You are on page 1of 3

FARMAKOKINETIK

Asam salisilat (salicylic acid) adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin (acetylsalicylic acid;
ASA) mempunyai pKa 3,5.Sodium salicylate dan aspirin adalah obat antiinflamasi yang sama efektifnya,
walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai analgesic. Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung
dan usus bagian atas, menghasilkan kadar puncak plasma salicylate dalam 1-2 jam. Aspirin diserap
dengan cara cra yang sama dan dihidrolisis cepat (waktu – paruh serum 15 menit) menjadi acetic acid
dan salicylate oleh esterase – esterase dalam jaringan dan darah. Salicylate terikat dengan albumin,
tetapi ikatannya dapat jenuh sehingga sehingga bagian yang tidak terikat bertambah jika konsentrasi
total bertambah. Salicylate yang ditelan dan yang dihasilkan dihidrolisis dari aspirin dapat dieksresikan
tanpa berubah, tetapi jalur metabolism untuk disposis salicylate menjadi jenuh bilamana beban tubuh
total salicylate melebihi 600 mg. lebih dari jumlah ini penambahan dosis salicylate meningkatkan
konsentrasi salicylate secara tidak berimbang. Karena dosis aspirin meningkat, waktu – paruh eliminasi
salicylate meningkat dari 3- 5 jam (untuk dosis 3,6 gram/hari) menjadi 12 – 16 jam (untuk dosis 600
mg/hari ) alkalinisasi urine meningkatkan laju ekskresi salicylate bebas dan konjugat – konjugat
metabolitnya.

DOSIS

Dosis analgesic atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum dipergunakkan adalah
kurang dari 0,6 gram dosis oral. Dosis yang lebih besar mungkin memperpanjang efek. Dosis biasa
tersebut bisa diulang setiap 4 jam dan dosis yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam. Dosis untuk anak – anak
adalah 50 – 75 mg / kg/ hari (tetapi tidak pernah lebih dari dosis orang dewasa)dalam dosis yang terbagi
– bagi.

Rata – rata dosis antiinflamasi 3,2 – 4 g setiap hari dapat ditolerannsi oleh kebanyakan orang dewasa .
untuk anak – anak, 50 – 75 mg / kg / hari biasanya menghasilkan kadar darah yang adekuat. Kadar darah
15 – 30 mg/dl dikaitkan dengan efek – efek antiinflamasi.

EFEK – EFEK YANG TIDAK DIINGINKAN

Pada dosis yang biasa, efek aspirin yang paling berbahaya adalah gangguan lambung (tidak bisa di
toleransi). Efek ini bisa dikurangi dengan penyanggaan (buffering) yang sesuai (menelan aspirin
bersamaan dengan makanan diikuti segelas air atau antacid). Gastritis yang terjadi dengan aspirin
mungkin disebabkan oleh iritasi mukosa lambung, atau oleh hambatanakibat tablet yang tidak larut,
penyerapan salicylate non-ionisasi oleh lambung, atau oleh hambatan produksi prostaglandin yang
protektif.

Sekalipun aspirin belum pernah menunjukkan dapat menyebabkan ulkus peptikum pada manusia, studi
ekksperimental dan epidemiologis mendokumentasikan secara besar – besaran kasus ulkus lambung
yang meningkat ,dan pada tingkat yang lebih rendah ulkus duodenum pada pemakaian aspirin dosis
tinggi (Ivey, 1986). Pendarahan saluran cerna / gastroistetinal bagian atas yang dikaitkan dengan
pemakaian aspirin biasanya berhubungan dengan gastritis erosive. Peningkatan kehilangan darah
melalui feses sebanyak 3 ml umumnya dikaitkan dengan pemberian aspirin; pendarahan ini lebih hebat
pada dosis yang kebih tinggi. Sebbaliknya, beberapa adaptasi mukosa lambung terjadi pada banyak
pasien, sehingga pendarahan menurun kembali ke keadaan awal setelah 4 – 6 minggu; ulkus
menunjukkan kesembuhan bersamaan dengan tetap meminum aspirin. Namun demikian, aspirin harus
dihindari atau dipakai dengan penyangga yang efektif, misoprostol, atau penghambat pompa proton
oleh indivvidu – individu dengan penyakit ulkus peptikum

Dengan dosis yang lebih tinggi, pasien – pasien mungkin mengalami salicylism -muntah – muntah,
tinnitus, pendengaran yang berkurang, dan vertigo -yang reversible dengan mengurangi dosis. Dosis
salicylate yang lebih tinggi lagi menyebabkan hiperpne melalui efek langsung pada medula batang otak.
Pada salicylate dengan toksisitas yang lebih rnedah, alkalosis respiratorik mungkin terjadi akibat dari
ventilasi yang meningkat. Kemudian, asidosis terjadi, dari akumulasi bahan – bahan yang berasal dari
salicylate dan depresi pusat napas. Dengan dosis toksik bisa terjadi intoleransi glukosa, dan mungkin
terjaadi kaardiotoksisitas.

Aspirin dengan dosis 2 gram sehari atau kurang biasanya meningkatkan kadar asam uurat serum,
sedangkan dosis melebihi 4 gram sehaari menurunkan kadar asam urat dibawah 2,5 mg/dl.seperti AINS
lainnya, aspirin dapat menyebabkan peningktkan enzim – enzim hepar (efek yang sering tetapi ringan),
hepatitis, fungsi ginjal berkurang, pendarahan, bercak – bercak di kulit dan asma.

Kerja antiplatelet dari aspirin merupakan kontraindikasi pemakaiannya pada asien – pasien dengan
hemophilia. Meskipun dahulu tidak dianjurkan selama kehamilan, aspirin mungkin berguna dalam
mengobati preeklamsia – eklamsia

HUBUNGAN DENGAN G6PD


 Pada penderita defisiensi G6PD tidak boleh diberikan asetosal karena resiko hemoragi
(keluarnya darah dari pembuluh darah)

 Stres oksidatif menimbulkan denaturasi hemoglobin. Hemoglobin yang berubah ini akan
mengendap sebagai badan heinz yang melekat pada membran internal sel darah merah,
mengurangi deformabilitas, dan meningkatkan kerentanan terhadap destruksi makrofag dalam
limpa.

 Badan heinz menimbulkan kerusakan membran sel darah merah yang menyebabkan hemolisis
ekstravaskular.

DAFTAR PUSTAKA

 Katzung, Betram G.. FARMAKOLOGI DASAR DAN KLINIK.2001: Salemba Medika

 Rosmiati H. dan Gan VHS. Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik dan Hemostatik Dalam :
Ganiswat;a SG editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi FK-UI ;1995.
hal. 747 -761.

 Robbins, Stanley L..Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 1-2. Jakarta: EGC; 2007.

 Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: EGC; 1998.

You might also like