Professional Documents
Culture Documents
org/2009/06/dari-mana-datangnya-optik/
Salah satu topik yang paling banyak rumusnya dalam fisika SMA dan SMP adalah optik.
Pembahasannya termasuk cermin, lensa, pembiasan permukaan lengkung, teropong,
mikroskop, kaca pembesar, kacamata. Banyak bukan? Apalagi rumusnya. Yang sependapat
acungkan jari sambil nyengir
Belum pernah? Berarti Anda normal. Misalnya, kita tahu dan terima saja, rumus ini:
Sinar datang membentuk sudut tertentu α terhadap radius, yang tegak lurus terhadap bidang
lokal cermin. Sudut pantul = sudut datang. (ini pun bisa dijelaskan kenapa) Untuk sudut yang
kecil kecil sekali, fungsi sinus dan tangen mendekati nilai sudutnya. Sudut antara sinar pantul
dan sumbu utama adalah dua kali sudut “tertentu” yang tadi. Karena
Fokus adalah setengah jari-jari kelengkungan cermin. Kok malah membuktikan ini sih?!
Yang jelas, sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan ke suatu titik yang jaraknya r/2 dari
cermin. Inilah fokus.
Perhatikan bahwa:
dan
atau
2. PERBESARAN BAYANGAN
dan
jadi:
Dengan teropong, benda-benda di langit yang dengan mata telanjang tidak kelihatan menjadi
kelihatan. Atau, benda yang biasanya kelihatan menjadi besar. Coba lihat bulan dengan
teropong. Apa artinya?
Perbesaran teropong adalah perbesaran sudut. Benda terlihat besar karena memenuhi bidang
pandang mata. Benda yang sama, misalnya sebuah pensil, terlihat kecil jika jauh dan besar
jika dekat. Jadi, yang dilihat mata adalah sudut bukan ukuran dalam sentimeter. Kita tahu
panjang pensil itu 20 cm karena kita membandingkannya dengan penggaris 20 cm. Yang kita
lihat adalah: ukuran sudut penggaris 20 cm dan pensil adalah sama, maka kita simpulkan
panjang pensil 20 cm.
Coba kalau pensil kita taruh jauh, sedangkan penggaris dekat. Kita akan melihat (Coba
dengan sebelah mata) panjang pensil berkurang. Bukankah bulan dan matahari terlihat sama
besar?
Bintang ganda Alfa Centauri yang biasanya terlihat satu karena sudutnya begitu kecil, dengan
teropong terlihat dua. Artinya, dengan teropong, sudut terlihat lebih besar. Berapa
perbesarannya? Perhatikan gambar. (mungkin perlu kaca pembesar – nanti akan dibahas
perbesarannya.)
Pada gambar, garis-garis yang warnanya sama adalah sejajar. Garis putus-putus merah dan
biru pada okuler adalah sumbu utama lain yang sudutnya disesuaikan. Sinar sejajar sumbu
utama dibiaskan ke fokus. Untuk tiap sinar yang arahnya tidak jelas, dibuat sumbu utama
yang sejajar dengannya, dan titik fokusnya juga. Ke situlah sinar terbias. Contohnya adalah
garis hijau di objektif.
untuk sudut kecil. Tapi, di sisi kanan okuler, h juga sama dengan:
Dari mana?
Perhatikan: sudut antara garis putus-putus merah dan putus-putus hitam adalah θ 1, karena
yang merah adalah sumbu utama yang sejajar dengan sinar datang merah, yang sudutmya θ1.
Selanjutnya, θ2 adalah sudut kelihatannya gambar bintang (garis oranye dengan putus-putus
hitam). Menyamakan h menghasilkan:
Ini menghasilkan:
Perhatikan gambar:
Benda diletakkan di jarak s0 sehingga jatak bayangannya si dari lensa. Jarak mata ke lensa d.
sudut θ, yaitu ukuran sudut bayangan yang terlihat, sama dengan:
Ini kita substitusikan ke persamaan untuk θ. Tunggu dulu. si negatif atau positif? Dalam
gambar, positif. Dalam rumus, negatif (maya). Baiklah, kita ganti:
Biasanya didefinisikan jarak akomodasi mata x yang dalam hal ini sama dengan si + d.
Nah, biasanya orang memakai lup dekat dengan mata sehingga d = 0. Kemudian, supaya
melihatnya nyaman, benda ditaruh di fokus supaya bayangan ada di tak-hingga, dan
akomodasi mata minimum. (mata normal) Jadi, dengan mengambil limit x → tak-hingga:
Atau jika ingin perbesaran sedikit lebih besar, benda sedikit didekatkan sehingga
bayangannya di PP (jarak terdekat yang bisa dilihat):