You are on page 1of 3

Pencairan Klaim Kematian Cukup Lima Hari

Desy Susilawati

Kesehatan fisik menjadi kunci utama dalam menjalankan prosesi ibadah haji. Karena itu,
sebelum berangkat ke Tanah Suci, semua calon jamaah diharuskan untuk memerikasakan
kesehatannya di rumah sakit pemerintah setempat.

Namun, meski telah mendapat rekomendasi sehat dan bisa berhaji dari para tim medis,
namun tidak sedikit di antara jamaah yang menderita sakit selama musim haji. Menurut data
yang dihimpun Republika, tidak kurang dari 1.000 jamaah regular mengalami sakit di Makkah
dan Madinah serta selama di perjalanan. Mereka ini mendapat penanganan serius dari tim
kesehatan Depkess, termasuk dari tim dokter yang disiagakan oleh Pemerintah Arab Saudi.

Dari 1.000 jamaah lebih yang mengalami sakit tersebut, sekitar 420 orang di antaranya wafat
di Tanah Suci. Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenaggaraan Umrah dan Haji Kementerian
Agama, Abdul Ghofur Djawahir mengatakan, jumlah jamaah yang wafat tahun ini jauh lebih
banyak dibanding musim haji 2009. Jika tahun lalu jamaah yang meninggal di Tanah Suci
berkisar 320 orang, maka pada musim haji tahun ini melonjak menjadi 420 orang. Para Tamu
Allah itu wafat karena berbagai penyakit, seperti paru-paru, jantung, dan penyakit gula.

Kementerian Agama bertanggung jawab penuh mengurusi semua administrasi dan proses
pemakaman para jamaah yang wafat di Tanah Suci. Bukan itu saja, menurut Ghofur, Kemenag
juga telah mengansuransikan semua jamaah reguler yang berangkat ke Tanah Suci. “Semua
jamaah yang sudah terdaftar secara otomatis sudah masuk asuransi jiwa haji,;; ujar Ghofur.
Dengan demikian, bagi jamaah yang wafat selama menjalankan ibadah haji akan mendapat
asuransi. Bagi jamaah yang meninggal wajar (biasa) pihak keluarga jamaah yang mendapat
asuransi sebesar Ro 33,6 juta, sementara jamaaah yang wafat karena kecelakaan (misalnya
tertabrak) akan memperoleh asuransi yang besarnya dua kali lipat atau Rp 67,2 juta.

Menurut Ghofur, asuransi kematian jamaah haji bukanlah kebijakan baru, tetapi telah
berlangsung sejak tahun 2003. Namun mulai 2010, premi asuransi dibayar dari dana
optimalisasai haji. SEmentara tahun-tahun sebelumnyan premi dibayar oleh masinh-masinh
jamaah. “Dari tahun ke tahun dana optimalisasi ini semakin besar, jadi semua biaya asuransi
diambil dari dana tersebut," ujarnya kepada Republika, Senin (27/12).

Untuk tahun ini, premi asuransi jiwa sebesar Rp 100 ribu per jamaah. Jumlah jamaah regular
yang menunaikan ibadah haji tahun ini sekitar 200 ribu orang. Dengan demikian biaya asuransi
yang disetor kepada perusahaan pelenyelenggara asuransi mencapai Rp 20 miliar. "Asuransi ini
ditenderkan terbuka ke semua perusahaan asuransi syariah,’’ katanya. Pada musim haji 2009-
2010 tender dimenangkan oleh Asuransi Mubarakah. Sedangkan pada tahun 2003-2004
dipegang oleh Bumi Perta.
Ia menjelaskan asuransi ini bisa  diberikan kepada para ahli waris jamaah haji yang wafat
ditanah suci dalam rangka menunaikan ibadah haji. Total jamaah haji yang meninggal tahun
2010 ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya hanya sekitar 312 jamaah haji
yang meninggal, sedangkan tahun ini hingga Selasa (28/12) lalu saja tercatat sudah 420 jamaah
yang meninggal.

Dalam peraturan Kementerian Agama (Kemenag), jamaah haji yang meninggal di tanah suci aka
mendapatkan uang klaim kematian. Jumlahnya pun sudah ditentukan. "Untuk jamaah yang
meninggal biasa atau normal (sakit), akan diberikan klaim sebesar Rp 33,6 juta. Sedangkan
untuk yang meninggal kecelakaan (ketabrak mobil atau yang lainnya) akan diberikan dua kali
lipat dari angka klaim kematian tersebut," jelasnya.

Abdul Ghofur memaparkan asuransi kematian jamaah ini bisa dicairkan melalui beberapa
tahap. Pertama harus ada surat kematian dari Konjen RI di Arab Saudi. "Surat kematian ini bisa
dibawa langsung setelah jamaah meninggal atau bisa dititipkan ke petugas haji. Namun, kalau
kloter terakhir terpaksa dibawa oleh Kemenag," paparnya. "Sementara Kemenag juga akan
memberitahukan kepada keluarga yang ditinggalkan."

Setelah ada surat kematian itu, maka akan ditentukan siapa ahli waris terdekat. "Setelah itu
Kemenag akan mengecek kebenaran jamaah haji dan memberikan surat pengantar yang
menyatakan bahwa yang meninggal adalah benar jamaah haji yang terdaftar," paparnya.

Surat pengantar itu kemudian diberikan kepada pihak Asuransi Mubarakah beserta surat
kematian dan ahli waris. "Pihak asuransi akan mengecek kembali kebenaran data dan syarat.
Setelah semua selesai, pihak asuransi akan mencairkan uang kematian tersebut," katanya.

Senada, Kepala Subdit Angkutan Perjalanan Haji, Subakin Abdul Muthalib, menjelaskan tahapan
pencairan dana kematian jamaah haji. Ia menjelaskan pertama keluarga jamaah haji yang
meninggal memang harus menunjukkan surat kematian dari Konjen RI di Arab Saudi. "Keluarga
juga harus menerangkan kalau dia ahli waris dan diketahui oleh lurah. Harus ada surat dari desa
jamaah, harus di cek dulu. Jangan sampai uang sudah diambil, ada yang mengaku lagi paling
berhak," katanya.

Setelah itu, dijelaskan Subakin, ahli waris tersebut bisa mengajukan ke asuransi Mubarakah di
daerah setempat untuk klaim kematian tersebut. "Kalau syarat sudah lengkap, lima hari sudah
selesai, tidak sampai seminggu," katanya.

Abdul Ghofur mengiyakan Subakin, jika tidak ada masalah, pencairan dana kematian tersebut,
bisa selesai dengan waktu hanya empat hari saja. "Kalau lama, itu karena kami harus hati-hati,
karena pernah ada kejadian surat palsu, bukan kami mau menyulitkan. Jangan sampai ada ahli
waris yang mengklaim lagi. Ini pernah terjadi. Jangan sampai niat menolong, ada salah malah
kita yang dijerat. Tapi juga kadang surat dari Konjen RI di Arab Saudi juga lama," ungkapnya.

Ghofur menambahkan jika pencairan uang di asuransi cabang daerah itu prosesnya lama, itu
karena keterbatasan sedian uang yang ada di daerah, uangnya masih ada di asuransi pusat.
"Bayangkan saja sebanyak 420 jamaah meninggal dunia, dan masing-masing ahli waris
mendapakan uang Rp 33,6 juta, dana yang harus dikeluarkan asuransi Mubarakah sekitar
14,112 miliar," tuturnya.

Sementara Subakin berharap jamaah yang tersisa di tanah suci yang masih sakit bisa sembuh
dan selamat sampai ke Indonesia, agar total jamaah aji Indonesia yang meninggal tidak semakin
banyak. 

You might also like