Professional Documents
Culture Documents
Tahukah anda dengan yang namanya Head Injury atau Trauma kepala?. Trauma kepala atau
disebut juga dengan cidera kepala sering terjadi ketika kepala anda terbentur dengan suatu benda
yang keras sehingga bisa menyebabkan pendarahan pada kepala anda. nah, di sini aku akan
memberikan materi tentang Konsep Head Injury kepada anda. yang aku bahas tentang konsep
trauma kepala ini meliputi: Definisi head Injury (Trauma kepala), Epidemiologi head Injury
( trauma kepala), Etiologi/penyebab Head Injury (trauma kepala), Respon terhadap cidera, Tipe
Cidera head injury, manifestasi klinis head injury (trauma kepala), mekanisme cidera pada head
injury, serta Kekacauan terkait cedera kepala. sebelum aku mebahas semuanya, aku akan mulai
mebahas dari definisi cidera kepala atau trauma kepala terlebih dahulu. langsung saja anda baca
di bawah ini mengenai “Konsep Head Injury”.
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi
& Rita Yuliani, 2001)
Head injury (cedera kepala) : trauma yang mengenai otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstitinal dalam substansi otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang
menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik,
fungsi tingkah laku, dan emosional.
Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak / otak
atau kulit seperti kontusio / memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi, dengan derajat
yang bervariasi tergantung pada luas daerah trauma.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian pada kelompok
usia 1-40 tahun. 1,5 juta penduduk setahunnya mengalami cedera tersebut. Puncaknya pada usia
15-24 tahun. Laki-laki mengalami cedera 2-3 kali lebih sering disbanding perempuan.
Cedera kepala dapat disebabkan oleh benturan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan
industry, kecelakaan olahraga, dll.
Kerusakan jaringan
Kontusio akibat benturan dapat mencederai sel-sel saraf dan serabut-serabut saraf yang dapat
menyebabkan perdarahan kecil yang akan merusak jaringan yang berdekatan.
Edema serebral
Edema terjadi akibat beberapa daerah dari otak tidak adekuat perfusi jaringannya, sehingga
timbul hiperkapnia yang mengakibatkan asidosis local dan vasodilatasi pembuluh darah.tidak
adekuatnya suplai oksigen dan glukosa lebih lanjut dapat mengakibatkan peningkatan edema dari
serebral, sehingga akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial dan akhirnya bisa
mengakibatkan herniasi otak dan kematian.
Kerusakan pada jaringan dapat menyebabkan perdarahan dan hematoma. Keduanya dapat
meningkatkan tekanan intracranial.
Respon lain
Respon lain yang dapat terjadi adalah iskemik, infark, nekrosis jaringan otak, serta kerusakan
terhadap saraf cranial dan struktur lainnya.
Pukulan pada tengkorak menyebabkan fraktur jika toleransi elastic dari tulang terlampaui.
Fraktur kepala dapat melukai jaringan pembuluh darah dan saraf-saraf dari otak, merobek
durameter yang mengakibatkan perembesan cairan serebrospinal, dimana dapat membuka suatu
jalan untuk terjadinya infeksi intrakranial. Adapun macam-macam dari fraktur tengkorak adalah
:
1. Fraktur Linear :
Retak biasa pada hubungan tulang dan tidak merubah hubungan dari kedua fragmen.
2. Comminuted Fraktur :
Patah tulang tengkorak dengan multipel fragmen dengan fraktur yang multi linear.
3. Depressed Fraktur :
4. Coumpound Fraktur :
Fraktur tengkorak yang meliputi laserasi dari kulit kepala, membran mukosa, sinus paranasal,
mata, dan telinga atau membran timpani.
Fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak, khususnya pada fossa anterior dan tengah. Fraktur
dapat dalam bentuk salah satu linear, comminuted atau depressed. Sering menyebabkan
rhinorrhea atau otorrhea.
Cidera Serebral
Gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan struktur otak, terjadi hilangnya
kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia, muntal, muntah, nyeri kepala.
Biasanya dapat kembali dalam bentuk normal.
Benturan menyebabkan perubahan dari struktur dari permukaan otak yang mengakibatkan
pendarahan dan kematian jaringan dengan atau tanpa edema. Hilangnya kesadaran lebih dari 10
menit.
3. Laserasio serebri :
Gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak
terbuka. Massa otak terkelupas keluar dari rongga kranial.
4. Hematoma Epidural :
Perdarahan yang menuju ke ruang antar tengkorak dan durameter akibat laserasi dari arteri
meningea media. Hematoma ini disebabkan oleh karena ruptur sebuah arteri meningen,biasanya
berkaitan dengan fraktur tengkorak.
5. Hematoma Subdural :
Kumpulan darah antara permukaan dalam durameter dan araknoidmeter. Hematoma ini
disebabkan oleh kerusakan vena penghubung (Bridging veins) yang berjalan dari permukaan
otak sinus dura.
6. Hematoma Intracerebral :
Perdarahan yang menuju ke jaringan serebral. Biasanya terjadi akibat cedera langsung dan sering
didapat pada lobus frontal atau temporal.
7. Hematoma Subarachnoid :
Saraf cranial yang rentan terhadap cedera dengan fraktur tengkoran adalah saraf olfaktorius,
optikus, okulomotorius, troklearis, cabang pertama dan kedua dari saraf trigeminalis, fasialis, dan
auditorius. Contohnya:
1. Hilangnya daya pengecap (hilangnya persepsi beraroma) timbul akibat pergeseran otak dan
robeknya filament saraf olfaktorius
2. Cedera saraf okulomotorius menyebabkan bola mata terdorong keluar denagn hilangnya
gerakan adduksi dan gerakan ventrikal dan dilatasi pupil terfiksasi.
Jika GCS (Skala Koma Glasgow) antara 15-13, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari
30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematoma.
Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai 24 jam, dapat disertai
fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
Jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau
adanya hematoma dan edema serebral.
b) Status kesadaran menurun – responsif hanya terhadap nyeri atau tidak responsif
e.1. Herniasi unkus: dilatasi pupil ipsilateral akibat kompresi nervus okulomotor
e.2. Herniasi sentral: kompresi batang otak menyebabkan bradikardi dan hipertensi
g) Kejang (selain Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma)
Fraktur tengkorak : Keluarnya cairan serebrospinalis atau cairan lain dari hidung
(rhinorrhoe) dan telinga (otorrhoe), kerusakan saraf kranial, dan perdarahan dibelakang
membran timfani.
Komosio serebri : Muntah tanpa nausea, nyeri pada lokasi cidera, mudah marah, lesu,
mual, hilang ingatan sementara, sakit kepala, pusing, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi.
Kontusio serebri : Perubahan tingkat kesadaran, lemah, sulit bebicara, hilang ingatan,
sakit kepala, demam di atas 370C, berkeringat banyak, aktifitas kejang, rhinorrhoe, dan
kelumpuhan saraf kranial.
Hematoma epidural : Hilang kesadaran, gangguan penglihatan, sakit kepala,
lemah/paralisis pada salah satu sisi, tekanan darah meningkat, denyut nadi menurun,
pernafasan menurun dengan pola yang tidak teratur.
Hematoma subdural akut/subakut : Sakit kepala, gangguan penglihatan, peningkatan TIK
(Tekanan Intrakranial), otot wajah melemah, hilang kesadaran. Hematoma subdural
kronik : Gangguan mental, sakit kepala hilaang timbul, gangguan penglihatan, perubahan
pola tidur.
Akselerasi
Jika benda bergerak membentur kepala yang diam, misalnya pada orang yang diam kemudian
dipukul atau telempar batu.
Deselerasi
Jika kepala bergerak membentur benda yang diam, misalnya pada saat kepala terbentur.
Deformitas
Perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat trauma, misalnya adanya fraktur
kepala, kompresi, ketegangan atau pemotongan pada jaringan otak.
Pada saat terjadinya deselerasi ada kemungkinan terjadi rotasi kepala sehingga dapat menambah
kerusakan. Mekanisme kerusakan kepala dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah dekat
benturan (Coup) dan kerusakan pada daerah yang berlawanan dengan benturan (Contra coup).
1. Faktor kardiovaskuler
2. Faktor Respiratori
Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru atau hipertensi paru
menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
Konsentrasi oksigen dan karbon dioksida mempengaruhi aliran darah. Bila PO2 rendah,
aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan terjadi
alkalosis yang menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF (cerebral
blood fluid).
Edema otak ini menyebabkan kematian otak (iskemik) dan tingginya tekanan intra
kranial (TIK) yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak atau medulla
oblongata.
3. Faktor metabolisme
Pada trauma kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitu
kecenderungan retensi natrium dan air dan hilangnya sejumlah nitrogen
Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap hipotalamus, yang
menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
Ginjal mengambil peran dalam proses hemodinamik ginjal untuk mengatasi retensi
natrium. Kemudian natrium keluar bersama urine, hal ini mempengaruhi hubungan
natrium pada serum dan adanya retensi natrium. Pada pasca hypotermia hilangnya
nitrogen yang berlebihan sama dengan respon metabolik terhadap cedera, karena adanya
cedera tubuh maka diperlukan energi untuk menangani perubahan seluruh sistem, tetapi
makanan yang masuk kurang sehingga terjadi penghancuran protein otot sebagai sumber
nitrogen utama, demikian pula respon hypothalamus terhadap cedera, maka akan terjadi
sekresi kortisol, hormon pertumbuhan dan produksi katekolamin dan prolaktin sehingga
terjadi asidosis metabolik karena adanya metabolisme anaerob glukosa
4. Faktor gastrointestinal
Trauma kepala juga mempengaruhi sistem gastrointestinal. Setelah trauma kepala (3 hari)
terdapat respon tubuh dengan merangsang aktivitas hipotalamus dan stimulus vagal. Hal
ini akan merangsang lambung menjadi hiperasiditas.
Hypothalamus merangsang anterior hypofise untuk mengeluarkan steroid adrenal. Hal ini
merupakan kompensasi tubuh dalam mengeluarkan kortikosteroid dalam menangani
oedema cerebral. Hyperacidium terjadi karena adanya peningkatan pengeluaran
katekolamin dalam menangani stres yang mempengaruhi produksi asam lambung.
5. Faktor psikologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, trauma kepala pada pasien
adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa yang timbul pascatrauma akan
mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan
penurunan kesadaran dan penurunan fungsi neurologis akan mempengaruhi psikososial
pasien dan keluarga.