Professional Documents
Culture Documents
PUSTAKA
Fishnoi NK. 1982. Advanced Practical Organic Chemistry 1stedition. New Delhi:
Vikas Publishing House, PVT, Ltd. 333
Furniss BS, et al, 1978, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 5th
Edition. 645-646
Diktat Praktikum Kimia Organik 2
http://www.wikipedia.org/wiki/Mannitol
1
PROSEDUR
(Vishnoi)
CH2.O.OC.CH3
CH2.O.OC.CH3
Chemicals required. (i) Mannitol 4 gm, (ii) Acetic anhydride 24 ml, (iii)
Fused sodium acetate 4 gm.
Procedure. For the preparation of fused sodium acetate heat about 6 gm
crystalline sodium acetate in a nickel or porcelain dish over a small free flame. On
heating, the sodium acetate liquefies, some steam is evolved and the mass
solidifies. Heat the solidifies mass to melt the solid. The fused salt is then cooled
and removed from the dish by scratching with a knife. It is powdered and used for
the preparation.
In a 100 ml round bottom flask place 4 gm mannitol, 4 gms fused sodium
acetate and 24 ml acetic anhydride. Fit the flask with a reflux condenser and heat
gently on a sand bath for about 30-40 minutes when a clear solution is obtained.
Detach the condenser and pour the clear solution into 250 ml cold water with
stirring. Continue stirring when an oily layer separates which then solidifies into
colourless crystals. Allow to stand for 30 minutes, filter in a buchner funnel with
suction, wash with cold water and drain well. Recrystallised the crude mannitol
hexa-acetate, while still wet, from rectified spirit. The yield of pure colourless
mannitol hexa acetate. m.p. 120o, is 9,2 gm.
2
DASAR TEORI
Manitol
3
Kelarutan
Nilai kalori manitol sebesar 1,6 kkal/g atau 6,69 kJ/g. Manitol juga
mempunyai fungsi lain seperti Anti kempal (anticaking agent), pengeras (firming
agent), penegas cita rasa (flavor enhancer), pembasah atau pelumas, pembentuk
tekstur, pendebu (dusting agent), penstabil (stabilizer), dan pengental (thickener).
Manitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia,
tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar
glukosa dan insulin dalam darah bagi penderita diabetes.
4
Anhidrida asetat
5
dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat. Anhidrida asetat dihasilkan
melalui reaksi kondensasi asam asetat, 25% asam asetat dunia digunakan untuk
proses ini. Selain itu, anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida
dengan natrium asetat
Selain itu, senyawa ini juga bereaksi dengan alkohol membentuk sebuah
ester dan asam asetat. Contohnya reaksi dengan etanol membentuk etil asetat dan
asam asetat.
Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau
alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol dimanfaat sebagai pelarut,
campuran makanan (intoxicant), dan sintesis bahan kimia lain.
6
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter.
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang
7
terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan
berkutat pada gugus hidroksilnya.
Metode rekristalisasi :
Tujuan rekristalisasi :
8
2. Melarutkan senyawa ke dalam pelarut panas sedikit mungkin
Zat yang akan dilarutkan hendaknya dilarutkan dalam pelarut panas
dengan volum sedikit mungkin, sehingga diperkirakan tepat sekitar titik
jenuhnya. Jika terlalu encer, uapkan pelarutnya sehingga tepat jenuh. Apabila
digunakan kombinasi dua pelarut, mula – mula zat itu dilarutkan dalam pelarut
yang baik dalam keadaan panas sampai larut, kemudian ditambahkan pelarut
yang kurang baik tetes demi tetes sampai timbul kekeruhan. Tambahkan
beberapa tetes pelarut yang baik agar kekeruhannya hilang kemudian disaring.
3. Penyaringan
Larutan disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan pengotor
yang tidak larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan
untuk memisahkan zat – zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam
larutan, seperti debu, pasir, dan lainnya. Agar penyaringan berjalan cepat,
biasanya digunakan corong Buchner.
4. Pendinginan filtrat
Filtrat didinginkan pada suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kadang –
kadang pendinginan ini dilakukan dalam air es. Penambahan umpan ( seed )
yang berupa kristal murni ke dalam larutan atau penggoresan dinding wadah
dengan batang pengaduk dapat mempercepat rekristalisasi.
5. Penyaringan dan pendinginan kristal
Apabila proses kristalisasi telah berlangsung sempurna, Kristal yang
diperoleh perlu disaring dengan cepat menggunakan corong Buchner.
Kemudian kristal yang diperoleh dikeringkan dalam eksikator Melarutkan zat
yang belum murni ke dalam pelarut yang cocok pada atau dekat titik didihnya.
6. Menyaring larutan panas dari partikel-partikel/ kotoran-kotoran/ bahan yang
tidak larut
7. Pendiaman larutan panas menjadi dingin, sehingga terbentuk kristal
8. Pemisahan kristal dari larutan induk
9. Pengeringan
9
2. Pengeringan zat hasil rekristalisasi
5. Kalau mungkin harganya murah, tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Jika diinginkan kristal yang kecil, larutan jenuh yang panas diaduk dan
didinginkan secara cepat dalam penangas es . Jika dikehendaki kristal yang besar
larutan jenuh didinginkan pada temperature kamar.
10
Kadang-kadang zat dari larutan yang supersaturated sukar dikristalkan,
disebabkan oleh adanya sedikit tar atau zat kental yang bertindak sebagai koloid
pelindung. Ini dapat diatasi dengan :
1. Dinding labu digores pelan-pelan dengan batang pengaduk glas sehingga
terbentuk inti kristal
2. Dipancing dengan sedikit larutan yang didinginkan pada lapisan tipis sehingga
terbentuk inti kristal → dicampurkan.
3. Pendinginan pada campuran pendingin (es dan garam,dll)
4. Penambahan bahan pecahan CO2 padat
5. Jika semua cara di atas tidak berhasil, dapat dimasukkan lemari es untuk
periode tertentu.
11
Walaupun rekristalisasi adalah metode yang sangat sederhana, dalam
prakteknya bukan berarti mudah dilakukan.
TUJUAN PRAKTIKUM
12
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
2. Pendingin balik
3. Gelas piala
5. Pengaduk
6. Gelas ukur
7. Labu Erlenmeyer
8. Pipet tetes
1. Manitol 2g
2. Anhidrida asetat 12 ml
13
3. Na asetat anhidrat 2g
4. Etanol 20ml
REAKSI
O
CH2OH
O CH2 O C CH3
HO C H O
O CH3 C O C H
O + 6 CH3 C
CH3 C OH
HO C H
+ 6 O CH3 C O C H O
H C OH CH3 C C
H O C CH3
O O
H C OH
H C O C CH3
CH2OH CH2 O C CH3
O
14
CARA KERJA (1/2 PROSEDUR)
15
SKEMA KERJA
Masukkan batu didih ke dalam labu alas bulat yang berisi campuran l
Cairan jernih dalam labu dituang ke dalam 125 ml air es, diaduk sampai terbentuk kristal, tak
Saring dengan corong buchner dan labu hisap dan dicuci dengan air dingin
Lakukan REKRISTALISASI
16
GAMBAR PENGGUNAAN DAN PEMASANGAN ALAT
17
18
19
HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PRAKTIKUM
Hasil teoritis : 4,6 gram
Titik lelehnya : 120o C
Hasil praktis : 4 gram
Persentase hasil : 86,95 %
B. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini pembuatan manitol heksa asetat dilakukan dengan
cara mencampurkan 2 gram manitol, 2 gram leburan Na asetat, dan 12 ml
anhidrida asetat ke dalam labu alas bulat 100ml dengan penambahan batu
didih di dalamnya. Batu didih diperlukan untuk mengatur suhu didih, supaya
sirkulasi udara menjadi teratur sehingga tidak terjadi bumping.
20
o Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol
dengan anhidrida asam. Dalam hal ini manitol berperan sebagai poli
alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asetat
sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah manitol heksa
asetat. Gugus asetil ( CH3CO– ) berasal dari anhidrida asetat,
sedangkan gugus R-nya berasal dari manitol. Hasil samping reaksi ini
adalah asam asetat. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari
reaksi manitol dan anhidrida asetat adalah asam asetat. Jadi, dapat
dikatakan reaksi akan berhenti setelah manitol habis karena adanya Na
asetat ini.
o Kemudian larutan tersebut dimasukkan dalam 125 ml air es disertai
dengan pengadukan sampai membentuk padatan tidak berwarna lalu
disaring untuk memisahkan manitol dari pengotornya. Air es ini
berfungsi untuk mempercepat terbentuknya kristal kasar. Tetapi tentu
saja, manitol yang dihasilkan belum benar – benar murni. Untuk itu
dilakukanlah rekristalisasi.
21
teoritis yaitu 4,6 gram. Hal ini dikarenakan ada sedikit serpihan yang
tertinggal di kertas saring, erlenmeyer maupun bertebaran.
HASIL DISKUSI
22
Prosedur asli Sumber : BS Furniss (645-646)
Grind together in a porcelain mortar 4g of anhydrous sodium acetate and 5
g (0,028 mol) of dry α-D-dlucose and placed the powdered mixture in a
200-ml round-buttomed flask. Add 27 g(25 ml,0,26 mol) of acetic
anhydride,attach a double surface condenser and heat on aboiling water
bath until a clear solutin is obtained (1),shaking the mixture from time to
time. Continue heating for a further 2 hours after a clear solution has been
obtained and then pour the reaction mixture on to 250 ml of crushed ice.
Allow to stand for 1 hour,stirring occasionally to break up the solidlumps
which separate. Filter on the crystals,wash well with cold water and
recrystallise from industrial spirit (or from methanol or ethanol)until the
purified material has m.p. 131-132˚C. [α]18 + 4.0˚(c 4,5 in CHCl3). The
yield is 6,2 g(56%).
Conversion of β-into α-d-glucose penta-acetate. Add 0,5 g og anhydrous
zinc chloride rapidly to 25 ml of acetic anhydride in a 100-ml round-
bottomed flask,fitted with a Liebig condenser,and heat on a boiling water
bath to dissolve the solid. Add 5 g of pure β-D-glucose penta-acetate,
continue heating for 30 minutes,pour the mixture onto ice and purify the
solid which separates as described above. The effectiveness of the
conversion may be monitored by t.l.c on silica gel plates using
cyclohexane/acetone (7:3) and locating the two closely running spots by
immersing the developed and dried plate in a tank of iodine vapour.
Note. (1) It is dangerous to scale up this experiment without modifying the
preparative procedure. If 50 g of glucose is to be acetylated,a 2-litre round-
bottomed flask should be fitted with two wide-bore Liebig considers in
series,and a large vessel filled with ice-water should be readily available to
plunge the reaction flask into,should the vigorous reactin which ensues on
heating need controlling. Wth a scale using 100 g of glucose a procedure
involving the addition of a α-d-glucose to a preheated sodium acetate-
23
acetic anhydic mixture at such rate as to keep the mixture under reflux but
without the reacton getting out of control has been described
3.
CH2OH
HO
O
HO + +
Na
HO
OH
α – D - glukopiranosa Anhidrida asetat Na asetat
CH2
O
β – D – glukopiranosa - pentaasetat
24
KESIMPULAN
25
(Meriyanti Sofyan/1080085) (Ratna Anggraeni/1080147)
26