You are on page 1of 11

17

PERANAN AIR DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

The Role of Water and Phosphor on the Growth and Crop of Onion (Allium
ascalonicum L.)

Firman Hidayat
Mahasiswa Program Pascasarjana Unibraw /
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Malang

Syamsulbahri dan Mudji Santoso


Dosen Fakultas Pertanian, Unibraw, Malang

ABSTRAK

Air merupakan bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1% dari total air
yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang digunakan untuk transpirasi tanaman
sebanyak 99 %, dan yang digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 %, dan
yang digunakan untuk hidrasi 1 %, termasuk untuk memelihara dan menyebabkan
pertumbuhan yang lebih baik. Selama pertumbuhan tanaman membutuhkan
sejumlah air yang tepat. Disamping air tanaman Bawang merah butuh unsur makro
terutama P yang ternyata memberikan peran sangat tinggi terutama dalam reaksi
biokimia sebagai penyimpan dan pemindah energi, kerja osmotik, reaksi fotosintesis
dan glikolisis. Fosfor merupakan komponen struktur dari sejumlah kandungan fital,
transfer energi molekul ADP dan ATP (adenosin di- dan trifosfat), NAD, NADPH
dan mengandung DNA dan RNA (disoxyribo dan asam ribonokleid) sebagai sistem
informasi genetik. Kebutuhan tanaman Bawang merah terhadap P berkisar antara 50
–150 kg P2O5/ha, dan petani cenderung melakukan penambahan dosis tersebut,
sehingga tidak efisiensi. Pemberian air dan pupuk P akan berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan dan hasil tanaman Bawang merah. Tujuan penelitian : (1) Mengkaji
respon perlakuan air dan pemupukan P selama periode pertumbuhan dan
pembentukan umbi Bawang merah sehingga diketahui efisiensi penggunaan air dan
efisiensi penggunaan pupuk P, (2) Mengetahui kamampuan pertumbuhan dan hasil
tanaman Bawang merah dari perlakuan kombinasi antara ketersediaan air dan
penambahan unsur P ke dalam tanah.
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
Widya Gama Malang antara pertengahan bulan Nopember 1999 sampai dengan
akhir bulan Maret 2000. Polibag kapasitas 6 kg diisi dengan tanah Alluvial yang
telah dikeringkan pada suhu  270C. Penerapan perlakuan mengikuti Rancangan
Acak Kelompok dengan tiga ulangan, terdiri dari dua faktor, pertama ketersediaan
air 100 % (W1), 80 % (W2), dan 60 % (W3) dari kapasitas lapang (KL); kedua,
pemberian pupuk fosfat yang terdiri dari: tanpa fosfat (P0), 30 kg P2O5/ha (P1), 50
kg (P2), 70 kg P2O5/ha (P3), dan 90 kg P2O5/ha (P4) dan diperoleh 15 kombinasi
perlakuan diulang tiga kali. Setiap kombinasi perlakuan terdiri 6 sampel dan
diperoleh 270 polibag @ 6 kg tanah. Karakteristik pertumbuhan tanaman yang
diamati meliputi : Panjang tanaman (cm), Jumlah daun per tanaman, Diameter
batang, Diameter umbi (mm), Luas daun (cm2), Berat kering tanaman (g), Berat
umbi segar (g), Efisiensi penggunaan air, Indek Panen, Jumlah Umbi/pot, Laju
18

Pertumbuhan Relatif (LPR), Nisbah Luas Daun (NLD), Luas Daun Spesifik (LDS),
Nisbah Berat Daun (NBD), Kurun Luas Daun (KLD), Laju Asimilasi Bersih, Kadar
Air Umbi dan Prosentase Sebaran Warna daun. Analisis warna daun diperoleh
melalui tahapan : Foto daun dengan Film Fuji ASA 200, Kamera Merk Pentax P30,
Zoom 8X, Scanner, Program komputer Microsoft Paint.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air (80% KL)
dengan pupuk 50 kg P2O5/ha pada tanaman bawang merah dapat mencapai tinggi
tanaman tertinggi tanaman (44 cm), jumlah daun terbanyak (28,33 lembar/pot),
diameter batang terbesar (0,627 cm), luas daun terluas (665,3 cm2), bobot kering
tanaman paling besar (52,70 g/pot), bobot umbi segar paling besar (14,90 g/pot),
efisiensi penggunaan air terefisien (41 %), indek panen tertinggi (93), jumlah umbi
terbanyak (10,67 siung/pot), dan sebaran warna daun lengkap (100 %). Jika
dibandingkan dengan perlakuan 100 % KL dan tanpa pemberian pupuk fosfor
terhadap bobot umbi kering panen menunjukkan peningkatan sebesar 600 % (6 X),
namun apabila dibandingkan dengan dosis fosfor anjuran 90 % menunjukkan adanya
prningkatan sebesar 100 %.

ABSTRACT

Water is a substrate for photosynthesis, but only about 0,1 % of the total
water is used by the plant for photosynthesis. Transpiration accounts for 99 % of the
water used by plants, approximately 1 % is used to hydrate the plant, maintain
turgor, and make growth posisble. The requirement of water during the growth of
onion should be provided accurately. Beside water, the onion plant needs macro
elements, primarily P, as transferors and reservoirs of energy, osmotic works, and
photosynthetic and glicolytical reactions. Phosphorus is a structural component of a
number of vital compounds, energy transfer molecules ADP and ATP (adenosine di
and triphosphate), NAD, NADPH and genetic information system compounds DNA
and RNA (desoxyribo-and ribonucleic acid). The intake of P of onion plant is
around 50-150 kg P2O5/ha, and the farmers are likely to engage in addition to the
dosage, thus creating inefficiency. The application of water and P fertiliser will be
influence resulting the growth and yield of onion.
The purpose of the research are: (1) to examine the response of water
treatment and P fertilization during the period of the growth and the formation of
onion tuber to know the efficiency of the intake of water and the efficiency of the
intake of P fertilizer, (2) to figure out the capability of growth and the crop of onion
plant from the combination of treatment between the availability of water and the
addition of P element into the soil.
The research was conducted in the greenhouse of Agriculture Faculty of
Widya Gama Malang between the middle of November 1999 and the end of March
2000. The polybag with the capacity of 6 kg was filled up with alluvial soil which
has been dried at  27C. The application of treatment followed the Group Random
Design with three times repeat, consisting of two factors, the first is availability of
water of 100% (W1), 80% (W2), and 60% (W3) of the field capacity; the second,
the administration of phosphate fertilizer, consisted of: no phosphate (P0), 30 kg
P2O5/ha (P1), 50 P2O5/ha (P2), 70 P2O5/ha (P3), and 90 kg P2O5/ha (P4) and it
was obtained 15 treatment combinations with three times repetition. Every treatment
combination consisted of 6 samples and it was obtained 270 polybag @ 6 kg of soil.
19

The experienced characteristics of the growth of the plant included: The length of
the plant (cm), the number of leaves per plant, the diameter of the stalk, the diameter
the tuber (mm), the width of the leaves (cm2), the dry weight (g), the weight of fresh
tuber (g), the weight of processed dried tuber (g), the efficiency of water intake, crop
index, the number of tuber/pot, the relative growth rate, the ratio of leaf width, the
specific leaf width, the ratio of leaf weight, the period of leaf width, the net
assimilation rate, the water content of the tuber and the percentage of the distribution
of leaf color. The color analysis of the leaf was obtained through the stages of: the
taking of the leaf picture with Fuji Film ASA 200, Pentax P30 camera, 8X Zoom,
scanner, Microsoft Paint program.
The results of the research indicate that the administration of water (80%
KL) and 50 kg P2O5 fertilizer to onion plant result in the highest plant (44 cm), the
most leaves (28.33 blades/pot), the biggest stalk diameter (0.627 cm), the widest
leaves width (665.3 cm2), the highest dried-plant-weight (52.70 g/pot), the highest
fresh-tuber-weight (14.90 g/pot), the most efficient water administration (41%), the
highest yield index (93), the most tubers (10.67 clove/pot), and the spread of
complete leaf colors (100%). Compared to the treatment of 100% KL and no
phosphor fertilizer administration to the dried-tuber weight, the yield indicates an
increase of 600% (six fold), but if compared to the suggested 90% phosphor dosage,
the yield indicates an increase of 100%.

PENDAHULUAN

Kekurangan dan kelebihan air mengakibatkan tanaman mengalami stress.


Brewster (1989 dalam Witch, 1990) menyatakan bahwa, terdapat hubungan antara
air, aktifitas photosintesis dan kelarutan garam-garam di dalam tanah. Selanjutnya
dikatakan bahwa laju transpirasi, photosintesis dan perkembangan tanaman Bawang
merah akan menurun dengan penurunan derajad stress air dan tanaman ini sangat
peka terhadap stress air.
Hasil percobaan Sumarna (1992) menunjukkan bahwa pemberian air
setinggi 7,5 - 15 mm dengan frekuensi satu kali sehari memberikan pengaruh paling
baik terhadap bobot basah tanaman Bawang merah, interaksi antara pemberian air
setinggi 7,5 - 15 mm dan frekuensi pemberian air satu kali sehari hanya terjadi pada
bobot basah tanaman dan tidak menunjukkan pengaruhnya terhadap bobot kering
tanaman. Pemberian air erat kaitannya dengan perubahan suhu, laju fotosintesis,
transpirasi, potensial osmotik dan tekanan turgor tanaman Brewster (1989 dalam
Witch, 1990).
Fospor merupakan unsur esensial yang fungsinya tidak dapat digantikan
unsur hara lain. Poerwowidodo (1992) menyatakan bahwa, peran unsur P adalah
dalam hal penyimpanan dan pemindahan energi serta reaksi biokimia seperti ;
pemindahan ion, kerja osmotik, reaksi fotosintesis, dan glikolisis. Hasil penelitian
Nikardi et al., (1989) menunjukkan bahwa dosis P 90 kg P2O5/ha dengan dua
minggu diaplikasikan setelah tanam pada tanaman Bawang merah varietas Sumenep
menghasilkan serapan unsur N tertinggi, sedangkan unsur P dan S tertinggi dicapai
pada kombinasi perlakuan 90 kg P2O5/ha dengan waktu aplikasi seminggu sebelum
tanam. Aliudin (1990) menyimpulkan bahwa aplikasi pemupukan 213 kg N/ha, 100
kg P2O5/ha, dan 100 kg K2O/ha merupakan dosis maksimum untuk memperoleh
produksi tertinggi pada Bawang merah varietas Bali ijo yang ditanam pada musim
20

penghujan. Hasil penelitian Hilman dan Suwandi (1990) menyatakan bahwa


penggunaan pupuk P akan tampak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman Bawang merah pada dosis terendah yaitu antara 50 – 60 kg P/ha.
Hasil penelitian Suwandi dan Hilman (1992), menunjukkan bahwa pupuk buatan
terutama N dan P dalam takaran tinggi menyebabkan defisiensi unsur mikro dan
pemadatan tanah, maka penggunaan unsur P harus efisiensi dan tepat, agar dicapai
efisiensi usaha tani secara keseluruhan.
Wiryawan et al.(1983) menyatakan bahwa, terdapat hubungan antara
pemupukan dan air tersedia, karena air berperanan dalam menentukan perubahan
keasaman tanah. Sedangkan derajad keasaman tanah sangat menentukan penyediaan
unsur P bagi tanaman. Tisdale et al. (1975) mengemukan bahwa, P-tersedia
dijumpai antara pH 5,5 - 7,0 dan bila pH lebih kecil dari 5,0 kelarutan ion tersebut
tinggi, aktivitas ionnya akan bersenyawa serta akan mengendapkan ion P
membentuk senyawa yang sukar larut. Apabila pH lebih besar 7,0 proses
pengendapan akan terjadi oleh persenyawaan ion Ca2+ (Sarwono, 1987).
Karenanya perlu dicari pada kondisi air dan penambahan unsur P yang tepat agar
bisa bertahan tumbuh tanpa pengaruh negatip terhadap produksi.

METODE PENELITIAN

Suatu percobaan faktorial dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian


Universitas Widya Gama Malang antara pertengahan bulan Nopember 1999 sampai
dengan akhir bulan Maret 2000. Polibag kapasitas 6 kg diisi dengan tanah yang
telah dikeringkan pada kondisi normal yang berasal dari jenis tanah Alluvial.
Penerapan perlakuan mengikuti Rancangan Acak Kelompok dengan tiga
ulangan. Ini terdiri dari duafaktor, faktor pertama adalah ketersediaan air 100 %
(W1), 80 % (W2), dan 60 % (W3) dari kapasitas lapang. Yang dimaksud 100 % air
tersedia adalah sejumlah lengas tanah antara kapasitas lapang dan titik layu
permanen. Faktor ke dua adalah pemberian pupuk phospat yang terdiri dari; tanpa
pemberian pupuk phospat (P0), 30 kg P2O5/ha (P1), 50 kg P2O5/ha (P2), 70 kg
P2O5/ha (P3), dan 90 kg P2O5/ha (P4). Dari ke dua faktor tersebut di atas, diperoleh
15 (lima belas) kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali, dan setiap
perlakuan terdiri dari 6 sampel sehingga diperoleh 270 polibag terisi tanah sebanyak
6 kg tanah yang telah tercampur pupuk kandang dan pupuk anorganik.
Pengamatan dengan tidak merusak tanaman dilakukan setiap minggu
sekali dengan mengamati 3 tanaman contoh untuk setiap perlakuan meliputi :
Panjang tanaman (cm), Jumlah daun per tanaman, dan Diameter batang.
Pengamatan dengan merusak tanaman meliputi : Diameter umbi (mm),
Luas daun (cm2), Berat kering (g), Berat umbi segar (g), Berat umbi kering simpan
(g), Efisiensi penggunaan air, Indek Panen, Jumlah Umbi/pot, Laju Pertumbuhan
Relatif (LPR), Nisbah Luas Daun (NLD), Luas Daun Spesifik (LDS), Nisbah Berat
Daun (NBD), Kurun Luas Daun (KLD), Laju Asimilasi Bersih , Kadar Air Umbi
dan Prosentase Sebaran Warna daun yang diperoleh melalui tahapan : Foto daun
dengan Film Fuji ASA 200, Kamera Merk Pentax P30, Zoom 8X, Scanner, masuk
ke software komputer software (program ) Paint.
Disamping peubah di atas, diamati juga peubah lingkungan meliputi :
Kadar air tanah (%) sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan, Jumlah air
/konsumsi air (ml), dihitung berdasarkan banyaknya air yang diberikan sejak mulai
21

tanam sampai menjelang panen (saat dihentikannya pemberian air), dan Iklim,
dilakukan untuk mengetahui perubahan suhu, curah hujan, evaporasi, kelembaban
dan intensitas cahaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen hasil yang diamati yaitu ; Rata-rata Berat Umbi Segar


(BUS=t/ha), Berat Umbi Kering Panen (BUKP= t/ha), Berat Kering Umbi
(BKU=g/pot), Berat Kering TotalTanaman (BKTT=g/pot) dan Indek Panen (IP=%),
Konsumsi AirTotal (K.A.T=l/pot) Kadar AirUmbi (KAU=%), EfisiensiPenggunaan
Air (EPA=%) serta Berat Kering Total Tanaman.
Hasil Analisis Ragam Berat Umbi Segar dan Berat Umbi Kering Panen
tanaman Bawang merah menunjukkan bahwa terdapat interaksi antar perlakuan air
dan penambahan pupuk pospat, dan pada uji lanjut tampak bahwa hasil tertinggi
dicapai oleh perlakuan P2W2 dan terendah perlakuan P0W1. Hal yang sama terjadi
pada hasil analisis dan uji lanjut terhadap indek panen. Gambar 1 menunjukkan
bahwa, terjadi variasi pola hubungan yang setara antara, Hasil Berat Umbi Kering
Panen (R2 = 0,9786) dan Efisiensi Penggunaan Air (R2 = 0,9729) sebagai akibat
adanya perlakuan penambahan pupuk P, walaupun secara umum efisiensi
penggunaan air juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti resistensi tanaman terhadap
kelembaban tanah. Sedangkan kelembaban tanah yang sesuai mempengaruhi
efisiensi penggunaan nitrogen (Norwood, 1999). Dijelaskan oleh Traore dan
Maranville (1999) bahwa efisiensi penggunaan nitrogen berpengaruh kepada
aktivitas nitrat reduktase yang berperan terhadap laju penyerapan NO3- sehingga
meningkatkan laju pertumbuhan dan hasil tanaman (umbi), tetapi tidak dijelaskan
hubungan antara N dan P terhadap aktivitas nitrat reduktase pada tanaman. Dari
paparan gambar 1 dan 5 tersebut, dapat dinyatakan bahwa penambahan pupuk
pospat menyebabkan semakin meningkatkan hasil berat kering panen dan
penggunaan air semakin efisien, namun jika dosis pupuk pospat ditingkatkan
melebihi 90 kg P2O5/ha akan menampakkan gejala penurunan hasil berat kering
panen dan penggunaan air semakin semakin tidak efisien meskipun secara uji
statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (Tabel 1). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Hilman dan Suwandi (1990), yang menyatakan bahwa
pemberian pupuk P 60 kg/ha dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil Bawang
merah, tetapi dengan semakin meningkatnya pemberian pupuk P, maka akan
menurunkan hasil umbi Bawang merah. Kondisi optimum hasil berat kering
panen dicapai bila dosis pupuk pospat yang ditambahkan sebanyak 50 kg P2O5 /ha
dengan tingkat efisiensi yakni sekitar 35%. Keadaan ini menggambarkan adanya
saling keterkaitan antara penambahan pupuk posphat dan kandungan air tanah yang
menyebabkan timbulnya daya tarik menarik (kohesi dan adhesi) di antara ke dua
unsur tersebut sehingga menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman. Kekuatan gaya
tarik setiap partikel berkembang dari persenyawaan karbonat, silikat, alumina, besi
oksida dan bahan organik. Kekuatan tarik tanah dipengaruhi oleh kandungan dan
jenis mineral liat, macam kation, dan kandungan air tanah.
Pada perlakuan P2W2 memberikan nilai tertinggi terhadap semua
komponen yang diamati seperti Indek Panen, Berat Total Tanaman, Diameter Umbi
dan Jumlah Umbi. Dengan demikian jika menginginkan penghematan penggunaan
air dan pupuk phosphat seyogjanya menggunakan kombinasi perlakuan P2W2
22

Dari paparan Gambar 2 secara kuwadratik menunjukkan sejauh mana air


berperan dalam meningkatkan hasil panen (R2= 1), serta tingkat efisiensi
penggunaan air (R2 = 1) yang ditimbulkan akibat perlakuan air tersebut. Dari
gambaran diatas berarti bahwa, penambahan nutrisi (pupuk phosphat) secara
keseluruhan berpengaruh nyata terhadap komponen yang diamati sedangkan kondisi
kapasitas lapang yang berperan adalah 80%. Secara umum pada tanaman yang
mengalami keadaan kering, unsur hara tanaman diambil dari bagian yang berada
dekat/sekitar perakran terutama dekat permukaan tanah terutama terjadi pada
tanaman yang peka terhadap kekeringan. Terkadang terjadi juga pada tanah yang
memiliki gradien potensial air tanah tinggi mentransfer air ke bagian yang lebih
rendah (Russell, 1977).
Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa terjadi pola hubungan kuadratik yang
setara antara perlakuan penambahan dosis pupuk P dan air terhadap berat basah
umbi dan laju pertumbuhan relatif, tampak bahwa jika P bertambah akan diikuti
dengan penambahan berat basah umbi dan meningkatnya laju pertumbuhan relatif
demikian sebaliknya sedangkan dosis optimum yang dapat mencapai produksi
maksimum adalah P2 (50 kg P2O5/ha). Perlakuan air dapat dijelaskan dari gambar
2 dan 4 bahwa, semakin kekurangan atau kelebihan air akan berakibat menurunnya
berat basah umbi dan laju pertumbuhan relatif. Perlakuan air 80 % kapasitas lapang
ternyata mampu menghasilkan produksi umbi basah masksimum karena diikuti oleh
meningkatnya laju pertumbuhan relatif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa, penyerapan
air dan unsur hara dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : ketersediaan unsur
hara, suhu tanah, air yang tersedia, suplai oksigen, dan konsentrasi CO2 (aerasi)
dalam tanah, kedalaman dan sistem perakaran tanaman (Sarief, 1985)
Cekaman air pada tanaman terjadi karena : air pada media tidak cukup, dan
transpirasi terjadi berlebihan. Absorbsi air dipengaruhi oleh kecepatan kehilangan
air, penyebaran dan efisiensi sistem perakaran, potensial air tanah serta daya hantar
air tanah. Disamping itu dari sejumlah pospat yang larut dalam air tanah akan cepat
sekali ditransformasi secara kimia ke bentuk-bentuk senyawa yang tidak melarut
seperti Al-P, Fe-P dan Ca-P (Setijono,1996).
Pada Gambar 3 dan 4 serta Tabel 2 dapat menjelaskan bahwa, kondisi
kapasitas lapang 100% lebih mendukung pada pertumbuhan minggu pertama
sedangkan untuk pertumbuhan selanjutnya yang lebih mendukung adalah kondisi
kapasitas lapang 80 % terhadap nisbah berat daun dan kadar air relatif dari tanaman
Bawang merah (lampiran, 41 dan 45). Sedangkan phosphat yang lebih banyak
memberikan pengaruh positif terhadap nisbah berat daun dan kadar air relatif adalah
50 kg P2O5/ha. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa, larutan tanah sebagai sumber
nutrisi bagi tanaman dan konsentrasi larutan yang berada di sekitar perakaran
dipertahankan sehingga tetap relefan untuk dimanfaatkan oleh tanaman (Russell,
1977).
Dari hasil penelitian ini, jika angka-angka kehilangan air akibat run off,
perkolasi, infiltasi dan kehilangan air akibat perubahan struktur tanah, kimia tanah,
organisme tanah, kedalaman perakaran serta yang lainnya dapat terdeteksi; maka
perlakuan P2W2 akan menghemat pemakaian air sebesar 35 % selama periode
pertumbuhan untuk menghasilkan produksi yang optimal dengan dosis pupuk 50
kgP2O5/ha dengan produksi rata-rata 13 t/ha. Pada perlakuan tersebut dapat
diperjelas dengan ploting berat kering daun, berat kering akar dan luas daun
terhadap berat kering umbi (umur 4, 6, 8 dan 10 mst) masing-masing menunjukkan
persamaan: (1) y = 0,0177 x2 + 1,5587 x – 3,881 (R2 = 0,9913), (2) y = 0,0015 x2 –
23

0,0097 x + 0,4132 (R2 = 0,9438) dan (3) y = – 0,0146 x2 + 0,4722 x + 4,4449 (R2 =
0,8401). Dengan demikian berat kering daun menunjukkan kontribusi terbesar
terhadap hasil berat kering umbi. Kebutuhan air selama pertumbuhan tanaman pada
perlakuan P2W2 ini mencapai 7,728 liter/6 kg tanah (Lampiran 43) atau sebesar
25.760.000 liter (25.760 m2/ha) dengan mengacu ketebala lapisan olah 20 cm.

KESIMPULAN

Perlakuan pemberian air dan dosis pupuk fosfor terdapat pengaruh


pertumbuhan dan produksi tanaman Bawang merah, hasil umbi kering panen
tertinggi (13t/ha) ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan air 80 % kapasitas lapang
dengan dosis pupuk 50 kg P2O5/ha dan sebaliknya kombinasi perlakan air 100 %
kapasitas lapang tanpa penambahan pupuk fosfor menujukkan hasil umbi kering
panen terendah ( 2 t/ha).
Hasil produksi tersebut sejalan dengan parameter tumbuh seperti jumlah
daun, luas daun, panjang tanaman, diameter batang, laju pertumbuhan relatif, nisbah
luas daun, luas daun spesifik, nisbah luas daun, nisbah berat daun, kurun luas daun
dan laju assimilasi bersih.
Effisiensi penggunaan air dan pupuk pospat dapat dicapai dengan
menggunakan kombinasi perlakuan 80% kapasitas lapang dan 50 kg P2O5/ha.

DAFTAR PUSTAKA

Aliudin, Azis Azirin Asandhi dan Budi Jaya, 1990. Pengujian Varietas Bawang
merah (Allium ascalonicum L) di Dataran Rendah Pulau Madura. Bul.
Penel. Hortikultura Lembang Vol. XIX No. 3. Pp. 44-47.
______, 1976. Pengairan Pada Tanaman Bawang Putih. Cabang Lembaga
Penelitian Hortikultura. Malang. Pp. 1- 20.
______, 1990. Pengaruh Jarak Antara Baris Tanaman Dan Dosis Pupuk Nitrogen
Terhadap Produksi Bawang merah Kultivar Bali Ijo Di Musim Penghujan.
Bul. Penel. Hortikultura Lembang Vol. XX No. 1. Pp. 26 - 30.
Arshad, M. and W.T. Franskenberger., 1998. Plant growth-regulating substances in
the rhizosphere : Microbial prodaction and functions. Advances in
Agronomy 62 : 45-125.
Bourque,D.P., P.N. Mac Millan, W.J. Clingenpeel dan A.W. Naylor. 1975. Ultra
Struktural Effects of Water Stress in Jackbean (Canavalia ensiformis).
Plant Physiol. 56 : 160-163.
Corgan. J, Emeritus., M. Wall., C. Cramer., T. Sammis, 1990. Department of
Agronomy and Horticulture, Brad Lewis, Entomology Specialist Jill
Schroeder, Professor and respectively, Department of Entomology, Plant
Pathology, and Weed Science. Extension Plant Pathologist College of
Agriculture and Home Economics New Mexico State University
Ekschmitt, C., G. Bakonyi, M. Bongers, and T. Bongers., 1999. Effects of the
nematofauna on microbial energy and matter transformation rates in
European grassland soils. Plant and Soil 212(1):45-61.
Fanklin P. Gradner dan Brent Pearce dan Roger L. Mitchell, 1985. Physiology of
Crops Plants. The Iowa State University Press. Pp. 76-131.
24

Gressel, N., J/g. McColl. 1997. Phosphorus Mineralization and Organic Matter
Decompotition A Critical Review. University of California, Barkeley,
USA. Pp. 297 –326.
Hilman Y., Suwandi, 1990. Pengaruh Penggunaan pupuk Nitrogen dan Dosis
Fosfor Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil tanaman Bawang merah. Bull.
Penel. Hort. Vol XIX (1). Pp. 25 –31.
Martin, J. K. and R. Merckx., 1993. The partitioning of root-derivate carcon within
the rhizospher of arable crops. ITTA. A Whilley Sayce Co-Publ. p. 100-
107.
Meenakshi,R.M. and J.L. Gnanarethiman, 1979. Phytochemical Aspects of Onion
(Allium cepa Linn) under Water Stress. Annual Meeting of the American
Society of Plant Physiologists. Ohio State University, Colombus, Ohio. Pp.
342-351.
Mitrosuhardjo,M.M., Sumarno,N., Rasjit,H., Sisworo,W.H., dan Abdullah,N., 1993.
Pengaruh Cara Penempatan Pupuk Pada Beberapa Tingkat Kelembaban
Tanah Ditinjau Dari Serapan Hara dan Kebutuhan Air Tanaman. Aplikasi
Isotop dan Radiasi BATAN., Jakarta. Pp. 55-66.
Nikardi Gunadi dan Suwandi, 1989. Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi
Pemupukan Phospat pada Tanaman Bawang merah Kultivar Sumenep. Bul.
Penel. Hortikultura Lembang Vol. XVIII No.1. Pp. 67 - 73.
Norwood, C.A., 1999. Water Use and Yield of Dryland Row Crops as Effected by
Tillage. Agron. J. 91(1):108-115.
Prasodjo Soedomo, R., 1992. Uji Adaptasi dan Produksi di Luar Musim Kultivar
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) di Daerah Bogor. Bul. Penel.
Hortikultura Lembang Vol. XXI No. 4. Pp. 1-5.
Quantar S., RJ. Jones, and RK. Crookston, 1987. Effect of Water Defisit Grain
Filling on the Pattern of Maize Kernel Growth and Development.
Publication of the Crop Science Society of America. Crop Science Journal
27 : Pp. 728-735.
Rachmat Kartapradja dan Sartomo P.S., 1990. Percobaan Varietas Bawang merah
di Sukamandi. Bul. Penel. Hortikultura Lembang Vol. XVIII No. 2. Pp. 57-
60.
Salter P.J. and J.E. Goode ., 1967. Crop Responses to Water at Different Stages of
Growth. Commonwelth Agricultural Bureaux, Farnham Royal, Bucks,
England. Pp. 6-7 and 97-98.
Sumarna, A., 1992. Pengaruh Ketinggian dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Bawang merah (Allium ascalonicum L.). Bul.
Penel. Hortikultura Lembang Vol. XXIV No. 1. Pp. 6-15.
Syekhfani, 1997. Hara-Air-Tanah-Tanaman. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang. Pp. 73-80.
Traore, A. and J.W. Maranville., 1999. Nitrate Reductase Activity of Diverse Grain
Sorghum Genotypes and Its Relationship to Nitrogen Use Efficiency.
Agron. J. 91(5):863-869.
Witch, H.D.R., 1990. Onion and Allied Crops Vol. I Physiology of Crop Growth
and Building. Pp. 54-80.
25

12 40
y = -3.0214x2 + 22.979x - 6.7 35
Hasil Umbi Kering Panen (Ton/ha)

10 R2 = 0.9729

Effisiensi Penggunaan Air (%)


HUK 30
8 EPA
25

6 20
y = -0.7715x + 6.4437x - 2.0986
2
15
4 R2 = 0.9786
10
2
5

0 0
P0 (0) P1 (30) P2 (50) P3 (70) P4 (90)

Dosis (..Kg P2O5/ha)

Gambar 1. Grafik Hasil Berat Umbi Kering Panen (t/ha) dan Efisiensi
Penggunaan Air (%) Akibat Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk P

12 40
y = -10x2 + 43.2x - 10.4
Hasil Umbi Kering Panen (Ton/ha)

R2 = 1 35
10 EPA
Effisiensi Penggunaan Air (%)

HUK 30
8 y = -2.616x2 + 11.502x - 2.05
R2 = 1 25

6 20

15
4
10
2
5

0 0
W1(100) W2 (80) W3 (60)
Kapasitas Lapang (%)

Gambar 2. Grafik Berat Umbi Kering Panen (t/ha) dan Efisiensi Penggunaan
Air (%) Akibat Perlakuan Air/Kapasitas Lapang
26

14 0.045

y = -0.879x2 + 7.2034x - 2.029 0.04


12
Hasil Umbi Segar (Ton/ha)

R2 = 0.9748 0.035

Laju Pertumbuhan Relatif


10
LPR 0.03
HUS

(gr/gr/mgg)
8 0.025

6 0.02

0.015
4 y = -0.0032x2 + 0.0266x - 0.0156
R2 = 0.9851 0.01
2
0.005

0 0
P0 (0) P1 (30) P2 (50) P3 (70) P4 (90)

Dosis (..Kg P2O5/ha)

Gambar 3 : Grafik Hasil Berat Umbi Segar (t/ha) dan Laju Pertumbuhan Relatif
(g/g/mgg) Akibat Penggunaan Berbagai Dosis Pupuk P

14 0.045
y = -0.0166x2 + 0.072x - 0.0379 LPR 0.04
12 R2 = 1
Hasil Umbi Segar (Ton/ha)

0.035
Laju Pertumbuhan Relatif

y = -2.7385x2 + 12.203x - 1.791


10 HUS
R2 = 1
0.03
(gr/gr/mgg)

8 0.025

6 0.02

0.015
4
0.01
2
0.005

0 0
W1(100) W2 (80) W3 (60)

Kapasitas Lapang (%)

Gambar 4: Grafik Hasil Berat Umbi Segar (t/ha) dan Laju Pertumbuhan Relatif
(g/g/mgg) Akibat Perlakuan Air/Kapasitas Lapang
27

14 2,86 2,8
2,74
Hasil Umbi Kering Panen (Ton/Ha)

12 W2

W3
10 1,88

8 W1
1,9
6
BNT=0,034
4
W1: 100%KL
W2: 80%KL
2 W3: 60%KL

0
P0(0) P1(30) P2(50) P3(70) P4(90)
Dosis (..KgP2O5/ha)

Gambar 5. Hasil Umbi Kering Panen (Ton/Ha) akibat perlakuan Posphat dan Air
Pada Pengamatan Minggu ke 10 Setelah Tanam.

Tabel 1. Rata-rata Berat Umbi Segar/BUS (t/ha), Berat Umbi Kering Panen/BUKP
(t/ha), Berat Kering Umbi/BKU(g/pot), Berat Kering TotalTanaman/
BKTT(g/pot) dan Indek Panen/IP (%), Konsumsi Air Total/K.A.T (lt/pot),
Kadar Air Umbi/KAU(%),EfisiensiPenggunaan Air/EPA (%) 10 minggu
setelah tanam.

Perlak. BUS BUKP B.K.U. BKTT I.P K.A.T K.A.U E.P.A

P0 W1 2,520 n 2,270 I 13,44 o 28,68m 0,811 h 12,51 a 52,72 a 8f


P0 W2 6,652 l 5,120 g 17,27m 32,09 k 0,832 e 10,33 b 47,99 b 18 e
P0 W3 4,132m 3,720 h 15,58 n 31,34 l 0,823 f 11,46 c 44,36 c 11 f
P1 W1 7,241 k 5,810 f 19,10 l 38,48 j 0,821 f 12,27 b 43,81 c 23 d
P1 W2 9,331 I 8,630 d 24,94 d 50,56 c 0,845 d 10,08 f 38,36 d 36 b
P1 W3 8,377 j 7,210 e 21,91 h 44,38 g 0,836 e 11,09 d 33,54 f 28 c
P2 W1 9,540 h 8,690 d 19,89 i 41,36 h 0,892 c 10,43 e 38,81 d 29 c
P2 W2 14,90 a 13,00 a 25,86 a 52,70 a 0,930 a 7,728 h 34,98 e 41 a
P2 W3 12,97 d 11,21 c 22,81 e 46,77 d 0,909 b 9,220 g 31,09 g 36 b
P3 W1 9,342 I 8,710 d 19,61 j 41,25 i 0,893 c 10,46 e 38,78 d 28 c
P3 W2 13,45 c 12,80 b 25,63 b 52,67 a 0,927 a 7,736 h 34,76 e 40 a
P3 W3 12,63 f 11,22 c 22,72 f 46,68 e 0,910 b 9,270 g 31,00 g 36 b
P4 W1 9,720 g 8,700 d 19,36 k 41,24 i 0,891 c 10,49 e 38,88 d 26 cd
P4 W2 13,98 b 12,90ab 25,45 c 52,56 b 0,928 a 7,740 h 34,74 e 40 a
P4 W3 12,72 e 11,10 c 22,53 g 46,58 f 0,907 b 9,320 g 31,00 g 35 b
BNT 0,045 0,034 0,0218 0,033 0,0525 0,220 0,5505 0,37
0,05
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada tiap-tiap kolom
tidak berbeda nyata pada taraf uji (BNT) 0,05

You might also like