You are on page 1of 23

BAB I

DASAR-DASAR PERPETAAN

Peta Topografi merupakan gambaran permukaan


fisik bumi yang diproyeksikan pada bidang datar atau
seperti terlihat dari atas dan diperkecil dengan
perbandingan tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya baik secara visual maupun matematis.
Berdasarkan tata cara penggambaran relief, ada 4 (empat)
jenis peta topografi, antara lain : Peta Topografi Kontur, Peta
Topografi Hachures, Peta Topografi Tinting, Peta Topografi
Shading. Jenis peta topografi yang dipergunakan untuk
penelitian dan pekerjaan bersifat teknis adalah Peta
Topografi Kontur yaitu peta yang menggambarkan relief
sebagai garis-garis kontur. Garis kontur adalah garis yang
menghubungkan titik-titik ketinggian sama pada peta
topografi, memiliki sifat :
a. Garis kontur mewakili suatu nilai ketinggian tertentu

b. Setiap kelipatan 5 atau 10 daripada garis kontur


digambarkan dengan garis yang lebih tebal yang
disebut Kontur Indeks.
c. Garis kontur yang sangat renggang atau tanpa garis
kontur, menunjukkan dataran, garis kontur yang rapat –
sangat rapat menunjukkan lereng terjal – sangat terjal.
d. Garis kontur tidak akan saling berpotongan, dalam
keadaan ekstrim pada relief berlereng sangat curam,
tegak dan lereng menggantung boleh garis kontur
digambarkan berimpit.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


1
e. Garis kontur tidak berpotongan, tidak bercabang,
jika membulat menutup kedalam, menunjukkan bukit
atau cekungan (apabila pada garis kontur paling dalam
dilengkapi dengan arsiran / sisir)
f. Garis kontur yang berpotongan dengan sungai, akan
meruncing membentuk huruf V, dimana arah
runcingannya searah dengan atau menunjukkan arah
hulu sungai.
g. Garis kontur selalu berakhir pada tepi peta. Jarak
antara 2 garis kontur yang berdekatan disebut Interval
Kontur.
Sebelum membaca peta perlu kiranya untuk
memahami informasi yang berada pada tepi peta/sekeliling
peta. Informasi peta terdiri atas:
A. Informasi Umum
1. Judul peta, menandakan daerah yang tergambar dalam
peta
2. Nomor seri peta
3. Nomor lembar
4. Keterangan edisi
Untuk peta Topografi Indonesia, nomor seri peta dan
lembar peta merupakan satu bagian dengan judul peta.
Nomor lembar peta merupakan identitas untuk daerah, dan
skala peta merupakan identitas kemutakhiran dari informasi
yang disajikan dalam peta. Contoh:
Nomor edisi : Edisi 1-1991
Nomor lembar : Lembar 2012-34
Enrekang

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


2
5. Skala atau kadar peta, adalah perbandingan jarak antara
dua titik di peta dengan jarak datar sebenarnya di lapangan.
Skala peta biasanya dicantumkan di sebelah kanan atas
peta atau di tengah bawah peta dan biasanya di atas skala
garis. Contoh :

Selang kontur: 25 m
Skala 1 : 50.000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
cm
1 2 3
0 1 2 3 4 5 km
Artinya: Jarak 1 centimeter di peta sama dengan jarak
50.000 centimeter atau setengah kilometer di lapangan.
Skala berfungsi untuk mengukur jarak datar baik di peta
maupun di lapangan.

Jarak peta
Contoh : Skala = --------------------
Jarak medan

Jarak pada peta=15 cm, skala peta yang kita gunakan


adalah 1 : 50.000. maka jarak medan adalah 15 cm x 50.000
cm = 750.000 cm = 7,5 km
Kadang pada kasus-kasus tertentu dalam peta tidak
menyatakan skala. Kita dapat mengatasinya dengan cara :
- ukur jarak antara dua titik di peta (JP)
- ukur jarak horisontal dua titik tersebut di medan (JM)
- maka skala peta = JP / JM
6. Interval Kontur

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


3
Merupakan pernyataan selang kontur dinyatakan
dalam meter. Interval kontur dapat diketahui dengan
dengan menggunakan rumus:

Interval Kontur = 1/2000 x skala peta. (menurut Jawatan Topografi)

Interval Kontur = (n tan α x skala peta) /1000 (menurut PPFK TB)


n adalah jarak minimum antar garis kontur di peta, α adalah sudut
kemiringan lereng yang paling curam

pada kasus tertentu interval kontur dapat membantu untuk


menentukan harga suatu kontur / garis ketinggian.
7. Petunjuk pembacaan grid peta
Informasi ini berada dalam dua panel di letakan di
bawah peta dan diberi warna sama dengan warna grid dan
gratikul pada peta (untuk peta berwarna).

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


4
8. Informasi tentang arah utara (deklinasi magnetis)
Biasa dicantumkan di tepi kiri bawah
TN GN
MN TN = True North (utara sebenarnya)
GN = Grid North (Utara Peta)
MN = Magnetic North (Utara
Magnetik)
9. Indeks Lembar Peta
Merupakan diagram yang menunjukan posisi lembar
peta terhadap lembar peta-peta yang bersebelahan.
Fungsinya untuk memudahkan dalam menentukan nomor
peta yang akan digunakan.

10. Glosari
Disajikan dari istilah-istilah nama geografi dan
singkatannya yang digunakan dalam peta tersebut.
Contoh:So = salo = sungai
B. = bulu = bukit
11. Tanda/Simbol Peta
Tanda/simbol konvensional yang digunakan
dalam peta disertai dengan warna dan artinya masing-

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


5
masing. Gunanya untuk memudahkan dalam
membayangkan keadaan medan yang akan dilalui.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


6
BAB II
GEOMORFOLOGI

Geomorfologi adalah bagian yang tidak terpisahkan


dari geologi,dimana ilmu ini mempelajari bentang alam
(landscape); bagaimana bentang alam itu terbentuk secara
konstruksional (yang diakibatkan oleh gaya endogen :
aktivitas tektonik/struktur geologi), dan bagaimana bentang
alam tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar berupa gaya
eksogen seperti iklim, sungai dan lainnya yang bersifat
destruksional, dan menghasilkan bentuk-bentuk alam darat
tertentu (landform). Pembagian satuan bentang alam pada
daerah penelitian di klasifikasi berdasarkan morfologi
(morfografi dan morfometri) dan morfogenesis.
Pendekatan morfometri didasarkan pada beberapa
parameter geomorfologi yang dapat diukur (kuantitatif).
Unsur tersebut terdiri atas ketinggian, luas, relief, sudut
lereng, kerapatan sungai dan tingkat erosi, pendekatan
morfografi menggunakan kenampakan foto-foto dan data
citra satelit yang didapatkan pada daerah penelitian
sedangkan pendekatan morfogenesa didasarkan pada
bentukan awal, perkembangan bentang alam serta proses-
proses yang bekerja pada bentang alam tersebut (Van
Zuidam, 1985). Dalam interpretasi batuan dari peta
topografi, hal terpenting yang perlu diamati adalah pola
kontur dan aliran sungai.
a. Pola kontur rapat menunjukkan batuan keras, dan
pola kontur jarang menunjukkan batuan lunak atau
lepas.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


7
b. Pola kontur yang menutup (melingkar) di antara pola
kontur lainnya menunjukkan lebih keras dari batuan di
sekitarnya.
c. Aliran sungai yang membelok tiba-tiba dapat
diakibatkan oleh adanya batuan keras
d. Kerapatan sungai yang besar, menunjukkan bahwa
sungai-sungai itu berada pada batuan yang lebih
mudah tererosi (lunak).
e. Kerapatan sungai adalah perbandingan antara total
panjang sungai-sungai yang berada pada cekungan
pengaliran terhadap luas cekungan pengaliran sungai-
sungai itu sendiri).
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta
topografi, hal terpenting adalah pengamatan terhadap pola
kontur yang menunjukkan adanya kelurusan atau
pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun
arah aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta
pola aliran sungai.
a. Sesar, umumnya ditunjukkan oleh adanya pola
kontur rapat yang menerus lurus, kelurusan sungai dan
perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan
perbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai paralel
atau rektangular.

b. Perlipatan, umumnya ditunjukkan oleh pola aliran


sungai trellis atau paralel, dan adanya bentuk-bentuk
dip-slope yaitu suatu kontur yang rapat di bagian depan
dan merenggang makin ke arah belakang.

c. Jika setiap bentuk dip-slope ini diinterpretasikan


untuk seluruh peta, maka sumbu-sumbu lipatan akan

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


8
dapat diinterpretasikan kemudian. Pola dip-slope
seperti ini mempunyai beberapa istilah yang mengacu
pada kemiringan perlapisannya.
d. Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai
rektangular, dan kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.
e. Intrusi umumnya dicirikan oleh pola kontur
melingkar dan rapat, sungai-sungai mengalir dari arah
puncak dalam pola radial atau angular.
f. Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal
dengan pola kontur yang jarang dan dibatasi oleh pola
kontur yang rapat.
g. Ketidakselarasan bersudut, dicirikan oleh pola
kontur rapat dan mempunyai kelurusan-kelurusan
seperti pada pola perlipatan yang dibatasi secara tiba-
tiba oleh pola kontur jarang yang mempunyai elevasi
sama atau lebih tinggi.

h. Daerah melange, umumnya dicirikan oleh pola-pola


kontur yang melingkar berupa bukit-bukit dalam
penyebaran yang relatif luas, terdapat beberapa
pergeseran bentuk-bentuk topografi kemungkinan juga
terdapat beberapa kelurusan dengan pola aliran sungai
rektangular atau concorted.

i. Daerah slump, umumnya dicirikan oleh banyaknya


pola dip-slope dan penyebarannya yang tidak
menunjukkan pola pelurusan tetapi lebih berkesan
“acak-acakan”. Pola kontur rapat juga tidak
menunjukkan kelurusan yang menerus, tetapi berkesan
terpatah-patah.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


9
j. Gunungapi, dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut
atau pola aliran radial, serta kawah pada puncaknya
untuk gunungapi muda; sementara untuk gunungapi
tua dan sudah tidak aktif dicirikan oleh pola aliran
angular serta pola kontur melingkar rapat atau
memanjang yang menunjukkan adanya jenjang
volkanik atau korok-korok.

k. Karst, dicirikan oleh pola kontur melingkar yang


khas dalam penyebaran yang luas, beberapa aliran
sungai seakan-akan terputus, terdapat pola-pola kontur
yang menyerupai bintang segi banyak, serta pola aliran
sungai multibasinal. Walaupun dengan pola kontur yang
melingkar dengan penyebaran cukup luas.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


10
Tabel 2.1 Contoh Pembagian Satuan Bentang Alam Pada Suatu daerah Penelitian

Satuan Bentang Alam


Aspek Geomorfologi Pegunungan Tersayat Tajam /Terjal Pegunungan Bergelombang/Miring
Denudasional Denudasional
Luas Wilayah (km²) (….%) 23,1 (56%) 18(44%)
Sudut Lereng (…°) 5 - 71 4 - 28
Persentase Sudut (%) 21 - 55 8 - 13
Beda Tinggi (meter) 900 800
Morfologi Relief pegunungan pegunungan
Bentuk Puncak
Bentuk Lembah "V" "V - U"
Bentuk Lereng
Jenis Pelapukan kimia dan fisika Kimia dan fisika
Tingkat Pelapukan tinggi tinggi
Jenis residual soil residual soil
Soil Tebal 0,3 – 2 meter 0,3-3 meter
Warna kecoklatan kecoklatan
Tingkat Erosi sangat tinggi tinggi
Jenis Erosi riil erotion, gulley erotion riil erotion dan gulley erotion
Morfogene
Gerakan Tanah - debris fall
sa
Pengendapan Sedimen butiran - bongkah -
Tipe Genetik Subsekuen dan konsekuen Konsekuen dan subsekuen
Jenis periodik periodik
Penampang "V" simetris "V" simetris
Sungai
sempit, asimetris dan berkelok sempit, lurus, asimetris dan
Pola Saluran
sebagian lurus relatif lurus
Stadia muda menjelang dewasa muda
Tufa halus, basal, trakit dan breksi
Litologi Penyusun tufa halus, tufa kasar dan breksi vulkanik
vulkanik
Hutan Produksi, perkebunan, pertanian
Tata Guna Lahan Pertanian, perkebunan dan pemukiman
dan pemukiman
Struktur Geologi Lipatan, kekar dan sesar geser Lipatan, kekar dan sesar geser

Stadia Daerah muda muda

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma) 9


Tabel 2.2 Kelas lereng dengan sifat-sifat proses dan kondisi
alamiah yang kemungkinan terjadi dan usulan warna
untuk peta relief secara umum (disadur dan

Kelas Sifat-sifat peoses dan kondisi


Warna
Lereng alamiah
0 0 - 20 Datar hingga hampir datar, tidak ada
Hijau
(0–2%) proses denudasi yang berarti
Agak miring, gerakan tanah kecepatan
2 0 - 40 Hijau
rendah, erosi lembar dan erosi alur
(2–7%) (sheet and rill erosion). Rawan erosi. Muda
4 0 - 80 Miring, sama dengan diatas, tetapi
Kuning
( 7 – 15 % ) dengan besaran yang lebih tinggi
Agak curam, banyak terjadi gerakan
80 - 160
tanah dan erosi, terutama longsoran Jingga
( 15 – 30 % ) yang bersifat mendatar
160 - 350 Curam, proses denudasional intensif, Merah
( 30 – 70 % ) erosi dan gerakan tanah sering terjadi Muda
Sangat curam, batuan umumnya mulai
350 - 550 tersingkap, proses denudasional sangat
Merah
(70 – 140% ) intensif, sudah mulai menghasilkan
bahan rombakan
Curam sekali, batuan tersingkap, proses
> 550 denudasional sangat kuat dan rawan
Ungu
( > 140 % ) jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh
(terbatas)
disederhanakan dari Van Zuidam, 1985)

Tabel 2.3 Klasifikasi ITC, 1986

Satuan Warna/ Simbol


Struktural Ungu
Vulkanik Merah
Denudasional Coklat
Marine Hijau
Fluvial Biru tua
Glasial Biru muda
Kras Oranye
Eolian Kuning

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


10
Lereng adalah kenampakan permukaan alam pada suatu
beda tinggi.

Panjang Lereng (m) Keterangan


< 15 Sangat Pendek
15 - 50 Pendek
50 - 250 Sedang
250 - 500 Panjang
> 500 Sangat Panjang

Tabel 2.4 Klasifikasi Panjang Lereng (Van Zuidam, 1983)

Pembuatan peta kelerengan dapat dilakukan dengan dua(2)


cara yaitu metode Wentworth dan metode Lingkaran

Bentuk lereng secara umum yaitu cekung, cembung,


dan lurus. Lereng tak teratur yaitu halus dan kasar (tak
teratur). Bentuk alur dan lembah yaitu dangkal, bentuk “U”,
dan bentuk “V”

Pelapukan (weathering) adalah segala perubahan


atau tiap-tiap perubahan pada batuan oleh pengaruh cuaca.
Perubahan ini berwujud penghancuran (fisika) dan
penguraian (kimiawi) batuan.
Proses pelapukan dipengaruhi oleh beberapa faktor
(input) yaitu iklim/ cuaca, topografi, batuan, dan vegetasi.
Pada dasarnya dikenal adanya 2 tipe pelapukan, yaitu:

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


11
a) Pelapukan mekanis (fisis) yaitu pecahnya batu-
batuan menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil
(desintegrasi) sebagai akibat dari :
- kelebihan beban,

- perbedaan dan perubahan (amplitudo =


ayunan, pergantian) suhu, karena insolasi
(penyinaran matahari).
- pembentukan kristal air atau garam, dan
- tekanan dari desakan perakaran tumbuhan.

b) Pelapukan kimiawi, yaitu perubahan susunan


kimiawi batuan (dekomposisi) sebagai akibat dari reaksi
kimia yang dilakukan oleh air (H2O), Oksigen (O2) dan zat
asam arang (CO2) dari atmosfer dan vegetasi:

- Oksidasi; dengan bantuan unsur O2

- Hidrolisa; penguraian dengan unsur H2O dari


+
ion H dan ion OH.

- Hidratisasi; persenyawaan dengan H2O.

- Karbonisasi; dengan unsur CO2,


- Solution (pelarutan), dan
- “coloid plucking”.
Bentukan-bentukan yang dihasilkan oleh proses-proses
pelapukan:

a. Differential weathering, proses pelapukan yang telah


mengikis, merusak dan membuat bentukan-bentukan
pada bagian-bagian yang lemah dari suatu massa
batuan

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


12
b. Talus, Puing-puing yang dijatuhkan dari lapukan
pada lereng yang curam dan menumpuk di kaki lereng
membentuk talus cone (kerucut puing) dan kipas puing.

c. Residual boulders, Onggokan-onggokan batu besar


bersusun-susun; terjadi pada massa batuan yang
bercelah (jointing), terutama pada jenis granit.
Di alam ada empat macam proses pelapukan mekanik yang
terjadi, yaitu frost wedging, unloading, thermal expansion
dan aktivitas organik, sedangkan pelapukan kimia
contohnya spherowaidal whetring (Kulit bawang). Tingkat
pelapukan dilihat dari kenampakan produk pelapukan yaitu
tinggi, sedang, dan rendah.

Tabel 2.4 Derajat Kelapukan Batuan (menurut Bieniwaski, 1976)

KELAS KRITERIA ISTILAH


Tidak tampak tanda-tanda
1 pelapukan. Batuan sesegar kristal. Segar
Beberapa diskontinuitas kadang- (tak lapuk)
kadang bernoda.

Pelapukan hanya terjadi pada Lapuk


2 diskontinuitas terbuka yang Ringan
menimbulkan perubahan warna.
Dapat mencapai 1 cm dari
permukaan kontinuitas.

3 Sebagian besar batuan berubah Lapuk


warna. Belum repui (kecuali batu Sedang
sedimen yang tersemen kurang
baik). Diskontinuitas bernoda dan /
atau terisi bahan lapukan.
4 Lapuk
Pelapukan meluas ke seluruh massa Kuat
batu. Sebagian massa batu repui.
Batu tidak berkilap. Seluruh bahan
batuan berubah warna, kecuali
5 kwarsa. Batuan mudah digali dengan
palu geologi.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


13
Lapuk
Struktur batuan berubah warna Sempurna
membusuk dan repui hanya
sebagian tekstur dan struktur masih
tampak. Kenampakan luar seperti
tanah.

Soil adalah hasil akhir dari proses pelapukan


batuan. Batuan induk merupakan batuan yang terletak
dibawah lapisan tanah atau endapan yang belum
terkompaksi. Tanah yang terbentuk di atas batuan induk
dan belum mengalami transportasi atau perpindahan
tempat disebut dengan tanah residu (residual soil).
Sedangkan tanah yang sudah berpindah tempat dari tempat
terbentuknya disebut dengan tanah terpindahkan
(transported soil).
Erosi dalam arti yang luas adalah proses terlepas
dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis.
Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
serangkaian proses yang akan berpengaruh pada bentuk
erosi; yaitu tetesan hujan yang langsung jatuh menumbuk
ke permukaan bumi akan mengakibatkan
terlepas/terbongkarnya material, dan ini yang disebut erosi

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


14
percik hujan (spalsh erosion); air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi sebagian akan meresap ke dalam tanah
dan sebagian lagi akan mengalir sebagai limpasan (overland
flow). Air limpasan yang tipis melebar dan mengalir akan
melepaskan material permukaan bumi di seluruh
permukaan terbuka disebut erosi lembar (sheet erosion); air
limpasan akan terkonsentrasi membentuk aliran linier
hingga dapat menghasilkan bentuk erosi alur (riil erosion)
dan erosi parit (gully erosion).
Gerakan tanah adalah merupakan suatu produk
dari proses gangguan kesetimbangan lereng yang
menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan ke
tempat atau daerah yang lebih rendah (Sampurno, 1987).
Gerakan tanah diklasifikasikan berdasarkan kecepatan
bergeraknya (lambat, cepat, sangat cepat); tipe gerakannya
(meluncur, berguling, berlompatan, atau jatuh tanpa
menyentuh bidang lain hingga terhenti), besarnya butiran
(blok, batu-batu lepas, puing batuan/talus, tanah dsb), dan
kadar keairan batuan (basah, lembab, kering).

a. Terban (Subsedence, tipe jatuh, runtuh):


Perpindahan ke bawah tanpa ada gerakan horizontal.
Jatuh tegak lurus, merosot ke bawah. Misalnya,
runtuhnya atap gua di daerah karst, atap gua galian
pertambangan yang tidak dapat menahan beban
atapnya.

b. Gerakan sangat lambat (Slow flowage, tipe


rayapan)

- Soil creep (rayapan tanah),

- Talus creep (rayapan puing),


Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)
15
- Rock creep (rayapan batu-batu),

- Rock glacier creep,

- Solifluction (rayapan lumpur, tanah jenuh


air).

c. Gerakannya cepat (Rapid flowage, tipe


aliran):
- Earth flow; (gerakan material bumi/tanah
yang butirannya halus, jenuh air pada lereng
yang landai.

- mud flow, gerakannya lebih cepat dari earth flow,


mengikuti atau terikat pada lembah dengan
kadar air yang lebih banyak.

- Debris avalanches, melalui saluran-saluran


kecil pada lereng-lereng curam (bercabang-
cabang).

d. Gerakannya sangat cepat (Landslides,


longsor lahan, tipe longsoran):

- Slumping, yaitu peluncuran unit massa


puing dari hancuran batuan yang biasanya
disertai putaran ke belakang (berguling).

- Debris slides, peluncuran cepat, bahannya


gembur, tetapi tidak disertai gerakan berguling.

- Debris fall, puing-puing runtuh.

- Rock slides, peluncuran / pelongsoran massa


Banyak Air
batuan pada bidang struktur lapisan atau pada
bidang retakan / patahan (eskarp).

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


16
- Rock fall, massa batuan yang belum lapuk jatuh
begitu saja. Peristiwa rock fall disebabkan oleh
kondisi lereng tergantung (over hanging), karena
penggangsiran di kaki lereng oleh gelombang
(pantai), pengerukan oleh pekerjaan arus sungai
pada tikungan luar, penggalian batu oleh
manusia (daerah pertambangan).

Gbr 2.1 Berbagai Tipe Gerak Massa Batuan. (A.K.


Lobeck, 1939: 92)

Sungai adalah air yang mengalir pada saluran


(palung, lembah) yang dibuatnya sendiri. Menurut konsep
ini, “air yang mengalir” dipandang sebagai tenaga geologi
yang dapat merubah bentuk, struktur dan posisi/lokasi
batuan; jadi, menyangkut perubahan lithologis, fungsi air
mengalir yaitu mengikis, mengangkut dan mengendapkan.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


17
Sebagai contoh: makin cepat air mengalir makin kuat pula
air mengalir itu mengikis batuan; juga makin kuat
mengangkut atau memindahkan batuan. Makin lemah
(tenang) pengaliran air sungai makin cepat mengendapkan
batuan yang telah diangkutnya.
Contoh perubahan batuan karena pekerjaan sungai:
Batuan masif (padas, kompak) berubah menjadi batuan
klastis (pecahan, hancuran): bongkah, kerakal, kerikil, pasir,
debu, liat. Batuan beku dan batuan metamorf menjadi
batuan endapan: breksi, breksi-konglomerat, konglomerat.
Batuan tidak berlapis-lapis menjadi batuan berlapis-lapis.
Perubahan posisi (lokasi): dari posisinya di pegunungan
menjadi batuan endapan di dasar laut.
Bentuk-bentuk endapan sebagai berikut :

a. Kipas aluvial (Alluvial Fan),


Kipas aluvial biasanya terbentuk di mulut celah (ngarai),
dari pengaliran cepat pada palung yang sempit tiba-tiba
keluar dan mengalir pada dataran yang lebar-meluas
sehingga pengaliran tiba-tiba melemah. Melemahnya
arus berarti kemampuan air mengangkut bahan menjadi
lemah, maka bahan-bahan muatan air diendapkan di
mulut celah dengan bentuk adari titik pusat menyebar ke
depan membentuk kipas.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


18
Gbr. 2.2 Kipas Aluvial (Alluvial Fan) Gbr.2.3 Crevasse-spalys

b. Dataran banjir (flood plain),


Di bagian tengah dan bagian hilir sungai telah terjadi
pengendapan. Dataran banjir mulai terbentuk jika sungai
telah mencapai stadium muda menjelang dewasa (Gb.
2.4).

c. Tanggul alam (natural levee)


Masih termasuk dataran banjir, tanggul alam terbentuk di
tepi sungai memanjang dengan arah sejajar sungai, dan
rata-rata lebih tinggi dari tinggi rata-rata dataran banjir
(lihat Gbr. 2.4). Mengapa lebih tinggi dari dataran banjir
pada umumnya? Di saat pengaliran maksimum,
kecepatan arus juga maksimum, muatan bahan angkutan
juga maksimum. Ketika pengaliran meluap ke luar dari
palung sungai, menjauh dari benang arus dan arus
melemah, maka bagian tepi inilah yang paling awal
menerima bahan-bahan endapan; selanjutnya sisanya
dibawa menyebar.

tanggul
alam

dataran
dataran banjir
banjir

Gbr. 2.4 Profil melintang Sungai Dewasa: Dataran banjir


(flood plain) dan tanggul alam (natural levee)

d. Point Bar, Point bar


merupakan pematang-pematang alam yang sejajar alur
sungai, merupakan bagian dari dataran banjir. Bentuk
Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)
19
point bar mirip dengan tanggul alam; bedanya, tanggul
alam terletak di tepi alur sungai, sedangkan point bar
agak jauh dari alur sungai.

e. Teras sungai adalah dataran


banjir yang kembali tererosi secara bertahap dan
meninggalkan teras-teras yang bertingkat. Lihat Gbr. 2.5

Gbr. 2.5 Berbagai Bentuklahan Fluvial. Gbr. 2.6Mender dan


Teras Sungai
f. Gosong, Endapan-endapan
baru di dasar sungai berupa onggokan pasir berbentuk
elips. Gosong pasir biasanya hanya muncul di permukaan
air di waktu kondisi pengaliran di bawah normal. Jadi,
gosong kadang-kadang muncul dan kadang-kadang
tenggelam.

g. Beting, Beting hampir sama


dengan gosong. Bedanya, karena beting selamanya
tampak di permukaan air berupa pulau di tengah sungai.
Tanahnya masih lembek berupa rawa-rawa sehingga
tidak atau belum ada tumbuhan. Beting terbentuk di
bagian sungai yang daya angkut pengalirannya tiba-tiba
melemah.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


20
h. Tanggul pantai, Bahan
endapannya berasal dari material angkutan air sungai,
tetapi pengendapannya dibantu oleh air laut. Arahnya
sejajar dengan arah pantai laut dan tegak lurus terhadap
arah tanggul alam (natural levee).

i. Delta, Pada bahagian muara


sungai, di laut atau di danau, terjadi sedimentasi yang
akhirnya mencapai permukaan air, disebut delta. Delta
adalah jenis endapan yang batuannya terdiri dari batuan
klastis (butiran) halus yang diendapkan secara teratur,
berlapis-lapis . Permukaannya datar sesuai dengan
permukaan air.

Panduan Pemetaan Geologi .... (Obed Duma)


21 Gambar 21
Proses pembentukan meander dan
danau tapak kuda

You might also like