You are on page 1of 24

Sistem Agribisnis

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan

Hidayah-nyalah sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar, Makalah

ini disusun dengan tujuan agar pembaca dapat memperluas ilmu dan wawasan tentang

Manajemen Agribisnis Khususnya “ Sistem Agribisnis ”.

Di dalam proses penyusunan makalah ini terdapat hambatan yang dihadapi, namun

dengan bantuan, bimbingan, dorongan dan petunjuk berbagai pihak, terutama Dosen pada

Mata Kuliah yang bersangkutan. Olehnya itu kami mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa apa yang ditulis dalam Makalah ini masih jauh dari apa yang

diharapkan, oleh sebab itu kami mohon adanya kritik dan saran dalam rangka perbaikan/

penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Demikan penyusunan tugas ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua

terutama bagi penyusunnya.

Maros, …………….. 2011

Penyusun

i
Sistem Agribisnis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 4

C. Rumusan Masalah........................................................................................ 5

BAB II METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 5

A. Alat Dan Bahan............................................................................................ 5

B. Metode......................................................................................................... 5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 3

A. Tabel Hasil Pengamatan............................................................................... 6

B. Pembahasan ................................................................................................. 7

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 9

 Kesimpulan.................................................................................................. 9

 Saran ............................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
Sistem Agribisnis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sejak Orde pembangunan dimulai di Indonesia, pemerintah dan rakyat


Indonesia telah menetapkan Trilogi Pembangunan Nasional (pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan,
stabilitas nasional yang mantap dan dinamis) sebagai doktrin pelaksanaan
pembangunan nasional. Strategi dan kebijaksanaan, program-program
pembangunan setiap sektor pembangunan nasional dijiwai dan mengacu pada
pencapaian Trilogi Pembangunan Nasional tersebut. Upaya pencapaian Trilogi
Pembangunan diwujudkan melalui pembangunan ekonomi dengan titik berat
pada pertanian primer.
Selama 25 Tahun pembangunan ekonomi dengan titik berat pertanian
berlangsung, pertumbuhan ekonomi mampu mencapai sekitar 7 persen pertahun,
laju inflasi dapat dikendalikan dibawah dua digit, swasembada beras tercapai
pada tahun 1984, pendapatan perkapita meningkat dari sekitar US $ 70 pada
tahun 1969 menjadi sekitar US $ 700 pada akhir PJP I.
Dengan perubahan struktur perekonomian nasional yang demikian, pada
tahap selanjutnya prioritas pembangunan ekonomi nasioanl mengalami
perubahan. Pembangunan industri yang didukung oleh pertanian yang tangguh
menjadi titik berat pembangunan ekonomi nasional. Disini muncul pertanyaan
besar, bagaimana wujud pembangunan industri yang didukung pertanian
tangguh. Disini dapat diartikan bahwa industri yang perlu dikembangkan adalah
industri-industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan,
yakni agroindustri. Namun sekali lagi adalah bahwa agroindustri tidak mungkin
berkembang dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia, bila tidak didukung oleh
pertanian primer sebagai penghasil bahan baku. Kemudian, pertanian primer
tidak akan mampu berkembang bila tidak didukung oleh pengembangan industri-
industri yang menghasilkan sarana produksi (industri hulu pertanian). Dan

1
Sistem Agribisnis

agroindustri, pertanian primer dan industri hulu pertanian tidak dapat


berkembang dengan baik bila tidak didukung oleh sektor atau lembaga yang
menyediakan jasa yang dibutuhkan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penyusun


merumuskan pokok permasalahan yang akan dijadikan pembahasan lebih lanjut
dalam makalah ini ialah :
1. Pengertian Sistem dan Agribisnis
2. Agribisnis Sebagai Suatu Sistem
3. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan maksud untuk mengetahui Sistem Agribisnis


yang selanjutnya dapat diterapkan dalam beragribisnis.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran
dalam mengetahui sistem agribisnis yang penerapannya bisa lebih baik
kedepannya.

2
Sistem Agribisnis

BAB II
SISTEM AGRIBISNIS
A. SISTEM

Alam telah memperlihatkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini


berbentuk sistem, dari sistem yang paling sederhana hingga sistem yang paling
kompleks. Berbagai bentuk sistem ini membentuk suatu jaring, yang merupakan
suatu jaring kehidupan. Suatu sistem yang berada dalam jaring kehidupan akan
saling mempengaruhi dan saling tergantung satu sama lain sehingga kondisi
setiap sistem akan selalu saling terkait. Sifat-sifat tersebut membuat suatu sistem
kehidupan akan selalu berusaha membentuk dan menjaga keseimbangan
hubungan antara beragam sistem yang ada, keseimbangan hubungan yang terjadi
dan terbentuk secara otomatis karena jaring kehidupan telah memiliki caranya
sendiri untuk menyeimbangkan hubungan antara satu sistem dengan sistem
lainnya.
Manusia dengan didasari oleh perasaan ingin tahu akan selalu berusaha
untuk memahami sistem dengan mempelajari dan mengamati sistem itu sendiri.
Pengamatan tentulah tidak dapat dilakukan secara serentak pada beragam sistem,
tetapi harus memfokuskan pada suatu sistem yang dipilih dengan cara membatasi
sistem tersebut, dengan memberikan garis batas maya bagi sistem yang akan
diamati agar terdapat pemisahan sementara antara sistem dengan lingkungan.
Setelah adanya  batasan maya ini barulah suatu sistem dapat diamati sehingga
dapat dipahami apa pengaruh lingkungan bagi sistem, apa yang menjadi
pembentuk sistem, bagaimana elemen sistem saling berinteraksi dan berintegrasi,

1
Sistem Agribisnis

apa yang menjadi input sistem, output sistem, bagaimana proses yang terjadi
pada sistem dan pada akhirnya dapat memahami tujuan serta sasaran sistem
tersebut.  
Bila pengamatan difokuskan pada suatu sistem, akan terlihat bahwa
sistem terbentuk dari subsistem dan elemen, kemudian antara subsistem/elemen
terhubungkan oleh aliran energi dan untuk menjaga agar tidak terjadi kekacauan
hubungan maka terdapat semacam aturan atau prosedur yang mengatuh
hubungan antara subsistem/elemen tersebut. Prosedur ini berfungsi untuk
menempatkan subsistem/elemen berdasarkan tugas atau peranannya dalam suatu
sistem sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik. Selain itu prosedur juga
mengatur keseimbangan hubungan antara subsistem/elemen dalam sistem.
Suatu sistem yang baik akan memiliki kemampuan alamiah untuk
bertahan hidup dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun dari luar sistem.
Kemampuan-kemampuan untuk bertahan hidup dalam kondisi minimal,
kemampuan beradaptasi, fleksibel terhadap pengaruh lingkungan, kemampuan
untuk meregenerasikan diri demi mempertahankan kelangsungan hidup dan
memperbanyak diri.
Secara umum sistem dapat dikatakan merupakan kumpulan elemen yang
saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai satu tujuan. Memahami ilmu
sistem berguna untuk mencari pengertian keseluruhan melalui pengetahuan pada
bagian-bagiannya, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang holistik,
general dan terpadu. Paradigma ilmu sistem lebih menekankan adanya generalis
dan pendekatan multi disiplin untuk memahami realitas dunia nyata.
Pendekatan sistem berguna untuk melengkapi pendekatan spesialisasi.
Telah terbukti secara  ekonomi bahwa spesialisasi pada batas-batas tertentu akan
sangat menguntungkan, akan memberikan gambaran yang detil dan rinci. Hal ini
terkadang menimbulkan kecenderungan dalam mengkaji suatu masalah
dilakukan semakin dalam,  detil dan rinci, sehingga terjadi over spesialisasi. 
Kajian yang over spesialisasi tidak dipungkiri merupakan kajian yang baik, yang
amat mendalam dan rinci, tetapi sayangnya sering melupakan gambaran

2
Sistem Agribisnis

keseluruhan sebagai realita kehidupan. Para ahli kesisteman berpendapat bahwa


kajian dunia nyata secara parsial akan menimbulkan kesulitan untuk memahami
cara kerja atau tindakan suatu sistem yang kompleks, dinamis dan unik. Eriyatno
(2003) dalam bukunya Ilmu Sistem menyatakan bahwa teori sistem merupakan
paradigma yang mempelajari sesuatu secara utuh dan berusaha mencari
pengertian secara keseluruhan melalui pengetahuan atas bagian-bagiannya. Dapat
dikatakan bahwa kajian sistem dan kajian spesialisasi akan saling melengkapi,
memberikan gambaran realita yang holistik, general, terpadu sekaligus
dilengkapi dengan kajian yang mendalam, detil dan rinci.

B. AGRIBISNIS
Ada beragam fakta yang membuktikan peranan agribisnis dalam
pembangunan Indonesia. Data perjalanan sejarah Indonesia memperlihatkan
bahwa agribisnis telah dilakukan pada zaman nenek moyang dan menjadi
penggerak ekonomi kerajaan-kerajaan dahulu. Banyak pelabuhan-pelabuhan
besar berdiri dan menjadi makmur berkat keunggulan hasil bumi Indonesia.  
Agribisnis melibatkan multi sektor kehidupan manusia, berbagai hasil
pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, berperan dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Agribisnis terkait dengan pengelolaan
keanekaragaman hayati dan kekayaan biodiversity Indonesia, berperan dalam
degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan sekaligus berperan dalam upaya
menjaga ketahanan Sumber Daya Alam Indonesia. Agribisnis terlibat dalam
pemenuhan berbagai kebutuhan manusia baik fisik dan non fisik, menjadi
pembuka lapangan kerja dan penghidupan bagi masyarakat. Agribisnis terlibat
dengan pemanfaatan dan pengembangan IPTEK dalam rentang yang lebar mulai
dari yang sederhana, tepat guna, madya hingga teknologi tinggi. Agribisnis
berperan dalam pengembangan pasar berbagai jenis, tipe dan fungsi untuk
memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen dan memuaskan produsen.
Adanya pasar agribisnis juga mengembangkan aliran distribusi barang, jasa
maupun uang. Peran lain agribisnis adalah mendorong pengembangan sektor

3
Sistem Agribisnis

industri keuangan dan sektor pendukungnya. Agribisnis juga berperan  dalam


pengembangan organisasi usaha, organisasi penunjang usaha termasuk organisasi
kemasyarakatan. Singkatnya agribisnis berperan dalam manajemen SDA, SDM,
IPTEK, Pasar, Finansial, Organisasi.
Peran diatas merupakan keterlibatan agribisnis bagi swasta dan
masyarakat, bagi pemerintah agribisnis berperan dalam pengembangan dan
implementasi undang-undang, peraturan-peraturan, hukum dan legalitas. Pada
peta persaingan usaha, pemerintah berperan dalam mengkondisikan peluang dan
tantangan dunia usaha agar kondusif bagi pengembangan agribisnis. Agribisnis
juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi mikro pemerintah
dengan tujuan mencegah atau menangani kegagalan pasar. Beberapa kebijakan
pemerintah dalam mengintervensi pasar diantaranya :
 Mengontrol harga dengan penetapan harga dasar, harga maksimum dan kuota
produksi.
 Menaikkan atau menurunkan pajak dan subsidi.
 Membatasi impor dengan penentuan tarif pajak dan kuota impor.        
Peran agribisnis bagi ekonomi makro dapat dilihat dari pencantuman
pertanian pada posisi teratas laporan Produk Domestik Bruto sehingga bila
kebijakan ekonomi makro pemerintah adalah untuk menjaga kestabilan
pertumbuhan PDB, tentunya akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
agribisnis. Kebijakan-kebijakan ekonomi makro terbagi menjadi kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Kedua kebijakan tersebut akan mempengaruhi :
 Tingkat konsumsi masyarakat luas.
 Tingkat konsumsi organisasi atau instansi pemerintah.
 Tingkat investasi.
 Pertumbuhan atau penurunan ekspor.
 Pertumbuhan atau penurunan impor.
 Tingkat inflasi dan pengangguran
 Interaksi ekonomi dengan dunia internasional

4
Sistem Agribisnis

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil pemerintah dalam


upaya mengendalikan jumlah uang yang beredar untuk mengarahkan
perekonomian makro ke kondisi yang diharapkan lebih baik. Kebijakan moneter
terbagi menjadi kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. 
Kebijakan moneter ekspansif bila menambah jumlah uang yang beredar dan
kebijakan moneter kontraktif bila mengurangi jumlah uang yang beredar, populer
dengan sebutan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mengendalikan
penerimaan dan pengeluarannya. Berdasarkan perbandingan penerimaan dengan
pengeluaran, terdapat 3 jenis anggaran yaitu anggaran defisit (kebijakan fiskal
ekspansif), anggaran berimbang dan anggaran surplus (kebijakan fiskal
kontraktif). Anggaran defisit (penerimaan < pengeluaran) umumnya digunakan
untuk menstimulir pertumbuhan ekonomi, anggaran surplus (penerimaan >
pengeluaran) digunakan untuk mengerem pertumbuhan ekonomi dengan cara
menaikkan pajak untuk mengurangi daya beli.
Ekonomi internasional memperlihatkan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif sehingga pengembangan agribisnis akan mengembangkan
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif bangsa Indonesia. Untuk
mengembangkan dan mempertahankan keunggulan-keunggulan tersebut,
beberapa kebijakan perdagangan internasional ditempuh oleh suatu negara.
Kebijakan perdagangan internasional dibagi menjadi kebijakan ekspor dan
kebijakan impor. Kebijakan ekspor terdiri dari kebijakan ekspor dalam negeri
dan kebijakan ekspor luar negeri.
Pasar produk agribisnis yang mendunia membuat agribisnis dipengaruhi
oleh sistem moneter internasional dengan bursa valasnya, sumber dana dan
pembiayaan internasional, pemahaman sistem pembayaran internasional,
perkembangan arus modal internasional sampai pada bisnis internasional dengan
bentuk multinational corporation. Hal ini membuat perekonomian suatu negara
menjadi perekonomian terbuka.

5
Sistem Agribisnis

C. AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM


Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan
seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai
sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara
reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Berbagai teori agribisnis telah dikemukakan oleh para ahli, dan secara
garis besar penggambaran sistem agribisnis adalah sistem agribisnis hulu-hilir. 
Bentuk aliran hulu-hilir pada umumnya memilah system agribisnis kedalam 4
subsistem, yaitu:

 Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan kegiatan


ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri
dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif
(mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit. Subsistem agribisnis hulu
disebut juga subsistem faktor input (input factor subsystem).
 Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan
ekonomi yang menggu-nakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem
agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke
dalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman
hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan,
usaha peternakan, dan kehutanan.
 Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yang berupa kegiatan
ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan,
baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di
pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang
termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri
pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan serat
(kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi dan
bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Disamping

6
Sistem Agribisnis

ketiga subsistem di atas, diperlukan subsistem keempat sebagai bagian dari


pembangunan sistem agribisnis.
 Subsistem penunjang adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi
agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan,
lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah
(kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-
ruang, serta kebijakan lainnya).

Gambar I.1. Aliran Subsistem Agribisnis Hulu-Hilir


Penggambaran sistem agribisnis yang bertitik pangkal pada on farm
(usaha tani) telah amat membantu untuk mendiagnosis, mendisain dan
mengembangkan agribisnis. Andaikan sistem agribisnis tersebut terus menerus
dirinci maka belum ada gambaran mengenai elemen (elemen berasal dari bahasa
Latin "elementum" yang artinya bagian terkecil) pembentuk sistem agribisnis
sekaligus menjelaskan elemen-elemen pembentuk subsitem-subsistem dalam
sistem agribisnis.
Pendekatan sistem akan memberikan penjelasan atau gambaran bagian
terkecil (elemen) pembentuk subsistem karena pendekatan sistem akan berusaha
untuk mencari pengertian agribisnis secara keseluruhan melalui pengetahuan
pada bagian-bagiannya, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang
holistik, general dan terpadu. Gambaran yang diperoleh dapat menjelaskan apa
batasan sistem agribisnis, adanya batasan berarti ada lingkungan luar, seperti apa

7
Sistem Agribisnis

gambaran lingkungan luas sistem agribisnis, apa elemen-elemen pembentuknya,


bagaimana bentuk hubungan antara elemen, bagaimana hubungan antara elemen
dengan sistem, apa saja inputnya, apa yang menjadi outputnya, bagaimana
prosesnya, termasuk menjelaskan tujuan dan sasaran sistem agribisnis. Bagi
agribisnis pendekatan sistem akan sangat membantu dalam manajemen agribisnis
itu sendiri.

D. STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS


1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan
pertanian serta jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara
simultan dan harmonis. Hal ini dapat diartikan bahwa perkembangan
pertanian, industri dan jasa harus saling berkesinambungan dan tidak berjalan
sendiri-sendiri. Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri
pengolahan (Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari
impor dan tidak (kurang) menggunakan bahan baku yang dihasilkan
pertanian dalam negeri. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak
diikuti oleh perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri
berbasis sumberdaya domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan
Agribisnis Vertikal.
2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas
keunggulan komparatif.
Yaitu melalui transformasi pembangunan kepada pembangunan yang
digerakkan oleh modal dan selanjutnya digerakkan oleh inovasi. Sehingga
melalui membangun agribisnis akan mampu mentransformasikan
perekonomian Indonesia dari berbasis pertanian dengan produk utama
(Natural resources and unskill labor intensive) kepada perekonomian berbasis
industri dengan produk utama bersifat Capital and skill Labor Intesif dan
kepada perekonomian berbasis inovasi dengan produk utama bersifat
Innovation and skill labor intensive. Dalam arti bahwa membangun daya

8
Sistem Agribisnis

saing produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi


keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:
 Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia)
dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan
ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara internasional,
sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem agribisnis
didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill
labor intensive.
 Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi.
Pada tahap ini peranan Litbang menjadi sangat penting dan menjadi
penggerak utama sistem agribisnis secara keseluruhan. Dengan demikian
produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini merupakan produk
bersifat Technology intensive and knowledge based.
 Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini
hanya pada peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai
tambah sesuai dengan permintaan pasar serta harus selalu mampu
merespon perubahan selera konsumen secara efisien..
3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak
dan harmonis. Oleh karena itu untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu
dukungan semua pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku
agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang
Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik
langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian.
Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai
bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran
dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan
keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan

9
Sistem Agribisnis

bahan baku (input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia,
bahan kemasan, dll.
5. Membangun Sistem agribisnis melalui pengembangan Industri
Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan
atribut produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk
agribisnis seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai
(ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan
dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida,
kandungan racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Untuk
membangun industri perbenihan diperlukan suatu rencana strategis
pengembangan industri perbenihan nasional. Oleh karena itu pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas
unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan
menjadi industri perbenihan modern. Pada tahap berikutnya daerah-daerah
yang memiliki kesamaan agroklimat dapat mengembangkan jenjang benih
yang lebih tinggi seperti jenjang benih induk,
6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem
agribisnis.
Dalam rangka memodernisasi agribisnis daerah, perlu pengembangan banyak
jenis dan ragam produk industri agro-otomotif untuk kepentingan setiap sub
sistem agribisnis. Untuk kondisi di Indonesia yang permasalahannya adalah
skala pengusahaan yang relatif kecil, tidak ekonomis bila seorang petani
memiliki produk agro-otomotif karena harganya terlalu mahal. Oleh karena
itu perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani
atau perusahaan agro-otomotif itu sendiri.
7. Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama
perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan

10
Sistem Agribisnis

perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah


perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena
perusahaan-perusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan
bisnis intinya dan bersaing satu sama lain dalam mengembangkan usahanya.
Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu
dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama ini
dikembangkan.
8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.
Perlu adanya perubahan fungsi/paradigma Koperasi Agribisnis, yaitu untuk:
 Meningkatkan kekuatan debut-tawar (bargaining position) para
anggotanya.
 Meningkatkan daya saing harga melalui pencapaian skala usaha yang
lebih optimal.
 Menyediakan produk atau jasa, yang jika tanpa koperasi tidak akan
tersedia.
 Meningkatkan peluang pasar
 Memperbaiki mutu produk dan jasa
 Meningkatkan pendapatan
 Menjadi Wahana Pengembangan ekonomi rakyat
 Menjadikan koperasi sebagai Community based organization, keterkaitan
koperasi dengan anggota dan masyarakat sekitar merupakan hal yang
paling esensial dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
 Melakukan kegiatan usaha yang sejalan dengan perkembangan kegiatan
ekonomi anggota.
 Perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama
menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya
sebagai koperasi agribisnis. Perlu kegiatan-kegiatan usaha yang
mendukung distribusi, pemasaran dan agroindustri berbasis sumberdaya
lokal serta perlu melakukan promosi untuk memperoleh citra positif

11
Sistem Agribisnis

layaknya sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau


Koperasi Agroindustri atau Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan
usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.
9. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem
informasi agribisnis. Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada
beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi
proses, distribusi, dan informasi pengolahan serta informasi pasar.
10. Tahapan pembangunan cluster Industri Agribisnis.
Tahapan pembangunan sistem agribisnis di Indonesia:
a. Tahap kelimpahan faktor produksi yaitu Sumberdaya Alam dan Tenaga
Kerja tidak terdidik. Serta dari sisi produk akhir, sebagian besar masih
menghasilkan produk primer. Perekonomian berbasis pada pertanian.
b. Akan digerakkan oleh kekuatan Investasi melalui percepatan pembangunan
dan pendalaman industri pengolahan serta industri hulu pada setiap
kelompok agribisnis. Tahap ini akan menghasilkan produk akhir yang
didominasi padat modal dan tenaga kerja terdidik, sehingga selain
menambah nilai tambah juga pangsa pasar internasional. Perekonomian
berbasis industri pada agribisnis.
c. Tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong inovasi melalui
kemajuan teknologi serta peningkatan Sumberdaya manusia.Tahap ini
dicirikan kemajuan Litbang pada setiap sub sistem agribisnis sehingga
teknologi mengikuti pasar. Perekonomian akan beralih dari berbasis
Modal ke perekonomian berbasis Teknologi.
11. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan
industri berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan
terjadi di setiap daerah.
12. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di
daerah.

12
Sistem Agribisnis

Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga


pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan
dari perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah.
Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada
agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis. Selama 30 tahun
terakhir, keluaran kredit pada on farm agribisnis di daerah hanya kurang dari
20 % dari total kredit perbankan. Padahal sekitar 60 % dari penduduk
Indonesia menggantungkan kehidupan ekonominya pada on farm agribisnis.
Kecilnya alokasi kredit juga disebabkan dan diperparah oleh sistem
perbankan yang bersifat Branch Banking System. Sistem Perbankan yang
demikian selama ini, perencanaan skim perkreditan (jenis, besaran, syarat-
syarat) ditentukan oleh Pusat bank yang bersangkutan/sifatnya sentralistis,
yang biasanya menggunakan standart sektor non agribisnis, sehingga
tabungan yang berhasil dihimpun didaerah, akan disetorkan ke pusat, yang
nantinya tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh karena itu perlunya
reorientasi Perbankan, yaitu dengan merubah sistem perbankan menjadi
sistem Unit Banking system (UBS), yakni perencanaan skim perkreditan
didasarkan pada karakteristik ekonomi lokal. Kebutuhan kredit antara
subsistem agribisnis berbeda serta perbedaan juga terjadi pada setiap usaha
dan komoditas.
13. Pengembangan strategi pemasaran
Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya
terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus
mengalami perubahan, keadaan pasar heterogen. Dari hal tersebut, sekarang
sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi menjual apa yang
diinginkan oleh pasar (konsumen). Sehingga dengan berubahnya paradigma
tersebut, maka pengetahuan yang lengkap dan rinci tentang preferensi
konsumen pada setiap wilayah, negara, bahkan etnis dalam suatu negara,
menjadi sangat penting untuk segmentasi pasar dalam upaya memperluas
pasar produk-produk agribisnis yang dihasilkan. Selain itu diperlukan juga

13
Sistem Agribisnis

pemetaan pasar (market mapping) yang didasarkan preferensi konsumen,


yang selanjutnya digunakan untuk pemetaan produk (product mapping)..
Selain itu juga bisa dikembangkan strategi pemasaran modern seperti strategi
aliansi antar produsen, aliansi produsen-konsumen, yang didasarkan pada
kajian mendalam dari segi kekuatan dan kelemahan.
14. Pengembangan sumberdaya agribisnis. Dalam pengembangan sektor
agribisnis agar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan
pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya
Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis. Dalam
pengembangan teknologi, yang perlu dikembangkan adalah pengembangan
teknologi aspek: Bioteknologi, teknologi Ekofarming, teknologi proses,
teknologi produk dan teknologi Informasi. Sehingga peran Litbang sangatlah
penting. Untuk mendukung pengembangan jaringan litbang diperlukan
pengembangan sistem teknologi informasi yang berperan
mengkomunikasikan informasi pasar, mengefektifkan arus informasi antar
komponen jaringan, mengkomunikasikan hasil-hasil litbang kepada pengguna
langsung dan mengkomunikasikan konsep dan atribut produk agribisnis
kepada konsumen.
15. Penataan dan pengembangan struktur Agribisnis. Struktur agribisnis
yang tersekat-sekat telah menciptakan masalah transisi dan margin ganda.
Oleh karena itu penataan dan pengembangan struktur agribisnis nasional
diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu:
a. Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal
mengikuti suatu aliran produk (Product Line) sehingga subsektor
agribisnis hulu, subsektor agribisnis pertanian primer dan subsektor
agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen.
b. Mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani/koperasi agribisnis
yang menangangani seluruh kegiatan mulai dari subsistem agribisnis
hulu sampai dengan subsistem agribisnis hilir, agar dapat merebut nilai

14
Sistem Agribisnis

tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem


agribisnis hilir.
Dalam penataan tersebut, ada 3 bentuk :
1. Pengembangan koperasi agribisnis dimana petani tetap pada subsektor
agribisnis usahatani, sementara kegiatan subsektor agribisnis hulu dan
hilir ditangani koperasi agribisnis milik petani.
2. Pengembangan Agribisnis Integrasi Vertikal dengan pola usaha
patungan (Joint Venture). Pada bentuk ini pelaku ekonomi pada
subsektor hulu, primer dan hilir yang selama ini dikerjakan sendiri-
sendiri harus dikembangkan dalam perusahaan agribisnis bersama yang
dikelola oleh orang-orang profesional.
3. Pengembangan Agribisnis Integratif Vertikal dengan pola pemilikan
Tunggal/Grup/Publik, yang pembagian keuntungannya didasarkan pada
pemilikan saham.
16. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis. Perlu perubahan
orientasi lokasi agroindustri dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi
sentra produksi bahan baku, dalam hal ini untuk mengurangi biaya
transportasi dan resiko kerusakan selama pengangkutan. Oleh karena itu
perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas
unggulan yang didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis,
potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi. Serta berdasar
Keunggulan komparatif wilayah. Perencanaan dan penataan perlu dilakukan
secara nasional sehingga akan terlihat dan terpantau keunggulan setiap
propinsi dalam menerapkan komoditas agribisnis unggulan yang dilihat
secara nasional/kantong-kantong komoditas agribisnis unggulan, yang titik
akhirnya terbentuk suatu pengembangan kawasan agribisnis komoditas
tertentu.
17. Pengembangan Infrastruktur Agribisnis. Dalam pengembangan pusat
pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur

15
Sistem Agribisnis

seperti jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara),
jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.
18. Kebijaksanaan terpadu pengembangan agribisnis. Ada beberapa bentuk
kebijaksanaan terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat
perusahaan.
b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan
usaha sejenis.
c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnisyang mengatur keterkaitan
antara beberapa sektor.
d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan
perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap agribisnis.
Beberapa kebijaksanaan operasional untuk mengatasi masalah dan
mengembangkan potensi, antara lain:
1. Mengembangkan forum komunikasi yang dapat mengkoordinasikan
pelaku-pelaku kegiatan agribisnis dengan penentu-penentu kegiatan
agribisnis dengan penentu-penentu kebijaksanaan yang dapat
mempengaruhi sistem agribisnis keseluruhan, atau subsistem didalam
agribisnis.
2. Forum tersebut terdiri dari perwakilan departemen terkait.
3. Mengembangkan dan menguatkan asosiasi pengusaha agribisnis.
4. Mengembangkan kegiatan masing-masing subsistem agribisnis untuk
meningkatkan produktivitas melalui litbang teknologi untuk mendorong
pasar domestik dan internasional.

16
Sistem Agribisnis

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai kesimpulan dari penyusunan makalah ini yang didasarkan pada
rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Sistem dapat dikatakan merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi
satu sama lain guna mencapai satu tujuan. Sedangkan Agribisnis melibatkan
multi sektor kehidupan manusia, berbagai hasil pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan, berperan dalam memenuhi kebutuhan
manusia.
2. Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini
dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang
tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta
terorganisir sebagai suatu totalitas.
Penggambaran sistem agribisnis yang bertitik pangkal pada on farm
(usaha tani) telah amat membantu untuk mendiagnosis, mendisain dan
mengembangkan agribisnis. Andaikan sistem agribisnis tersebut terus menerus
dirinci maka belum ada gambaran mengenai elemen (elemen berasal dari
bahasa Latin "elementum" yang artinya bagian terkecil) pembentuk sistem
agribisnis sekaligus menjelaskan elemen-elemen pembentuk subsitem-
subsistem dalam sistem agribisnis.
Pendekatan sistem juga akan memberikan pemahaman bahwa sistem
agribisnis tidaklah langsung berkembang menjadi sistem yang kompleks, unik
dan selalu bersifat dinamis tetapi berevolusi dari sistem yang amat sederhana
menjadi sistem yang kompleks. Ada pergeseran orientasi pengembangan
agribisnis, pada awalnya pengembangan agribisnis memiliki orientasi agraris
berkembang menjadi orientasi produktifitas, orientasi profit, orientasi industri,
orientasi berkelanjutan.

17
Sistem Agribisnis

B. SARAN
Sebaiknya kita mempelajari dan memahami Manajemen Agribisnis,
terutama Sistem Agribisnis, hal ini dimaksudkan agar kita lebih memahami
tentang bagaimana cara beragribisnis yang baik dengan sistem yang terpadu dan
mengaplikasikan salah satu strategi pengembangan sistem agribisnis terutama
pada bidang pertanian. Yang selanjutnya dapat meningkatkan
Sebaiknya dalam menyusun makalah harus memperhatikan teknik
penyusunan makalah yang baik agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang
berpengaruh pada pemahaman isi makalah.

18
Sistem Agribisnis

19
Sistem Agribisnis

DAFTAR PUSTAKA

Davis, B. Gorgon. 1995. Kerangka Dasar SIM. Jakarta. Penerbit: PT Gramedia


Browsing internet on http://www.kuliah.dinus.ac.id/ika/asi/modul.htm
Browsing internet on http://www.stmikmj.ac.id/sim1.htm

20

You might also like