You are on page 1of 6

Artikel: Buanglah 5 Faktor Penghambat Karir Anda!

Hore,

Hari Baru!

Teman-teman.

Setiap orang yang hidupnya bergantung kepada gaji adalah seorang buruh; sekalipun pangkatnya
direktur utama. Mengapa para direktur tidak ikut-ikutan demonstrasi untuk memperingati tanggal
1 Mei sebagai hari buruh? Karena, orang yang karirnya bagus tidak lagi disebut buruh.
Sedangkan mereka yang karirnya buruk, biasanya memang disebut sebagai buruh. Jika Anda
seorang karyawan; maka pastikanlah bahwa Anda memang layak untuk tidak menyandang gelar
sebagai buruh. Bagaimana caranya?

Sederhana saja; bangunlah karir Anda sampai ke titik dimana Anda layak dihormati dan dihargai
tinggi. Agar bisa membangun karir dengan baik, maka Anda harus membuang jauh-jauh mental
‘b-u-r-u-h’. Mengapa demikian? Karena mental b-u-r-u-h itu menyimpan 5 faktor penghambat
karir yang sangat mematikan. Apa sajakah kelima faktor itu? Berikut ini uraiannya.

1. B=Bersembunyi dibalik topeng ‘nasib’. Baik atau buruknya karir seseorang sama
sekali tidak ada hubungannya dengan nasib. Perhatikan para pekerja gagal. Mereka
menganggap bahwa mandeknya karir dan bayaran mereka sudah menjadi nasib sehingga
tidak terdorong untuk menggeliat bangkit dari posisi rendahnya. Walhasil, dari tahun ke
tahun tidak ada perbaikan jabatan dan pendapatan signifikan yang mereka dapatkan.
Jadilah karyawan yang berani berjuang untuk memperbaiki karir sendiri karena nasib
selalu mengikuti ikhtiar yang Anda lakukan.

2. U=Ulet hanya ketika diawasi oleh atasan. Sudah bukan rahasia lagi jika banyak sekali
karyawan yang ulet, gigih, dan giat hanya ketika ada atasannya saja. Tapi saat atasannya
tidak ada; mereka berleha-leha atau mengerjakan sesuatu yang tidak produktif pada jam
kerja. Para pegawai berdasi pun banyak yang memiliki perilaku seperti ini. Padahal, sikap
seperti ini jelas sekali menunjukkan jika mereka tidak layak untuk mendapatkan
tanggungjawab yang lebih besar. Jadilah karyawan yang bisa diandalkan, baik ada atau
tidaknya atasan; karena kualitas seseorang dinilai dari tanggungjawab pribadinya ketika
dia sedang sendirian.

3. R=Rendah diri. Kita sering keliru menempatkan kerendahan hati dengan sifat rendah
diri. Ketika berhadapan dengan senior atau orang yang pendidikannya lebih tinggi, kita
merasa kecil sekali. Padahal sebagian besar manager atau direktur pada mulanya adalah
orang-orang yang menduduki posisi rendah seperti kebanyakan karyawan lainnya. Sifat
rendah diri mengungkung orang dalam kotak inferioritas sehingga kapasitas dirinya tidak
terdaya gunakan. Jadilah karyawan yang rendah hati, karena mereka yang rendah hati
memiliki kualitas diri yang tinggi, namun tetap bersikap arif, positif dan konstruktif.

4. U=Unjuk rasa melampaui unjuk prestasi. Unjuk rasa tidak selalu harus turun ke jalan.
Protes soal kenaikan gaji adalah contoh nyata unjuk rasa yang sering terjadi di kantor-
kantor. Menggunjingkan atasan dan managemen di kantin atau toilet juga merupakan
bentuk unjuk rasa yang tidak sehat. Perhatikan para karyawan yang tidak puas dengan
kebijakan perusahaan. Mereka berkasak-kusuk sambil mengkorupsi jam kerja. Padahal,
itu semakin menunjukkan kualitas buruk mereka. Jadilah karyawan yang rajin unjuk
prestasi, karena prestasi membuka peluang untuk mendapatkan kesempatan dan
pendapatan yang lebih besar.

5. H=Hitung-hitungan soal pekerjaan dan imbalan. Banyak sekali karyawan potensial


yang akhirnya gagal membangun karirnya hanya karena merasa tidak dibayar dengan
pantas. “Kalau gua digaji cuma segini, ngapain mesti kerja keras?’ begitu katanya.
Padahal, sikap seperti itu tidak merugikan perusahaan lebih dari kerugian yang dialami
oleh orang itu sendiri. Mereka membuang peluang untuk mengkonversi potensi dirinya
menjadi karir yang cemerlang. Jadilah karyawan yang berfokus kepada kontribusi yang
tinggi, karena bayaran atau imbalan akan mengikutinya kemudian.

Jika Anda mampu membuang mental ‘b-u-r-u-h’ yang sudah saya jelaskan diatas, maka Anda
tidak akan menjadi buruh rendahan. Sebaliknya, Anda akan menjadi karyawan yang ketika
pensiun nanti; memiliki sesuatu yang layak untuk dibanggakan.

Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman
Natural Intelligence Contemplator

www.dadangkadarusman.com

Catatan Kaki:

Setiap orang yang memilih untuk menjadi karyawan harus menentukan; apakah dia ingin
menjadi karyawan dengan pencapaian yang layak dibanggakan, atau sekedar menjadi buruh yang
direndahkan.

Follow DK on Twitter @dangkadarusman


__._,_.___
Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic
Messages in this topic (1)
RECENT ACTIVITY:

 New Members 39

Visit Your Group


***********************************************************

Mohon bantuannya untuk mengisi survei daya saing Indonesia di

http://www.ips.or.kr/site/IPS/mail/survey/20110120/26.html

************************************************************

MARKETPLACE

Find useful articles and helpful tips on living with Fibromyalgia. Visit the
Fibromyalgia Zone today!

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the
Yahoo! Toolbar now.

Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use


.

__,_._,___
Artikel: Proses Menuju Kesempurnaan Diri

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Katanya, manusia itu mahluk sempurna ya? Apakah kesempurnaan itu sudah kita warisi sejak
lahir atau baru sekedar ‘potensi’ untuk sempurna? Faktanya, tidak ada manusia yang langsung
hebat begitu dia lahir. Jadi, pastilah kesempurnaan manusia itu harus diperjuangkan. Begantung
nilai perjuangannya; ada manusia yang semakin mendekati kesempurnaan diri, dan ada juga
yang begitu-begitu saja. Lantas, bagaimana caranya supaya kita bisa semakin dekat kepada
kesempurnaan itu?

Kesempurnaan itu dibangun dari elemen-elemen kecil berupa kualitas pribadi kita. Semakin
banyak elemen yang bisa kita perbaiki, semakin dekat kita kepada kesempurnaan diri. Saya
merangkum 5 cara yang bisa Anda tempuh untuk memperindah elemen-elemen diri itu. Berikut
ini ulasannya. 

1.      Adu kualitas kerja dengan kualitas diri. Kualitas kerja seseorang mewakili kualitas
pribadinya. Cek apakah kualitas kerja Anda sudah sama dengan kualitas pribadi Anda. Jika
sudah sama; maka Anda sudah mencapai setengah jalan menuju diri Anda yang sesungguhnya.
Setengahnya lagi apa? Belajar lagi sesuatu untuk meningkatkan kualitas diri Anda sedikit lagi.
Lalu, adu lagi hasil kerja Anda, dan seterusnya.

2.      Adu jumlah waktu tersia-siakan dengan waktu produktif. Waktu Anda hari ini, berbeda
dengan waktu yang sudah berlalu. Sedangkan waktu yang disia-siakan sama sekali tidak
meningkatkan nilai diri Anda. Coba periksa kembali, mana yang lebih banyak; waktu produktif
Anda atau waktu yang Anda sia-siakan. Pastikan, bahwa waktu yang berharga itu mendukung
proses penyempurnaan kapasitas diri Anda.

3.      Adu gengsi dengan mawas diri. Gengsi ditandai dengan keengganan untuk mengakui
kelemahan yang kita memiliki. Tersinggung jika ada orang yang menunjukkan kelemahan itu.
Membela diri atau mencari pembenaran, meskipun hati kecil mengakuinya. Jika Anda selalu
mawas diri, terbuka terhadap kritikan dan masukan, lalu melakukan perbaikan demi perbaikan;
maka semakin hari, Anda menjadi semakin baik. 

4.      Adu kesombongan dengan kerendahan hati. Orang yang sombong itu tidak mau belajar
dari orang lain yang derajatnya dinilai lebih rendah. Sekalipun orang yang dipandang rendah itu
memiliki keluasan ilmu dan hikmah, jika Anda sombong tidak bisa mengambil pelajaran apapun.
Sebaliknya kerendahan hati menuntun Anda untuk belajar dari siapapun sehingga semakin hari,
pengetahuan dan keterampilan Anda menjadi semakin tinggi. Selalu ada peluang untuk
meningkatkan kapasitas diri bagi mereka yang rendah hati.

5.      Adu kebatilan dengan ketakwaan. Ingatlah bahwa tujuan akhir dari kehidupan kita adalah
kembali kepada Tuhan. Sempurna atau tidaknya seseorang pada akhirnya akan ditentukan oleh
penilaian yang Tuhan berikan. Sedangkan dimata Tuhan, manusia itu sama kecuali nilai
takwanya. Artinya, seberapa patuh dia kepada perintah Tuhannya. Apakah perintah Tuhan itu?
Menghindari perbuatan buruk, dan mengerjakan amal saleh. Jika manusia sudah mampu
memenuhi perintah Tuhan itu, maka dia telah berhasil mencapai kesempurnaan dirinya.

Kesempurnaan bukan berarti tidak memiliki kelemahan. Namun, dengan mempraktekkan ke-5
hal diatas, saya yakin kita akan bisa mengimbangi kelemahan yang kita miliki dengan
keunggulan yang mumpuni. Dengan begitu, kita akan semakin dekat dengan kesempurnaan
insani.

Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman  - 5 Mei 2011

Natural Intelligence Contemplator

www.dadangkadarusman.com

Catatan Kaki:

Kesempurnaan manusia adalah proses, bukan keadaan. Makanya, meskipun manusia itu mahluk
sempurna, tapi tidak ada manusia yang sempurna. 
 

Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain.
Follow DK on Twitter @dangkadarusman
__._,_.___
Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New Topic
Messages in this topic (1)
RECENT ACTIVITY:

 New Members 29

Visit Your Group


***********************************************************

Mohon bantuannya untuk mengisi survei daya saing Indonesia di

http://www.ips.or.kr/site/IPS/mail/survey/20110120/26.html

************************************************************

Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use


.

__,_._,___

You might also like