You are on page 1of 15

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN,

SANDARAN DAN TROTOAR

1. Perhitungan Lantai Kendaraan


Direncanakan :
− Lebar lantai = 7 m
− Tebal lapisan aspal = 10 cm
− Tebal plat beton = 20 cm > 16,8 cm (AASTHO –LRFD)
− Jarak gelagar memanjang = 2,25 m
− Jarak gelagar melintang = 3,5 m
− Berat Jenis Aspal = 2,2 t/m3
− Berat Jenis Beton = 2,4 t/m 3
− Berat Jenis Air = 1 t/m3

400

25 225 225 225 225 25

15 100 700 100 15


1.1. Pembebanan lantai kendaraan
a. Muatan mati
− Berat sendiri plat lantai = 0,20 × 2,4 = 0,480 t/m2
− Berat lapisan aspal = 0,10 × 2,2 = 0,220 t/m2
2
− Berat air hujan = 0,05 × 1,0 = 0,050 t/m
2
qm = 0,750 t/m
b. Muatan hidup
Beban hidup yang bekerja pada lantai kendaraan adalah beban “T” yang
merupakan kendaraan truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar 10 ton.
Beban untuk jembatan kelas II diambil sebesar 70 % yaitu untuk jembatan
permanen.
Beban roda disebar merata pada lantai kendaraan berukuran (2,25 x 3,5)
m2 yaitu pada jarak antara gelagar memanjang dan gelagar melintang. Bidang
kontak roda untuk beban 70 % adalah (14 x 35) cm 2 (sumber: PPPJJR -1987,
hal:23). Besarnya T diambil 70 %, maka T = 70 % x 10 = 7 ton.
Penyebaran gaya terhadap lantai jembatan dengan sudut 450 dapat dilihat pada
gambar berikut:

P = 7T P = 7T

10

20

b2=35 cm a1=a2=14 cm

v u
Penyebaran Gaya :
Untuk potongan memanjang lantai :
u = a1 + 2 (1/2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 14 + 2 ( 1/2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 14 + 2 {(1/2 x 20) + 10)}
= 54 cm
Untuk potongan melintang lantai :
v = b2 + 2 (1/ 2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 35 + 2 ( 1/2 x tebal plat beton + tebal aspal)
= 35 + 2 {(1/2 x 20) + 10)}
= 75 cm

c. Muatan angin
Muatan angin merupakan muatan sekunder. Berdasarkan PPPJJR 1987,
tekanan angin diambil sebesar 150 kg/m2. Luas bidang muatan hidup yang
bertekanan angin ditetapkan setinggi 2 m di atas lantai kendaraan, sedangkan
jarak as roda kendaraan adalah 1,75 m.
Reaksi pada roda akibat angin (R) :

(jarak gelagar melintang) x (tinggi kendaraan) x (beban angin) x (1/ 2 x tinggi kendaraan)
R=
Jarak as roda
3,5 x 2 x 0,15 x 1
=
1,75
= 0,6 ton

W = 150 kg/m2
2m
1m

A B
1,75 m
Reaksi pada roda

Reaksi pada lantai


Atau muatan gaya angin dapat juga dicari dengan cara keseimbangan momen
berdasarkan gambar penyebaran beban pada kendaraan tersebut.
W = 150 kg/m2 × Jarak gelagar melintang × Tinggi kendaraan
= 150 kg/m2 × 3,5 × 2
= 1050 kg = 1,05 ton

RA? ? MB = 0 RB? ? MA = 0
- (W × 1) + (R A × 1,75) = 0 - (W × 1) + (RB × 1,75) = 0
1,75 RA = W 1,75 RB = W
1,75 RA = 1,05 1,75 RB = 1,05
RA = + 0,6 ton RB = + 0,6 ton
Jadi, reaksi pada roda akibat angin (R) adalah 0,6 ton.
Beban angin ini akan menyebar dengan beban hidup, sehingga pembebanan akibat
beban hidup + beban angin, adalah :
P = 7 + 0,6 = 7,6 ton

1.2. Pembebanan lantai trotoar


Direncanakan :
− Lebar lantai = 1 m
− Tebal lapisan aspal = 5 cm kg/m
− Tebal plat beton = 15 cm
− Berat Jenis Aspal = 2,2 t/m3
− Berat Jenis Beton = 2,4 t/m 3
− Berat Jenis Air = 1 t/m3

a. Muatan mati
− Berat sendiri plat lantai = 0,15 × 2,3 = 0,35 t/m 2
− Berat lapisan aspal = 0,05 × 2,2 = 0,11 t/m 2
2
− Berat air hujan = 0,05 × 1,0 = 0,05 t/m
2
qm = 0,51 t/m
b. Muatan hidup
Menurut PPPJJR 1987, muatan hidup untuk konstruksi trotoar
2
diperhitungkan sebesar 500 kg/m . Beban hidup ini disebarkan seluas : (lebar
trotoar x jarak gelagar melintang ).
Atau dapat ditulis sebagai berikut :
Beban hidup = 500 kg/m2 x 1 m x 3,5 m
= 500 kg/m2 x 3,5 m2
= 1750 kg
= 1,7 ton

Dari pembebanan lantai kendaraan dan trotoar dapat ditabelkan sebagai berikut :
Kondisi Pembebanan M.mati ( t/m2 ) M.hidup ( t )
I Lantai Kendaraan 0,75 7,6
II Lantai Trotoar 0,51 1,7

Dengan memperhatikan kedua pembebanan pada tabel tersebut, dapat


disimpulkan bahwa kondisi I lebih menentukan (karena bebannya besar), dimana:
Momen mati = 0,75 t/m 2
Momen hidup = 7,6 ton

1.3. Perhitungan momen


a. Momen akibat beban mati (berat sendiri)
Berat sendiri(qm) : 0,75 t/m 2

Ukuran plat : 2,25 m × 3 m


Diasumsikan plat bertumpu pada keempat tepinya.

Lx= 2,25 m Ly/Lx = 1,556

Ly = 3,5 m
Menurut SK SNI T – 15 – 1991 – 03, untuk berbagai keadaan tepi plat,
dimana masing-masing tepi plat tersebut dapat terletak bebas atau terjepit penuh.
Momen-momen di dalam plat dapat dihitung dengan peraturan tabel 4.2.b dari
buku Grafik & Tabel Perencanaan Beton Bertulang (Vis – Kusuma 1997).
MlX = 0,001 × q × lx2 × x x = 45,5
= 0,001 × 0,75 × (2,25) 2 × 45,5
= 0,118 tm
MlY = 0,001 × q × lx2 × x x = 17,5
= 0,001 × 0,75 × (2,25) × 17,5
2

= 0,072 tm
MtX = -0,001 × q × lx 2 × x x = 75
= -0,001 × 0,75 × (2,25)2 × 75
= -0,262 tm
Mty = -0,001 × q × lx2 × x x = 54,5
= -0,001 × 0,75 × (2,25)2 × 57
= -0,2164 tm

b. Momen akibat beban hidup dan beban angin


Dihitung berdasarkan PBI-1971 pasal 13.3.1, momen negatif rencana
harus dianggap menangkap pada bidang muka tumpuan persegi, dimana tumpuan-
tumpuan bulat atau dengan bentuk lain harus dianggap sebagai tumpuan bujur
sangkar dengan luas yang sama.

* Keadaan I
Plat menerima beban satu roda (di tengah plat)
a = 54 cm ; b = 75 cm
Sa
Lx = 2,25 m

Ly = 3,5 m

Beban berada di tengah-tengah diantara kedua tepi yang tidak ditumpu untuk :
Ly > 3 × r × Lx r = ½ (tumpuan jepit)
Ly > 3 × 1/2 × 2,25
3,5 > 3,375 (memenuhi)

Sehingga lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang lx (Sa) dicari:
a + r × Lx
Sa = × Ly
Ly + r × Lx
0,54 + 1/ 2 × (2,25)
= × 3,5
3,5 + 1 / 2 × (2,25)
= 1,211 m

Ø Momen arah bentang Lx :


Mo
Mlx =
Sa
Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok di atas dua tumpuan.
Mo = ¼ × P × Lx = ¼ . 7,6 × 2,25 = 4,275 tm
Sehingga :
Mo
Mlx =
Sa
4,275
=
1,211
= 3,53 tm/m
Ø Momen di arah bentang Ly (momen positif ) :
Ly < 2 × Lx
3,5 < 2 × 2,25
3,5 < 4,5
Sehingga :
Mlx 3,53
Mly = =
4.a 4 . 0,54
1+ 1+
Ly 3,5
= 2,1 tm/m

• Keadaan II :
Beban terpusat dua roda simetris terhadap sumbu plat.

Sa Sb
Lx = 2,25 m

0,46 0,54 1,5 0,54 0,46

Ly = 3,5 m
Momen akibat roda a :
untuk :
Ly > r × Lx r = ½ (tumpuan jepit)
3,5 > 1/2 × 2,25
3,5 > 1,125
sehingga :
Sa = 3/4 × a + 1/4 × r × Lx + v
= 3/4 × 0,54 + 1/4 × ½ × 2,25 + 0,46
= 0,405 + 0,152 + 0,46
= 1,017 m
Ø Momen arah bentang Lx :
Mo 4,275
Mlx = = = 4,2 tm/m
Sa 1,017
Ø Momen arah bentang Ly :
Mlx 4 ,2
Mly = = = 2,5 tm/m
4 .a 4.0,54
1+ 1+
Ly 3,5

Momen akibat roda b :


untuk :
Ly > r × Lx r = ½ (tumpuan jepit)
3,5 > 1/2 × 2,25
3,5 > 1,125
sehingga :
Sa = 3/4 × a + 1/4 × r × Lx + v
= 3/4 × 0,54 + 1/4 × ½ × 2,25 + 2,54
= 0,405 + 0,152 + 2,54
= 3,097 m
Ø Momen arah bentang Lx :
Mo 4,275
Mlx = = = 1,38 tm/m
Sa 3,097
Ø Momen arah bentang Ly :
Mlx 1,38
Mly = = = 0,78 tm/m
4 .a 4.0,54
1+ 1+
Ly 3,5

Dari perhitungan momen roda A dan B, dapat ditabelkan sebagai berikut:


Roda Mlx ( tm/m ) Mly ( tm/m )
A 4,2 2,5
B 1,38 0,78

Dari tabel tersebut dipilih roda A (diambil momen maksimum), yaitu:


Mlx = 4,2 tm/m
Mly = 2,5 tm/m

Kesimpulan:
1. Dengan memperhatikan kedua keadaan tersebut di atas dapat ditabelkan
sebagai berikut:
Keadaan Mlx ( tm/m ) Mly ( tm/m )
I 3,53 2,1
II 4,2 2,5

Jadi, da ri tabel dapat disimpulkan bahwa keadaan II lebih menentukan (karena


momennya besar), dimana:
Mlx = 4,2 tm/m
Mly = 2,5 tm/m
2. Momen yang terjadi seluruhnya pada plat lantai (akibat beban mati) + (beban
hidup + beban angin) adalah :
Mlx = 0,1180 + 4,2 = 4,318 tm = 43,318 kNm
Mly = 0,0720 + 2,5 = 2,572 tm = 25,72 kNm
Mtx = − 0,2620 tm = −2,62 kNm
Mty = − 0,2164 tm = −2,16 kNm
1.4. Perencanaan penulangan plat lantai kendaraan
Data perencana an :
- Mutu baja (fy) = 350 Mpa = 3500 kg/cm2
- Mutu beton (f’c) = 25 Mpa = 250 kg/cm2

Ukuran plat beton direncanakan :


- tebal plat beton (h) = 20 cm = 200 mm
- lebar plat beton dihitung tiap 1 m (b) = 100 cm = 1000 mm
- diameter tulangan (D) = 18 mm
- selimut beton (d’) = 5 cm = 50 mm

Tinggi efektif d untuk arah x :


dx = h − P − 1/2 Θ dx = 200 – 50 – 0,5(18) = 141 mm = 0,141 m
Tinggi efektif d untuk arah y :
dy = h − P − Θ dx − 1/2 Θ dy = 200 – 50 – 18– 0,5(18) = 123 mm = 0,123 m

Mu = 43,18 kNm
Mu 43,18
k= = = 2715 kNm2
φbd 2
0 ,8.1 .(0,141 ) 2
Dari tabel A – 22 pada buku Struktur Beton Bertulang (Istimawan), sesuai dengan
SK - SNI T – 1991 – 03 didapatkan :
ρ min = 0,0042
ρ max = 0,0255
Berdasarkan hasil interpolasi didapatkan nilai ρ = 0,0082
As perlu = ρ.b.d = 0,0085 .1000. 0,141 = 1160,5 mm2
Berdasarkan Tabel A -5 didapatkan tulangan yang dipakai sesuai dengan As perlu,
jadi digunakan tulangan ∅ 18-200 (As = 1272,3 mm2).
Untuk perencanaan penulangan plat lantai yang lain dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Mu Mu/∅.bd2 As perlu Tulangan


Momen 2
ρ ρ min 2
(kNm) (kNm ) (mm ) Dipakai

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

ML X 43,18 2715 0,0085 0,0040 1156,2 ∅ 18-200


ML Y 25,72 1618 0,005 0,0040 660 ∅ 18-350
MtX 2,62 164,730 - 0,0040 564 ∅ 18-450

MtY 2,16 135,000 - 0,0040 564 ∅ 18-450

1.5. Perhitungan Sandaran Jembatan


Data perencanaan :
− Jarak tiang sandaran : 1,75 m
− Tinggi sandaran (dari trotoar) : 0,90 m
− Profil sandaran : Profil Baja Bulat ? 48,6 dengan t = 3,2
− Profil tiang sandaran : Profil Baja Bulat ? 89,1 dengan t = 3,2
− Beban horizontal (PPPJJR – 1987) : 100 kg/m

1,75 m

Tiang Sandaran
0,9 m
Sandaran Mendatar
Lantai Trotoar
1.5.1. Pembebanan
a. Sandaran mendatar (railing)
Sandaran direncanakan dibuat dari Profil Baja Bulat ? 48,6 dengan t = 3,2 dan
datanya sebagai berikut :
− q = 3,58 kg/m
− Wx = 4,86 cm3
Pembebanan :
− Berat sendiri profil = 3,58 kg/m
− Beban muatan hidup = 100,00 kg (Beban orang yang bersandar)
Momen yang timbul :
Mx = 1/8 × q × L2 + ¼ × P × L
= 1/8 × 3,58 × 1,752 + ¼ × 100 × 1,75
= 1,79 + 50
= 45,12 kgm
= 4512 kgcm
My = 1/8 × q × L 2
= 1/8 × 100 × 1,752
= 38,28 kgm
= 3828 kgcm
Karena Mx > My, maka digunakan nilai Mx = 4512 kgcm
Tegangan yang timbul :
Mx
σytb =
Wx
4512
=
4,86
= 928,4 kg/cm2 < σ = 1933 kg/cm2 . . . . (aman)
Dengan demikian Profil B aja Bulat ? 48,6 dengan t = 3,2 dapat digunakan
sebagai sandaran mendatar.

b. Tiang sandaran (railing fast)


Tiang sandaran direncanakan dari Profil Baja Bulat ? 89,1 dengan t = 3,2.
Tinggi tiang sandaran dari plat lantai kendaraan = tinggi tiang sandaran + tebal
aspal trotoar + tebal beton trotoar + tebal plat beton lantai
= 90 + 5 + 15 + 20
= 130 cm
= 1,30 m

Direncanakan menggunakan Profil Baja Bulat ? 89,1 dengan t = 3,2


sebagai tiang sandaran, dengan data sebagai berikut :
− q = 6,78 kg/m - F = 8,636 cm2
− Wx = 17,9 cm3 - ix = 3,04 cm
3
− Wn = 17,9 cm - imin = 3,04 cm
Mutu baja Bj – 41 dengan σ = 1600 kg/cm2
Pembebanan vertikal :
− Berat sendiri profil = 1,30 . 6,78 = 8,814 kg
− Sandaran mendatar = 1,75 . 3,58 = 6,265 kg
− Beban muatan hidup = 100,00 kg
P = 115,08 kg

Menurut PPPJJR – 1987, pasal 1 ayat 2.5.c, halaman 10, selain beban
vertikal, bekerja pula beban horizontal sebesar 100 kg/m dengan titik tangkap 90
cm dari lantai trotoar.
Besar gaya horizontal pada tiang sandaran :
P H = 100 kg/m x 1,75 m = 175 kg
H Momen yang timbul :

90 M = 175 kg x 90 cm
= 15750 kg.cm

Kontrol tegangan :
Lk = 1,75 x 90 = 157,5 cm
lk 1,75 × 90
λ = = = 51,81
i min 3,04
Dari tabel didapat faktor tekuk :
λ = 51,81 à ω = 1,311
Tegangan yang timbul :
P M
σytb = ×? +
Fbr Wn
115,08 15750
= × 1,311 +
8,636 17,90
= 894,96 kg/cm2 < σtk// = 1600 kg/cm 2 . . . .. (aman)

Jadi untuk tiang sandaran dapat dipakai Profil Baja Bulat ? 89,1 dengan t = 3,2 .

You might also like