You are on page 1of 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Sistem reproduksi adalah kemampuan manusia untuk memperoleh
keturunan (beranak),sehingga sistem reproduksi adalah organ-organ
yang berhubungan dengan masalah seksualitas.

Reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya


secara internal (di dalam tubuh) oleh karena itu memiliki alat-alat
reproduksi yang mendukung fungsi tersebut.

II. Organ-organ Penyusun Sistem Reproduksi Manusia

2.1. Sistem reproduksi pada pria

2.1.1. Testis ( buah zakar )


Jumlah 1 pasang, terdapat dalam kantong pelindung yang disebut
skrotum dan terletak di luar dan di bawah rongga pelvis.

1
Testis berfungsi menghasilkan hormon testosteron dan sel kelamin
jantan (spermatozoa). Hormon testosteron berfungsi untuk
menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder pada pria, di
antaranya: tumbuhnya kumis, suara membesar, dada tumbuh
bidang dan lain-lain.

2.1.2. Saluran reproduksi

2.1.2.1. Epididimis
merupakan tempat pendewasaan (pematangan) dan penyimpanan
sperma. Epididimis berupa saluran yang berkelok-kelok
yang terdapat di dalam skrotum.

2.1.2.2. Vas deferens (saluran sperma)


merupakan kelanjutan dari saluran epididimis, berfungsi
menyalurkan sperma ke uretra.

2.1.2.3. Uretra
kelanjutan dari vas deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma
keluar dan merupakan saluran urine dari kandung kemih menuju
ke luar.

2.1.3. Penis
Merupakan alat kelamin luar, berfungsi untuk alat kopulasi, yaitu
untuk memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi pada
wanita.

2.1.4. kelenjar yang terdapat pada pria

2.1.4.1. Vesika seminalis


Kelenjar ini menghasilkan cairan yang pekat berwarna kuning,
mengandung makanan yang merupakan sumber energi untuk
pergerakan sperma.

2.1.4.2. Kelenjar prostat


Merupakan kelenjar penghasil semen terbesar, bersifat encer dan
berwarna putih, berisi makanan untuk sperma.

2
2.1.4.3. Kelenjar bulbourethralis
Kelenjar ini terdapat di sepanjang uretra, berfungsi mensekresi

cairan lendir bening yang menetralkan cairan urine yang bersifat


asam yang tertinggal pada uretra.

2.2 Sistem reproduksi pada wanita

2.1.2. Ovarium (indung telur)


Jumlahnya 1 pasang, terletak di dalam rongga perut, berfungsi
untuk pembentukan sel telur dan menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron.
Pembentukan sel telur terjadi melalui pembentukan folikel.
Hormon estrogen berfungsi untuk menimbulkan tanda-tanda
kelamin sekunder pada wanita, di antaranya: payudara membesar,
suara semakin tinggi, kulit semakin halus, panggul membesar dan
lain-lain.

2.1.3. Saluran reproduksi

terdiri atas:

2.1.3.1. 1 pasang corong infundibulum, berfungsi untuk


menangkap sel telur dari ovarium.

2.1.3.2. 1 pasang tuba falopii atau oviduk, merupakan saluran


telur, berfungsi sebagai tempat terjadinya fertilisasi (pembuahan).

3
2.1.3.3. Uterus (rahim), berfungsi sebagai tempat perkembangan
dan pertumbuhan janin.

2.1.3.4. Vagina, organ untuk kopulasi dan melahirkan.

2.1.3.5. Alat kelamin luar, umumnya dinamakan vulva, terdiri


atas labia mayora, labia minora dan klitoris.

III. Pencegahan masalah pada sistem reproduksi


Untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga
tahap pencegahan

3.1. Pencegahan primer


dilakukan pada masa individu belum menderita sakit ,upaya yang
dilakukan ialah:

3.1.1. Promosi kesehatan/health promotion


yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap masalah kesehatan.
Misal :
1. higiene perorangan
2. strategi untuk mendeteksi dan mencegah
penyakit terutama PHS,HIV
3. isu-isu yang berhubungan dengan seksualitas
dan fungsi seksual ( seperti kontrasepsi, perawatan pra
konsepsi, prenatal , pasca natal dan menopause).

3.1.2. Perlindungan khusus (specific protection)


upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit tertentu.
misalnya :
1. melakukan imunisasi
2. peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik
3. menanggulangi stress dan lain-lain.

4
3.2. Pencegahan sekunder
dilakukan pada masa individu mulai sakit

3.2.1. Diagnosa dini (early diagnosis )dan pengobatan segera

( prompt treatment)

tujuan utama dari tindakan ini ialah


3.2.1.1. Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini
merupakan penyakit menular .

3.2.1.2. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,


menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi
dan cacat.

3.2.2. Pembatasan cacat (disability limitation)


pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk
mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan
terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.

3.3. Pencegahan tersier

3.3.1. Rehabilitasi
pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat
berfungsi secara optimal secara fisik, mental dan sosial.

5
IV. Masalah – masalah system reproduksi manusia
4.1. Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
4.1.1.Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan
oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
testoteron.
Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak
adanya tanda- tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan
dengan terapi hormon.

4.1.2. Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis
untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu
bayi.
Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika
belum turun juga, dilakukan pembedahan.

4.1.3. Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada
penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering
menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis,
Ureplasma urealyticum atau virus herpes.

4.1.4. Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat. Penyebabnya dapat berupa
bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan bakteri.

4.1.5. Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran
reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli
dan Chlamydia.

4.1.6. Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh
virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertiliti.
6
4.2. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
4.2.1. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu amenore primer dan amenore sekunder.

4.2.1.1. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi


sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual.

4.2.1.2. Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi


selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami
siklus menstruasi.

4.2.2. Kanker genitalia


Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks
dan ovarium.

4.2.3. Kanker vagina


Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan
terjadi karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus.
Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.

4.2.4. Kanker serviks


Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh
di seluruh lapisan epitel serviks.
Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk,
ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.

4.2.5. Kanker ovarium


Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas.
Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran
pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal.
Penanganan dapat dilakukan dgn. pembedahan dan kemoterapi.

4.2.6. Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium
terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium,
oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru.
Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit
dan nyeri pada masa menstruasi.
7
Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit
terjadi kehamilan.
Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi atau bedah laser.

4.2.7. Infeksi vagina


Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-
gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif.
Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila
suami terkena infeksi jamur atau bakteri.

4.3. PENYAKIT MENULAR LEWAT HUBUNGAN SEKSUAL


Penyakit menular seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan
dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual .
Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal.
Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius
bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan
pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.

4.3.1. Tanda dan gejala PMS


Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar
tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan.

Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:


Berupa bintil-bintil berisi cairan
Lecet atau borok pada penis/alat kelamin
Luka tidak sakit
Keras dan berwarna merah pada alat kelamin
Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam
Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
Rasa sakit yang hebat pada saat kencing
Kencing nanah atau darah yang berbau busuk
Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian
berubah menjadi borok.

8
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering
kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara
lain:
Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
Rasa nyeri pada perut bagian bawah
Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin

Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal


dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual
Bintil - bintil berisi cairan
Lecet atau borok pada alat kelamin.

4.3.2. Cara menghindarkan diri dari PMS

4.3.2.1. Bagi remaja yang belum menikah, cara yang paling ampuh
adalah tidak melakukan hubungan seksual.

4.3.2.2. saling setia bagi pasangan yang sudah menikah, hindari


hubungan seksual yang tidak aman atau berisiko, selalu
menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS, selalu
menjaga kebersihan alat kelamin.

4.3.3. Jenis-jenis PMS.


Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS.
Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah:

9
4.3.3.1. Sifilis (raja singa)

Sifilis adalah suatu penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri


Treponema pallidum, bentuknya sangat kecil.
Bakteri tersebut umumnya hidup di mukosa (saluran) genetalia,
rektum, dan mulut yang hangat dan basah.
Bakteri penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang
yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin)
maupun oro-genital (seks oral).
Sifilis tidak ditularkan tanpa hubungan seksual, apalagi melalui
benda mati seperti misalnya bangku, tempat duduk toilet, handuk,
gelas, atau benda-benda lain yang bekas digunakan atau dipakai
oleh pengindap.
Sifilis merupakan penyakit kronis yang berkembang lewat beberapa
stadium yaitu :
Sifilis primer
Tanda klinis yang pertama muncul adalah :
1. Tukak, dapat terjadi di mana saja di daerah genitalia eksterna
3 minggu setelah kontak. Jumlah tukak biasanya hanya satu,
meskipun dapat juga multipel.
2. Lesi dapat khas, akan tetapi dapat juga tidak khas.
Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba
keras karena terdapat indurasi, Permukaan dapat tertutup krusta
dan terjadi ulserasi.
10
Sifilis sekunder
1.Sifilis sekunder, berupa berbagai ruam pada kulit, selaput lendir,
dan organ tubuh.
2. Dapat disertai demam, malaise.

Sifilis Laten
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi
pemeriksaan serologis reaktif.
Dalam perjalanan penyakit sifilis selalu melalui tingkat laten, selama
bertahun-tahun atau seumur hidup.
Diagnosis sifilis laten ditegakkan setelah diperoleh anamnesis yang
jelas, hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya kelainan
yang awal mulanya di sebabkan oleh sifilis.

Sifilis lanjut
Sifilis lanjut berupa endorteritis obliterans pada bagian ujung arteriol
dan pembuluh darah kecil yang menyebabkan peradangan dan
nekrosis.
Kutil kelamin.
Herpes kelamin
Klamidia
4.3.3.2. Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan
oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan
seksual dan sering menyerang saluran kencing bagian bawah pada
wanita.
Masa tunas Trichomonas vaginalis sulit untuk dipastikan, tetapi
diperkirakan berkisar antara 3 sampai 28 hari.
Pada wanita sering tidak menunjukkan keluhan maupun gejala sama
sekali.

Bila ada keluhan biasanya:


1. Berupa lendir vagina yang banyak dan berbau.
Lendir vagina yang klasik berwarna kehijauan dan berbusa,
biasanya hanya ditemukan pada 10 – 30% penderita.
2.Lendir vagina sering menimbulkan rasa gatal dan perih pada
vulva serta kulit sekitarnya.
3. Pendarahan setelah melakukan hubungan kelamin(tdk. selalu)
4. perdarahan diantara menstruasi.
11
Pada pemeriksaan fisik terdapat
1. Vaginitis akut, tampak edema dan eritema pada labium
2. Terasa nyeri
3. Pada vulva dan paha bagian atas kadang-kadang ditemukan
abses-abses kecil dan maserasi yang disebabkan oleh fermen
proteolitik dalam tubuh.
4.3.3.3. Kandidiasis vagina
Kandidiasis adalah infeksi saluran kelamin yang disebabkan oleh
Candida albicans dan ragi (Yeast) lain dari genus kandida.
Infeksi biasanya bersifat local. Selain pada vulva atau vagina, juga
pada hidung, mulut, tenggorok, usus, dan kulit.
Candida adalah mikroorganisme oportunis, dapat dijumpai di
seluruh badan, terutama dalam mulut, kolon, kuku, vagina, dan
saluran anorektal.
Gejala yang biasanya muncul adalah:
1. Keluhan panas, rasa gatal
2. Iritasi pada vulva dan keputihan biasa banyak, putih keju atau
seperti kepala susu atau krim yang tidak berbau , atau berbau
asam (masam).
Pada pemeriksaan fisik terdapat;
1. vulvitis, dengan eritema dan edema vulva
2. fisura perineal, pseudomembran dan lesi satelit papulopustular
disekitarnya.
3. Pada dinding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju.

4.3.3.4. Gonorhoe
Gonore (GO) adalah penyakit menular seksual (PMS), yang
disebabkan oleh kuman yang bernama Neisseria gonorrhoaea yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus bagian
bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata (Gonorhoaea
Conjugtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul
dan gangguan reproduksi.

12
Penularan penyakit gonore (GO) yang lazimnya terjadi,
adalah dengan melakukan hubungan seks ataupun dengan
variasinya antara lain: oral seks (terjadinya faringitis GO), anal-
seks (terjadinya proktitis GO) juga terjadinya gonoblenorrhoea
pada mata bayi yang baru lahir dari ibu-ibu yang menderita GO
ataupun terjadinya kolpitis GO pada bayi atau anak wanita karena
orang tua atau pengasuh yang merawat sehariharinya menderita
GO adalah merupakan cara penularan lain yang dapat terjadi
karena hidup yang tidak higienis.

Ciri-ciri orang yang terkena gonore adalah:


1. apabila pria, ia akan merasa panas ketika buang air kecil
(kencing), dan bila diamati, ternyata setelah mengeluarkan air
seni, dari ujung alat kelaminnya akan terlihat adanya nanah
yang ikut terbawa keluar juga menyebabkan merah dan
bengkak pada ujung alat kelamin kaum pria
2. Pada wanita gonore umumnya tidak menimbulkan rasa panas
atau sakit, terkecuali jika ia terjangkit penyakit keputihan
dengan gejala keluarnya semacam lendir atau cairan kuning
kehijau-hijauan (semacam nanah), dalam jumlah yang cukup
banyak. juga menyebabkan merah dan bengkak di sekeliling
vagina (liang senggama) kaum wanita yang terinfeksi gonore.

4.3.3.5. HIV/AIDS
Tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS
1. Penurunan berat badan sehingga 10% yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. puncaknya batuk yang kronik dan berterusan
3. Demam yang berpanjangan.
Demam ini berlaku secara berkala ataupun berterusan
4.Pembengkakan nodus limfa terutamanya di leher, ketiak dan
selakangan.
5.Terserang herpes zoster yang berulang-ulang.
Herpes zoster merupakan infeksi saraf oleh virus yang
dicirikan oleh kehadiran lepuhan pada kulit.
6.Kandidiasis di mulut dan tekak.
7.Kandidiasis merupakan sejenis penyakit yang disebabkan oleh
sejenis kulat (fungus).
13

Cara menghindar dari HIV/AIDS?


1. Lebih aman berhubungan seks dengan pasangan tetap
(tidak berganti-ganti pasangan seksual).
2. Hindari hubungan seks di luar nikah
3. Sedapat mungkin menghindari tranfusi darah yang tidak jelas
asalnya
4. Menggunakan alat-alat medis dan non media yang terjamin
streril.

4.3.4. Pengobatan PMS


Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak
bisa diobati secara tuntas seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin.
Jika kita terkena PMS, satu-satunya cara adalah:
1. Berobat ke dokter atau tenaga kesehatan.
2. Jangan mengobati diri sendiri.
3. Selain itu, pasangan kita juga harus diobati agar tidak saling
menularkan kembali penyakit tersebut.

4.3.5. Mitos-mitos seputar PMS.


Perlu diketahui bahwa PMS tidak dapat dicegah hanya dgn:
1. Memilih pasangan yang kelihatan bersih penampilannya.
2. Mencuci alat kelamin setelah berhubungan seksual
3. Minum jamu-jamuan
4. Minum antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seks.
14

4.3.6. Hygiene Menstruasi


Higiene menstruasi adalah semua kondisi atau praktik terhadap
menstruasi yang mempengaruhi kesehatan individu. Akibat tidak
higiene selama menstruasi, dapat timbul penyakit - penyakit yang
berkaitan dengan infeksi alat - alat reproduksi seperti :
1. Candidosis
2. Vaginitis
3. Trichomoniasis
4. Leukoreapedikulosis
5. Toxic Syok Syndrome (TSS).
Semakin positif sikap terhadap higiene menstruasi maka higiene
menstruasinya semakin baik.
Semakin sering para perempuan mendapatkan informasi dari orang
tua, teman sebaya, media masa, tentang menstruasi maka praktik
higiene menstruasinya pun akan lebih baik pula .
4.4. Empat tahapan kegiatan kesehatan masyarakat
4.4.1. Surveillance
4.4.1.1. Identifikasi masalah
4.4.1.2. Apa masalahnya
4.4.1.3. Kapan terjadinya
4.4.1.4. Dimana, siapa penderitanya
4.4.1.5. Bagaimana terjadinya
4.4.1.6. Kapan hal itu terjadi
4.4.1.7. Apakah ada kaitannya dengan musim atau periode
tertentu.

4.4.2. Identifikasi faktor resiko (mengapa hal itu terjadi)


4.4.2.1. Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu
4.4.2.2. Faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko)
4.4.2.3. Faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).

4.4.3. Evaluasi intervensi (Apa yang berhasil dilakukan )


Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang
4.4.3.1. Upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
masalah .

15

4.4.3.2. Menanggulangi dengan segera penderita dan


melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan
untuk menolong korban .

4.4.3.3. Menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan


menanggulangi masalah

4.4.4. Implementasi dalam skala besar


(Bagaimana memperluas intervensi yang efektif)
Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya
4.4.4.1. Bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai
tempat , settingnya
4.4.4.2. Bagaimana mengembangkan sumber daya untuk
melaksanakannya.
16

You might also like