You are on page 1of 92

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu besar dewasa ini

menimbulkan persaingan dalam dunia usaha yang sangat kompetitif. Sebagian

besar yang dilakukan perusahaan bertujuan memperoleh laba dan meningkatkan

nilai perusahaan. Namun, dalam menjalankan usahanya perusahaan memerlukan

modal yang merupakan bagian dari keseluruhan dalam perusahaan.

Perusahaan yang menginginkan agar dapat hidup dan terus berkembang

selalu membutuhkan modal untuk dapat membiayai kegiatan operasional

perusahaan. Modal yang digunakan perusahaan berasal dari modal internal

perusahaan yaitu modal sendiri (equity) dan external yaitu berasal dari hutang

(debt), Arti pentingnya modal bagi perusahaan tidak hanya mempertahankan

likuiditas tetapi unsur penting adalah aspek efisiensi. Efisiensi baru dapat

diketahui dengan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang

menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain adalah menghitung rentabilitas.

Dengan demikian maka yang harus diperhatikan perusahaan adalah

bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang penting adalah usaha

untuk mempertinggi rentabilitas. Berhubungan dengan itu, maka bagi perusahaan

akan lebih diarahkan untuk mendapat titik rentabilitas maxsimal dari pada laba

maximal (Riyanto,1992:29).

1
2

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya

agar dapat berkembang dari tahun ke tahun membutuhkan modal. Setiap

perkembangan usaha juga diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan modal

semakin besar, kenaikan modal tidak selalu diikuti kenaikan rentabilitas karena

kenaikan modal belum dapat menentukan keuntungan atau kerugian penggunaan

modal tersebut, ini bisa dilihat dalam rasio yang dihasilkan dari periode ke

periode berikutnya, dengan mengetahui perkembangan modal maka apabila

terjadi penurunan. Pihak management perusahaan dapat bertindak mengambil

kebijaksanaan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada perusahaan.

Salah satu keputusan yang dihadapi oleh menejer keuangan dalam

kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan

dan keputusan struktur modal yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan

dengan komposisi hutang saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan

perusahaan, menejer harus mampu menghimpun dana yang bersumber dari dalam

perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan

pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu

meminimalisasikan biaya modal yang ditanggung perusahaan. Biaya modal yang

timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara

langsung timbul dari keputusan yang dilakukan menejer. Ketika menejer

menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul sebesar bunga yang

dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika menejer menggunakan dana internal

atau dana sendiri akan timbul (opportunity cost) dari dana atau modal sendiri
3

yang digunakan. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan

menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang

selanjutnya dapat berakibat pada profitabilitas perusahaan.

Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam menentukan

struktur modal perusahaan. Menurut Brigham dan Hauston (2001:6) dalam Saidi

(2004) Faktor-faktor: risiko, bisnis, posisi pajak, fleksibilitas, keuangan dan

konservatisme atau agresivitas management merupakan faktor-faktor yang

menentukan keputusan struktur modal. Khususnya pada struktur modal yang

ditargetkan secara lebih umum, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

keputusan struktur modal, stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi,

tingkat pertumbuhan, profitabilitas pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap

pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas

keuangan (Brigham dan Houston, 2001:39).

Menurut McCue dan Ozoan, (1992:333) struktur modal dipengaruhi oleh

struktur aktiva, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan, risiko, ukuran perusahaan

dan kondisi pasar sistem pembayaran. Dari uraian di atas maka peneliti memilih

untuk penulisan ini dengan judul: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Struktur Modal Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Go Public di

Bursa Efek Jakarta Tahun 2006-2008”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka, perumuskan masalah dalam penelitian ini


4

adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, struktur

kepemilikan secara parsial terhadap struktur modal

pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa

Efek Jakarta tahun 2006-2008?

2. Seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, struktur

kepemilikan secara simultan terhadap struktur modal

pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa

Efek Jakarta tahun 2006-2008?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, struktur

kepemilikan secara parsial terhadap struktur modal

pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa

Efek Jakarta tahun 2006-2008?

2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, struktur

kepemilikan secara simultan terhadap struktur modal


5

pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa

Efek Jakarta tahun 2006-2008?

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna

sebagai bahan masukan bagi ilmu pengetahuan

pada umumnya, khususnya pengetahuan tentang

struktur modal.

2. Hasil penelitian juga dapat dijadikan referensi

bagi mahasiswa jurusan ekonomi untuk

menambah wawasan dan pengetahuan serta

dapat digunakan sebagai pedoman pustaka

untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi para investor

maupun calon investor tentang perlunya analisis

struktur modal dalam mempertimbangkan

keputusan investasi, sehingga investor tidak

dirugikan karena buruknya laporan keuangan

perusahaan tersebut.

2. Sebagai pertimbangan dan evaluasi keungan


6

perusahaan agar investor menanamkan modal,

sehingga dengan adanya investor tersebut

perusahaan akan dapat meningkatkan

produktivitas.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan agar ada kesamaan pemahaman terhadap

istilah- yang terdapat dalam judul penelitian ini. Istilah-istilah penting yang perlu

ditegaskan adalah:

1. Struktur Modal

Struktur modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang

dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan (Riyanto, 2001:296).

Struktur keuangan adalah perimbangan antara seluruh hutang (baik jangka

panjang maupun jangka pendek) dengan modal sendiri (Weston dan Brigham,

1984:87).

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah Ukuran yang menggambarkan besar

kecilnya suatu perusahaan yang ditujukan pada total aktiva, jumlah penjualan,

rata-rata penjualan dan rata-rata total aktiva (Sujianto, 2001:129).

3. Risiko Bisnis

Risiko Bisnis adalah Ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi

tingkat pengembalian aktiva masa depan. Risiko bisnis mencakup operating


7

leverage dan finansial leverage. Operating Leverage adalah Penggunaan

aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap

(Riyanto,1990:379). Finansial Leverage adalah Penggunaan dana dengan

beban tetap dengan harapan untuk membesarkan pendapatan perlembar sahan

(Riyanto,1990:293).

4. Pertumbuhan Aktiva

Pertumbuhan Aktiva adalah Perubahan (peningkatan atau penurunan)

total aktiva yang dimiliki perusahan (Bhaduri,2002).

5. Profitabilitas

Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba

dalam periode tertentu (Riyanto, 1990:28).

6. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan adalah Perbandingan antara jumlah saham yang

dimiliki orang dalam dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Struktur Modal

2.1.1 Pengertian Struktur Modal

Keputusan untuk memilih sumber Pembiayaan merupakan keputusan

bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Rasio hutang jangka

panjang terhadap modal sendiri (long time debt to equity ratio) menggambarkan

struktur modal perusahan dan rasio hutang terhadap modal akan menentukan

besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan (Weston dan Copeland,

1992:22).

Struktur Modal ditentukan perbandingan antara hutang jangka panjang

dan modal sendiri yang digunakan perusahaan (Riyanto, 2001:296) Struktur

modal merupakan kombinasi antara bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi

kanan neraca sumber modal perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan

dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan

permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal

sendiri, sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan seluruh hutang

(baik jangka panjang maupun jangka pendek) dengan modal sendiri (Weston dan

Brigham, 1994:97).

Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga

terjamin stabilitas finansial perusahaan, memang tidak ada ukuran yang pasti
9

mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap-tiap perusahaan, tetapi pada

dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam pesahaan harus berorientasi

pada tercapainya stabilitas finansial dan terjaminnya kelangsungan hidup

perusahaan. Dari pengertian-pengertian yang dipaparkan dapat ditarik kesimpulan

tentang struktur modal yaitu perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka

panjang dengan modal sendiri atau disebut (long-term debt to equity ratio atau

leverage). Keuangan yang digunakan perusahaan dalam mencapai stabilitas

finansial dan kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.2 Komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa

komponen (Riyanto, 2002:238) yaitu:

1. Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang

jangka waktunya adalah panjang umumnya lebih dari

sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada

umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan

perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan

karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut

meliputi jumlah yang besar. Komponen-komponen

hutang jangka panjang ini terdiri dari:

a. Hutang hipotik (mortgage)

Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin

dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).


b. Obligasi (bond)

Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa

perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali

dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi

dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan

pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.

Modal asing hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber

dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu

tertentu. Semakin lama jangka waktu semakin ringan syarat-syarat

pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas

bagi perusahaan untuk mendayagunakan sumber dana yang berasal dari asing

atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus

dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi

finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang

sudah diperhitungkan sebelumnya, dengan demikian seandainya perusahaan

tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditur dapat

memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya. Oleh

karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan mengakibatkan

perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya

sebagian atau keseluruhan modal yang ditanamkan dalam perusahaan, begitu

pula sebaliknya para kreditur dapat kehilangan kontrol sebagian atau

keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang

ditanamkan dalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.


11

Struktur Modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen

yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri

dari berbagai saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan

menimbulkan beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini

menurunkan leverage keuangan yang digunakan perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi

modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan

akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan

untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunga pada jatuh

tempo. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang

mereka tanamkan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga

semakin besar.

2. Modal Sendiri (Shareholder Equity)

Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan

yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya.

Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun extern, sumber intern

didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber

extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen

Modal sendiri terdiri dari:

a. Modal Saham

Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas

(PT), dimana modal saham terdiri dari.


1) Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang

ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti ia

membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana

yang ditanamkan.

2) Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang

merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka

panjang.

b. Laba Ditahan

Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak

dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan

modal perusahan yang dipetaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha

maupun risiko-risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak

memperlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam

setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu

pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, tiap-tiap perusahaan

harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk

menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam

perusahaahn dan dapat diperhuitungkan pada setiap saat untuk memelihara

kelangsungan hidup dan melindungi perusahan dari risiko kebangkrutan.


13

Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat

untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan

investasi-investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relative kecil,

karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan

apapun merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas

kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.3 Arti Pentingnya Struktur Modal

Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasi

perusahan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal sendiri atau dari pihak lain

berupa hutang, dana tersebut mempunyai modal yang ditanggung perusahaan.

Struktur Modal akan menentukan biaya modal. Biaya Modal adalah balas jasa

yang harus dibayar perusahaan kepada masing-masing pihak yang menanamkan

modal dalam perusahaan.

Dalam kaitanya dengan biaya modal sendiri maupun hutang perlu dirinci

lebih lanjut, karena tiap-tiap jenis modal mempunyai konsekuensi tersendiri, baik

jenis, cara perhitungan maupun ada atau tidak adanya keharusan untuk

dibayarkan. Sumber modal yang dimaksud disini terbatas pada modal tetapnya

saja, yaitu hutang jangka panjang, modal saham preferen dan modal saham biasa.

Keputusan untuk menggunakan tiap-tiap jenis modal tersebut atau

mengkombinasikan senantiasa dihadapkan pada berbagai pertimbangan baik yang

bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang mencakup tiga unsur penting yaitu.
1. Sifat keharusan untuk membayar balas jasa atas

penggunaan modal kepada pihak yang menyediakan

dana tersebut atau sifat keharusan untuk

pembayaran biaya modal.

2. Sampai seberapa jauh kewenangan atau campur

tangan pihak penyedia dana dalam pengelola

perusahaan.

3. Risiko yang dihadapi perusahan.

Arti pentingnya struktur modal terutama disebabkan oleh perbedaan

karakteristik diantara jenis modal tersebut, perbedaan karakteristik diantara jenis

modal tersebut secara umum mempunyai pengaruh pada dua aspek penting dalam

kehidupan perusahaan yaitu:

1. Terhadap kemampuan untuk menghasilkan laba.

2. Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar

kembali hutang. jangka panjang.

Arti penting struktur modal pada umumnya diperlukan dalam perusahan

(Riyanto, 2001:282-283).

1. Pada waktu mengkoorganisir atau

mendirikan perusahaan.

2. Pada waktu membutuhkan tambahan modal

baru untuk perluasan atau ekspansi.

3. Pada waktu diadakan consolidation baik


15

dalam bentuk merger atau amalgamation.

4. Pada waktu dijalankan peyusunan kembali

struktur modal (recapitalization), pada

waktu mengadakan perubahan-perubahan

yang fundamental dalam struktur modal

(debt readjustment) dan pada waktu

dijalankan perbaikan- perbaikan struktur

modal (financial reorganization) yang

terpaksa harus dilakukan, karena perusahaan

yang bersangkutan telah nyata-nyata dalam

keadaan insolvable atau adanya ancaman

insolvency.

Perubahan-perubahan tersebut dimaksudkan supaya perusahaan tersebut

untuk selanjutnya dapat bekerja dalam basis finansial yang lebih kuat. Dalam hal

ini, pendapatan yang dihasilkan dari sumber-sumber ekonomi yang dimiliki

perusahaan akan dialokasikan kepada masing-masing pihak yang menyediakan

dana sebagai berikut:

1. Kepada debitur dalam jumlah tertentu yang tidak

tergantung pada jumlah pendapatan yang dihasilkan

bahkan juga terdapat ada atau tidak adanya

penggunaan sumber ekonomi dalam perusahaan. Bunga

atas hutang kepada kreditur harus dibayar, bahkan

dalam keadaan dimana menderita kerugian dalam


operasinya.

2. Kepada pemilik saham, seluruh sisa pendapatan yang

dihasilkan oleh perusahan dari sumber sumber

ekonominya setelah dikurangi haknya para kreditur.

Oleh karena itu, kemungkinan para pemilik saham akan

memperoleh bagian yang lebih besar, sama atau kurang

dari bagian yang diterima oleh kreditur, bahkan

perusahaan mengalami kegagalan di dalam operasinya

para pemilik saham harus membayar extra untuk

membalas jasa kepada para kreditur. Dalam situasi

demikian dana yang diinvestasikan oleh pemilik tidak

hanya berkurang karena adanya kerugian didalan

operasinya tetapi sebagai akibat dari kegiatan

pembelanjaan.

Apabila suatu perusahan dalam memenuhi kebutuhan dananya

mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan

mengurangi ketergantunganya kepada pihak luar, tetapi apabila kebutuhan dana

sudah demikian meningkatnya karena pertumbuhan perusahaan dan dana dari

sumber intern sudah digunakan semua maka tidak ada pilihan lain selain

menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan baik hutang dengan

mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan dananya, kalau dalam

memenuhi kebutuhan dana dari sumber extern tersebut mengutamakan pada


17

hutang saja, maka ketergantungan kita pada pihak luar akan semakin besar dan

risiko finansialnya semakin besar, sebaliknya kalau kita hanya mendasarkan pada

saham saja, biaya akan sangat mahal. Biaya penggunaan dana yang berasal dari

saham baru adalah paling mahal dibandingkan dengan sumber-sumber dana

lainya. Oleh karena, itu perlu diusahakan adanya keseimbangan optimal antara

kedua sumber dana tersebut. Apabila kita mendasarkan pada prinsip hati-hati,

maka kita mendasarkan pada aturan struktur finansial konsevatif dalam mencari

struktur modal yang optimal. Untuk mengetahui besarnya “modal optimal”

diperlukan lebih dahulu menetapkan jangka waktu kritis.

Jangka waktu kritis adalah waktu di mana biaya untuk kredit jangka

panjang sama besarnya dengan kredit jangka pendek (Riyanto, 2001:194) kalau

kredit yang dibutuhkan itu jangka waktunya lebih lama daripada jangka waktu

kritis tersebut, lebih menguntungkan mengambil kredit jangka panjang dengan

membungakan kelebihan modal sementara yang digunakan. Sebaliknya apabila

kebutuhan kredit jangka waktunya lebih pendek daripada jangka waktu kritis

adalah lebih menguntungkan membiayai kebutuhan modal kerja itu dengan

jangka pendek. Dengan mengetahui besarnya modal optimum maka perusahaan

dapat menetapkan apabila kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal

sendiri ataukah dipenuhi dengan modal asing (hutang).

Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa arti

pentingnya struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan,

karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh yang langsung
terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur

modal yang kurang baik dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan

memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang bersangkutan, sehingga

akan berpengaruh pada labanya, struktur modal merupakan cermin dari

kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan.

2.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan

yang ditujukan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan rata

rata total aktiva (Sujianto, 2001:129) Ukuran aktiva yaitu rata-rata penjualan

bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun (Brigham dan

Houston, 2001:117-119) Dalam hal ini penjualan lebih besar dari pada biaya

variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh pendapatan sebelum pajak

sebaliknya, jika penjualan lebih kecil dari variabel dan biaya tetap maka

perusahaan akan menderita kerugian. Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan

adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena akan menambah modal sendiri.

Laba bersih akan diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar dari pada biaya

variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh sesuai yang dikehendaki

maka pihak management akan melakukan perencanaan seksama, serta dilakukan

pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang dikehendaki.

Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah

melakukan strategi usahanya dengan efektif dan efisien.


19

Dari aspek finansial dapat dilihat dari perencanaan dan realisasi yang

diukur dalam satuan rupiah, dalam sisi perencanaan penjualan direfleksikan

dalam bentuk target yang diharapkan dapat direalisasi perusahaan. Perusahaan

pada pertumbuhan yang tinggi akan selalu membutuhkan modal yang semakin

besar demikian juga sebaliknya perusahan pada pertumbuhan penjualan yang

rendah, kebutuhan terhadap modal juga semakin kecil maka, konsep tingkat

pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif tetapi implikasi

tersebut akan memberikan efek yang berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam

penentuan jenis modal yang digunakan. Pada perusahan yang besar di mana

saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai

pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian

dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan (Riyanto, 2001:299-

300). Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada

dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak dominan terhadap

perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang besar

akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk

membiayai pertumbuhan penjualan dibanding dengan perusahan yang kecil.

Perusahan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk

mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat

pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar

memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri,


sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih menghadapi ketidakpastian,

karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak.

Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leverage akan lebih

besar dari pada perusahaan yang berukuran kecil.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran

perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada

kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai tingkat

pertumbuhan yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan lebih berani

mengeluarkan saham baru dan cenderung untuk menggunakan jumlah pinjaman

juga semakin besar, menurut penelitian yang dilakukan para ahli yang

menyatakan bahwa ukuran perusahan mempunyai pengaruh yang positif, yang

berarti kenaikan ukuran perusahaan akan diikuti dengan kenaikan struktur modal

adalah yang dilakukan penelitian Saidi (1997) dan Hartono (1990).

2.3 Risiko Bisnis

Risiko Bisnis adalah ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi

pengembalian aktiva masa depan. Risiko bisnis menurut Hamada (dalam Moh’d

Perry dan Rimbey,1998) merupakan risiko yang mencakup financial leverage

risk, dan operating leverage risk.

2.3.1 Operating Leverage

Operating Leverage adalah Penggunaan aktiva atau operasinya

perusahaan yang disertai dengan biaya tetap (Riyanto, 1990:379.) Dikatakan


21

bahwa operating leverage menghasilkan laverage yang favorable atau positif

kalau revenue setelah dikurangi biaya variabel lebih besar daripada biaya tetap.

Sebaliknya bahwa operasinya perusahaan disertai dengan biaya tetap (operating

leverage) merugikan atau menghasilkan leverage yang negatif kalau

“contribution to fixed cost” nya lebih kecil dari biaya.

2.3.2 Finansial Laverage

Finansial laverage adalah Penggunaan dana dengan beban tetap dengan

harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham. (Riyanto,1990:293).

Dalam memikirkan masalah struktur modal kita akan dihadapkan pada risiko

finansial. Risiko Finansial terdiri dari dari dua hal yaitu: (Indriyo, 2002:203).

1. Risiko tidak bisa membayar kembali uang dan

kewajiban-kewajiban finansial lain. Hal ini sering juga

disebut tidak solvable, sebagai akibat atas naiknya

bagian dari utang saham preferen di dalam struktur

kapital. Beban-beban finansial tersebut apabila ini

terjadi, maka dapat menjurus pada jurang kebangkrutan.

Perusahaan yang menggunakan sumber dana yang

menanggung beban tetap (seperti hutang dan saham

preferen) sering juga disebut perusahaan sering

melakukan leverage atau levered firm sedangkan yang

tidak memakai un leverage firm. Tinggi rendahanya


utang di dalam struktur modal disebut laverage faktor.

Laverage faktor 40% berarti perusahaan mengunakan

utang sebesar 40 % dari total modal yang dipakai

perusahaan.

2. Aspek yang kedua adalah semakin kecilnya bagian laba

dari pemegang saham (earning available to common

stock) semakin besar laverage factor berarti semakin

besar beban tetap (bunga) yang harus dibayarkan oleh

kreditur, hal ini akan semakin kecilnya laba dari

pemegang saham, karena bagian laba yang digunakan

untuk membayar bunga tersebut. Penggunaan hutang

yang berbeban bunga memiliki kelemahan dan

kelebihan bagi perusahaan, Keuntungan pemggunaan

hutang adalah:

a. Biaya bunga mengurangi beban penghasilan kena pajak,

sehingga biaya hutang efektif tetap.

b. Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang relatif tetap,

sehingga lelebihan keuntungan klaim bagi pemilik perusahaan.

Penggunaan hutang memiliki kelemahan karena diantaranya

hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko technical

insolvency dan bila bisnis perusahaan tidak dalam kondisi

bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup


23

menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang.

2.4 Pertumbuhan Aktiva

Weston dan Brigham (1986:475) mengatakan perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan aktiva cepat harus banyak mengandalkan pada modal external,

floating cost. Pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi

obligasi, dengan menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang

lambat pertumbuhannya. Penelitian yang dilakukan oleh Balakrishnan dan Isaac

(1993) terhadap 295 perusahaan industri di Amerika Serikat menunjukan bahwa

pertumbuhan aktiva berpengaruh pada struktur modal.

2.5 Profitabilitas

2.5.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba

dalam periade tertentu (Riyanto, 1990:28). Dimana masing-masing pengukuran

profitabilitas dihubungkan dengan penjualan, total aktiva, dan modal sendiri.

Secara keseluruhan ketiga pengukuran itu memungkinkan seorang penganalisa

untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungan dengan volume penjualan,

jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan, didalam akuntansi

digunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodic dengan didasarkan pada

pengaruh transaksi-transaksi yang sesungguhnya terjadi mengakibatkan

timbulnya pendapatan dan biaya-biaya sebagai elemen yang membentuk laba atau

rugi dalam suatu periode.


Penilaian profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam tergantung

pada laba dan aktiva yang akan dibandingkan antara satu dengan lainya, antara

lain perbandingan laba yang berasal operasi atau usaha, laba netto sesudah pajak

dengan keseluruhan aktiva, ataukah perbandingan laba netto sesudah pajak

dengan modal sendiri, meskipun terdapat bermacam-macam penilaian

profitabilitas suatu perusahaan namun rasio yang digunakan pada umumnya oleh

para pemakai laporan keuangan adalah profitabilitas ekonomi dan profitabilitas

modal sendiri.

1. Profitabilitas Ekonomi

Protabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan

modal sendiri dengan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut dan dinyatakan dalam persentase (Riyanto, 2001:26) dengan demikian

profitabilitas ekonomi menujukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya. Modal yang dipergunakan

dalam menghitung profitabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja dalam

perusahaan demikian pula laba yang diperhitungkan untuk menghitung

profitabilitas ekonomi hanya laba yang berasal dari operasi perusahaan

operating profit. Oleh karena itu, laba yang diperoleh diluar perusahaan atau

dari efek tidak diperhitungkan dalam menghitung profitabilitas ekonomi, bagi

perusahaan disamping laba profitabilitas merupakan masalah yang penting

karena laba yang besar belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut

telah dapat bekerja secara efesien. Efesiensi baru dapat diketahui dengan

membandingkan dengan modal yang digunakan.


25

2. Profitabilitas Modal Sendiri

Profitabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas

usaha adalah perbandingkan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik

modal sendiri dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 2001:44) laba yang

dimaksud di sini adalah laba usaha setelah dikurangi bunga modal asing dan

pajak penghasilan (Earning After tax).

Penambahan modal asing atau modal sendiri tentunya akan mempunyai

dampak bagi profitabilitas modal sendiri tersebut. Penambahan modal asing akan

berdampak menguntungkan apabila rate of return dari pada tambahan modal

asing tersebut lebih besar dapat dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri

dengan tambahan modal asing lebih besar daripada profitabilitas modal sendiri

dengan tambahan modal sendiri. Sebaliknya, penambahan modal asing akan

berdampak merugikan apabila rate of return daripada tambahan modal asing

tersebut lebih kecil dari bunga atau dengan kata lain bahwa tambahan modal asing

tidak dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal

asing lebih kecil daripada profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal

sendiri.

Jumlah keuntungan laba yang diperoleh secara teratur serta

kecenderungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang

perlu mendapat perhatian penganalisa karena melangsungkan hidupnya

perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan tanpa adanya

keuntungan akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar.
Para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama pihak manajemen akan

meningkatkan keuntungan ini karena betapa penting arti keutungan bagi

perusahaan di masa depan maka perusahaan yang mempunyai tingkat

profitabilitas yang tinggi akan mengurangi ketergantungan pada pihak luar karena

tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan memperoleh sebagian

besar pendanaanya dari laba ditahan, hal ini akan berpengaruh pada penentuan

komposisi struktur modal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartono (1990) menyatakan

bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur modal, dimana

keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan sebagian dapat ditanamkan kembali

ke dalam perusahaan untuk menambah modal, sedangkan penelitian lain yang

dilakukan oleh Saidi (1997) menyatakan profitabilitas mempunyai pengaruh yang

positif terhadap struktur modal perusahaan.

2.6 Struktur Kepemilikan

Struktur Kepemilikan adalah, yaitu perbandingan antara jumlah saham

yang dimiliki oleh orang dalam (insider) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh

investor (Jahera dan Aurburn,1996). Apabila kebutuhan dana sudah semakin

meningkat karena pertumbuhan perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah

digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain menggunakan dana lain yang

bersumber dari luar perusahaan baik berupa hutang maupun dengan mengeluarkan

saham baru. Untuk memenuhui kebutuhan dana, jika dalam pemenuhan dana dari
27

sumber external tersebut mengutamakan pada hutang saja maka ketergantungan

pada pihak luar akan makin besar dan risiko finansial makin besar, sebaliknya jika

hanya mengandalkan pada saham saja, biaya akan sangat mahal.

Biaya penggunaan dana yang berasal dari saham baru adalah yang paling

mahal dibanding dengan sumber-sumber dana lain. Oleh karena, itu perlu

diusahakan adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana

tersebut, maka harus didasarkan pada aturan struktur finansial dalam mencari

struktur modal yang optimal. Dimana struktur finansial konservatif menghendaki

agar perusahaan dalam keadaan apapun tidak dibenarkan mempunyai hutang yang

lebih besar daripada jumlah modal sendiri atau dengan kata lain debt ratio jangan

lebih besar dari 50% sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih besar dari

modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri). Apabila kita mendasarkan pada

konsep cost of capital maka kita akan mengusahakan dimilikinya “Struktur Modal

yang optimum” (Riyanto, 1990; 225-226).

2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Salah satu tugas manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana di

dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan diharapkan adanya suatu

variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadang-kadang perusahaan lebih baik

menggunakan dana yang bersumber dari hutang kadang-kadang perusahaan lebih

menggunakan modal sendiri (equity). Oleh karena itu, menejer keuangan di dalam

operasi perlu berusaha untuk memenuhi sasaran tertentu mengenai pertimbangan


antara lain besarnya hutang, modal sendiri yang tercemin dalam struktur modal

perusahaan perlu diperhitungkan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi

struktur modal yang dapat diuraikan antara lain:

1. Struktur Aktiva

Menurut Riyanto (1995:298) kebanyakan perusahaan industri dimana

sebagian besar modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri sedang

hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya

aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa

besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva

tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Perusahaan yang sebagian besar

dari aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang,

jadi dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap

struktur modal dalam penelitiannya bahwa struktur aktiva akan

mempengaruhi keputusan modal yang dilakukan oleh menejer.

2. Tingkat Pertumbuhan Penjualan

Brigham dan Hauston (2001:40) mengatakan bahwa perusahaan

dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak

pinjaman dan menanggung bahan tetap yang lebih tinggi di bandingkan

dengan perusahan yang penjualan tidak stabil.

3. Tingkat Pertumbuhan aktiva

Weston dan Brigham (1986:475) mengatakan perusahaan dengan

tingkat pertumbuhan yang cepat harus banyak mengandalkan pada modal

external. Floating cost pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi pada emisi
29

obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang

lebih tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi)

dibanding perusahan yang lambat pertumbuhan.

4. Profitabilitas

Brigham dan Huoston (2001:40) mengatakan bahwa perusahaan

dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi menggunakan

hutang yang relatif kecil, tinggkat pengembalian yang lebih tinggi

memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan

dengan dana yang dihasilkan secara internal.

5. Leverage keuangan: jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan

dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu

untuk membesar leverage keuangan karena mempunyai risiko

bisnis yang lebih kecil.

6. Tingkat Pertumbuhan: Perusahan perusahan yang mempunyai

tingkat pertumbuhan lebih cepat membutuhkan dana dari sumber

extern yang lebih besar.

7. Pajak: Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak

perusahaan, sedangkan deviden tidak. Oleh karena, itu semakin

tinggi tingkat pajak perusahaan semakin besar keuntungan dari

penggunaan pajak, semakin besar daya tarik pengguna hutang.

8. Pengendalian: Pengaruh hutang terhadap posisi pengendalian

menejemen bisa mempengaruhi struktur modal.

9. Keadaan Pasar Modal: Keadaan pasar modal sering mengalami


perubahan dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan

pasar modal tersebut.

10. Kondisi Internal Perusahaan: Apabila perusahan memperoleh

keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik investor, maka

perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada

mengeluarkan saham.

11. Fleksibelitas Keuangan: Seorang menejer pendanaan yang pintar

adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan

mendukung operasi.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh para peneliti

diantaranya: McCue dan Ozean (1992), Balakrishnan, Srinivasan dan Isak Fox

(1993), Hartono(1990). Menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi struktur

modal antara lain:

Menurut McCue dan Ozean (1992) dalam saidi (1997). Penelitian yang

dilakukan ini bertujuan untuk memilih dari faktor-faktor penentu stuktur modal

rumah sakit di California. Penelitian yang dilakukan terhadap 475 rumah sakit

selama tahun 1982 hingga 1987. Variabel-variabel bebas yang yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi: asset structure, growth, pofitabilitas, risk, size, tax

shield, ownership affiliasion, payment, system dan market condition hasil

penelitian ini menunjukan bahwa, asset strukture, growth, risk, size, ownership

affiliation dan market condition berpengaruh signifikan terhadap keputusan


31

struktur modal.

Penelitian Blakrishnan, Srinivasan dan Isak Fox (1993) dalam saidi (1997)

yang bertujuan untuk mengetahui dampak dari karakteristik perusahaan terhadap

struktur modal. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan

manufaktur di Amerika Serikat tahun 1978 sampai tahun 1987. Variabel-variabel

yang digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini: earning volatility,

depreciation, R&D Intensity dan growth opportunitties. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa karakteristik perusahan atau faktor-faktor yang menjadi

penentu struktur modal adalah Risiko yang diukur dengan, Earnings volatility

depreciation dan advertising.

Menurut Saidi (1997) yang meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi Struktur modal pada perusahaan manufaktur yang go public di

BEJ Tahun 1997-2002. Dimana dalam populasi ini adalah seluruh perusahan

manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta sebanyak 130 perusahaan

manufaktur. Penentuan anggota sampel dalam penelitian ini dilakukan dangan

metode random sampling. Penelitian ini melibatkan enam variabel yang terdiri

atas satu variabel terikat Y dan lima variabel bebas X. Variabel bebas tersebut

adalah ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan

struktur kepemilikan sedangkan variabel bebasnya adalah Struktur modal.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini model regresi

linier berganda uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, risiko bisnis,

pertumbuhan aktiva, profotabilitas, struktur kepemilikan secara bersama-sama


berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial hanya

pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan struktur kepemilikan berpengaruh

secara signifikan terhadap struktur modal sementara risiko bisnis berpengaruh

tidak signifikan terhadap struktur modal.

2.9 Kerangka Pemikiran

Pada umumnya semua perusahaan yang didirikan mempunyai suatu tujuan

atau sasaran yang sama yaitu keberhasilan dalam mempertahankan hidup

(survive) mendapatkan laba serta tumbuh dan berkembang pesat. Untuk mencapai

tujuan tersebut perusahaan harus dapat memanfaatkan sumber-sumber yang akan

digunakan secara optimal untuk meningkatkan laba sehingga perusahaan dapat

tumbuh dan berkembang. Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk

membiayai operasi sehari-hari yang akan terus berputar setiap periode selama

hidupnya perusahaan. Modal sangat diperlukan oleh setiap perusahaan,

pengunaan modal dapat dikatakan efisien apabila tingkat perputaran modal dari

tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh karena itu, putusan penting yang

dihadapi oleh menejer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi

perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktural modal yaitu

suatu keputusan keuangan dengan komposisi hutang, saham preferen, saham biasa

yang harus digunakan oleh perusahaan.

Menejer harus mampu menghimpun dana dengan baik yang bersumber

dari dalam maupun luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan

pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan

biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan. Biaya modal yang timbul
33

dari keputusan pendanaan merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul

dari keputusan yang dilakukan menejer. Ketika menejer menggunakan hutang,

jelas biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh

kreditur.

Sedangkan menejer menggunakan dana internal akan timbul oportunity

cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang

dilakukan secara tidak cermat akan manimbulkan biaya tidak tetap dalam bentuk

biaya modal yang tinggi yang selalnjutnya dapat mengakibatkan rendahnya

profitabilitas perusahaan.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menejer dalam

menentukan struktur modal. Menurut Brigham dan Houston (2001) faktor-faktor

risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan, dan konserfatisme atau

agresifitas menejemen merupakan faktor-faktor yang menentukan keputusan

modal khususnya pada struktur yang ditargetkan. Secara lebih umum faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap keputusan modal adalah ukuran perusahaan

(size), risiko bisnis (business risk), pertumbuhan aktiva (asset growth),

kemampulabaan (profitability) dan struktur kepemilikan (ownership structure).

Ukuran perusahaan yang menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan

yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan rata-

rata total aktiva. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana semakin

meningkat akibat pertumbuhan penjualan dan dana dari sumber intern sudah

digunakan semua maka tidak ada pilihan lain untuk menggunakan dana dari luar
baik hutang maupun mengeluarkan saham, setiap perluasan modal saham hanya

akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau

tergesernya pengendalian perusahaan sebaliknya perusahaan kecil dengan

penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan. Perusahaan

dengan ukuran besar akan mempunyai akses yang lebih besar mendapatkan

sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman

dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki

profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan industri. Dari uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya prusahaan akan berpengaruh

terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar

suatu perusahaan mempunyai pertumbuhan penjualan yang tinggi, sehingga

perusahaan lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk

menggunakan jumlah pinjaman semakin besar.

Risiko Bisnis yang merupakan ketidakpastian yang yang melekat dalam

proyeksi tingkat pengembalian aktiva masa depan. Risiko bisnis menurut Hamada

dalam (Moh’ d, Perry dan Rimbey, 1998) dalam saidi (1997) merupakan risiko

yang mencakup operating laverage dan financial leverage risk. Operating

Leverage adalah Penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai

dengan biaya tetap (Riyanto, 1990:379). Dikatakan bahwa operating leverage

menghasilkan laverage yang favorable atau positif kalau revenue setelah

dikurangi biaya variabel lebih besar daripada biaya tetap berarti perusahaan
35

mempunyai risiko rendah maka akan mempengaruhi struktur modal secara positif

dikarenakan perusahaan menambah modal dengan laba ditahan. Sebaliknya

bahwa operasinya perusahaan disertai dengan biaya tetap (operating leverage)

merugikan atau menghasilkan leverage yang negatif kalau contribution to fixed

cost nya lebih kecil dari biaya tetap berarti perusahaan mempunyai risiko tinggi

maka akan mempengaruhi struktur modal secara positif dikarenakan perusahaan

akan menggunakan hutang yang biaya lebih kecil.

Risiko tidak bisa membayar kembali hutang dan kewajiban-kewajiban

finansial yang lain, hal ini sering disebut risiko tidak solvabel sebagai akibat atas

naiknya bagian dari hutang atau saham preferen di dalam struktur modal maka

beban-beban tetap bagi perusahaan juga akan naik maka perusahaan akan

menjurus pada kebangkrutan. Perusahaan menggunakan sumber dana yang

menanggung beban tetap seperti hutang dan saham preferen sering juga disebut

perusahaan yang melakukan leverage yang tidak melakukan disebut un leverage,

tinggi rendahnya hutang dalam struktur modal disebut leverage factor. Misal

Leverage faktor 40% berarti perusahaan menggunakan hutang sebesar 40% dari

total modal yang dipakai.. Semakin besar leverage factor berarti semakin besar

beban tetap bunga yang harus dibayarkan kepada kriditur Pertumbuhan aktiva

yang merupakan perubahan (peningkatan dan penurunan) total aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat

harus lebih banyak mengandalkan pada modal external.

Floating cost pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada

emisi obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang


tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding

perusahaan yang lambat pertumbuhannya. Penelitian ini yang dilakukan oleh

Balakrihnan dan Isaac (1993) terhadap perusahaan industri di Amerika Serikat

menunjukan bahwa pertumbuhan aktiva berpengaruh pada struktur modal.

Profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.

Penambahan modal asing atau modal sendiri tentunya akan mempunyai dampak

bagi profitabilitas modal sendiri tersebut. Penambahan modal asing akan

berdampak menguntungkan apabila rate of return daripada tambahan modal asing

tersebut lebih besar dapat dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri dengan

tambahan modal asing lebih besar daripada profitabilitas modal sendiri dengan

modal asing. Penambahan modal asing akan berdampak merugikan apabila rate of

return daripada tambahan modal asing lebih kecil dari bunga atau dengan kata

lain tidak dibenarkan apabila profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal

asing lebih kecil daripada profitabilitas modal sendiri dengan tambahan modal

sendiri, dengan demikian perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang

tinggi akan mengurangi ketergantungan pada pihak luar karena tingkat

keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan memperoleh sebagian besar

pendanaan dari laba ditahan, hal ini akan mempengaruhi komposisi struktur

modal, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartono (1990)

menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif dengan struktur

modal dimana keuntungan yang diperoleh perusahaan sebagian dapat ditanamkan


37

kembali ke dalam perusahaan untuk menambah modal.

Struktur kepemilikan yang merupakan perbandingan antara jumlah saham

yang dimiliki orang dalam dengan jumlah saham yang dimiliki orang luar atau

investor. Apabila kebutuhan dana sudah meningkat karena pertumbuhan

perusahaan dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka Pemilik

saham atau dewan komisaris tidak ada pilihan lain selain mnggunakan dana yang

berasal dari hutang maupun mengeluarkan saham baru jika menggunakan hutang

saja, maka ketergantungan pada pihak luar makin besar tetapi biayanya lebih

kecil daripada emisi saham sebaliknya mendasarkan pada saham saja biaya

penggunaan dana yang berasal dari saham baru adalah yang paling mahal

dibanding dengan sumber-sumber dana lain, maka pemilik saham cenderung

menggunakan hutang tetapi harus memperhatikan adanya keseimbangan antara

kedua sumber untuk mengatasi itu, kita harus mendasarkan pada aturan struktur

financial dalam mencari struktur modal yang optimal. Struktur finansial

menghendaki agar perusahaan dalam keadaan apapun jangan mempunyai hutang

lebih besar daripada modal sendiri. Apabila kita mendasarkan pada konsep cost of

capital maka kita akan mengusahakan dimilikinya “struktur modal yang optimal

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pemikiran dibawah ini.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
39

2.10 Hipotesis

Menurut Arikunto (1998:67) yang dimaksud dengan hipotesis adalah

Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis dalam penelitian ini

adalah :

1. Ada pengaruh yang

signifikan antara ukuran

perusahaan dengan struktur

modal pada perusahaan go

public di Bursa Efek Jakarta

(2006-2008). Dimana

ukuran perusahaan yang

besar akan berpengaruh

secara positif terhadap

Hutang Jangka Panjang.

2. Ada pengaruh yang

signifikan antara risiko

bisnis terhadap struktur


modal pada perusahaan

manufaktur go public di

Bursa Efek Jakarta pada

tahun (2006-2008). Apabila

risiko bisnis yang tinggi

terjadi cenderung

mempunyai pengaruh yang

positif terhadap rasio hutang

dalam struktur modal.

3. Ada pengaruh yang

signifikan antara

pertumbuhan aktiva

terhadap struktur modal

pada perusahaan manufaktur

go public di Bursa efek

Jakarta tahun (2006-2008).

Dimana perusahaan yang

mengalami pertumbuhan

aktiva yang cepat cenderung

akan berpengaruh positif

terhadap penggunaan hutang

dakam struktur modal.


41

4. Ada pengaruh yang

signifikan antara

kemampulabaan terhadap

struktur modal pada

perusahaan manufaktur go

public di Bursa Efek Jakarta

tahun (2006-2008). Apabila

perusahaan mencapai

profitabilitas yang tinggi

maka akan berpengaruh

negatif terhadap struktur

modal, perusahaan akan

mengurangi hutang dan

menambah modalnya

dengan laba yang tidak

dibagi sehingga akan

merubah struktur modal

perusahaan.

5. Ada pengaruh yang

signifikan antara struktur

kepemilikan perusahaan

terhadap struktur modal


pada perusahaan manufaktur

go public di Bursa Efek

Jakarta tahun (2006-2008).

Apabila kepemilikan saham

tinggi maka perusahaan

cenderung menggunakan

dana external yang berasal

dari hutang maka akan

berpengaruh positif terhadap

struktur modal.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1996:115)

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang

sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Berdasarkan hal tersebut di atas,

populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEJ (Bursa

Efek Jakarta) atau Listed Tahun 2006-2008.

Ditinjau dari segi penelitian yang bersifat non eksperimen, penelitian ini

dikategorikan sebagai studi peristiwa, yaitu mempelajari reaksi pasar terhadap

suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan dan dapat digunakan untuk

menguji kandungan informasi. Kandungan dalam informasi ini adalah struktur

modal yang terkandung dalam laporan keuangan karena laporan keuangan

berperan penting bagi investor dipasar modal. Penelitian ini merupakan studi

empirik karena struktur penelitian disusun dengan tujuan membuktikan atau

menguji hipotesis secara empiris.

3.1.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

1996:104). Menurut Sudjana (2002) sampel adalah sebagian yang diambil dari

populasi sengan menggunakan cara-cara tertentu.


44

Pengambilan sampel bertujuan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam

menganalisa data, namun demikian pengambilan sampel harus bersifat

representative sehingga hasil analisis dapat digeneralisasikan. Teknik yang

digunakan untuk pengambilan sampel adalah dengan metode Cluster propotional

random sampling atau sampel kelompok. Metode ini digunakan karena emiten

yang terdaftar di bursa efek Jakarta heterogen, pengambilan sampel agar dapat

mewakili masing-masing unsur dilakukan dengan pembagian terhadap unsur-

unsur saham yang terdaftar di bursa efek Jakarta berdasarkan jenis usaha.

Menurut Arikunto (1997) untuk populasi lebih dari 100 jumlah sampel minimum

adalah 10-15%. Pengambilan sampel dari masing-masing sektor disesuaikan

dengan perbadingan atau rasio jumlah emiten masing-masing sektor. Jumlah

sampel setiap sektor diperoleh dengan cara populasi sektor dibagi dengan

populasi seluruhnya dikalikan dengan sampel seluruhnya yaitu tiga puluh,

berdasarkan perhitungan tersebut akan dapatkan hasil sampel yang cukup

mewakili jenis usaha di bursa efek Jakarta.

Jumlah sampel yang dipilih setiap sektor diperoleh dengan cara :

Populasi setiap sektor


× Total Sampel yang dipilih
Populasi seluruhnya

Tabel 3.1
Metode Pengambilan Sampel
Jumlah Jumlah
No Jenis Sektor Usaha Populasi Setiap Sampel yang
sektor Usaha diambil
1 Makanan dan minuman 20 4
2 Tembakau Mnufaktur 4 1
3 Penghasil Pemintal Textil 9 2
4 Penghasil Pakaian dan Textil 16 3
5 Produksi Kayu 5 1
6 Penghasil Kertas 5 1
7 Pabrik Kimia 8 2
8 Produksi Bahan Perekat 4 1
9 Produksi Plastik dan Gelas 1 3
10 Produksi Semen 3 1
11 Pemnuat logam 15 3
12 Pembuat keramik 4 1
13 Produksi Mesin 1 1
14 Produksi kabel 6 1
15 Produksi Peralatan Elektronik 6 1
16 Produksi Otomotif 19 4
17 Produksi Peralatan Pemotretan 3 1
18 Produksi Obat 10 2
19 Peralatan Kosmetik 3 1
Jumlah 150 31

Tabel 3.2
Nama Perusahaan Sebagai Sempel
Jumlah
No Jenis Sektor Usaha Nama perusahaan
Sampel
1 Makanan dan minuman 4 1. Davomas Abadi Tbk
2.Aqua Golden Missisipi Tbk
3. Fast Food Indonesia
4. Mayora Indah Tbk
2 Tembakau Mnufaktur 1 1.Gudang Gram Tbk
3 Penghasil Pemintal Textil 2 1.Century Textile Industri
2.Eratex Djaja Limitd Tbk
4 Penghasil Pakaian dan Textil 3 1. Indorama Syntetice Tbk
2.Fortun Mate Indonesia Tbk
3. Sepatu Bata Tbk
5 Produksi Kayu 1 1. Surya Dumai Industri Tbk
6 Penghasil Kertas 1 1. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
7 Pabrik Kimia 1 1. Sorini Corportion Tbk
8 Produksi Bahan Perekat 1 1. Intan Wijaya Internasional
Tbk
46

9 Produksi Plastik dan Gelas 3 1. Aneka Kemasindo Utama


2. Asahimas Flat Glass Go Ltd
3. Dynaplast Tbk
10 Produksi Semen 1 1.Indosemen Tunggal Perkasa
Tbk
11 Pembuat logam 3 1. Lion Mesh Prima Tbk
2.Tira Austenite Tbk
3. Kedawung Setia Industri
12 Pembuat keramik 1 1. Surya Toto Indonesia Tbk
13 Produksi Mesin 1 1. Komatsu Indonesia Tbk
14 Produksi kabel 1 1.Kabelindo Murni Tbk
15 Produksi Peralatan 1 1. Astre Graphia Tbk
Elektronik
16 Produksi Otomotif 4 1. Gajah Tunggal Tbk
2. Goodyear Indonesia Tbk
3.Hexindo Adiperkasa Tbk
4. United Tractor Tbk
17 Produksi Peralatan 1 1. Inter Delta Tbk
Pemotretan
18 Produksi Obat 2 1. Indofarma Tbk
2. Tempo Scan Pasific Tbk
19 Peralatan Kosmetik 1 1. Mustika Ratu Tbk

3.2 Operasional Variabel

Variabel adalah Obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 1996:99). Variabel Penelitian dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang akan dijadikan obyek penelitian. Variabel penelitian dapat

dibedakan menjadi dua yaitu variabel pengaruh (variabel bebas) dan variabel

terpengaruh (variabel terikat).

Dalam operasional merupakan penjabaran dari setiap variabel di dalam

indikator yang terperici. Dalam penelitian ini variabel yang menjadi pengamatan

dan mempunyai indikator-indikator yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas
a. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besarnya asset yang dimiliki

perusahaan dalam penelitian ini pengukuran perusahaan mengacu pada

penelitian Krishman dan Moyer (1996) dimana ukuran perusahaan

diproxy dengan nilai logaritma dari total asset. Skala variabel yang

digunakan pada ukuran perusahaan adalah variabel ordinal dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Log Total asset (Krishman dan Moyer, 1996)

b. Risiko Bisnis

Risiko Bisnis adalah Ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi

tingkat pengebalian aktiva masa depan. Pengukuran risiko bisnis dalam

penelitian ini menggunakan cara yang digunakan oleh Indriyo (2002) yaitu

dengan rumus DOL (Degree Of Operating Leverage). Skala variabel yang

digunakan pada risiko bisnis adalah variabel rasio yang merupakan

variabel perbandingan dapat diukur dengan.

Pertumbuhan laba
Pertumbuhan penjualan (Indriyo, 2002)

Keterangan:

DOL = Tingkat Leverage Operasi/Degree of Operating Leverage

EBIT = Earnings Before Interest and Taxes (laba sebelum bunga dan

pajak)

c. Pertumbuhan Aktiva
48

Pertumbuhan asset adalah perubahan (peningkatan atau

penurunan) total aktiva yang dimiliki perusahaan. Pertumbuhan asset

dihitung sebagai persentase perusahaan asset pada tahun tertentu terhadap

tahun sebelumnya (Bhaduri, 2002). Skala variabel yang digunakan adalah

variabel rasio yang merupakan variabel perbandingan.

Pertumbuhan Aktiva
Aktiva Tahun Lalu (Bhaduri, 2002)

d. Profitabilitas

Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba ukuran profitabilitas mengacu pada Riyanto (2000) yaitu

menggunakan Return on Asset. Skala varibel yang digunakan adalah

variabel rasio yang merupakan variabel perbandingan.

Laba
Total Asset (Riyanto, 2002:28)

e. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan saham yaitu perbandingan antara jumlah

saham yang dimiliki orang dalam dengan saham yang dimiliki investor

(Jahera dan Aurburn) 1996. Skala variabel yang digunakan pada struktur

kepemilikan adalah variabel rasio yang merupakan variabel perbandingan.

Saham orang dalam


Saham Investor (Jahera dan Aurburn,1996)

2. Variabel Terikat
a. Struktur Modal

Teori strutur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan

struktur modal pada nilai perusahaan kalau keputusan investasi dan

kebijakan deviden dipegang konstan Suad Husnan, (1996:299) Skala

variabel yang digunakan pada struktur modal adalah variabel rasio.

Menurut (Riyanto, 2000:15) Struktur Modal adalah perbandingan

antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Hutang Jangka Panjang


Modal Sendiri (Riyanto,2000: 328)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data merupakan keterangan atau informasi yang dapat menggambarkan

suatu keadaan. Seluruh data dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan

demikian metode pengumpulan data adalah dengan mengumpulkan data yang

dikumpulkan dari bebagai sumber antara lain data emiten yang tercatat di Bursa

Efek Jakarta periode 2006-2008, dari literatur, jurnal-jurnal dan sumber lain yang

terkait dengan permasalahan dalam penelitian. Dokumentasi adalah suatu teknik

pengumpulan data dengan cara penulis mencari data yang diperlukan yang

meliputi arsip atau buku yang ada dengan struktur modal.

3.4 Sumber dan Jenis Data

Data Sekunder adalah data yang diperoleh bukan langsung dari sumbernya
50

dan bukan usaha sendiri oleh peneliti (Sudjana, 1981:52) Data ini sudah tersedia

sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu mengusahakan sendiri pengumpulanya,

dari data sekunder juga juga dipakai literatur-literatur di perpustakaan yang ada

hubunganya dengan yang masalah-masalah yang diteliti. Penelitian ini termasuk

jenis penelitian kuantitatif yang mempunyai tujuan untuk menyusun teori sebagai

hasil induksi dan pengantar terhadap fakta (pengumpulan informasi).

3.5 Metode Analisis Data

Metode Analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk

memproses hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian

ini analisis yang digunakan adalah.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran umum

sampel data. Hasil statistik deskriptif dari sampel data penelitian dapat dilihat

melalui jumlah data, rata-rata sampel dan standar deviasi.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan untuk mengetahui apakah model

regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis. Dalam penelitian

ini memenuhi asumsi klasik atau tidak. Uji Asumsi klasik terhadap sampel

data secara umum adalah.

a. Uji Normalitas

Uji narmalitas simaksudkan untuk menentukan apakah variabel


berdistribusi normal atau tidak, dapat dilihat dari nilai uji Kolmogotof dan

Sirnov apabila variabel berdistribusi normal, maka nilai uji Kolmogorof

dan Smirnov tersebut > 0,05 (Triton PB, 2006:77)

b. Pengujian Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota dalam data runtut

waktu (time series) atau antara space untuk data cross section. Keberadaan

autokorelasi yang signifikan maka penaksir dari OLS menjadi tidak

konsisten, meskipun tidak bias.

Pengujian terhadap adanya fenomena autokorelasi dalam data yang

dianalisis dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Wetson Test,

dengan Kriteria sebagai berikut :

d < dL : tolak Ho

d < dU : tidak menolak Ho

dL ≤ d ≤ dU : penguji tidak meyakinkan

d > 4 – dL : tolak Ho

d > 4 – dU : tidak menolak Ho

4-u , d ≤ 4 ≤ 4-dL : pengujian tidak meyakinkan

di mana formula yang digunakan untuk menghitung statistik Durbin

Watson adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995:422)

∑µ + ∑ µ t −1 − 2 ∑ µ t µ t −1
2
t
d =
∑µ
2
t
52

d = Statistik Durbin – Weston

µt = Nilai residual pada periode t

µt-1 = Nilai residual pada periode t-1

c. Pengujian Uji Heteroskedastisitas

Homoskedastisitas (varian sama) merupakan fenomena di mana

pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan (ei)

mempunyai nilai varian yang sama sebesar σ2, Jika model

yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut

maka dalam model tersebut terjadi heteroskedatisitas. Heteroskedastisitas

ini mengakibatkan nilai estimator (koefisien regresi) dari model tersebut

tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bias dan konsisten.

Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedatisitas dilakukan

dengan menggunakan Spearman’s Rank Correlation Test. Pengujian

adanya fenomena multikolinearitas ini akan didasarkan pada hipotesis

berikut ini :

Ho : rs = 0 : tidak terjadi heteroskedatisitas

Ha : rs > 0 : terjadi heteroskedastisitas

Kriteria pengujian : jika rs < r table maka Ho diterima dan Ha ditolak,

yang berarti tidak terjadi fenomena heteroskedastisitas. Besarnya nilai rs

dihitung dengan menggunakan formula (Gujarati, 1995:372)

Keterangan simbol :
 ∑ di2 
rs = 1 - 6  2

 n(n -1) 

rs : Koefisien korelasi Spearman

di : Selisih ranking

n : Ukuran sampel

d. Pengujian Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang

sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain.

Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini

adanya kesalahan standar penaksir semakin besar, dan probabilitas untuk

menerima hipotesis yang salah menjadi semakin besar. Pengujian terhadap

ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan metode VIF

(Variance Inflation Factor). Adapun kriteria yang digunakan dalam

pengujian metode VIF ini adanya sebagai berikut (Gujarati, 1995; 339).

Jika VIFj > 10 terjadi multikolinearitas tinggi antara regresor

(variabeL bebas) j dengan regresor (variabel bebas) yang lain.

Formula untuk menghitung VIF adalah sebagai berikut (Gujarati,

1995:338)

VIF J = var ( β j )
∑x j

σ 2
54

3. Analisis Regresi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mencari persamaan regresi atau pengaruh

antara Ukuran perusahaan (X1), Risiko Bisnis (X2), Pertumbuhan Aktiva (X3),

Kemampulabaan (X4), Struktur Kepemilikan Perusahaan (X5) terhadap

Struktur Modal (Y). Adapun rumus yang dipakai yaitu.

Yt = bo + b1 X1 + b2 X2+ b3X3+ b4X4 + b5X5 + µ

Keterangan :

Yt = struktur modal perusahaan I pada tahun t


X1 = Ukuran perusahaan I pada tahun t-1

X2 = Risiko bisnis perusahaan pada tahun t-1

X3 = Pertumbuhan Aset perusahaan pada tahun t-1

X4 = Kemampulabaan perusahaan i pada tahun t-1

X5 = Struktur kepemilikan perusahaan I pada t-1

3.6 Pengujian Hipotesis

3.6.1 Uji t

Untuk menguji signifikasi pengaruh perusahaan (X1), Risiko bisnis (X2),

Pertumbuhan Aktiva (X3), Kemampulabaan (X4), Struktur Kepemilikan

Perusahaan (X5) terhadap Struktur Modal (Y) secara parsial, berdasarkan program

SPSS 12 maka Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : β = 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Ukuran perusahaan (X1),


Risiko bisnis (X2), Pertumbuhan aktiva (X3), Kemampulabaan (X4),

Struktur kepemilikan (X5) secara parsial terhadap struktur madal (Y).

Ha : β ≠ 0 Ada pengaruh yang signifikan antara Ukuran Perusahaan (X1),

Risiko perusahaan (X2), Pertumbuhan aktiva (X3), Kemampulabaan

(X4), Struktur kepemilikan (X5) secara parsial terhadap struktur

modal (Y).

Statistik Uji t

r ( n - 2)
t=
(1 − r )
2

Kriteria pengujian :

Tingkat keyakinan pada taraf signifikan α = 0.05

Drajat kebebasan dari t table (n-k-1)

t hitung < t table Ho diterima

t hitung > t table Ho ditolak

3.6.2 Uji F

Untuk menguji signifikan pengaruh Ukuran perusahaan (X1), Risiko bisnis

(X2), Pertumbuhan aktva (X3), Kemampulabaan (X4), Struktur kepemilikan (X5)

secara bersam-sama terhadap struktur modal (Y), berdasarkan program SPSS 12


56

maka mekanisme pengujiannya sebagai berikut :

Ho : β = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan antara Ukuran perusahaan

(X1), Risiko bisnis (X2) Pertumbuhan aktiva (X3), Kemampulabaan

(X4), Struktur kepemilikan perusahaan (X5), secara bersama-sama

terhadap struktur modal (Y).

Ha : β > 0 ada pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan (X1),

risiko bisnis (X2), pertumbuhan aktiva (X3), Kemampulabaan (X4),

Struktur kepemilikan perusahaan (X5) secara bersama-sama terhadap

struktur modal (Y).

Statistik Uji F

R2 / k
F=
(1 − R 2 ) / (n - k - 1)

Kriteria pengujian

Tingkat keyakinan pada taraf signifkan α = 0,05

Derajat kebebasan dari F table (n-k-1)

Jika F hitung > F table maka Ho ditolak dan Ha diterima

Jika F hitung < F table maka Ho diterima dan Ha ditolak

3.6.3 Koefisien Determinasi

Digunakan untuk mengetahui prosentase besarnya variabel tergantung


yang disebabkan oleh perubahan variabel bebas (Sudjana, 1997:383)

Fp = R2 x 100%

Keterangan :

FP = Koefisien Determinasi

R2 = Kuadrat dari nilai koefisien korelasi


BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur yang Go Public

Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk

menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektor-sektor

produktif. Dengan demikan, pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang

luas terutama kepada lembaga-lembaga yang terkait. Pasar modal juga dapat

dikatakan sebagai wadah monopoli kepemilikan perusahaan karena setelah

perusahaan go public dan memanfaatkan modal kemudian pemegang surat

berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik.

Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah perusahaan manufaktur yang go

public, dan objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap struktur modal yaitu Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Pertumbuhan

Aktiva, Profitabilitas dan Struktur kepemilikan yaitu pada tahun 2006-2007.

Perusahaan manufaktur mendominasi perusahaan yang di listing di BEJ

dengan jumlah 328 perusahaan pada tahun 2006, sementara perusahaan

manufaktur berjumlah 152 perusahaan, kemudian pada tahun 2007 perusahaan

yang listing di BEJ berjumlah 330 perusahaan, dan perusahaan manufaktur

berjumlah 150 perusahaan, sedangkan pada tahun 2008 jumlah perusahaan yang

listing di BEJ berjumlah 334, dengan jumlah perusahaan manufakturnya 150

perusahaan.
59

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi Variabel penelitian merupakan bagian dari penelitian yang

berguna menggambarkan tingkat variabel (Independent dan Dependent) dalam

tahun penelitian. Berikut akan dijeleskan tentang Ukuran Perusahaan, Risiko

Bisnis, Pertumbuhan Aktiva, Profitabilitas, dan Struktur Kepemilikan serta

Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun

2006-2008.

Tabel 4.1
Descriptive Statistics

1. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan dalam penelitian ini ditunjukan dengan total

aktiva, karena total aktiva menunjukan jumlah modal yang digunakan

perusahaan dalam menjalankan aktivitas yang diinamis dan fundamental bagi

perusahaan.Total aktiva perusahaan sampel mulai tahun 2006-2007 nampak

pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Kelas Interval Ukuran Perusahaan 2006-2007
No Kelas Interval 2006 2007 Rata-rata
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 10,208 - 11,378 5 16,1 5 16,1 5 16,1
2 11,379 - 12,548 19 61,3 20 69,5 19,5 63,9
3 12,549 - 13791 7 22,6 6 19,4 6,5 21,5
Gambar 4.1
UKURAN PERUSAHAAN

Hasil deskripsi data ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur

go public diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata ukuran perusahaan pada

tahun 2006-2007 sebesar 11,820% dan standar deviasinya adalah 0,661499%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2007 ukuran perusahaan

yang besar akan mengakibatkan perusahaan mengalami keuntungan dan

memiliki akses sumber pendanaan dari berbagai sumber, dalam arti

perusahaan akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari kreditur dalam

operasionalnya.

Stastistik deskripsi lainnya adalah rasio minimum dan maksimum.

Rasio minimum rata-rata pada tahun 2006-2007 adalah 10,396%, hal ini

menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran perusahaan akan mengakibatkan

akses pinjaman dari kreditur lebih kecil. Sedangkan rasio maksimum sebesar

13,697% hal ini menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan modal sendiri

akan menurunkan struktur modal atau menaikan struktur modal. Pada tabel 4.2.

kelas interval 11,379 – 12,548 tahun 2006 sebanyak 19 perusahaan sebesar

69,52% dan tahun 2007 sebanyak 20 sebesar 69,52%, hal ini menunjukan

perusahaan mengalami peningkatan dan mempengaruhi struktur modal.


61

2. Risiko Bisnis

Risiko bisnis merupakan ketidakpastian perusahaan dalam

menjalankan perusahaan dalam periode tertentu. Semakin besar risiko bisnis

semakin tinggi struktur modal dilihat dari hutang jangka panjang, sampel

perusahaan tahun nampak pada tabel berikut

Tabel 4.3
Kelas Interval Risiko Bisnis 2006-2007
No Kelas Interval 2006 2007 Rata-rata
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 (26,465) - 4,212 25 80,7 26 83,9 25,5 82,3
2 4,213 - 34,889 6 19,5 4 12,90 5 16,1
3 34,890 - 65,566 0 0 1 3,23 0,5 1,61

Gambar 4.2
RISIKO BISNIS

Hasil deskripsi data risiko bisnis pada perusahaan manufaktur go

public diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata risiko perusahaan pada tahun

2006-2007 sebesar 2,44% dan standar deviasinya adalah 8,195%. Hasil


tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2007 risiko perusahaan yang

besar akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, hutang

perusahaan akan menjadi meningkat dan perusahaan cenderung akan

menambah modalnya dari sumber modal sendiri karena akses sumber dana

dari luar akan sulit Risiko bisnis akan mempunyai pengaruh positif atau

negarif pada perusahaan.

Stastistik deskripsi lainnya adalah rasio minimum dan maksimum.

Rasio minimum rata-rata pada tahun 2006-2007 adalah -11,534% hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar risiko bisnis perusahaan akan

mengakibatkan akses pinjaman dari kreditur lebih kecil. Sedangkan rasio

maksimum sebesar 38,074% hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil rIsiko

bisnis cenderung penggunaan modal sendiri dan akan menurunkan struktur

modal. Pada tabel 4.2. kelas interval (26,465)- 4,212 sebanyak 26 perusahaan

sebesar 83,87% dan pada tahun 2007 sebanyak 26 sebesar 83,87% hal ini

menunjukan risiko bisnis perusahaan mengalami peningkatan dan akan

mempengaruhi struktur modal.

3. Pertumbuhan Aktiva

Pertumbuhan aktiva merupakan peningkatan atau penurunan jumlah

aktiva pada perusahaan, semakin tinggi pertumbuhan aktiva semakin besar

modal sendiri dan akan mempengaruhi struktur modal. Sampel perusahaan

tahun 2006-2007 dapat dilihat pada table 4.4.


63

Tabel 4.4
Kelas Interval Pertumbuhan Aktiva 2006-2007
No Kelas Interval 2006 2007 Rata-rata
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 (87,33) - (13,85) 4 12,90 5 16,1 4,5 14,5
2 (13,86) - 59,63 27 87,10 24 77,4 25,5 82,3
3 59,69 - 133,11 0 0 2 6,45 1 3,23

Gambar 4.3
PERTUMBUHAN AKTIVA

Hasil deskripsi data pertumbuhan aktiva perusahaan pada perusahaan

manufaktur go public diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata pertumbuhan

perusahaan pada tahun 2006-2007 sebesar 5,03194% dan standar deviasinya

adalah 22,8608 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2007

pertumbuhan aktiva perusahaan yang besar akan mengakibatkan perusahaan

mengalami keuntungan dan memiliki akses sumber pendanaan dari berbagai

sumber, dalam arti perusahaan akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari

kreditur dalam operasionalnya.

Stastistik deskripsi lainnya adalah rasio minimum dan maksimum.

Rasio minimum rata-rata pada tahun 2006-2007 adalah -51,670% hal ini
menunjukkan bahwa semakin kecil pertumbuhan aktiva perusahaan akan

mengakibatkan akses pinjaman dari kreditur lebih kecil. Sedangkan rasio

maksimum sebesar 83,690% hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

pertumbuhan aktiva akan menurunkan struktur modal atau menaikan struktur

modal, menurunkan struktur modal apabila menambah modal sendiri dari laba

ditahan sedangkan meningkatkan struktur modal apabila pertumbuhan aktiva

perusahaan meningkat diikuti dengan peningkatan penggunaan hutang dalam

melakukan ekspansi perusahaan. Pada tabel 4.4. kelas interval (13,86) - 59,63

tahun sebanyak 27 perusahaan sebesar 87,10% dan pada tahun 2007 sebanyak

24 perusahaan sebesar 77,42% hal ini menunjukan perusahaan mengalami

peningkatan dan mempengaruhi struktur modal.

4. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

dalam periode tertentu. Semakin besar profitabilitas semakin besar struktur

modal dalam menambah modal sendiri, profitabilitas perusahaan sampel

nampak pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Kelas Interval Profitabilitas 2006-2007
No Kelas Interval 2006 2007 Rata-rata
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 (58,82) - (32,234) 0 0 1 3,23 0,5 1,62
2 (32,235) - (5,648) 3 9,67 2 6,45 2,5 8
3 (5,649) - 20,94 28 90,3 28 90,3 28 90,3
Gambar 4.4
65

PROFITABILITAS

Hasil deskripsi data profitabilitas perusahaan pada perusahaan

manufaktur go public diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata peofitabilitas

perusahaan pada tahun 2006-2007 sebesar 4,154% dan standar deviasinya

adalah 10,228%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2007

profitabilitas perusahaan yang besar akan mengakibatkan perusahaan

mengalami keuntungan dan mempengaruhi struktur modal dengan menambah

modal sendiri dari laba ditahan. Stastistik deskripsi lainnya adalah rasio

minimum dan maksimum. Rasio minimum rata-rata pada tahun 2006-2007

adalah -38,370% hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil profitabilitas

perusahaan akan meningkatkan struktur modal karena perusahaan mengalami

kerugian. Sedangkan rasio maksimum sebesar 15,825% hal ini menunjukkan

bahwa semakin besar laba perusahan akan menambah laba ditahan dan

menurunkan struktur modal. Pada tabel 4.2. kelas interval (5,649) – 20,94

tahun 2006 sebanyak 28 perusahaan sebesar 90,32% tahun 2007 sama sebesar

90,32% hal ini menunjukan perusahaan mengalami peningkatan dan

mempengaruhi struktur modal.

5. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan perbandingan antara saham yang

dimiliki orang dalam dengan saham yang dimiliki orang luar, sampel

perusahaan tahun 2006-2007 nampak pada tabel 4.6.

Tabel 4.6
Kelas Interval Struktur Kepemilikan 2006-2007
No Kelas Interval 2006 2007 Rata-rata
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 0,35 - 33,233 30 96,8 30 96,8 30 96,8
2 33,234 - 66,116 0 0 0 0 0 0
3 66,117 - 99 1 3,23 1 3,23 1 3,23

Gambar 4.5
STRUKTUR KEPEMILIKAN

Hasil deskripsi data struktur kepemilikan perusahaan pada perusahaan

manufaktur go public diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata struktur

kepemilikan perusahaan pada tahun 2006-2007 sebesar 7,05471% dan standar

deviasinya adalah 17,3671%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun

2006-2007 struktur kepemilikan perusahaan yang besar akan mengakibatkan

perusahaan dapat lebih mudah mempengaruhi menejer dalam mengambil

kebijakan financial yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan.

Stastistik deskripsi lainnya adalah rasio minimum dan maksimum.


67

Rasio minimum rata-rata pada tahun 2006-2007 adalah 0,35%, hal ini

menunjukkan bahwa semakin kecil struktur kepemilikan semakin kecil dalam

mempengaruhi menejer dalam mengambil kebijakan operasional. Sedangkan

rasio maksimum sebesar 99% hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

struktur kepemilikan akan meningkatkan struktur modal karena perusahan

yang membutuhkan sumber dana cenderung mengambil hutang dari pada

mengeluarkan saham baru yamg biaya lebih besar. Pada tabel 4.2. kelas

interval 035 – 33,23 sebanyak 30 perusahaan sebesar 96,7 % dan pada tahun

2007 sama sebesar 96,77% hal ini menunjukan perusahaan struktur

kepemilikan orang dalam meningkat.

6. Struktur Modal

Struktur modal merupakan perbandingan amtara hutang jangka

panjang dengan modal sendiri, semakin besar struktur modal semakin besar

hutang jangka panjang dalam memenuhi dana perusahaan. Sampel perusahaan

tahun 2007-2008 nampak pada tabel 4.7.

Tabel 4.7
Kelas Interval Struktur Modal 2007-2008
No Kelas Interval 2007 2008 Rata-rata
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 0 - 68,266 26 83,9 25 80,7 25,5 82,5
2 68,267 - 136,532 4 12,80 4 12,90 4 12,90
3 136,533 - 204,798 1 3,23 2 6,45 1,5 4,25
Gambar 4.6
STRUKTUR MODAL
Hasil deskripsi data struktur modal perusahaan pada perusahaan

manufaktur go public diketahui bahwa nilai mean atau rata-rata struktur

modal perusahaan pada tahun 2007-2008 sebesar 37,56103% dan standar

deviasinya adalah 50,4739%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada tahun

2007-2008 struktur modal perusahaan tidak begitu besar karena tidak melebihi

dari 50%. Stastistik deskripsi lainnya adalah rasio minimum dan maksimum.

Rasio minimum rata-rata pada tahun 2007 - 2008 adalah 0%, hal ini

menunjukkan bahwa semakin kecil struktur modal perusahaan akan

menggurangi penggunaan hutang jangka panjang dan dapat manambah modal

bagi pemilik saham. Sedangkan rasio maksimum sebesar 176,68% hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar struktur modal berarti semakin besar

penggunaan hutang jangka panjang. Pada tabel 4.2. kelas interval 0 – 68,266

sebanyak 26 perusahaan sebesar 83,87 % dan pada tahun 2007 senamyak 25

perusahaan sebesa 80,65% hal ini menunjukan perusahaan menggunakan

hutang sebesar 37,561% dari totol modal sendiri dan masih optimal karena

hutang yang digunakan tidak melebihi jumlah modal sendiri.

4.1.3 Analisis Verikatif


69

1. Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Berkaitan

dengan uji klasik dalam penelitian ini, model analisis yang digunakan akan

menghasikan estimator yang tidak bias apabila memenuhi beberapa asumsi

klasik, sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk menentukan apakah variabel berdistribusi

normal atau dengan melihat Kolmogorof-Smirnov test. Menurut Triton PB

(2006:77). Apabila variabel berdistribusi normal, maka nilai signifikan

lebih besar 0,05. Berdasarkan pengolahan data variabel penelitian ke

software SPSS 12 maka Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, nilai

signifikansi variabel ini 0,843>0,05 maka variabel berdistribusi normal.

Tabel 4.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

a Test distribution is Normal


b Calculated from data
b. Uji Multikolinearitas
Penyimpangan asumsi klasik ini adalah multikolinear dalam model

regresi yang dihasilkan yang berarti terdapat hubungan yang sempurna

antara variaber bebas (Algifari, 2000:84). Dalam penelitian ini hubungan

antara variabel bebas ditunjukan oleh angka tolerance dan angka VIF

dimana apabila angka tolerance dan VIF semakin mendekati nilai 1 akan

semakin rendah hubungan antar variabel bebas (Triton PB. 2006:164).

Terlihat pada Tabel 4.9, Berdasarkan pengolahan data penelitian ke

software SPSS 12 bahwa nilai tolerance Ukuran perusahaan (X1) sebesar

0,705, Risiko bisnis (x2) sebesar 0,0895, Pertumbuhan aktiva (x3) sebesar

0,621, Profitabilitas (x4) sebesar 0,607 dan struktur kepemilikan (x5)

sebesar 0,830 maka hubungan variabel bebas dalam penelitian ini rendah

jadi dapat diasumsikan bahwa tidak ada multikolinear dalam model regresi.

Tabel 4.9
Collinearrity Statistics

c. Uji Autokorelasi

Penyimpangan model ini adalah adanya otokorelasi dalam model

regresi. Artinya adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan


71

berdasarkan waktu. Korelasi dari adanya Autokorelasi dalam satu korelasi

adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya.

Untuik mediagnosis Autokorelasi dalam status model regresi dilakukan

pengujian terhadap Nilai Uji Durbin – Waston (Uji DW). Berdasarkan

hasil perhitungan program SPSS 12 didapat nilai 1,991 maka variabel ini

tidak ada Autokorelasi (Triton PB. 2006; 158).

Tabel 4.10
Model Summary(b)

b Dependent Variable: y

d. Uji Heterokedatisitas

Penyimpangan asumsi klasik ini adalah adanya heteroskedastisitas

dimana varian variabel dalam model tidak sama. Berdassarkan program

komputer SPSS 12 yaitu dengan menggunakan rumus Spearman’s yang

dapat dilihat Ukuran perusahaan (X1) nilai signifikansi sebesar 0,373>0,05

Risiko bisnis (X2) nilai signifikamsi sebesar 0,893>0,05, Pertumbuhan

aktiva (X3) nilai signifikansi sebesar 0,976 > 0,05 Profitabilitas (X4) nilai

signifikansi sebesar 0,481>0,05 dan Struktur kepemilikan (X5) nilai

signifikansi sebesar 0,406>,05 maka dapat diasumsikan bahwa seluruh

variabel tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini disebabkan nilai

signifikan lebih besar dari 0,05 (Triton PB. 2006:152).

Tabel 4.11
Uji Heteroskedatisitas
2. Analisis Regresi

Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk pengujian

hipotesis penelitian. Untuk menguji hipotesis I, II, III, IV dan V digunakan

uji-uji parsial menggunakan statistik t, sedangkan pengujian hipotesis VI

digunakan uji simultan menggunakan statistis fisher (F). Hasil analisis regresi

ganda menggunakan program SPSS Release 12.0 diperoleh model regresi

seperti pada tabel 4.12.

Tabel 4.12
Model Regresi Ganda
73

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh koefisien untuk variabel

ukuran perusahaan sebesar 46,209 variabel risiko bisnis sebesar 0,138

pertumbuhan asset sebesar 1,314 profitabilitas sebesar -2,323 struktur

kepemiliksn 0,584 dan konstanta sebesar -510,074. Dari koefisian – koefisien

regresi diperoleh model regresi: Y = -510,074 + 46,209X1 + 0,138X2 +

1,314X3 - 2,323 X4 + 0,584X5 Persamaan regresi linier berganda tersebut

dapat diinterprestasikan sebagai berikut.

1) Ukuran perusahaan

mempunyai pengaruh

positif terhadap struktur

modal perusahaan. Setiap

peningkatan skor sebesar

1 satuan rupiah, maka

akan berdampak pada

peningkatan struktur

modal perusahaan sebesar


46,209 rupiah.

2) Risiko bisnis mempunyai

pengaruh positif terhadap

struktur modal

perusahaan. Setiap

peningkatan skor sebesar

1 satuan rupiah, maka

akan berdampak pada

peningkatan struktur

modal perusahaan sebesar

0,138 rupiah.

3) Pertumbuhan asset

mempunyai pengaruh

positif terhadap struktur

modal perusahaan. Setiap

peningkatan skor sebesar

1 satuan rupiah, maka

akan berdampak pada

kenaikan struktur modal

perusahaan sebesar 1,314

rupiah.

4) Profitabilitas mempunyai
75

pengaruh negatif terhadap

struktur modal perusahaan.

Setiap peningkatan skor

sebesar 1 satuan rupiah,

maka akan berdampak

pada penurunan srtuktur

modal perusahaan sebesar

-2,323 rupiah.

5) Struktur kepemilikan

mempunyai pengaruh

positif terhadap struktur

modal perusahaan. Setiap

peningkatan skor sebesar

1 satuan rupiah, maka

akan bedampak pada

kenaikan srtuktur modal

perusahaan sebesar 0,584

rupiah.

3. Pengujian Hipotesis

Setelah diadakan uji asumsi klasik model regresi yang digunakan

layak dipakai sebagai alat asumsi estimasi yang tidak bias.


a. Uji t

Berdasarkan pengolahan data variabel penelitian ke dalam sofware

SPSS 12 hasil uji parsial yang tercantum pada tabel 4.11. diperoleh nilai

signifikansi Ukuran perusahaan sebesar 0,004 < 0.05, yang berarti

hipotesis I yang menyatakan ada pengaruh yang nyata ukuran perusahaan

terhadap struktur modal diterima karena signifikan. Hal ini disebabkan

karena peningkatan asset diikuti oleh peningkatan hutang jangka panjang

perusahaan.

Berdasarkan hasil uji parsial yang tercantum pada table 4.11

diperoleh nilai signifikasi risiko bisnis sebesar 0,891 > 0,05, yang berarti

hipotensis II yang menyatakan adanya pengaruh yang nyata risiko bisnis

terhadap struktur modal ditolak karena tidak signifikan. Hal ini

disebabkan karena para investor akan melihat besarnya risiko yang

dihadapi apabila akan menginvestasikan modalnya pada perusahaan

tersebut.

Berdasarkan hasil uji parsial yang tercantum pada tabel 4.11.

diperoleh nilai signifikansi pertumbuhan aktiva sebesar 0.008 < 0.05, yang

berarti hipotesis III yang menyatakan adanya pengaruh yang nyata

pertumbuhan asset terhadap struktur modal diterima karena signifikan. Hal

ini disebabkan pertumbuhan asset diikuti dengan peningkatan hutang

jangka panjang.

Berdasarkan hasil uji parsial yang tercantum pada tabel 4.11.


77

diperoleh nilai signifikansi profitabilitas seebsar 0.032 < 0.005, yang

berarti hipotensis IV yang menyatakan adanya pengaruh yang nyata

profitabilitas terhadap struktur modal diterima karena signifikan. Hal ini

disebabkan oleh penilaian para investor yang mengansumsikan bahwa

perkembangan suatu perusahaan dilihat oleh perolehan profit dari

perusahaan, peningkatan profit diikuti dengan kenaikan modal sebdiri

dilihat dari laba ditahan.

Berdasarkan hasil uji parsial yang tercantum pada tabel 4.11.

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.208 > 0.005, yang berarti hipotesis V

yang menyatakan adanya pengaruh yang nyata struktur kepemilikan

terhadap struktur modal ditolak karena tidak signifikan. Hal ini dikarenakan

setiap pemegang kepemilikan saham terbesar, suaranya menjadi mayoritas

dalam pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan perusahaan

dan dipengaruhi faktor luar yaitu pengaruh krisis moneter.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara

bersama-sama variabel bebas dengan variabel terikat. Berdasarkan data

pengolahan variabel penelitian ke software SPSS 12 uji F dengan

probabilitas value dapat dilihat dari probabilitas value dibandingkan

dengan 0,05 Ha dIterima jika probabilitas < 0,05.

Tabel 4.13
Hasil Simultan (Uji f)
Berdasarkan hasil uji simultan diperoleh nilai probabilitas 0.045 <

0.05, sehingga hipotesis VI yang menyatakan ada pengaruh yang nyata

antara ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset, profitabilitas

dan struktur kepemilikan secara bersama-sama terhadap struktur modal

diterima, karena hal ini dibuktikan dari analisis data yang diperoleh adalah

signifikan.

4. Koefisien

Determinasi

Kontribusi ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset,

profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap struktur modal dapat dilihat

dari koefisien determinasi (r2) secara parsial dan simultan.

Tabel 4.14
Koefisien korelasi parsial

Pada tabel 4.14. ternyata konstribusi terhadap struktur modal terbesar

adalah ukuran perusahaan yaitu mencapai 28,4%, diikuti pertumbuhan aktiva


79

sebesar 25,3%, sedangkan variabel lainnnya relative rendah. Konstribusi

risiko bisnis hanya 0,078%, profitabilitas 17,14% dan struktur kepemilikan

4,88%. Sesuai dengan pengujian hipotesis ukuran perusahaan risiko bisnis,

pertumbuhan asset, profitabilitas dan struktur kepemilikan mempunyai

kontribusi yang nyata terhadap struktur modal. Hal ini mungkin disebabkan

karena para investor memperlihatkan ukuran perusahaan risiko bisnis,

pertumbuhan asset, profitabilitas dan struktur kepemilikan dalam pengambilan

keputusan dalam investasi, sehingga mempunyai hubungan terhadap struktur

modal. Ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan struktur

kepemilikan mempunyai hubungan positif dan profitabilitas mempunyai

hubungan negatif yang nyata terhadap struktur modal. Hal ini disebabkan

karena dengan ukuran perusahaan yang semakin tinggi menjadi pertimbangan

dalam investasi sehingga dapat meningkatan asset dan struktur modal

perusahaan sedangkan peningkatan profitabilitas akan mempengaruhi struktur

modal secara negatif dilihat dari hutang jangka panjang, semakin tinggi

proftabilitas maka perusahaan akan mengurangi hutang jangka panjang.

Besarnya sumbangan secara bersama-sama ukuran perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan asset, profitabilitas dan struktur kepemilikan terhadap

struktur modal dapat dilihat darinilai R-square pada table 4.15. berikut ini.

Tabel 4.15
Koefisien Determinasi (Simultan)
Berdasarkan table tersebut diperoleh nilai R2 = 0.350, yang berarti

variasi perusahaan struktur modal sebesar 35% dipengaruhi oleh ukuran

perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset, profitabilitas dan struktur

kepemilikan, selebihnya 65% dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel yang

diteliti.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasaekan hasil penelitian secara simultan ukuran perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan aktiva, progitabilitas dan struktur kepemilikian berpengaruh

secara sugnifikan terhadap struktur modal. Hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian berdasarkan pengujian statistic (uji F) menunjukan hasil yang

signifikan kurang dari (0,05). Nilai signifikan variabel sebesar 0,045 < 0,05 yang

berarti secara simultan ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva,

profitabilitas, struktur kepemilikan terhadap struktur modal.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa tahun 2007 struktur modal peda

perusahaan manufaktur sebesar 37,432% dari modal sendri sebesar 18,803

Triliyun sedangkan modal sendirinya sebesar 50,234 Triliyun maka pada tahun

2007 jumlah modal sendiri lebih besar dari jumlah hutang jangka panjang, Pada

tahun 2008 jumlah hutang yang digunakan sebesar 36,396%dari modal sendiri
81

sebesar 20,87 Triliyun hal ini diikuti dengan peningkatan jumlah aktiva sebesar

0,02 berarti mengindikasikan Perusahaan manambah aktiva dengan modal sendiri.

Dari tahun yang sama total aktiva mangalami pertumbuhan yang relative

kacil walaupun kacil akan semakin mengurangi pembiayaan dari hutang panjang,

dapat dilihat bahwa perusahaan besar lebih stabil dan mampu menghasilkan laba

yang lebih besar. Dengan adanya laba, perusahaan akan membiayai kegiatannya

operasional dari laba ditahan.

Profitabilitas pada tahun 2006-2007 banyak mengalami penurunan karena

kerugian dari beberapa perusahaan sehingga risiko perusahaan semakin besar

dapat dilihat pada lampiran, hal ini akan mempengaruhi struktur modal disamping

keadaan perekonomian yang belum stabil sangat berpengaruh terhadap struktur

modal, karena pasca krisis moneter dimana masih terdapat ketidakpastian yang

besar sehingga akan mengurangi hutang atau menambah hutang. Hal ini sesuai

pernyataan Brigham dan Houston (2001). Kondisi perekonomian, politik sosial

keamanan negara yang ditandai adanya bencana alam yang sering terjadi,

pengebomkan ditempat-tempat penting dan peristiwa dimana indonesia

melepaskan diri dari IMF.

Penurunan struktur modal ini juga karena perusahaan memandang lebih

tak berisiko menggunakan hutang jangka pendek dengan asumsi hutang jangka

pendek tidak akan menyebabkan perusahaan membayar kewajiban finansial yang

sifatnya tetap dalam jangka panjang.

Berdasarkan Tabel 4.11. secara parsial hasil pengujian statistik uji t


terhadap variabel ukuran perusahaan yang menujukan hasil yang signifikan pada

derajat signifikansi 0,05. Hal ini ini dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel

ukuran perusahaan sebesar 0,04<0,05 yang berarti besar kacilnya ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Oleh karena itu, hipotesis yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada struktur modal diterima.

Koefisien regresi variabel ukuran petusahan bertanda posiif menunjukan semakin

besar ukuran perusahan semakin besar struktur modal sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Saidi (1997), Harjudi, Agus eko, Hartanto (1997). Hal ini

disebabkan perusahaan menambah assetnya yang berasal dari hutang jangka

panjang, ini bertentangan dengan teori Brigham dan Houston (2001) bahwa

perusahaan yang tumbuh dengan pesat seiring dengan manghadapi ketidakpastian

yang relatif besar yang kemudiaan cenderung mengurangi hutang jangka panjang.

Berdasarkan Tabel 4.11, menurut hasil penelitian secara parsial hasil

pengujian statistik (uji t) terhadap variabel risiko bisnis menunjukan hasil yang

tidak signifikan (0,05). Hasil ini dapat dilihat dari nilai signifikansi risiko bisnis

sebesar 0,891 > 0,05 yang berati besar kecil risiko bisnis tidak berpengaruh

terhadap struktur modal. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa risiko

bisnis berpengaruh terhadap struktur modal ditolak. Koefisien regresi bertanda

positif menunjukan bahwa semakin tinggi rIsiko bisnis semakin besar struktur

modal tidak diterima karena tidak signifikan.

Peningkatan risiko bisnis diikuti dengan peningkatan hutang sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh David Durand (1952) dengan menggunakan
83

pendekatan laba operasional bersih yang menggunakan asumsi bahwa investor

memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahan.

Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan,

berapapun tingkat hutang yang digunakan perusahan. Dengan demikian pertama

diasumsikan bahwa biaya hutang konstan, Kedua penggunaan hutang yang

semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko

perusahaan. Artinya apabila perusahan menggunakan hutang yang lebih besar

maka pemilik saham akan memperoleh laba yang semakin kecil, oleh karena itu

tingkat yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai

meningkatnya risiko perusahan. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang akan

berubah. Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Saidi (1997) dimana

risiko bisnis mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal yang

disebabkan semakin tinggi risiko bisnis semakin besar ketidakpastian perusahaan

dalam menjalankan usahanya maka para investor tidak ingin menanamkan

modalnya pada perusahaan tersebut.

Berdasarkan tabel 4.11, menurut hasil penelitian secara parsial hasil

pengujian statistik (uji t) terhadap pertumbuhan aktiva menunjukan hasil yang

signifikan pada derajat signifikansi (0,05). Hasil dapat dilihat dari nilai

signifikansi variabel pertumbuhan aktuva sebesar 0,008 < 0,05 yang berati besar

kecilnya pertumbuhan aktiva akan berpangaruh terhadap struktur modal maka

hipotisis yang menyatakan pertumbuhan aktiva berpengaruh terhadap struktur

modala diterima. Koefisien regresi bertanda positif yang berarti semakin besar
pertumbuhan aktiva semakin tinggi struktur modal dikarenakan dengan

pertumbuhan aktiva yang tinggi perusahaan cenderung melakukan ekspansi

dengan dana yang diperoleh dari hutang untuk meminimalkan biaya operasi

perusahaan.dari pada mengeluarkan saham baru. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Saidi (2002), McCue dan Ozoen (1992) yang menyatakan

ada pengaruh positif terhadap struktur modal.

Berdasarkan tabel 4.11 menurut hasil penelitian secara parsial hasil

pengujian statistik (uji t) terhadap profitabilitas menunjukan hasil yang signifikan

pada derajat signifikansi (0,05). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi

variabel profitabilitas sebesar 0,032 dengan koefisien regresi bertanda negatif

yang berarti semakin besar profitabilitas semakin kecil struktur modal

perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh terhadap struktur modal diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Saidi (1997) dan Hartono (1990) karena

perusahaan yang mempenyai profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan

dana operasional dari modal sendiri yang diambil dari laba ditahan untuk

mengurangi penggunaan hutang perusahaan.

Berdasarkan tabel 4.11. menurut hasil penelitian secara parsial hasil

pengujian statistik (uji t) terhadap struktur kepemilikan, menunjukan hasil yang

tidak signifikan pada derajat signifikansi sebesar 0,268>0,05 yang berarti besar

kecilnya struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

Koefisien regresi bertanda positif yang berarti semakin besar struktur kepemilikan
85

semakin besar struktur modal tidak diterima. Oleh karena itu, hipotesis yang

menyatakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap struktur modal

ditolak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Saidi (1997), Mccue dan Ozoen (1992) yang menyatakan ada pengaruh antara

struktur kepemilikan dengan struktur modal dikarenakan struktur kepemilikan

yang tinggi belum tentu akan mengambil kebijakan keuangan mengenai struktur

modal dengan menambah hutang atau dengan modal sendiri yang disebabkan

oleh faktor lain seperti bencana yang banyak terjadi, politik yang kurang stabil

seperti teori yang dijelaskan oleh Brigham dan Houston (2001) banyak faktor-

faktor lain yang mempengaruhi struktur modal diantaranya kondisi

perekonomian, politik sosial, keamanan negara yang kurang kondusif yang

ditandai dengan dengan adanya bencana alam yang sering terjadi dan

pengeboman yang menyebabkan investor kurang percaya untuk menanamkan

dana pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, karena investor khawatir tidak

memperoleh return dari dana yang ditanamkan pada perusahaan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Dilihat dari uji parsial

ternyata Ukuran

Perusahaan,

pertumbuhan aktiva,

dan profitabilitas

perusahaan yang

mempunyai pengaruh

nyata, dalam variabel

yang mempunyai

pengaruh terbesar

adalah ukuran

perusahaan sebesar

28,4% pertumbuhan

aktiva sebesar 25,3%

dan profitabilitas

sebesar 17,14% yang

berarti para menejer


87

lebih memperhatikan

ketiga faktor tersebut

dalam pengambilan

keputusan berkaitan

dengan struktur

modal.

2. Secara simultan

ukuran perusahaan,

risiko bisnis,

pertumbuhan asset,

profitabilitas dan

stuktur modal. Hal ini

menunjukan bahwa

dalam pengambilan

keputusan mengenai

struktur modal yang

akan digunakan atau

diterapkan, para

manajer perusahaan

manufaktur di BEJ

mempertimbangkan

ukuran perusahaan,
risiko bisnis,

pertumbuhan asset,

profitabilitas dan

struktur kepemilikan

perusahaan yang ada

saat itu.

3. Dilihat dari koefisien

determinasi ternyata

diperoleh angka 35%,

artinya ukuran

perusahaan, risiko

bisnis, pertumbuhan

aset, profitabilitas

dan struktur

kepemilikan

perusahaan secara

bersama-sama

berpengaruh terhadap

struktur modal

sedangkan sisanya

sebesar 65%

dipengaruhi oleh
89

faktor lain.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas maka saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Perusahaan

hendaknya

memperhatikan

sumber pembiayaan

untuk menjalankan

usahanya karena hal

tersebut

mempengaruhi

struktur modal.

2. Bagi investor

sebaiknya melihat

prospek dan kinerja

perusahaan

manufaktur terlebih

dahulu sebelum

memutuskan

menanamkan

modalnya.
3. Penelitan ini hanya

terbatas pada kajian

empiris tentang

faktor-faktor yang

mempengaruhi

struktur modal

perusahaan

manufaktur di BEJ,

tetapi belum sampai

kepada pemecahan

masalah tentang

bagaimana dampak

struktur modal itu

sendiri, oleh karena

itu kepada peneliti

lain dapat melakukan

penelitian yang lebih

mendalam tentang

dampak tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta. BPFE

Arikunto, Suharsini. 1997. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Jakarta: Penerbit


Bineka Cipta

Balakrishnan, Srinivasan dan Isaac. “Asse tSpecificity. An dcapital Structure”.


Strategic Management. Journal, 14,1p.3 Bhaduri, saumitra. 2002.
‘Determinants of Corporate Borrowing’ Journal of Economes and Finance

Brigham dan Houston. 2001. Management Keuangan. Buku II, Jakarta: Erlangga

Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga

Indriyo Gitosudarmo. 2002. Management Keuangan. Edisi keempat. Yogyakarta:


Penerbit BPFE

Jahera, John S and William Aurburn. Managerial Finance. 22.2.p.29

Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Erlangga

Martono dan Agus Harjito. Manajement Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta.


Penerbit Ekanista

Riyanto, Bambang 1990. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Ketiga.


Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada

Sartono, Agus. 1997. Management Keuangan dan Aplikasi.Yogyakarta: BPFE

Suad Husnan. 1996. Manajemen Keuangan. Buku Pertama. Yogyakarta: BPFE

Suad Husnan. 1997. Perkembangan Perusahaan (Dasar-dasar Management


Keuangan). Yogyakarta: Liberty

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Penerbit Tarsito

Sujianto. 2001. Dasar-dasar Management Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Tim Peneliti dan Pengembangan. Pengembang Analisis Multi variate SPSS 12 Edisi
pertama. Jakarta. Penerbit Salemba Inpotek

Van Horn dan Wachowicz.jr. 2002. Prinsip-prinsip Manajement Kuangan. Edisi


92

Indonesia

Weston, J.F dan Brigham. 1994. Dasar Management Keuangan. Jakarta: Erlangga

Weston, J.F dan Copeland, 1989. Management Keuangan, Jilid II. Jakarta: Penerbit
Bina Rupa Aksara

You might also like