Professional Documents
Culture Documents
Memiliki ukuran yang sama dengan ukuran sel darah manusia. Satu sel
terpisahkan dengan baik tanaman ini dengan inti selnya serta bergizi lengkap dan
Domain : Eukaryota
Kingdom : Plantae
Division : Chlorophyta
Class : Trebouxiophyceae
Order : Chlorellales
Family : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Species : C. vulgaris
Gambar 2. C. vulgaris
(Sumber : Shikano et al., 1990)
9
2
dapat hidup di tanah sebagai kontaminan umum pada air yang tergenang dalam
waktu yang lama (Bold dan Wynne, 1985). Struktur sel C. vulgaris terdiri dari
sebuah nukleus (inti), dense body (badan golgi), kloroplas, pirenoid, mitokondria
dan starch (pati). Struktur sel C. vulgaris dapat dilihat pada gambar 2.
Keterangan :
Chl = Kloroplas
Py = Pirenoid
M = Mitokondria
St = Starch (pati)
kandungan klorofil (hijau daun) unik dan jauh berbeda dengan klorofil pada jasad
lainnya; dinding sel yang tersusun dari sellulosa, hemiselulosa dan lignin;
tertinggi di banding makhluk hidup lainnya; dan adanya Chlorella Growth Factor
(CGF) yang bersifat khusus dan hanya ada di Genus Chlorella (Suhanda, 2007).
3
protein sekitar 60%, setara dengan protein daging atau 1,5 kali protein kedelai.
Kandungan karbohidratnya sekitar 20%, dan lemaknya 11% dimana asam lemak
tak jenuh berbanding asam lemak jenuh sama dengan 4 berbanding 1. Komposisi
mineral, nutrien, dan kondisi lingkungan yang sesuai. Faktor utama yang paling
a. Unsur hara
Pertumbuhan alga dipengaruhi oleh nitrat dan phosfat. Sebagian besar alga
menggunakan NO3 sebagai sumber nitrogen (Mara, 1976). Sebagian besar alga
4
menggunakan phosfat bervariasi antara 8,9 – 17,8 mg/ptlt dan konsekuensi yang
pertumbuhan alga seperti: S, P dan K sehingga alga dapat tumbuh subur. Tetapi
unsur hara disini ada yang berbentuk sebagai kompleks organik sehingga harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk anorganik yang dapat diserap seperti
NO2, NH3, SO4 dan lain-lain. Oksidasi ini dilakukan oleh aktivitas simbiosis alga
dan bakteri. Oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi pada lapisan aerob
diperoleh melalui reaerasi pada permukaan air tetapi sebagian besar diperoleh dari
hasil fotosintesis alga yang tumbuh secara alami pada kolam jika terdapat sinar
sebagai sumber karbon utama untuk sintesis sel baru dan melepaskan oksigen
salinitas 15 ppm, dan hampir tidak tumbuh pada salinitas 0 ppm dan 60 ppm
(Angka, 1976).
Kisaran pH media yang baik seperti yang dikemukakan oleh Round (1973),
pH yang berkisar antara 7,0 – 8,0 cukup baik digunakan dalam kultur alga di
5
EDTA (Ethyl Diamina Tetra Acetat) ke dalam media, karena EDTA dapat
Oleh karena itu tersedianya CO2 dalam jumlah yang cukup dalam media akan
konsentrasi unsur hara dalam media dapat menyebar rata, selain itu juga dapat
a. Suhu
C. vulgaris tumbuh baik pada suhu 20°C, tetapi tumbuh lambat pada
suhu 32°C. Tumbuh sangat baik sekitar 20 – 23°C (Hirata et al., 1981).
C. vulgaris tahan hidup pada kisaran suhu 5 – 35°C, namun suhu optimum
spesies dari C. vulgaris yang mempunyai toleransi terhadap suhu, tumbuh paling
baik dan aktif pada suhu 35 – 40°C dan dapat menahan suhu sampai 42°C
(Sorokin, 1957).
b. Cahaya
cahaya yang baik bagi mikroalga untuk melakukan fotosintesis berkisar antara 2 –
3 kilo lux. Cahaya matahari yang diperlukan oleh miktoalga dapat diganti dengan
c. Agitasi
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Schunack et. al., 1990 dalam
Efendi, 2006).
aktif melawan bakteri dan fungi serta melawan organisme lainnya untuk menjaga
agar permukaannya bebas dari epifit, serta lingkungannya bebas dari kompetisi
algisidal, antitoksin, serta bahan aktif untuk industri di dalam farmasi, dan pemacu
koliform mati dengan cepat, hal ini membuktikan bahwa mikroalga memproduksi
senyawa antibakteri (Fogg, 1975). Ditambahkan oleh Pelczar dan Chan (1988),
Alga dapat menghasilkan substansi toksik bagi alga itu sendiri karena
C. vulgaris dan Nitzchia palea dalam kultur tidak murni (Fogg, 1975).
kerjanya memiliki dua sifat, yaitu zat yang hanya menghambat pertumbuhan
Beberapa kelompok utama bahan antimikroba kimiawi terdiri dari fenol dan
Menurut Jawetz et. al., (1996), mekanisme kerja antibakteri dibagi menjadi
antimikroba maka makromolekul dan ion akan lolos dari sel dan terjadilah
mRNA pada “daerah pengenalan” ribosom yang mengakibatkan asam amino yang
berfungsi.
melalui ikatan kuat pada polymerase RNA yang bergantung DNA bakteri.
Bakteri adalah sel prokariot yang khas dan bersifat uniselular. Sel bakteri
berdiameter antara 0,5 sampai 1,0 µm, panjang 1,5 sampai 2,5 µm. Bakteri
dibedakan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif berdasarkan perbedaan
pada komposisi dan struktur dinding selnya (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri gram negatif mempunyai struktur dinding sel yang tipis berkisar
10-15 nm dan berlapis tiga (multi). Komposisi dinding sel bakteri gram negatif
ini terdiri dari lipid dan peptidoglikan. Konsentrasi lipid pada dinding sel bakteri
gram negatif berkisar antara 11% sampai 22%. Peptidoglikan berada di dalam
lapisan kaku sebelah dalam dengan jumlah sekitar 10% dari berat kering sel.
Bakteri gram negatif umumnya kurang rentan terhadap penisilin, kurang resisten
Bakteri gram positif mempunyai struktur dinding sel yang tebal antara 15
sampai 80 µm dan berlapis tunggal. Komposisi dinding sel terdiri dari lipid,
peptidoglikan dan asam tekoat. Konsentrasi lipid pada dinding sel bakteri gram
positif antara 1 sampai 4%. Bakteri gram positif lebih rentan terhadap penisilin
dalam saluran pencernaan hewan dan manusia berukuran panjang 2,0-6,0 µm dan
10
lebar 1,1-1,5 µm. Suhu optimum untuk pertumbuhan 10-40 oC dengan suhu
Bakteri E. coli berbentuk batang dengan panjang 1-3 µm dan lebar 0,4-0,7
µm, termasuk golongan bakteri gram negatif, dan beberapa strainnya ada yang
berbentuk kapsul. Bakteri ini tumbuh baik pada media yang umum digunakan
untuk isolasi kuman enterik. E. coli mampu tumbuh dalam rentang suhu 8-46°C
dan tumbuh optimum pada suhu 37°C. oleh karena tumbuh pada rentang toleransi
suhu yang luas, bakteri ini termasuk dalam golongan bakteri euternik
(Dwidjoseputro, 1987).
11
Sekitar 3 × 10 (atau sekitar 300 milyar) sel bakteri E. coli terkandung dalam 100
– 500 gram tinja yang dihasilkan oleh manusia setiap harinya (Suriawiria, 1993).
dalam usus besar manusia, akan tetapi dalam kondisi yang tidak normal bakteri ini
hanya menyebabkan infeksi pada usus yang selanjutnya dapat menyebabkan diare
Berbentuk batang, gram negatif, berukuran 2 sampai 4µm x 0,6 µm, bergerak
11
peritrik. S. typhi bersifat aerob dan anerob fakultatif, suhu optimum untuk
mudah dalam media yang sederhana, tetapi hampir tidak dapat memfermentasikan
laktosa dan sukrosa. S. typhi membentuk asam dan kadangkala gas dari fermentasi
glukosa dan mannosa. S. typhi tidak menghidrolisis urea dan membentuk H2S.
Kuman ini bertahan dari pendinginan dalam waktu yang lama. S. typhi peka
terhadap kloramfenikol, tetapi resistan pada beberapa bahan kimia (contoh hijau
bakteri usus.
Sifat Khusus S. typhi adalah bakteri gram negatif yang termasuk family dari
beberapa antibiotik. Ada 107 strain dari mikroorganisme ini yang telah berhasil
metabolisme, level virulensi, dan prevalensi dari gen yang mengkode multi drug
menanam pada media Mac Conkey dan EMB (Eosin Metilena Biru) agar, dan
menghasilkan asam tanpa menghasilkan gas saat ditanam di media TSI (Triple
Sugar Iron), yang mana media ini sering digunakan untuk membedakan S. typhi
penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh S. typhi disebut
perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh S. typhi. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan
demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki
keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi S. typhi
dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang
lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.
Penularan terjadi melalui mulut, yaitu melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi kuman S. typhi. Kuman ini masuk ke dalam tubuh melalui jaringan
getah bening faring. Di dalam usus kuman ini melekatkan diri pada sel-sel epitel
villi usus. Kuman-kuman ini difagosit oleh leukosit tembereng (polimorf) atau
makrofag, lalu memasuki kelenjar getah bening usus dan berkembang biak di
pada hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, kelenjar getah bening, paru-
paru, ginjal dan lain-lain. Pada alat-alat tubuh ini kuman tersebut berkembang
biak lebih lanjut. Jadi pada saat terjadi bakteremia mulailah timbul gejala-gejala.
getah bening usus halus. Kelainan-kelainan pada usus menjadi tukak dan berdarah
gejala-gejala toksis misalnya sakit kepala, tidak nafsu makan, demam yang
sampai 14 hari. Gambaran yang khas ialah demam yang kurvanya seperti anak
tangga, limpa teraba membesar, dan bintik-bintik merah (rose spots) yang hilang
jika ditekan dan timbul pada minggu sakit ke-2 dan ke-3.
S. aureus merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur.
koloni berwarna kuning (Volk dan Wheeler, 1989 ; Jawetz et. al., 1996).
mengandung dua komponen utama, yaitu peptidoglikan serta asam tekoat yang
fakultatif, tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerob. Kisaram
(Pelczar dan Chan, 1988). Menurut Lund et. al. (2000), mikroorganisme ini dapat
keracunan makanan.
14
biasa pada suhu 37 oC. Suhu pertumbuhan optimal adalah 35 oC. Pertumbuhan
terbaik dan khas adalah pada suasana aerob dan aerob fakultatif. Pada lempeng
agar koloni berbentuk bola, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dengan
konsentrasi lunak. Warna khas bakteri ini adalah kuning keemasan. Pada agar
miring dapat hidup sampai berbulan-bulan, baik pada lemari es maupun suhu
dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan
dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini mampu menghasilkan
racun yang disebut enterotoksin, yang akan meracuni tubuh dan menyebabkan
gastroenteritis atau radang mukosa usus. Bakteri ini juga sering terdapat pada
pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat
µm, lebar 1-1,25 µm, bersifat aerob dan memiliki flagel, termasuk golongan
bakteri gram positif dan memiliki endospora (Bibiana dan Hastowo, 1992).
mikroorganisme saprofit yang lazim berada dalam tanah, air, udara dan tumbuh-
penyakit pada manusia maupun hewan. Bakteri ini umumnya merupakan saprofit
yang lazim terdapat dalam tanah, air, udara, dan tumbuh-tumbuhan. B. subtilis
manusia. Gejalanya mual, kejang perut, diare berair, dan muntah-muntah selama
satu hari atau kurang (Holt dan Krieg, 1984 ; Nurwantoro, 1997).
satu atau lebih efek biologis yang dapat diukur baik secara in vitro atau in vivo.
Setiap zat memiliki tingkat kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang
berlainan. Proses yang secara selektif mengambil zat terlarut dari campuran
kenyataan bahwa jika suatu zat dapat larut dalam dua lapisan (fase) ke lapisan
dapat berada dalam medium padat atau cair, serta pelarut yang digunakan untuk
proses ekstraksi dapat berupa pelarut yang bersifat larut dalam air seperti alkohol,
atau tidak larut dalam air seperti heksana dan kloroform. Pemilihan pelarut yang
digunakan tergantung antara lain pada sifat kelarutan zat terlarut itu
(Brady, 1999).
Proses ekstraksi dapat diaplikasikan dalam dua bentuk yaitu ekstraksi padat-
Ekstraksi padat-cair adalah pemisahan satu atau beberapa komponen dari bahan
padat yang dapat larut dengan bahan pelarut. Proses ini banyak digunakan secara
teknis dalam skala besar di bidang industri bahan alami dan makanan misalnya
untuk memperoleh bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau hewan untuk keperluan
farmasi (Holt dan Krieg, 1984). Sedangkan untuk ekstraksi cair-cair pada
umumnya digunakan dalam proses separasi atau pemurnian senyawa dari alam
Saat proses ekstraksi ini dilakukan pengadukan pada saat maserasi secara
terus menerus. Pengadukan ini bertujuan untuk memecah sel pada bagian
dapat terikat dan larut dalam pelarut, dan memperbesar pengikatan komponen
Metanol adalah suatu zat cair yang bersifat volatil, mempunyai boiling point
(bp 65oC) dan mempunyai titik didih yang lebih rendah dari air. Metanol
kematian. Selain itu, metanol uap dalam jangka waktu yang pendek juga sangat
berbahaya bagi kesehatan. Metanol dihasilkan dari reaksi antara gas karbon
Nama lain dari metanol adalah metil alkohol, carbinol, dan alkohol kayu.
12,58%; dan atom O sebesar 49,93%. Metanol mempunyai sifat mudah terbakar
dengan nyala api kebiru-biruan yang tidak terang, beracun, dalam bentuk murni
mempunyai bau alkohol yang ringan, dan berbau tajam. Dapat dicampur dengan
air, etanol, eter, benzene, keton dan banyak pelarut organik lain. Metanol adalah
pelarut yang lebih baik dari etanol, dapat melarutkan beberapa garam anorganik,
misalnya sodium iodida 43%, kalsium klorida 22%, ammonium nitrat 14%,
magnesium sulfat 13%, perak nitrat 4%, ammonium klorida 3,2%, dan sodium
sebagian besar senyawa kimia didalamnya. Selain itu metanol juga pelarut untuk
18
kloroform, memiliki ciri-ciri tidak berwarna, rasa sedikit manis, tidak mudah
kloroform dalam industri yaitu untuk melarutkan bahan organik, yodium, dan
sulfur. Selain itu kloroform juga dapat digunakan untuk membuat pendingin,
sebagai fumigan untuk tanaman gandum, dan sebagai pembersih noda yang
kering. Kloroform ditemukan di Jerman pada tahun 1831 dan pada saat yang sama
hampir di Perancis dan di Amerika Serikat. Kloroform adalah bahan kimia alami,
ini menyakitkan karena uap yang langsung menekan sistem saraf pusat dari
menggunakan kloroform untuk yang pertama kali sebagai anestesi umum selama
Eropa. Di Amerika Serikat, kloroform mulai digantikan oleh eter sebagai obat
bius pada awal abad ke-20 atas penemuan toksisitasnya, terutama kecenderungan
untuk menyebabkan aritmia jantung fatal analog atau yang disebut "kematian
negara berkembang karena indeks terapeutik yang tinggi (~ 1,5-2,2) dan harga
19
yang lebih murah. Salah satu mekanisme yang mungkin terjadi jika menggunakan
saluran kalium dalam sel saraf. Kloroform dapat juga dicampur dengan bahan
anestesi lain seperti eter untuk membuat campuran C.E., atau eter dan alkohol
pelarut dalam pembentukan diameter zona hambat. Idealnya pelarut tidak boleh
mempunyai pengaruh terhadap bakteri uji. Apabila pelarut memiliki daya hambat
terhadap bakteri uji maka akan dikurangi dengan diameter daya hambat ekstrak
dari jenis gram positif maupun gram negatif. Menurut Pelczar dan Chan (1988),
luas yang aktif terhadap banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Meskipun
relatif tidak beracun pada mamalia bila digunakan secara terapeutik, antibiotik ini
pada konsentrasi rendah (Fenical dan Paul, 1984). Ditambahkan oleh Taslihan
teknik ini konsentrasi dari zat antibakteri dibuat bervariasi hingga memberikan
21
Metode ini menggunakan kertas cakram (paper disc) atau kertas saring
dengan diameter tertentu kemudian dicelupkan dalam larutan uji. Kertas cakram
yang telah berisi zat antibakteri dari tiap fraksi diletakkan diatas media agar yang
telah diinokulasikan dengan bakteri dan diinkubasi pada suhu kamar. Setelah
2. Metode Perforasi
suspense bakteri kemudian dituang dalam petridish steril dan dibiarkan memadat.
Dibuat lubang dengan alat perforator dengan diameter tertentu, kedalam tiap-tiap
3. Metode Kontak
media kemudian ditetesi suspensi bakteri lalu dikocok sampai homogen. Setiap
satuan waktu tertentu ditanam ke plat agar sampai beberapa kali kemudian
22
diinkubasi pada suhu kamar. Metode ini biasanya dipakai untuk mengetahui
Mekanisme metode paper disc plate adalah piringan kertas kecil yang
diresapi obat berbeda dalam jumlah tertentu diletakkan pada permukaan agar yang
telah diinokulasi. Pada teknik ini konsentrasi dari zat antibakteri dibuat bervariasi
pertumbuhannya oleh obat (Pelczar dan Chan, 1988). Bridson (1998) menjelaskan
paper disc adalah kertas saring diameter 6-8 mm yang dibuat secara akurat untuk
dianggap sebagai produk akhir dari metabolisme primer dan pada umumnya tidak
Selain itu, kandungan senyawa metabolit sekunder sangat variatif baik secara
kualitatif maupun kuantitatif pada tiap jenis tumbuhan, hal ini bergantung pada
faktor genetis, kondisi pertumbuhan dan tempat dia tumbuh. Senyawa metabolit
spesies yang ada berdasarkan pola biosintesis yang umum terdapat dalam
23
hampir tiap spesies yang hidup di bumi ini serta dipengaruhi oleh afinitas
(Santoso, 2008).
sebagai berikut:
2.4.5.1. fenolik
dengan satu atau lebih substitusi gugus hidroksil dan alkil. Beberapa senyawa
fenolik bersifat antimikroba, seperti senyawa eugenol pada daun sirih yang
2.4.5.2. flavonoid
2.4.5.3. saponin
glikosida, yaitu metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam, terdiri dari
gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Senyawa ini bersifat
24
racun bagi binatang berdarah dingin. Oleh karena itu dapat digunakan untuk
2.4.5.4. triterpenoid
oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada
Terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa
karoten dan retinol. Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan
terpenoid bisa ditemukan dalam tanaman paci-paci (Leucas sp.) dan sirih
satuan (unit) isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30
.
25
2.4.5.5. steroid
R1
R2
12 17
11 13
R3 C D 16
1 9 14
2 10 8 15
A B
3 5 7
4 6
Di alam, steroid terdapat dalam jaringan hewan dan tumbuhan. Senyawa ini
berasal dari senyawa triterpen. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan
steroid adalah sama bagi semua steroid alam, yakni pengubahan asam asetat
melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpen) menjadi lanosterol atau
2.4.5.6. alkaloid
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar
atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik (Sofia, 2006). Hampir
misalnya kuinin, morfin, nikotin, stiknin yang terkenal dan mempunyai efek