You are on page 1of 9

Stensilan Tjap Tjoean 2000

goyangan Ibu kostku

bu Intan memiliki tubuh yang lumayan. Aku dan kedua kakak kelasku sering mengintip
dia apabila sedang mandi. Kadang kami juga sering mencuri-curi pandang ke paha
mulusnya apabila kami dan Ibu nonton tivi bareng. Ibu Intan sering memakai rok
apabila dirumah sehingga kadang-kadang secara tidak sadar sering menyingkapkan
paha putihnya yang mulus. Ibu Intan memiliki tinggi kurang lebih sekitar 160 cm dengan
bodinya yang langsing dan putih mulus serta payudara yang indah tapi tak terlalu besar
..
Ibu Intan memiliki wajah yang lumayan imut ,putih bersih mirip Bintang film dan
sinetron Yatty Octavia....
Dia sangat baik kepada kami, apabila dia menagih uang listrik dan uang telepon dia
meminta dengan sopan dan halus sehingga kami merasa betah tinggal di rumahnya.

Pada suatu malam ...., kebetulan kedua kakak kelasku lagi ada tugas lapangan yang
membuat mereka mesti tinggal di sana selama sebulan penuh. Sedangkan anak Bu
Intan yang bernama Devi lagi tinggal bersama kakeknya selama seminggu. Praktis yang
tinggal di rumah itu cuma aku dan Ibu Intan, sedangkan Bi Ana pembantu bu Intan
tinggal di sebuah rumah kecil di halaman belakang yang terpisah dari rumah utama yang
dikost-kan. Malam itu kepalaku sedikit pusing akibat tadi siang di kampus ada ujian
Kalkulus. Soal ujian yang sulit dan penuh dengan hitungan yang rumit membuat
kepalaku sedikit mumet. Untuk menghilangkan rasa pusing itu, malamnya aku memutar
beberapa film bokep yang kupinjam dari teman kuliahku.
"Lumayan lah, mungkin bisa ngilangin pusingku", pikirku.
Aku memang biasa nonton bokep di komputerku di kamar kosku apabila kepala pusing
karena kuliah.

Pada saat piringan kedua disetel, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara pintu kamarku
terbuka.
"Hayo Aldo, nonton apaan kamu?" Ibu Intan berkata padaku.
"Astaga, aku lupa menutup pintu kamar" gerutuku dalam hati.
Ibu Intan telah masuk ke kamarku dan memergoki aku sedang nonton film bokep. Aku
jadi salah tingkah sekaligus malu.
"Anu bu, aku cuma.." jawabku terbata-bata.
"Boleh Ibu ikut nonton?" katanya bertanya padaku
"Boleh.." jawabku seakan tak percaya kalo dia akan nonton film bokep bareng aku.
"Dah lama nih Ibu ga nonton film kaya' gini. Kamu sering nonton ya?" katanya
menggodaku.
"Ah, gak bu.." jawabku
"Hmm.. bagus juga adegannya" dia berkata sambil memandang adegan yang
berlangsung.

Akhirnya kami sama-sama menonton film bokep tersebut. Kadang-kadang dia meremas-
remas payudaranya sendiri yang membuat kemaluanku berdiri tegak. Dia memakai
daster putih malam itu kontras dengan kutang dan celana dalam warna hitam. Kadang
aku melirik dia dengan sesekali memperhatikan dia yang sesekali memegang
kemaluannya dan menggoyangkan pinggulnya seperti cewe yang sedang menahan
kencing. Pemandangan itu membuat darahku mendesir dan membuat batang
kejantananku berontak dengan sengit di dalam celana dalamku.
Tiba-tiba dia bertanya, "Do, kamu pernah melakukan seperti yang di film tadi ga?"
Aku terkejut mendengar kata-kata itu terlontar dari mulutnya.
"Belum" jawabku.
"Ah masa?" tanya dia seakan tak percaya.
"Bener bu, sumpah.. aku masih perjaka kok" jawabku.

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 1


Stensilan Tjap Tjoean 2000
"Kalo pacarmu ke kamarmu ngapain aja? ayo ngaku" tanyanya tersenyum kecil.
"he...heheheh"
"Ibu agak pegel-pegel dikit nih abis senam aerobik tadi sore. Bi Ana yang biasa mijetin
dah tidur kecapekan kerja seharian, bantuin mijet bisa kan?"
"Boleh, sekarang bu?"
"Ya sekarang lah, di kamar Ibu yah.. ayo".

Aku mengikuti Ibu Intan dari belakang menuju ke kamarnya. Baru pertama kali ini aku
masuk ke kamar Ibu kosku itu. Kamarnya cukup luas dengan kamar mandi di dalam,
kasur pegas lengkap dengan ranjang model eropa. Di sebelahnya ada meja rias, lemari
pakaian dan meja kerja suaminya. Kamar yang indah.
"Ini lotionnya..", kata Bu Intan kemudian.
Ibu Intan kemudian membuka dasternya, hanya tinggal kutang dan celana dalam hitam
yang terbuat dari sutera. Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub,
tubuhnya yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku.

"Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu".


Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya dia berbaring
telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya dengan minyak tersebut.
Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut sekali selembut sutera, kayanya dia
sering melakukan perawatan tubuh, pikirku dalam hati.
"Ahh.. enak juga pijatanmu Do, aku suka.. lembut sekali. "
Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus.
"Do, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya" katanya
menyuruh aku tuk membuka kutangnya.
Aku membuka tali kutangnya dan Ibu Intan kemudian melepas kutangnya. Sesekali aku
memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya.
"Ssshh.. ahh.." dia mendesah apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan apabila
lehernya kupijat dengan halus.
"Do, tolong pijat juga kakiku ya.." katanya.

Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki yang indah.
Putih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit bulu-bulu halus di betis. Pikiranku mulai
omes, aku sedikit kehilangan konsentrasi ketika memijat bagian kakinya.
"Do, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya.." pintanya sambil memejamkan mata.
Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata sambil
mendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai "panas" akibat pijatanku. Aku mulai
nakal dengan memijat-mijat sambil sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifnya
seperti leher dan pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuat
kejantananku berontak dengan keras di celana dalamku.

Tiba-tiba dia berkata, "Do, bisa mijit daerah yang lain ga?"
"Daerah yang mana bu?"
Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke atas
payudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir telanjang bulat,
hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum terlepas dari tempatnya. Aku
tertegun melihat pemandangan itu. Payudaranya yang indah membulat menantang
seperti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku
meremasnya dengan lebut sambil sesekali melakukan "summit attack" dengan jari
jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari
gelombang.

Ia mulai menggelinjang tak karuan.


"Ahh.. oohh.. sshh", dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju
payudaranya.
"Do.. Jilatin payudaraku Do.. cepat..".

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 2


Stensilan Tjap Tjoean 2000
Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahku
bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian seperti penari
samba yang sedang bergoyang di atas panggung.
"Oohh.. aaahhhh.. uukkhh..sssssssh" Dia terus mendesah sambil mencengkramkan
tangannya di pundakku.
Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin keras
desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak terus
ke belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah dan
dengan sangat terlatih membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya
celana dalam yang menutupi penisku.....
Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalam
mencium. Bibirnya yang lembut dan lidah kami yang saling berpagutan membuatku
serasa melayang seperti lalat.

Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku semakin rakus
dengan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung kaki.
"Aahh..", aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari rudalku,
mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.
Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana dalamku terlepas.
Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit lengkap dengan topi bajanya berdiri
tegak siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.
"Oohh.. auhh.. sshh..", dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya.

Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan pelumas yang
keluar dari dalam lobang vaginanya. Terlihat sebuah pemandangan yang indah ketiga
segitiga pengaman itu terlepas. Sebuah pemandangan yang sangat indah di daerah
selangkangan. Jembutnya yang rapi terurus dan vaginanya yang berwarna merah muda
membuat darahku mendesir dan kejantananku semakin menegang.
"Oohh.. nikmaatt.. truss..", dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik
daging kecil di atas lobang vaginanya.
"Oohh.. sshh.. Yess.. truuss.."
Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok kontolku. Aku
terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa
sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa
bernapas. Aku mencium aroma khas vagina yang harum yang membuat lidahku terus
menjilati klitorisnya.
"Ohh.. Ssshh.. Ukhh", dia terus mendesah.
"Do.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih.."
"Ahh..", terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
"Aukhh..", tiba-tiba badannya menegang hebat.

Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basah
oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu orgasme yang dihasilkan
akibat perlakuan pada kelentitnya.
"Do, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah", katanya sambil
napasnya terengah-engah.
Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, "Do, aku punya
sebuah permainan untukmu".
"Permainan apa?" tanyaku.
"Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?" tanyanya.
"Oke..", jawabku.

Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku berbaring
terlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang yang telah ia siapkan.
Kedua tanganku dan kakiku diikat ke empat penjuru ranjang sehingga aku tak bisa
bergerak. Yang bisa aku gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun tak bisa melihat

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 3


Stensilan Tjap Tjoean 2000
apa yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh slayer yang dia ikatkan. Aku
seperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja. Tiba-tiba aku merasakan
lidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung kakiku. Trus bergerak ke pangkal paha.
"Ahh", aku mendesah kecil.
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku.
"Oohh.. Ssshh..", aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku dan
mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali.
"Ohh.. yyeess.. uukkhh..", aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah
antara lubang anus dan biji pelerku.
"Aahh..", aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari mulai
pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku berkeringat hebat
menahan rasa yang amat sangat nikmat.

"Panjang juga ya punya kamu", Ibu Intan berkata padaku seraya mengulum penisku
masuk ke dalam mulutnya.
"Ahh.. eenaakk.. sshh", aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar masuk
mulutnya.
Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakin
lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti kuluman pacarku yang
masih minim pengalaman. Ibu Intan merupakan pengulum yang mahir.
"Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss", aku memintanya supaya mempercepat
kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa daya
kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup.

Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar.


"Ahh.. sshh.. Bu, aku mo keluarr", kataku
Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untuk
mengeluarkan spermaku.
"Aaahh..", aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat ketika
cairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Bu Intan.
Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak.
"Enak juga punyamu Do, protein tinggi", katanya seraya menjiltai sperma yang tumpah.

Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium aroma khas
vagina di depan hidungku. Ternyata Bu Intan meletakkan vaginanya tepat di mulutku
dan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku.
"Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..", ia mendesah ketika lidahku memainkan kembali
daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang.
Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat.
"Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess", ia semakin hebat mendesah membuat rudalku telah
mencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis.
Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsang
hebat.
"Aku ga tahan lagi Do", katanya seraya mengangkat vaginanya dari mulutku.

Dia memindahkan vaginanya dari mulutku dan entah kemana dia memindahkannya
karena mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan kepadaku. Tiba-tiba aku merasakan
kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam sutau
lubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh.. baru pertama kali ini aku
merasakan nikmatnya vagina. Meskipun Ibu Intan bukan perawan tapi yang kurasakan
sempit juga juga vaginanya. Dengan perlahan Ibu Intan mulai membenamkan
kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan oleh
vaginanya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke
dalam vaginanya. Posisiku telentang dengan Bu Intan duduk di atas kemaluanku persis
seperti seorang koboi yang sedang bermain rodeo.
Dengan perlahan tapi pasti, Ibu Intan mulai memainkan pinggulnya naik turun secara

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 4


Stensilan Tjap Tjoean 2000
perlahan.
"Aaahh.. uuhh", desahku ketika Ibu Intan memainkan pinggulnya naik turun secara
perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang ke
udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun.
"Do.. giillaa.. enaakk ssekali..", teriak Bu Intan.
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah.
Lama kelamaan Ibu Intan mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dan
sesekali memutarkan pinggulnya.

Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sodokanku.


"oohh.. yess.. ohh..", desah Ibu Intan.
"Ahh.. uhh.. goyang terruss buu", kataku.
"Enaakk.. Doo.. tolong cepetin sodokanmu Do..", katanya.
Sodokanku semakin cepat dan semakin cepat pula Ibu Intan menggoyangkan
pinggulnya.
"Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..", Ibu Intan berteriak seraya menjambak rambutku.

Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang sungguh
menakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Ibu Intan yang bergoyang
membuat rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh dengan keringat.
Payudaranya yang putih bersih dengan putingnya yang kecoklatan ikut bergoyang
seirama dengan goyangan pinggulnya yang mengocok kemaluanku. Mukanya yang
manis dengan mata yang sesekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan sesekali
mengeram serta wajahnya yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan seksi dan
menggairahkan.
"Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..", desahnya.
Aku melihat Ibu Intan yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki sisi yang sangat
menggairahkan dan terlihat haus akan sex. Ibu Intan pandai memainkan ritme
goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tiba
mempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat
menikmatinya.

"Aaahh..!", aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara goyangannya yang
mengocok kemaluanku, vaginanya seperti menghisap kemaluanku.
"Mampus kamu Do.. tapi enak kan? Itu namanya "hisapan maut".. Ibu mempelajarinya
melalui senam Keggel..", katanya sambil memandangku dengan liar.
Aku semakin mempercepat sodokanku dan Ibu Intan pun mempercepat goyangannya
naik turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya hisapan maut yang
membuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Ibu Intan
mulai menciumi leherku dan bibirku.

Kami semain "panas" dan lidah kami saling berpagutan sementara sodokan kemaluanku
dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat.
"Uhh.. ahh.. shh.. ahh..", aku mendesah.
Ibu Intan semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sodokannya. Aku
merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.
"Bu Intan.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..", kataku.
"Ibu juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..".
"Aku ga tahan lagi bu..".

Tiba-tiba Ibu Intan berteriak panjang.


"Aaahh.." sambil memelukku dengan sangat erat.
"Aaahh..". bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat
di dalam vaginanya.
Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat menahan
kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 5


Stensilan Tjap Tjoean 2000
membuat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Nikmatnya melebihi
masturbasi yang sesekali aku lakukan.

Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah seperti dua
olahragawan yang telah balap lari. Ibu Intan menatapku sambil tersenyum manis. Aku
hanya terdiam menatap langit-langit.
"Do, kamu nyesel ga ML sama Ibu?", tanya Ibu Intan kepadaku.
"Nggak bu..".
"Terus kenapa kamu termenung begitu?".
"Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam vagina Ibu, aku cuma
khawatir nanti Ibu hamil gara-gara saya"
"Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?"
"Iya bu. "
"Tenang aja, Ibu teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?"

Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara ngalor ngidul. Dan
kami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan becanda dalam keadaan bugil tanpa
busana sehelai benang pun menempel di tubuh kami.
"Do, kamu lapar ga? Ibu lapar", katanya.
"Iya bu"
"Ibu masakin kamu nasi goreng spesial buatan Ibu ya?"
"Boleh", jawabku.

Kami berpakaian kembali. Ibu Intan hanya menggunakan daster putih tanpa memakai
kutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggunakan celana pendek saja tanpa
menggunakan baju. Aku menunggu di meja makan sambil nonton MTV dan Ibu Intan di
dapur memasak nasi goreng. Akhirnya nasi goreng pun selesai di masak dan kami
makan bersama-sama di meja makan. Meja makannya cukup besar, terbuat dari kayu
jati dengan motif yang indah. Di sisi lain meja makan terdapat susu kental manis, teh
celup, sebotol madu, tempat sendok dan garpu, serbet dan alas makan.

Setelah makan selesai, aku dan Ibu Intan membersihkan meja makan bekas kami
makan. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku mulai becanda sedikit porno
dan darahku mulai berdesir melihat ia berpakaian daster tanpa menggunakan kutang
dan celana dalam. Tampak samar-samar putingnya menonjol seakan ingin merobek
daster yang dikenakannya. Bayangan hitam di selangkangannya (jembut) merupakan
pemandangan yang indah.
"Ibu cantik dan seksi pake daster itu", kataku.
"Kamu ngerayu Ibu ya.."
"Bener lho bu, apalagi ga pake kutang dan celana dalem"
"Ah kamu.. mulai nakal ya", katanya sambil nyubit pipiku.

Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini akibat dari mataku yang
selalu tertuju pada gundukan hitam di balik daster Ibu Intan.
"Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya", katanya.
Aku tidak segera menjawab karena tangan Ibu Intan sudah mulai menyusup ke dalam
celanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut ia mulai mengocok penisku.
"Ahh..", aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan mesranya.
Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai melucuti pakaian
masing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami masih terus berciuman sementara
tangan Ibu Intan mengocok penisku dengan lembutnya. Hmm.. rasanya nikmat sekali.
Tidak tau gimana awalnya tetapi kami sudah berada di atas meja makan, terbaring
sambil berciuman. Ibu Intan dalam posisi telentang dan aku berada di atasnya.

Aku mulai menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga.


"Aaahh..", Ibu Intan mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan menjilati kedua

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 6


Stensilan Tjap Tjoean 2000
puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang lain memainkan klitorisnya.
Vaginanya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatannya.
Tangannya terus mengocok kontolku.
"Do.. enak.. sshh..", desahnya sambil memejamkan mata.
Kami mulai berganti posisi, Ibu Intan yang mengarahkannya. Giliranku telentang dan
Ibu Intan berada di atasku dengan posisi terbalik. Kami melakukan gaya 69. Aku
menjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang kelaparan yang bertemu makanan
sementara Ibu Intan menghisap kontolku dengan lembut dan sesekali menjilati kepala
penisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik.
"Uhh.. sshh..", aku mendesah ketika hisapan Ibu Intan senakin kuat.
Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulum
penisku.

Aku bangkit dan Ibu Intan kuposisikan telentang di atas meja dengan kaki
mengangkang. Terlihat dua buah gunung kembar yang sangat indah yang membuat
darahku berdesir hebat. Sementara di selangkangannya terdapat bibir merah muda yang
merekah lengkap dengan bulu-bulunya yang membuat rudalku semakin mengeras. Aku
segera meraih kaleng susu kental manis di sampingku dan perlahan-lahan
mengoleskannya ke seluruh tubuh Ibu Intan dari mulai leher sampai dengan ujung kaki.
Kemudian aku mengoleskan madu disekitar puting dan kemaluannya. Aku mulai
menjilatinya mulai dari leher. Ibu Intan hanya bisa pasrah dengan mata terpejam dan
dari mulutnya terdengar desahan kecil. Lidahku bergerak turun ke arah bahunya,
kemudian bergerak menuju payudaranya.

Tubuh Ibu Intan menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas puncak gunung
kembarnya.
"Do.. aahh.. sshh.. Ibu ga tahan.. masukin Do..", Ibu Intan meminta aku segera
menusukkan penisku ke dalam vaginanya.
Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi menjilati semua susu
kental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai bergerak lagi ke arah perut. Lalu aku
mulai menjilati dari ujung kaki Ibu Intan, naik ke betis terus ke pangkal paha. Ketika
lidahku menjilati cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan dan klitorisnya, Ibu
Intan menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan kepalaku ke
vaginanya. Semakin ganas aku menjilati madu yang ada di klitorisnya, semakin tak
terkendali juga tubuh Ibu Intan menggelinjang.

"Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin Do..", katanya seraya menghisap jari
telunjukku.
Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku berdiri di
atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Vaginanya yang sudah basah
kuyup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh penisku ke lubang sorga
dunia miliknya.
"Aahh.. nnikmmaatt..", teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar.
Aku mulai memainkan sodokanku. Kecepatannya semakin lama semaikn kutambah
begitu pula goyangan pinggul Ibu Intan.
"Ibu.. enaakk.. uhh.. shh..", desahku sambil memejamkan mata.
"Aahh.. sshh.. mm..", ia mendesah sambil menghisap jari tanganku.

Suara becek vagina Ibu Intan yang dikocok oleh penisku terdengar seperti sebuah
nyanyian yang merdu. Sesekali terdengar bunyi derak meja makan tempat kami
bercinta. Kami berganti posisi. Ibu Intan membelakangiku dengan posisi menungging
dan aku menusuknya dari belakang. Tubuh kami semakin basah kuyup oleh keringat.
Keringat Ibu Intan yang bercampur dengan cairan susu kental menimbulkan wangi yang
semerbak. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia yang entah dimana.
"Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..", Ibu Intan mendesah sambil memintaku
untuk mempercepat sodokanku.

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 7


Stensilan Tjap Tjoean 2000
Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Ibu Intan duduk dipangkuanku
sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang vaginanya.
"Aahh.. sshh.. goyang terruss..", desahku ketika Ibu Intan mulai bergoyang dengan
ganasnya.

Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh lubang vaginanya Ibu Intan yang
sangat hangat sekali. Vagina Ibu Intan semakin banyak mengeluarkan cairan pelumas
yang hangat. Suara becek yang diakibatkan oleh sodokan kontolku dan beceknya lubang
vagina Ibu Intan semakin keras.
"Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess.." desahku.
"Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Do..", desah Ibu Intan sambil memintaku untuk
mempercepat sodokan penisku.
Sementara penisku "bermain" di dalam lubang vaginanya Ibu Intan, lidahku juga mulai
memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Ibu Intan semakin bergerak tak karuan,
goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia menggigit leherku untuk menahan
kenikmatan yang dia rasakan.

Semakin lama semakin kupercepat sodokan penisku dan gelitikan lidahku di putingnya
semakin kupercepat pula, semakin ganas juga Ibu Intan bergoyang.
"Aahh..ooohhh......sssshhhhhhh!", Ibu Intan melenguh panjang sambil memelukku
sangat erat sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan ada
cairan hangat kental mengguyur penisku. Ibu Intan mengalami orgasme. .........
Aku semakin mempercepat sodokanku. Tubuh Ibu Intan mulai melemas tapi aku terus
mempercepat sodokanku.
"Ahh.. Ibu Intan.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh", ada sesuatu di dalam penisku yang
mulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai meningkat.
"Do.. keluarin di luar ya.. di mulutku..", pinta Ibu Intan.
Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Ibu Intan segera menghisap kontolku
dengan ganas.
"Aahh..", tubuhku mengejang,ssshhhhh.....glek..glek ..sshhhh.....mataku terpejam dan
tubuhku seperti melayang menembus atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali,
sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku memuncratkan air maniku di dalam mulut Ibu
Intan.

Ibu Intan terus menghisap penisku dengan ganas.


"Aahh.. ooochhh...acchhh......sshh", aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyo
terus dijilati oleh Ibu Intan.
Lidah Ibu Intan terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami sama-sama terbaring lemas
di atas meja makan. Kami masih berpelukan.
"Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Do..", Ibu Intan berkata kepadaku sambil menatapku.
"Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..", kataku sambil membelai rambut
Ibu Intan.
Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun langsung tertidur di
atas meja makan tempat kami bermain kenikmatan.

Aku terbangun ketika cahaya sudah terang. Aku melihat jam dinding, wah.. ternyata
pukul setengah tujuh pagi. Kulihat Ibu Intan masih tertidur di pelukanku di atas meja
makan yang berantakan tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh kami.
"Bu.. bangun..", bisikku di telinga Ibu Intan.
Wajahnya terlihat begitu cantik ketika tertidur.
"Jam berapa sekarang Do?"
"Setengah tujuh".
"Hah.. setengah tujuh?!", Ibu Intan kaget dan segera bangun.
Kami segera berpakaian dan membereskan meja yang berantakan.
penisku masih terasa nyeri campur pegal......
diputar dan digoyang oleh vagina Bu Intan......

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 8


Stensilan Tjap Tjoean 2000
Vagina estewe.....alias setengah baya...yang betul betul nikmat
dan berpengalaman......

selesai

TJAP-TJOEAN : tjap.tjoean@yahoo.com Page 9

You might also like