You are on page 1of 8

ELSHA FITRIA

Selamat Belajar …!!!


Semangat …
FILSAFAT HUKUM LANJUT

Prof. EMERITUS. Dr. H. Lili Rasjidi, S.H., S.Sos., LLM


Sabtu, 12 Pebruari 2011

Perbedaan antara Filsafat Hukum dan Teori Hukum


Filsafat Hukum Teori Hukum
1. Mengacu kepada induk filsafat 1. Tidak mengacu pada filsafat
tertentu tertentu
2. Hasil karya para filsuf 2. Hasil karya para ahli hukum
3. Tingkat abstraksi tinggi 3. Bersifat operasional

Filsafat/Teori Hukum
(Berbagai Mazhab/aliran filsafat/teori hukum)

Filsafat Hukum Sistem Filsafat/Teori Hukum Indonesia


Lanjut (Berbagai mazhab/aliran dalam filsafat/teori hukum)

Menggunakan filsafat/teori hukum


dalam analisis di bidang ilmu hukum

Pasal 1338 BW  Asas kebebasan berkontrak


Selama berpegang teguh kepada Pancasila sbg landasan dasar.
Kebebasan berkontrak merupakan individualistis barat.
Pancasila memberikan batasan-batasan.
Teori pembangunan Mochtar  kembali ke Pancasila (living law).

1
ELSHA FITRIA
Selamat Belajar …!!!
Semangat …
19 Pebruari 2011
Disiplin Ilmu Normatif/Disiplin Hukum Normatif Yang Digunakan Di Indonesia

Disiplin ilmu harus menggunakan kajian empiris.


Norma hukum ditemukan di dokumen-dokumen hukum.
Soematri  hukum bukan ilmu tapi profesi
Profesi  kemahiran/keterampilan yang tidak terdidik.

Apakah disiplin hukum normatif itu hukum..?


tidak, karena harus emperikal.
Apakah ada disiplin objeknya hukum yang sama tapi bukan disiplin hukum
normatif..?
ada yaitu :
- empiris : kesadaran hukum masyarakat (sosiologi hukum )
- budaya hukum  antropologi hukum
- ekonomi hukum
- politik hukum

Mazhab Positivistik
1. Atomisme logical
Bertrand – RusselLudwig Withgenstein
Ciri-ciri :
- teori kebenaran korespondesi
- fakta-fakta atomair
- konstruksi bahas artificial
- metode induksi
2. Positivisme logical
Rudolp Carnap
Moritz Schlick
- teori kebenaran korespondesi

2
ELSHA FITRIA
Selamat Belajar …!!!
Semangat …
- menolak fakta-fakta atomair
- verifikasi
- metode induksi

3 teori kebenaran menurut filsafat hukum :


1. Teori kebenaran korespondensi
 sesuatu itu benar bila sesuatu itu sesuai dengan fakta di lapangan
dengan mengambil responden/informan (empiris), memerlukan data primer
2. Teori kebenaran
 yang menjadi dasar nalar/logika, kalau menurut nalar/logika benar maka
benarlah
3. Teori kebenaran
 sesuatu itu benar jika fungsional (bermanfaat)

Mazhab Positivistik
Teori kebenaran
Korespondensi empiris
Metode Induksi

Menurut Mazhab Positivisme


Disiplin apapun yang kajian/penelitiannya bersifat empiris adalah ilmu.
Disiplin hukum normatif yang kajian/penelitiannya tidak empiris akan tetapi
normatif (kepustakaan) bukan ilmu akan tetapi merupakan suatu profesi
(merupakan kemahiran & keterampilan dalam memecahkan masalah hukum in
concreto.

Pemecahan Masalah Menurut Positivisme


“ Dimulai meregistrasi fakta kongkrit yang dapat diamati “
Kritik terhadap Atomisme Logikal dan Positivisme Logical
oleh Rasionalisme Kritikal Karl Popper (The Logic of Scientifik Discovery, 1959)
JH. Bruggink : Refleksi tentang Hukum

3
ELSHA FITRIA
Selamat Belajar …!!!
Semangat …
- Pendapat (ahli) bahwa pengetahuan ilmiah adalah benar tidak tergoyahkan
adalah tidak benar
- Menolak metode induksi dan azas verivikasi
- Metode yang sesuai adalah deduksi dan azas falsifikasi (menyangkal terus
menerus)
- Disusun hipotetis dahulu lalu diuji

Mazhab Normatif
Ciri-ciri :
1. Teori kebenaran Pragmatik/Fungsional
2. Metode Deduksi (menggunakan nalar)
Disiplin hukum disamping profesi juga merupakan ilmu yaitu ilmu hukum
normatif.
Memerlukan :
Proses penelitian yang sifatnya ilmiah : (hal 6)
- Metode Penelitian Hukum Normatif ( MPHN )

karna ilmu dalam rangka dinamika keilmuannya diperlukan penelitian terus


menerus untuk memperoleh teori/konsep/perspektif/model hukum baru
menggantikan yang lama.
Soetandyo Wignjosoebroto (hal 7)
M=F(K)
M = Metode
F = Fungsi
K = Konsep
Bahwa hukum hanya seperangkap kaidah /azas konserpatif konsensional 
landasan positivisme, hanya ada di UU (metode penelitian normatif yang dikaji
dalam UU)

4
ELSHA FITRIA
Selamat Belajar …!!!
Semangat …
Konsep Hukum
Berkembang dari :
I. Tradisional II. Modern

hukum merupakan asas atau kaidah/ hukum bukan hanya asas atau
norma semata kaidah/norma tetapi juga
merupakan gejala
sosial/budaya dll

Landasan Teoritis Landasan Teoritis


Mazhab Positivisme Hukum Mazhab functional
Jurisprudence
(Anthro-sociological jurisprudence)

John Austin Roscoe Pound


Hans Kelsen Euguen Ehrlick
Mochtar K
Riset Hukum/Metode Metode Penelitian Hukum
Penelitian Hukum Normatif

Dalam rumusan :
I. Kajian / penelitian hukum normatif
HHH
Riset hukum/Metode Penelitian Hukum Normatif (MPHN)
II. Kajian / penelitian hukum normatif yang memerlukan DATA non hukum
sosiologi/antropologi (budaya), ekonomi, politik dll
H  H/S/A/E/P/dll  H

Grand Theory  sistem pemikiran hukum Pancasila


Applied sunstansi hukum
struktur hukum
budaya hukum masyarakat

5
ELSHA FITRIA
Selamat Belajar …!!!
Semangat …
26 Pebruari 2011

Kritik terhadap Atomisme Logikal dalam Positivisme Logical


oleh Rasionalisme Kritikal Karl Popper (The Logic of Scientifik Discovery, 1959)
- Pendapat dalam (dalil) bahwa pengetahuan ilmiah adalah benar tidak
tergoyahkan adalah tidak benar
yang dihasilkan hanyalah mungkin benar
- Menolak metode induksi dan azas verifikasi
- Metode yang sesuai adalah deduksi dan azasnya falsifikasi (menyangkal
terus menerus)
- Disusun hipotesis dahulu baru diuji

Penelitian ilmiah :
1. Pustaka
2. Lapangan

Kritik terhadap Rasionalisme Kritikal


oleh Thomas Kuhn (The Structure of Scientific Revolitions, 1962)
- Mendekati ilmu secara external (tidak internal)
- Bertolak dari paradikma tertentu
- Bukan evolusi ilmu tetapi revolusi ilmiah
- Teori yang di hasilkan akan di pertahan kan penemunya tetapi akan terus di
sangkal
- Teori tidak akan di lemahkan oleh fakta tapi di amati dan diinterprestasi
mengacu pada kerangka teori itu

Karl Popper :
P1 – TS –EE – P2
P1 (Problem) = problem yang ingin dipecahkan
TS (Tentative Solution) = upaya percobaan pemecahan

6
ELSHA FITRIA
Selamat Belajar …!!!
Semangat …
EE (Error Elimination) = evaluasi kritis untuk menemukan
kesalahan/kelemahan dengan maksud
membuang/mengoreksinya
P2 (Problem) = problem baru yang timbul setelah diadakan
evaluasi kritis atas solusi tentatif

Ciri-ciri epitemologi Popper (Rasionalisme Kritical) :


1. Objektif : tidak berfikir dalam citra melainkan dalam problem dan
solusi tentatif terhadapnya
1. Rasional : menggunakan pendekatan kritikal (rasionalistis)
2. Kritis : kritik termasuk dalam mekanisme pertumbuhan
pengetahuan itu sendiri
3. Eudusioner : prosedur penemuan dan pembuangan kesalahan (reputasi)
terhadap teori-teori yang tidak tangguh mirip dengan seleksi alamiah Darwin.
4. Realistis : dilandasi atas terdapatnya dunia yang nyata
5. Pluralistik : tidak seorangpun entah pencipta teori ataupun orang lain
yang mencoba memahami teori itu, dapat memahami seluruh kemungkinan
yang terkandung dalam teori tersebut.

Model Perkembangan Ilmu Pengetahuan Kuhn


PI – NC – A – C – R – PII
PI (paradigma) = ilmu pengetahuan tertentu pada waktu tertentu
dipengaruhi oleh suatu paradigma tertentu
NC (normal science) = periode akumulasi ilmu pengetahuan, para
ilmuwan bekerja dan mengembangkan paradigma
yang sedang berpengaruh.
A (anomalies) = para ilmuwan tidak dapat mengelakkan
pertentangan dan penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi karena ketidakmampuan paradigma
yang ada dan menjadi acuan memberikan

7
ELSHA FITRIA
Selamat Belajar …!!!
Semangat …
penjelasan dan penyelesaian terhadap persoalan-
persoalan yang timbul secara memadai
C (crisis) = jika pertentangan memuncak satu paradigma
yang ada itu tidak lagi menjawab dan memecahkan
masalah-masalah yang timbul, krisis akan timbul ,
keberadaan paradigma itu akan memulai
disangsikan validitasnya.
R (revolusi) = krisis memuncak , timbul revolusi ilmiah,
paradigma baru lahir menggantikan yang lama
PII (paradigma) = paradigma baru

Pengertian Paradigma
Asal kata dari bahasa yunani yaitu paradeigna
Para : disamping, disebelah
Deigma: dari kata dekynai yang artinya model,contoh, arketipe, ideal, pola.
Diperkenalkan dan di populerkan di bidang sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan oleh Thomas S. Kuhn dalam bukunya :
The Structure of Scientific Revolution (1962)
Dalam buku tersebut terdapat 21 pengertian paradigma yang berbeda-beda,
namun dapat di simpulkan :
“Keseluruhan susunan kepercayaan, nilai-nilai serta teknik-teknik yang di
gunakan bersama oleh kelompok (komunitas) ilmuan tertentu”

Terdapat berbagai perumusan (definisi) paradigma :


Ritzer (sociology : A multiple Paradigma Science, 1982), merangkum pendapat
Kuhn, Masterman dan Friedrichs, merumuskan :
“Pandangan mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
yang seharusnya dikaji oleh suatu cabang ilmu pengetahuan”.

You might also like