You are on page 1of 10

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Jagung memilikki nama latin Zea mays .diberikan oleh Carolus Linnaeus pada tahun
1939. Kata "zea" diambil dari bahasa Yunani yang berarti "padi-padian", sedangkan kata "mays"
merupakan kosakata orang Indian yaitu "mahiz" yang merupakan sebuatan untuk Jagung bagi
orang Indian
Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh
kedua untuk pertumbuhan generatif. Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan
klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

A. Morfologi

1. Sistem Perakaran
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu :
a) Akar seminal,
adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar
seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan
pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3
b) Akar adventif,
Adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set
akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara
7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang
menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus
hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot
total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal.

c) Akar kait atau penyangga.


adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya).

2. Batang dan Daun

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri
atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi
tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan
pusat batang (pith) Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun yang erat
melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang. Jumlah daun umumya
berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang terbuka sempurna adalah 3-4 hari
setiap daun.

3. Bunga

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan betinanya
terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk. Bunga
jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apikal di ujung tanaman

4. Tongkol dan Biji

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih
dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol
terdiri atas 10- 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding
ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu :
a. pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari
organisme pengganggu dan kehilangan air;
b. endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan
c. embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998). Pati endosperm
tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua
molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara (White
1994)

B. Syarat Pertumbuhan

Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang
gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan
lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m
dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600m dpl.

C. Teknis Budidaya

 Syarat benih

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda).
Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih
ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

 Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak
dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah
dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian
diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar
saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang
drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha)
dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam.
Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk
kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

 Pemupukan

Dosis Pupuk Makro


(per ha)

Waktu Dosis POC


NASA

Urea TSP KCl


(kg) (kg) (kg)
- - -
Perendaman 2 - 4 cc/ lt air
benih
120 80 25
Pupuk dasar 20 - 40
tutup/tangki
( siram merata )

- - -
2 minggu 4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram)

115 - 55
Susulan I (3
minggu) -
- - -
4 minggu 4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )

115 - -
Susulan II 4 - 8 tutup/tangki
(6minggu) ( semprot/siram )

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk).
Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk
menyiram + 10 m bedengan.

 Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh:
tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur
seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-
faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi
gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman
pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh:
jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan
kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam
maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan
terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti
jagung, kedelai, ubi kayu.
b. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir
benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang
umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak
penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur
panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E.
Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting
tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak
boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan
tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati,
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan
dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang
masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan
jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih
belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.

3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh
posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang
bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman


Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang
tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air
pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

 Hama dan Penyakit


1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami
pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung
kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara,
dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan
pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3)
Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan
bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab:
beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang
jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).
Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-
ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA
atau VIREXI.

2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P.
philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang
terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna
putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna
dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa,
terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman
menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman,
penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif
diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)


Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak
memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak
berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak
tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan,
kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna
coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak
lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)


Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada
tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti
karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini
berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam
varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)


Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo
zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada
tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall),
pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar;
(3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji


Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),
Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah
membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah
kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1)
menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan
benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami


belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar
penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan
tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

 Panen dan Pasca Panen


1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby
corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung
rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan
ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar
air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 %
atau dengan mesin pengering.

5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan Penggolongan


Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-
sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari
serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.
D. Fase Pertumbuhan Dan Perkecambahan

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu
antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung
dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu :
a. fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama;
b. fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang
terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking),
fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan
c. (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak
fisiologis.
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan
berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al.
1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses
imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang
tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang
tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang
dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza
memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikel muncul,
kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian
plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang
mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan
kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan
mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah. Benih
jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan
kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin dalam lubang tanam semakin lama
pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap
pemunculan berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,
pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih.
Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi.
Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah. Tanaman yang terlambat tumbuh
akan ternaungi dan gulma lebih bersaing dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat
tumbuh tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih
awal dan seragam. Setelah perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati beberapa fase
berikut:
 Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah berkecambah.
Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif,
dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat mempengaruhi titik
tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun, meningkatkan jumlah daun, dan
menunda terbentuknya bunga jantan (McWilliams et al. 1999).
 Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah berkecambah.
Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di
tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan cepat. Pada fase ini bakal
bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol dimulai (Lee 2007). Tanaman mulai
menyerap hara dalam jumlah yang lebih banyak, karena itu pemupukan pada fase ini
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams et al. 1999).
 Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir 15-18)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah berkecambah.
Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering meningkat dengan cepat
pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk mendukung laju pertumbuhan
tanaman. Tanaman sangat sensitive terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara.
Pada fase ini, kekeringan dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol
karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999,
Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga betina
(silking).
 Fase Tasseling (berbunga jantan)
Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya cabang terakhir
dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/ rambut tongkol). Tahap VT
dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana pada periode ini tinggi
tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada
fase ini dihasilkan biomas maksimum dari bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50%
dari total bobot kering tanaman, penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing
60- 70%, 50%, dan 80-90%.
 Fase R1 (silking)
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus
kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan (polinasi) terjadi ketika
serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh menyentuh permukaan rambut tongkol
yang masih segar. Serbuk sari tersebut membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
mencapai sel telur (ovule), di mana pembuahan (fertilization) akan berlangsung
membentuk bakal biji. Rambut tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari.
Rambut tongkol tumbuh memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga
diserbuki. Bakal biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan
dilindungi oleh tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki
warna putih pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung
sangat sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan silet,
belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat, dan K hamper
komplit (Lee 2007).
 Fase R2 (blister)
Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah kering dan
berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hamper sempurna, biji sudah mulai
nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai diakumulasi ke endosperm, kadar air biji
sekitar 85%, dan akan menurun terus sampai panen.
 Fase R3 (masak susu)
Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam bentuk cairan
bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat cepat, warna biji
sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas), dan bagian sel pada
endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan pada fase R1-R3 menurunkan ukuran
dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai 80%.
 Fase R4 (dough)
Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta (belum
mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk, dan kadar air biji
menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada fase ini berpengaruh terhadap
bobot biji.
 Fase R5 (pengerasan biji)
Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk sempurna,
embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera terhenti. Kadar air biji
55%.
 Fase R6 (masak fisiologis)
Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking. Pada tahap
ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum. Lapisan pati yang
keras pada biji telah berkembang dengan sempurna dan Telah terbentuk pula lapisan
absisi berwarna coklat atau kehitaman. Pembentukan lapisan hitam (black layer)
berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke
bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau
(stay-green) yang tinggi, kelobot dan daun bagian atas masih berwarna hijau meskipun
telah memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35%
dengan total bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai masing-masing
100%.

You might also like