Professional Documents
Culture Documents
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Stroke/Gangguan Pembuluh Darah Otak (GPDO)/Cerebro Vascular Disease
(CVD)/Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan suatu kondisi kehilangan fungsi
otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak
(Brunner & Suddarth, 2000: 94) atau merupakan suatu kelainan otak baik secara
fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh
darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Doengoes, 2000: 290).
PENYEBAB STROKE :
1. Trombosis serebral
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi (Oklusi : penutupan suatu
lubang, khususnya duktus atau pembuluh darah. Duktus : saluran yang membawa
sekresi dari kelenjar) sehingga menyebabkan iskemi (Iskemi : berkurangnya
pasokan darah ke suatu bagin tubuh) jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema (Oedema : infiltrasi abnormal cairan kedalam jaringan. Infiltrasi :
perembesan atau pengaliran cairan kedalam jaringan) dan kongesti (kongesti
merupakan bagian dari hiperemia. Kongesti : hiperemia pasif. Yaitu keadaarn
hiperemia yang terjadi ketika aliran darah dari suatu bagian tubuh berkurang.
Hiperemia : darah yang berlebihan pada suatu bagian tubuh.) di sekitarnya.
Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal
ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis sering kali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
3. Hemoragik
Perdarahan intracranial (Intrakranial : didalam kranium. Kranium : tulang
tengkorak yang menutupi otak) atau intraserebri (Intraserebri : didalam serebrum)
meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah dalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi
infark otak, oedema, dan mungkin herniasi (Herniasi : pembentukan suatu hernia.
Hernia : penonjolan abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang
pada struktur disekitarnya.) otak. Penyebab perdarahan otak yang paling umum
terjadi :
4. Hipoksia umum
Penyebabnya :
a. Hipertensi parah
b. Henti jantung paru
c. Curah jantung turun akibat aritmia
5. Hipoksia Lokal
Penyebabnya :
a. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrant
FAKTOR RESIKO PADA STROKE
a. Hipertensi
b. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
f. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
g. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi)
h. penyalahgunaan obat ( kokain)
i. konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
KLASIFIKASI STROKE
a. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
a) Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intra Serebral (PIS) dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++
Disadur dari Laporan Praktik Klinik Keperawatan Medical Bedah di Ruang Syaraf
Tabel 2. Perbedaan antara CVA infark dan CVA Bleeding sebagai berikut:
Kejang - +
Muntah - +
Kaku kuduk - ++
Kernig - +
pupil edema - +
Perdarahan Retina - +
-
Pemeriksaan:
+
Darah pada LP +
X foto Skedel Kemungkinan
Oklusi, stenosis
pergeseran glandula
pineal
Angiografi Aneurisma. AVM.
massa intra hemisfer/
Densitas berkurang vaso-spasme.
(lesi hypodensi) Massa intrakranial
CT Scan densitas bertambah.
Normal
Meningkat
Lumbal pungsi Jernih
Merah
Tekanan < 250/mm 3
Warna >1000/mm3
Eritrosit oklusi
ada shift
Arteriografi
di tengah
shift midline echo
EEG
Disadur dari Makalah Simposium Sehari “Peran Perawat dalam Kegawat Daruratan” dalam
Rangka Dirgahayu PPNI XIX di Tirta Graha Lantai V Jl. Myjen Prof. Dr. Moestopo No. 2
Surabaya (Gedung PDAM Kotamadya Surabaya yang diselenggarakan oleh Persatuan
Perawat Nasional Indonesia Dewan Pimpinan Daerah Tingkat II Kotamadya Suarabaya.
b) Stroke involusi:
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c) Stroke komplit:
Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan
istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
MANIFESTASI KLINIS
Penglihatan ganda
c. Diplopia
2 DEFISIT MOTORIK
a. Hemiparese Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi
yang sama
b. Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi
yang sama
c. Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak
Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
d. Disatria berdiri yang luas
b. Afasia reseptif
c. Afasia global
Tidak mampu menyusun kata-kata yang
diucapkan
Merupakan suatu kondisi kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan
oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddarth, 2000: 94) atau
merupakan suatu kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang
disebabkan oleh keadaan patologis pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak (Doengoes, 2000: 290).
o Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)
yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive).
Demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang
disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan
kepribadian dan tingkah laku.
o Alzheimer
a. Definisi
Penyakit alzheimer atau biasa disebut AD adalah penyakit yang bersifat
degeneratif dan progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada
neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku.
Alzheimer dapat menyerang seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun.
Perkiraan terbaru adalah bahwa 1 dari 10 orang pasien Alzheimer berusia lebih
dari 65 tahun dan hampir separuhnya berusia lebih dari 85 tahun. Dengan
penyebaran cepat pada populasi yang berusia lebih tua.
b. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi
flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer
terdiri dari degerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang
mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara
progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat
berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut
mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium
intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer
adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor
lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
c. Gejala Klinis
Berdasarkan National Alzheimer ‘s Association (2003), dibagi menjadi 3
tahap, yaitu:
1. Gejala Ringan (lama penyakit 1-3 tahun): lebih sering bingung dan
melupakan informasi yang baru dipelajari.
Disorientasi:
tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik,
bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian misalnya mudah
tersinggung, mudah menuduh ada yang mengambil barangnya bahkan
menuduh pasangannya tidak setia lagi/selingkuh.
o Parkinson
Penyakit Parkinson adalah gangguan otak progresif yang ditandai oleh degenerasi
neuron-neuron penghasil dopamin yang terletak dalam hemisper serebrum di suatu bagian
yang disebut ganglion basal.
a. etiologi
Penyebab penyakit parkinson termasuk virus, toksik vaskuler dan etiologi genetik,
dan juga faktor-faktor yang tidak diketahui gejalanya yang karakteristik juga dijumpai
pada pasien arteriosclerosis, yang menyebabkan oleh sebagian kalangan diyakini bahwa
arteriosclerosis merupakan juga faktor penyebab. Sindrom parkinson yang disebabkan
oleh obat bisa juga terjadi yaitu obat yang mempengaruhi sintesa atau mempengaruhi
reseptor striatal dopamin. Obat-obat tersebut adalah:
1. Reserpine (serpasil)
2. Phenithiszines
3. Butjrophenones (contoh: haloperidol)
B. Patofisiologi
Secara tepat kelainan di batang otak, yaitu di subtansia nigra mesensefalon
sebagai substrat penyakit parkinson. Pemeriksaan makroskopik memperlihatkan daerah
yang pucat (depigmentasi) pada pars kompakta substansia nigra yang dengan jelas
menunjukkan lenyap atau berkurangnya jumlah sel-sel neuromelanin yang menghasilkan
dopamin pada penyakit parkinson. Sedangkan pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
adanya badan-badan lewy yang merupakan incrusion body dan mendesak granula-granula
neuromelanin yang tersisa ke tepi juga terlihat dekstruksi sel dengan fagositosis sisa sel
dan pigmen, serta sel-sel yang masih ada akan menciut dan bervakuola.
Penderita penyakit ini biasanya dimulai pada usia 10 - 60 tahun. Faktor genetik
mungkin mempunyai peranan penting pada beberapa keluarga, khususnya bila terdapat
pada usia di bawah 40 tahun disebut parkinsonismus juvenilis.
C. Manifestasi Klinis
Secara ringkas, gejala klinis utama terdiri dari 3 gejala, yaitu:
1. tremor
2. regiditas
3. akinesia
Bila tidak dapat jawaban adanya dementia kronis, CT Scan memperlihatkan atropi
cerebral. EEG hanya memperlihatkan sedikit kelambatan pengosongan lambung dan
hipomolitas.
E. Terapi
1. Medikamenfosa
Tujuan : menghilangkan gejala
Obatnya :
a. Antikholinergik → trihexilphenidil HCL
b. Levodopa → madopar, levaside
c. Dopamin agonis → bromokriptin
d. Amantadin → symmentrel
e. Antidepresi → amitriptilin
2. Fisioterapi
3. Operatif : dilakukan bila tidak ada respon dengan obat.
PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,
tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
(Marilynn E. Doenges et al, 1998)
Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder
berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.(Doengoes, 1998 dan Doengoes,
2000: 290)
Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan tanda
emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulian
mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan
rasa pengecapan dan penciuman, paralisis atau parese wajah.
Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada
salah satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak
sama, refleks tendon melemah secara kontralateral, apraksia
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang
sensorik kontralteral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan
refleks patologis.
Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat kesadaran,
gangguan fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah,
afasia, kekakuan nukhal, kejang, dll (Jusuf Misbach, 1999, Doengoes,
2000: 291)
2) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
(1) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993), edema,
hematoma, iskemia dan infark (Doengoes, 2000: 292)
(2) MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn
E. Doenges, 2000: 292)
(3) Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998) atau
membantu menenukan penyebab stroke yang lebih spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur
(Doengoes, 2000: 292)
(4) Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke. (Jusuf Misbach, 1999), menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas (Doengoes,
2000: 292)
b) Pemeriksaan laboratorium
(1) Pungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
(Satyanegara, 1998). Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli
dan TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang
mengandungdarah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau
intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan proses inflamasi (Doengoes, 2000: 292)
(2) Pemeriksaan darah rutin
(3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
(4) Pemeriksaan darah lengkap: unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)
b. Prioritas Keperawatan
1. Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan yang bersifat permanen
3. Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
4. Memberikan dukungan terhadap proses koping dan mengintegrasikan perubaahan
dalam konsep diri pasien
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosisnya dan kebutuhan
tindakan/rehabilitasi
c. Tujuan Pemulangan
1. Fungsi serebral membaik/meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat
diminimalkan/dapat didtabilkan
2. Komplikasi dapat dicegah dan diminimalkan
3. Kebutuhan pasien sehari-hari dapat dipenuhi oleh pasien sendiri atau dengan bantuan
yang minimal dari orang lain
4. Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perencanaan untuk masa depan
5. Proses dan prognosis penyakit dan pengobatannya dapat dipahami
d. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan
intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi (Marilynn E. Doenges, 2000: 293)
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parastesia,
hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995, doengoes, 2000: 295)
3) Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan
pada saraf sensori, penurunan penglihatan (Marilynn E. Doenges, 2000)
4) Gangguan/kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah otak, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial,
kelemahan umum (Donna D. Ignativicius, 1995, Doengoes, 2000: 298)
5) Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
6) Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan
menelan ( Barbara Engram, 1998)
7) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori,
transmisi, integrasi, stres psikologis (Doengoes, 2000: 300)
8) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi, kerusakan neuromuskuler, kehilangan kontrol/koordinasi otot,
penurunan kekuatan/ketahanan, kerusakan perseptual, nyeri, depresi (Donna D.
Ignativicius, 1995, Doengoes, 2000: 301)
9) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama (Barbara
Engram, 1998)
10) Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)
11) Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi (Donna
D. Ignatavicius, 1995)
12) Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial,
persepsi kognitif (Doengoes, 2000: 303)
e. Perencanaan
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah:
Perubahan perfusi jaringan otak (serebral) berhubungan dengan perdarahan
intracerebral, edema serebral, gangguan oklusi dibuktikan oleh perubahan tingkat
kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon motorik/sensori, gelisah, defisit
sensori, bahasa, intelektual dan emosi, perubahan VS
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil
Gangguan persepsi sensori: perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada saraf
sensori
Kriteria hasil:
a) Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan
rencana tindakan
b) Penurunan kesadaran terhadap sensorik dan perasaan kinetik berpengaruh
terhadap keseimbangan/posisi dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi,
meningkatkan resiko terjadinya trauma.
c) Melatih kembali jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan intepretasi
diri. Membantu klien untuk mengorientasikan bagian dirinya dan kekuatan dari daerah
yang terpengaruh.
d) Meningkatkan keamanan klien dan menurunkan resiko terjadinya trauma.
e) Penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu dalan
mengintegrasikan sisi yang sakit.
f) Menurunkan ansietas dan respon emosi yang berlebihan/kebingungan yang
berhubungan dengan sensori berlebih.
g) Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidakkonsistenan dari persepsi dan
integrasi stimulus.
Kriteria hasil
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
Rencana tindakan
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan otot
mengunyah dan menelan
Kriteria hasil
Rencana tindakan
Kriteria hasil
a) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika
mungkin
b) Rubah posisi tiap 2 jam
c) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang
menonjol
d) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada
waktu berubah posisi
e) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
f) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
Rasional