You are on page 1of 26

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Sistem pernafasan ( respirasi) pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-paru
beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat
juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk

metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari
tubuh melalui paru.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di
dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke
alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang
masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.

Saluran Nafas Bagian Atas

saluran nafas bagian atas terdiri dari :

a. Rongga hidung

Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal yaitu :

- Dihangatkan

- Disaring
- Dan dilembabkan

Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar
epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang
besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara
yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara. Ketiga hal tersebut dibantu
dengan concha.

Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga hidung
sebagai alat penyalur udara. Hidung bagian luar tertutup oleh kulit dan disupport oleh sepasang tulang
hidung. Rongga hidung terdiri atas :

Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi

Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara

Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang berlapis

Sel silia yang berperan untuk mlemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan
napas

Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri
oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi 3
saluran oleh penonjolan turbinasi atau konka dari dinding lateral. Rongga hidung dilapisi dengan
membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di
sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak
ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Rongga hidung dimulai dari Vestibulum, yakni pada bagian anterior ke bagian posterior yang berbatasan
dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas 2 bagian, yakni secara longitudinal oleh septum hidung
dan secara transversal oleh konka superior, medialis, dan inferior.

Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi
sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam
paru-paru. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi terletak
dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia.
Terdapat 3 fungsi Rongga Hidung, antara lain :

a. Dalam hal pernafasan, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani tigs proses yaitu
penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Penyaringan dilakukan oleh membran mukosa
pada rongga hidung yang sangat kaya akan pembuluh darah dan glandula serosa yang mensekresikan
mukus cair untuk membersihkan udara sebelum masuk ke Oropharynx. Penghangatan dilakukan oleh
jaringan pembuluh darah yang sangat kaya pada ephitel nasal dan menutupi area yang sangat luas dari
rongga hidung. Dan pelembaban dilakukan oleh concha, yaitu suatu area penonjolan tulang yang dilapisi
oleh mukosa.

b. Epithellium olfactory pada bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan sensasi
bau.

c. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukkan suara-suara fenotik dimana ia berfungsi
sebagai ruang resonansi.

b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)

c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah)

d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam
bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi.
Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain,
dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh
sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding
lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini
dilapisi oleh membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah
sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian
atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari
sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus
cranialis I olfaktorius.

Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi,
sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi.

Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :

Lubang hidung

Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior

Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha
media dan inferior

Sinus frontalis, diantara concha media dan superior

Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.

Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.

Saluran Nafas Bagian Bawah

A. Faring

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran
pernapasan

Nasofaring terletak diatas palatum lunak

Orofaring; bagian faring yg tampak jika lidah ditekan; yg menerima udara dari nasofaring dan makanan
dari rongga mulut

Laringofaring : bagian inferior dr faring yg berfs utk resp dan digesti


Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita
vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara.

B. Laring

Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ). Terbesar adalah Cartilago
thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s
apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Sedikit di bawah cartilago thyroid terdapat cartilago
cricoid. Laring menghubungkan Laringopharynx dengan trachea, terletak pada garis tengah anterior dari
leher pada vertebrata cervical 4 sampai 6.

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan
napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak
suara dan terdiri atas:

a. Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan

b. Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

c. Kartilago Thyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
( Adam’s Apple )

d. Kartilago Krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring ( terletak di bawah kartilago
thyroid )

e. Kartilago Aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago thyroid

f. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara; pita suara
melekat pada lumen laring.
Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu :

a. Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat
masuk ke dalam tracheobroncial

b. Laring sebagai katup selama batuk

C. Trakhea

Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C.
Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.
trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan
dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir
setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).

D. Bronkhi

Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan
lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.

Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus
superior dan inferior. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan
lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus
bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi
lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil,
sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas
paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang
memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus
primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea
sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

e. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan
di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang
langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi
rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Gbr. Struktur paru-paru

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding
rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.

Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru
berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk
pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin
menipis jika dibanding dengan bronkus.Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya
masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian
distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).

Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka.

Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.

Membran alveolar :

- Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli

- Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant.

- Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling berhubungan langsung, ini
terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel

- Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel kapiler, epitel alveoli, saluran
limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.

Aliran pertukaran gas


Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli epitel alveoli « membran dasar « endotel
kapiler « plasma « eitrosit.

Membran « sitoplasma eritrosit « molekul hemoglobin

O² Co²

Surfactant

Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normal surfactant ini akan menurunkan
tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat dihindari.

Mekanisme Pernafasan

Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras pernafasan yang
tergantung pada:

1. Tekanan intar-pleural

Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal paru
seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau selisih
tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama
berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah
tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil
mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfir sehingga
udara mengalir keluar.

2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai copliance.

Ada dua bentuk compliance:

- Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas ( airway
pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100 ml/cm H2O

- Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan. Normal: ±50 ml/cm
H2O

Compliance dapat menurun karena:

- Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru

- Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak

- Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen

Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.

3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)

Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas

Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan mengalirkan darah
yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke ventrikel kiri

a. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit

Ventilasi alveolar = 4 liter/menit

Sehingga ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8

b. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg.

Tekanan vena pulmolais = 5 mmHg, mean capilary pressure = 7 mmHg

Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan darah dari arteri
pulmonalis ke vena pulmonalis

c. Adanya mean capilary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari rongga kapiler ke
rongga interstitial, sedangkan osmotic colloid pressure akan menarik garam dan air dari rongga
interstitial kearah rongga kapiler. Kondisi ini dalam keadaan normal selalu seimbang.Peningkatan
tekanan kapiler atau penurunan koloid akan menyebabkan peningkatan akumulasi air dan
garam dalam rongga interstitial.

Transpor Oksigen

1.Hemoglobin

Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk:


- Kelarutan fisik dalam plasma

- Ikatan kimiawi dengan hemoglobin

Ikatan hemoglobin dengan tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi oleh pH darah dan suhu
tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikkan suhu tubuh mengakibatkan ikatan hemoglobin dan O2
menurun.

2. Oksigen content

Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah dikenal sebagai oksigen content (Ca O2 )

- Plasma

- Hemoglobin

Regulasi Ventilasi

Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan kadar/konsentrasi gas-gas yang ada di
dalam darah

Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur:

-Rate impuls Respirasi rate

-Amplitudo impuls Tidal volume


Pusat inspirasi dan ekspirasi : posterior medulla oblongata, pusat kemo reseptor : anterior medulla
oblongata, pusat apneu dan pneumothoraks : pons.

Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCo2, pH darah, PaO2

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun
karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam.

Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler
dengan sel-sel tubuh.

Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada
dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara
(ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.a. Pernapasan Dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat
dibedakan sebagai berikut.1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai
akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara
dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

b. Pernapasan Perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma
yang membatasi rongga perut dan rongga dada.

Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.1. Fase
Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga
dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.

2. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi
semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya
udara keluar dari paru-paru.

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai
kapasitas total udara pernapasan manusia.

Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc,
yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-
paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat
dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.

Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan udara
dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = ± 500
cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam
keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc udara pernapasan
(expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc).
Anfis saluran Pernafasan

Posted Juli 25, 2007 by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes in Pernafasan. 16 Komentar

(By Iwan Sain, S.Kp)

Anatomi

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx trachea, bronkus,
dan bronkiolus.

Hidung

Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam
bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi.
Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain,
dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh
sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding
lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : (1) conchae superior (2) Media, dan (3) inferior. Tulang-
tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.

Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale da os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah
sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian
atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari
sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus
cranialis I olfaktorius.

Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi,
sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang
membuka kedalam cavum nasi : (1) Lubang hidung (2) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior (3)
Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha
media dan inferior (4) sinus frontalis, diantara concha media dan superior (5) ductus nasolacrimalis,
dibawah concha inferior.

Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Farinx (tekak)

adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus
pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring
adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.

Laringx (tenggorok)

Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa
otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.

Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:

1. cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea

2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana
mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis

Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan
dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.

Membrana Tyroide à mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.

Membrana cricothyroideum à menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.

Epiglottis

Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada
bagian belakang V cartilago thyroideum.

Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea,
membentuk batas jalan masuk laring

Cartilago cricoidea

Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago
tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago
thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale
menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I
Cartilago arytenoidea

Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap
sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan

Membrana mukosa

Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia. Plica
vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

Plica vokalis

Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale, dua
pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago
arytenoidea di bagian belakang.

Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini
tidak terlibat dalarn produksi suara.

Otot

Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan
kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut diinervasi
oleh nervus cranialis X (vagus).

Respirasi

Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk.
Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.

Fonasi

Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan dimodifikasi oleh
gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara cranialis.

Gambaran klinis

Laring dapat tersumbat oleh:


(a) benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil

(b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi alergi,

(c) infeksi, misalnya difteri,

(d) tumor, misalnya kanker pita suara.

Trachea atau batang tenggorok

Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari
cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir
setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea
tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh
jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat
beberapa jaringan otot.

Bronchus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar,
dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa
cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi
lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil,
sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus
tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas
paru-paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang
memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus
primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea
sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru-Paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :

1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula

2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada

3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.

4. dan basis. Terletak pada diafragma

paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura
terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus
superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap
lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial
venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung
150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran
gas.

Suplai Darah

1. arteri pulmonalis

2. arteri bronkialis

Innervasi

1. Parasimpatis melalui nervus vagus

2. Simpatis mellaui truncus simpaticus

Sirkulasi Pulmonal

Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Darah di
atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut katup semilunaris
(trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup
pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis
kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang-
cabang berkali-kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan
pernapasan, melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula
menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar.

Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah.
Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi
paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah yang
kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat
berlangsung bagi semua sel.

FISIOLOGIS

Luas permukaan paru-paru yang luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi,
secara teoritis mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya benda asing (debu) dan
bakteri yang masuk bersama udara inspirasi. Tetapi, saluran respirasi bagian bawah dalam keadaan
normal adalah steril. Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang mempertahankan sterilitas ini.
Kita telah mengetahui refleks menelan atau refleks muntah yang mencegah masuknya makanan atau
cairan ke dalam trakea, juga kerja eskalator mukosiliaris yang menjebak debu dan bakteri kemudian
memindahkannya ke kerongkongan. Selanjutnya, lapisan mukus yang mengandung faktor-faktor yang
mungkin efektif sebagai pertahanan, yaitu immunoglobulin (terutama IIgA), PMNs, interferon, dan
antibodi spesifik. Refleks batuk merupakan suatu mekanisme lain yang lebih kuat untuk mendorong
sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan. Makrofag alveolar merupakan pertahanan yang
paling akhir dan paling penting terhadap invasi bakteri ke dalam paru-paru. Makrofag alveolar
merupakan sel fagositik dengan ciri-ciri khas dapat bermigrasi dan mempunyai sifat enzimatik, Sel ini
bergerak bebas pada permukaan alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Sesudah
meliputi partikel mikroba maka enzim litik yang terdapat dalam makrofag akan membunuh dan
mencernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan yang nyata.

Proses fisiologis respirasi di mana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan
karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium.

1. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar paru-paru.

2. Stadium ke dua, transportasi, yang terdiri dari beberapa aspek :

(1) difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik
dan selsel jaringan;

(2) distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannVa dengan distribusi udara dalam
alveolus-alveolus; dan

(3) reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah.
3. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir dari respirasi. Selama respirasi ini
metabolit dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan karbon dioksida terbentuk sebagai sampah proses
metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.

Ventilasi

Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru karena selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer
dan alveolus oleh kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dinding toraks
berfungsi sebagai hembusan. Seiama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun
dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot. M. sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke
atas dan m. serratus, m. scalenus dan m. intercostalis externus berperanan mengangkat iga. Toraks
membesar dalam tiga arah : anteroposterior, lateral dan vertikal. Peningkatan volume ini menyebabkan
penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi
sekitar -8 mm Hg bila paru-paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama tekanan
intrapulmonal atau tekanan saluran udara menurun sampai sekitar -2 mm Hg (relatif terhadap tekanan
atmosfer) dari 0 mm Hg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer
rnenyebabkan udara mengalir ke dalam paru-paru sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi
sama lagi dengan tekanan atmosfer.

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-
paru. Pada waktu m. intercostalis externus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke
atas ke dalam rongga toralks, menyebabkan volume toraks berkurang, m. interkostalis internus dapat
menekan iga ke bawah dan ke dalam dengan kuat pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk, muntah,
atau defekasi. Selain itu otot-otot abdomen mungkin berkontraksi sehingga tekanan intra abdominal
membesar dan menekan diafragma ke atas. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan
iintrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Tekanan intrapulmonal sekarang meningkat sampai sekitar
I sampai 2 mmHg di atas tekanan atmosfer. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer sekarang
terbalik sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru sampai tekanan saluran udara dan tekanan
atmosfer sama kembali pada akhir ekspirasi. Perhatikan bahwa tekanan intrapleura selalu di bawah
tekanan atmosfer selama siklus respirasi. Perubahan pada ventilasi dapat diperkirakan dengan tes
fungsional paru-paru.

DIFUSI

Stadium ke dua proses respirasi mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus-
kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0.5 um). Kekuatan pendorong untuk pernindahan ini adalah
selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada
permukaan laut besarnya sekitar 149 mm Hg (21 persen dari 760 mm Hg). Pada waktu oksigen
diinspirasi dan sampai pada alveolus maka tekanan parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103
mm Hg. Penurunan tekanan parsial ini diperkirakan atas dasar fakta bahwa udara inspirasi tercampur
dengan udara dalam ruang rugi anatomis saluran udara, dan dengan uap air. Ruang rugi anatomis ini
dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan (150 ml/150 lb
pria). Hanya udara bersih yang sampai ke alveolus yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial
oksigen dalam darah vena campuran (PV 02) dalam kapiler paru-paru besarnya sekitar 40 mm Hg.
Karena tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (P A02 =
103 mm Hg), maka oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Selisih tekanan C02
antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mmHg) menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke
dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, di mana konsentrasinya pada
hakekatnya nol. Selisih C02 antara darah dan alveolus memang kecil sekali tapi cukup karena dapat
berdifusi kira-kira 20 kali lebih cepat dibandingkan dengan oksigen, melintasi membran alveolus-kapiler
karena daya larutnya yang lebih besar.

HUBUNGAN VENTILASI-PERFUSI

Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi udara
dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi
dari unit pulmoner harus sesuai. Pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka
ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru. Sirkulasi pulmoner yang
bertekanan dan resistensi rendah mengakibatkan aliran darah di basis paru-paru lebih besar daripada di
bagian apeks paru-paru, disebabkan pengaruh gaya tarik bumi. Tetapi ventilasinya cukup merata. Nilai
rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi (V/Q) adalah 0,13. Angka ini didapatkan dari rasio rata-
rata laju ventilasi alveolar normal (4 liter/menit) dibagi dengan curah jantung normal (5 liter/menit).
keadaan normal dari ventilasi dan perfusi paru-paru yang seimbang mendekati nilai 0,8.

Kebanyakan penyakit respirasi mengalami ketidakseimbangan antara proses ventilasi-perfusi. Akibatnya


ventiIasi terbuang sia-sia (V/Q = tak terhingga). Unit respirasi abnormal yang ke dua merupakan shunt
unit, di mana tak ada ventilasi, tetapi perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia (V/Q = 0). Unit
yang terakhir merupakan unit diam, di mana tidak ada ventilasi dan perfusi. Tentu saja terdapat variasi-
variasi di antara ke tiga kasus ekstrim tersebut, tergantung dari keseimbangan secara menyeluruh
antara ventilasi dan perfusi paru-paru. Penyakit paru-paru dan gangguan fungsional respirasi dapat
diklasifikasikan secara fisiologis sesuai dengan jenis penyakit yang dialami, apakah menimbulkan shunt
yang besar (V/Q ( 0,8)

TRANSPOR OKSIGEN DALAM DARAH

Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan melalui dua jalan :

1. secara fisik larut dalam plasma atau

2. secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2).

ikatan kimia oksigen dan hemoglobin ini bersifat reversibel. Jumlah sungguhnya yang diangkut dalam
bentuk ini mempunyai hubungan nonlinear dengan PaO2 (tekanan parsial oksigen dalam darah arteri),
yang ditentukan oleh jumlah oksigen yang secara fisik larut dalam plasma darah. Sebaliknya, jumlah
oksigen yang secara fisik larut dalam plasma mempunyai hubungan langsung dengan tekanan parsial
oksigen dalam alveolus (PAO2). Kecuali itu juga tergantung dari daya larut oksigen dalam plasma. Jumlah
oksigen yang dalam keadaan normal larut secara fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam
plasma yang rendah. hanya sekitar satu persen dari jumlah oksigen total ang ditranspor ke jaringan-
jaringan ditranspor dengan cara ini. Cara transpor seperti ini tidak mempertahankan hidup walaupun
dalam keadaan istirahat sekalipun. Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yang terdapat
dalam sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan karbon monoksida atau
hemolisis masif di mana terjadi insufisiensi hemoglobin maka oksigen yang cukup untuk
mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan oksigen
dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir (ruang oksigen hiperbarik).

Satu gram hemoglobin dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi hemoglobin rata-
rata dalam darah pada pria dewasa besarnya sekitair 15gr per 100 ml, maka 100 ml darah dapat
mengangkut (15 x 1,34 = 20,1) 20,1 ml oksigen kalau darah jenuh sekali (SaO2 = 100 persen). Tetapi
darah yang sudah teroksigenisasi dan meninggalkan kapiler paru-paru mendapatkan sedikit tambahan
darah vena yang merupakan darah campuran, dari sirkulasi bronkial. Proses pengenceran ini yang
menjadi penyebab sehingga darah yang meninggalkan paru-paru hanya jenuh 97 persen, dan 19,5
persen volume diangkut ke jaringan. Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin
dan berdifusi ke dalam plasma.

Dari plasma oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan-jaringan yang
bersangkutan. Meskipun sekitar 75 persen dari hemoglobin masih berikatan dengan oksigen pada waktu
hemoglobin kembali ke paru-paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar
25 psersen oksigen dalam darah arteri yang digunakan untuk keperluan jaringan. Hemoglobin yang
melepaskan oksigen pada tingkat jaringan disebut hemoglobin tereduksi (Hb). Hemoglobin tereduksi
berwarna ungu dan menyebabkan warna kebiruan pada darah vena, seperti yang kita lihat pada vena
superfisial, misainya : pada tangan. Sedangkan oksihemoglobin (hemoglobin yang berikatan dengan
oksigen) berwarna merah terang dan menyebabkan warna kemerah-merahan pada darah arteri.

Kurva disosiasi oksihemoglobin

Untuk dapat memahami proses respirasi dengan jelas maka harus diketahui afinitas oksigen terhadap
hemoglobin karena suplai oksigen untuk jaringan dan pengambilan oksigen oleh paru-paru sangat
tergantung pada hubungan tersebut. Pengetahuan ini sangat diperlukan untuk menyatakan ukuran gas
secara tepat dan untuk melakukan tindakan-tindakan terapi pada insufisiensi respirasi. Kalau darah
lengkap dikenai oleh berbagai tekanan parsial oksigen dan persentase kejenuhan hemoglobin diukur,
maka didapatkan kurva berbentuk huruf S bila ke dua pengukuran tersebut digabungkan. Kurva ini
dikenal dengan nama kurva disosiasi oksihemoglobin dan menyatakan afinitas hemoglobin terhadap
oksigen pada berbagai tekanan parsial. Dalam keadaan suhu tubuh yang normal (98,60F) dan pH darah
7,4.
Kurva ini mempunyai satu fakta fisiologis yang perlu diperhatikan yaitu, adanya bagian yang datar. Pada
bagian atas kurva yang dikenal dengan nama bagian arteria (A) dan bagian vena (V) pada bagian bawah
yang lebih curam, yang agak tergeser ke kanan. Pada kurva bagian atas yang datar, perubahan yang
besar pada tekanan oksigen dikaitkan dengan sedikit perubahan pada kejenuhan oksihemoglobin. Ini
menyatakan bahwa jumlah oksigen yang relatif konstan dapat disuplai ke jaringan-jaringan walaupun
pada ketinggian yang tinggi di mana P02 mungkin sebesar 60 mmHg atau kurang. Ini juga menyatakan
bahwa pemberian oksigen dalam konsentrasi tinggi (udara normal = 21 persen) pada pasien-pasien yang
menderita hipoksemia ringan. (Pa02 60-75 mmHg) adalah sia-sia, karena oksihemoglobin hanya dapat
ditingkatkan sedikit sekali. Sesungguhnya, pemberian oksigen konsentrasi tinggi dapat meracuni jaringin
paru-paru dan menimbulkan efek yang merugikan. pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan dapat
ditingkatkan oleh hubungan P02 terhadap kejenuhan okigen pada kurva bagian vena yang curam. Pada
bagian ini perubahan-perubahan besar pada kejenuhan oksihemoglobin berkaitan dengan sedikit
perubahan 02.

Afinitas oksigen terhadap hemoglobin dipengaruhi oleh banyak faktor lain yang menyertai metabolisme
jaringan dan dapat diubah oleh penyakit. Kurva oksihemoglobin tergeser ke kanan apabila PH darah
menurun atau PC02 meningkat. dalam keadaan ini, pada P02 tertentu afinitas hemoglobin terhadap
oksigen berkurang sehingga oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang. Keadaan patologis yang
dapat menybabkan asidosis metabollk, seperti syok (pembentukan asam laktat berlebihan akibat
metabolis-anerobik) atau retensi karbon dioksida akan menyebabkan pergeseran kurva kekanan.
Pergeseran kurva sedikit kekanan akan membantu pelepasan oksigen kejaringan-jaringan. Pergeseran ini
dikenal dengan nama efek bohr. Sedikit peningkatan keasaman akibat pelepasan karbondioksida dari
jaringan. Faktor lain yang menyebabkan pergeseran kurva kekanan adalah peningkatan suhu dan 2,3
difosfogliserat (2,3-DPG) yang merupakan fosfat organik dalam sel darah merah yang mengikat Hb dan
mengurangi afinitas Hb terhadap oksigen pada anemia dan hipoksemia kronik 2,3-DPG sel darah merah
meningkat. Perlu diketahui adanya kenyataan bahwa; meskipun kemampuan transpor oksigen oleh
hemoglobin menurun bila kurva bergeser ke kanan, kemampuan hemoglobin untuk melepaskan oksigen
ke jaringan-jaringan dipermudah. Karena itu, pada anemia dan hipoksemia kronik pergeseran kurva ke
kanan merupakan proses kompensasi.

Pergeseran kurva ke kanan disertai kenaikan suhu, menggambarkan peningkatan metabolisme sel dan
peningkatan kebutuhan akan oksigen, juga dapat menyesuaikan diri dan untuk aliran darah tertentu
menyebabkan semakin banyaknya oksigen yaiag dilepaskan ke jaringan-jaringan.

Sebaliknya, peningkatan PH darah (alkalosis) atau penurunan PCO2, suhu dan 2 3-DPG akan
menyebabkan pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri. Pergeseran ke kiri menyebabkan
peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Akibatnya uptake oksigen dalam paru-paru
meningkat apabila terjadi pergeseran ke kiri, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan terganggu.
Karena itu secara teoritis mungkin akan terjadi hipoksia (insufisiensi oksigen jaringan guna memenuhi
kebutuhan metabolisme pada keadaan alkalosis yang berat, terutama apabila disertai dengan
hipoksemia. Keadaan ini dapat terjadi selama proses mekanisme overventilasi dengan respiratori atau
pada tempat yang tinggi akibat hiperventilasi. Karena hiperventilasi juga dapat menurunkan-aiiran darah
serebral karena penurunan PaC02, maka iskemia serebral juga sering menimbulkan gejala-geiala seakan-
akan kepalanya ringan. Darah yang disimpan kehilangan aktivitas 2,3-DPG sehingga afinitas hemoglobin
terhadap oksigen meningkat. Karena itu, pasien yang diberi transfusi darah simpanan dalam jumlah
banyak mungkin akan mengalami gangguan pelepasan oksigen ke jaringan -jaringan karena pergeseran
kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri.

Afinitas hemoglobin didefinisikan secara populer dengan P02 yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kejenuhan 50 persen, dan mudah diukur dalarn laboratorium modern. Dalam keadaan normal P50
sekitar 27 mm Hg. Terbukti bahwa bila kurva disosiasi bergeser ke kanan (pengurangan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen) maka P50 akan meningkat, sedangkan pada pergeseran kurva ke kiri
(peningkatan afinits hemoglobin terhadap oksigen p50 akan turun.

Karbon monoksida mempunyai afinitas terhadap hemoglobin sekitar 250 kali lebih besar darp pada
afinitas oksigen terhadap hemoglobin. Kalau carbonmonoksida dihirup maka akan berkaitan dengan
karboksihemoglobin, maka reaksi tersebut tidak reversibel. Sehingga jumlah hemoglobin yang tersedia
untuk transport oksigen berkurang.

TRANSPORT KARBON DIOKSIDA DALAM DARAH

Transport CO2 dari jaringan keparu-paru melalui tiga cara sebagai berikut:

1. Secara fisk larut dalam plasma (10 %)

2. Berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah (20%)

3. ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%)

Karbon dioksida berikatan dengan air dengan reaksi seperti dibawah ini:

CO2 + H2O = H2CO3 = H+ +HCO3-

Reaksi ini reversibel dan dikenal dengan nama persamaan dapa asam bikarbonat-asam karbonik.
Hiperventilasi adalah ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolisme berlebihan à alkalosis
sebagai akibat eksresi CO2 berlebihan keparu-paru. Hipoventilasi adalah ventilasi alveoli yang tak dapat
memenuhi kebutuhan metabolisme, sebagai akibat dari retensi CO2 oleh paru-paru.

PENGATURAN RESPIRASI

Respirasi diatur/dikontrol di:


1. Medulla Oblongata

2. Pons

Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer kedarah vena dan
mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer.

2. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi

3. Reservoir darah

4. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas

Berikut ini adalah gambar anatomi paru-paru:

You might also like