam hipoklorit merupakan oksidator kuat, dan dalam proses tereduksi menjadi klorin
menurut persamaan setengah reaksi :
2HClO (aq) + 2H3O+ (aq) + 2e ↔ Cl2 (g) + 3H2O (l) E0 = + 1,64V
Tetapi ion hipoklorit adalah agen pengoksidasi yang lemah, yang biasanya tereduksi menjadi
ion klorida menurut persamaan setengah reaksi :
ClO- (aq) + H2O (l) + 2e ↔ Cl- (aq) + 2OH- (aq) E0 = + 0,89 V
Sifat pengoksidasi inilah yang membuat ion hipoklorit bermanfaat sebagai pemutih atau
pembersih maupun pembunuh bakteri.
Senyawa hipoklorit yang penting adalah sodium hipoklorit dan kalsium hipoklorit.
Sodium hipoklorit dibuat dengan cara elektrolisis garam dapur, NaCl, dengan kedua
elektrode berada dalam satu bilik tanpa pemisah dan terus diaduk agar diperoleh campuran
yang merata antara sodium hipoklorit yang dihasilkan oleh katode dengan diklorin yang
dihasilkan di anode. Persamaan reaksi :
Anode : 2Cl- (aq) → Cl2 (g) + 2e
Katode : 2H2O (l) + 2e → H2 (g) + 2OH- (aq)
Pencampuran : Cl2 (g) + 2OH- (aq) → Cl- (aq) +ClO- (aq) + H2O (l)
Reaksi dalam bilik elektrolisis harus dilaksanakan dalam keadaan dingin, karena pada
keadaan panas akan diperoleh hasil yang berbeda. Sodium hipoklorit tidak stabil dalam fase
padatan, oleh karena itu kalsium hipoklorit digunakan sebagai sumber bahan padatan ion
hipoklorit. Cara pembuatan kalsium hipoklorit yang terbaik adalah merekasikan suspensi
kalsium hidroksida dengan gas diklorin; persamaan reaksinya :
2Ca(OH)2 (s) + 2Cl2 (g) → Ca(ClO)2. 2H2O (s) + CaCl2 (aq)
Kalsium klorida dapat larut dalam air sedangkan kalsium hipoklorit dihidrat tidak, dan
oleh karena itu dapat dipisahkan dengan penyaringan.
Berdasarkan informasi di atas, maka kemungkinan pemilihan sodium hipoklorit sebagai
desinfektan daripada kalsium hipoklorit karena pembuatannya yang mudah dan murah
dibandingkan pembuatan kalsium hipoklorit. Selain itu, bentuknya yang cair dan gas
memungkinkan sodium hipoklorit lebih mudah dicampurkan dengan air yang akan
didesinfeksi.

F. STANDAR KUALITAS AIR MINUM


Kadar Maksimum yg
diperbolehkan
No. Parameter Satuan
(Permenkes RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002)
I. FISIKA
1. Warna TCU 15
2. Rasa dan Bau - Tdk berasa/berbau
o
3. Temperatur C Suhu udara ± 3oC
4. Kekeruhan NTU 5
II. KIMIA
1. Antimony - 0,005
2. Air Raksa mg/l 0,001
3. Arsenic mg/l 0,01
4. Barium mg/l 0,7
5. Boron mg/l 0,3
6. Cadmium mg/l 0,003
7. Chromium mg/l 0,05
8. Tembaga mg/l 2
9. Sianida mg/l 0,07
10. Fluorida mg/l 1,5
11. Timah mg/l 0,01
12. Molybdenum mg/l 0,07
13. Nikel mg/l 0,02
14. Nitrat mg/l 50
15. Nitrit mg/l 3
16. Selium mg/l 0,01
17. Ammonia mg/l 1,5
18. Alumunium mg/l 0,2
19. Klorida mg/l 250
20. Copper mg/l 1
21. Kesadahan mg/l 500
22. Hidrogen sulfida mg/l 0,05
23. Besi mg/l 0,3
24. Mangan mg/l 0,1
25. pH - 6,5-8,5
26. Sodium mg/l 200
27. Sulfat mg/l 250
28. Total padatan mg/l 1000
terlarut
29. Seng mg/l 3
30. Klorin µg/l 600-1000
III. BAKTERIOLOGIS
1. Koliform Tinja
a. Pada air minum Jml/100ml 0
b. Pada air yang Jml/100ml 0
masuk sistem
distribusi
c. Pada sistem Jml/100ml 0
distribusi
2. Total Koliform
a. Pada air yang Jml/100ml 0
masuk sistem
b. Pada sistem Jml/100ml 0
distribusi

Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium, baik secara fisik, kimiawi maupun


bakteriologis, maka air yang diproduksi oleh PDAM Tirta Moedal telah memenuhi syarat
sebagai air minum sesuai Permenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
Berikut adalah gambar alat-alat yang digunakan untuk menguji sampel di laboratorium
PDAM Tirta Moedal :
Sampel air yang sudah lulus uji lab
Produksi PDAM Tirta Moedal
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari hasil KKL mata kuliah Kimia Anorganik 2 di PDAM Tirta Moedal, maka diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Air minum dapat diperoleh dari hasil olahan air sungai dengan proses pengolahan
lengkap.
2. Proses pengolahan lengkap secara umum meliputi : penyaringan awal, pengadukan cepat,
pengadukan lambat, pengendapan, penyaringan, dan sterilisasi.
3. Desinfektan yang digunakan dalam produksi air minum di PDAM Tirta Moedal yaitu
Natrium Hipoklorit atau dapat disebut Sodium Hypochlorite.
4. Air minum yang diproduksi harus memenuhi kriteria air minum sesuai Permenkes RI No.
907/Menkes/SK/VII/2002

B. SARAN
Menurut kami, pengolahan yang dilakukan PDAM Tirta Moedal sudah baik karena terbukti
mampu mengolah air sungai yang terkesan kotor menjadi air minum yang memenuhi kriteria
Permenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyarto, Kristian H. . Kimia Anorganik I. 2004. Yogyakarta. Jurusan Kimia Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
LAPORAN KKL
MATA KULIAH KIMIA ANORGANIK 2
PENGELOLAAN AIR MINUM
PDAM TIRTA MOEDAL SEMARANG
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Anorganik 2
Dosen pengampu : Dra. Sri Mantini Rahayu S. M.Si

Disusun oleh :

1. Fina Hadziratul Q 43014090


2. Dyah Ayu Wulandari 4301409012
3. Lina Putri Cahyaningtyas 4301409014

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

You might also like