You are on page 1of 20

www.klinikindonesia.

com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 1

Labio Gnato Palatoschisis (Edisi 0.1)


Oleh : Muhammad al-Fatih II

EMBRIOMORFOGENESIS & PATOFISIOLOGI

Secara embriologik rangka dan jaringan ikat pada muka (kecuali kulit dan otot), termasuk

palatum, berasal dari sel-sel neural crest di cranial, sel-sel inilah yang memberikan pola pada

pertumbuhan dan perkembangan muka. Pertumbuhan fasial sendiri dimulai sejak penutupan neuropore

(neural tube) pada minggu ke4 masa kehamilan; yang kemudian dilanjutkan dengan rangkaian proses

kompleks berupa migrasi, kematian sel terprogram, adhesi dan proliferasi sel-sel neural crest.1

Ada 3 pusat pertumbuhan fasial, yaitu :1

1. Sentra prosensefalik

Bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan lobus frontal otak, tulang frontal,

dorsum nasal dan bagian tengah bibir atas, premaksiladan septum nasal (regiofronto-nasal).1

2. Rombensefalik

Membentuk bagian posterior kepala, lateral muka dan sepertiga muka bagian bawah (regio

latero-posterior). Ada bagian-bagian yang mengalami tumpang tindih (overlap) akibat impuls-impuls

pertumbuhan yang terjadi, disebut diacephalic borders.1

3. Diasefalik

Diacephalic borders pertama yaitu sela tursika, orbitadan ala nasi, selanjutnya ke arah filtrum;

danfiltrum merupakan pertanda (landmark) satu-satunya dari diacephalic borders yang bertahan seumur

hidup. Diacephalic borders kedua adalah regio spino-kaudal dan leher.1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 2

Embryo berusia 2 minggu dengan sentra-sentra pertumbuhan : a. sentra prosensefalik b. sentra

diasefalik & c. sentra rombensefalik1

Gangguan pada pusat-pusat pertumbuhan maupun rangkaian proses kompleks sel-sel neural

crest menyebabkan malformasi berupa aplasi, hipoplasi dengan atau tanpa displasi, normoplasi dan

hiperplasi dengan atau tanpa displasi. Perkembangan palatum berlangsung pada minggu ke 4 - 12

kehamilan. Setelah penutupan neuropore (pada minggu ke-4), primary palate membentuk premaksila

(sentra prosensefalik). Rangkaian prosesnya terdiri dari inisialisasi, proliferasi neural crest dan

pertumbuhan mesenkim membentuk prosesus frontonasal. Secondary palate (90% hard palate dan 10%

soft palate) dibentuk dari segmen lateral (sentra rombensefalik, pada minggu ke-6), yang kemudian

akan mengalami fusi dengan median plane (akhir minggu ke-7).1

Palatine shelves mulanya berkembang ke arah bawah, membentuk lidah. Bersamaan dengan

pertumbuhan mandibula, palatine shelves terproyeksi pada bidang horizontal; mengalami fusi di medial

dengan septum nasi (minggu ke 9-10); proses fusi ini membentuk palatum bagian anterior sampai

posterior. Kematian sel epitel (terprogram) di sisi median memungkinkan proses penyatuan sel-sel

mesenkhim pada saat mencapai garis tengah, membentuk palatum secara utuh.1

Secara ringkas, rangkaian proses pembentukan secondary palate terdiri dari pertumbuhan sel mesenkim

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 3

(proliferasi dan migrasi) dilanjutkan elevasi palatine shelves, proses fusi yang terdiri dari kontak epitel,

epithelial breakdown (programmed cell death) dilanjutkan oleh penggantian sel-sel mesenkim di garis

median.1

Pembentukan bibir atas melalui rangkaian proses sebagaimana berikut. Sisi lateral bibir atas,

dibentuk oleh prominensi maksila kiri dan kanan; sisi medial (filtrum) dibentuk oleh fusi premaksila

dengan prominensi nasal. Ketiga prominensi ini kemudian mengalami kontak membentuk seluruh bibir

atas yang utuh. Gangguan yang terjadi pada rangkaian proses sebagaimana diuraikan diatas akan

menyebabkan adanya celah baik pada bibir (jaringan lunak) maupun gnatum, palatum, nasal, frontal

bahkan maksila dan orbita (rangka tulang). Dan berdasarkan teori ini, dikatakan bahwa sumbing bibir

dan langitan, merupakan suatu bentuk malformasi (aplasi-hipoplasi) yang paling ringan dari facial cleft,

yang mencerminkan gangguan pertumbuhan pada sentra prosensefalik rombensefalik dan diasefalik.1

HIPOTESIS PENYEBAB

Penyebab sumbing bibir dan langitan sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa

hipotesis yang dikemukakan dalam perkembangan kelainan ini antara lain :1

1. Insufisiensi zat-zat atau materi yang diperlukan untuk proses tumbuh-kembang organ-organ

terkait selama masa embrional, seperti juga pada anomali kongenital lainnya.1

2. Pengaruh penggunaan obat-obatan yang bersifat teratologik, termasuk jamu- jamuan dan

penggunaan kontrasepsi hormonal.1

3. Infeksi khususnya infeksi viral dan khlamidial (toksoplasmosis).1

4. Faktor genetik, yang diduga kuat pada keluarga dengan riwayat kelainan yang sama.1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 4

Insufisiensi zat-zat atau materi yang diperlukan untuk proses tumbuh-kembang organ-organ

terkait selama masa embrional disebabkan beberapa hal :1

1. Kuantitas; misalnya gangguan sirkulasi feto-maternal, termasuk stress pada masa kehamilan dan

syok hipovolemik terutama pada trismester pertama kehamilan.1

2. Kualitas; defisiensi gizi (vitamin dan mineral; khususnya asam folat, vitamin C dan Zn/seng),

anemi dan kondisi hipoksik. Defisiensi zat-zat atau materi yang diperlukan menyebabkan

gangguan dan / atau hambatan pada pusat pertumbuhan dan rangkaian proses kompleks yang

dijelaskan diatas.1

3. Teori bioseluler; Perkembangan palatum melibatkan interaksi mesenkhim epitelial. Proses

signaling melibatkan molekul matriks dan growth factor yang mempengaruhi ekspresi genetik

dari sel-sel neural crest yang mengalami migrasi dan kematian sel terprogram (dan ini

dipengaruhi oleh asam retinoat, glukokortikoid); dan gen-gen yang terpengaruh ini akan

mengakibatkan timbulnya gangguan fusi.

Mediator-mediator yang kemudian diketahui mempengaruhi gen-gen tersebut antara lain

Hox B (murine Hox2), Transforming Growth Factor (TGFA&B), Epidermal Growth Factor

(EGF), Retinoic Acid Receptor (RARA), Insulin Growth Factor (IGF1&2). Pola ekspresi dari

gen-gen ini melibatkan proses replikasi mRNA dan penurunan kadar protein, sehingga sel yang

bersangkutan tidak memiliki kemampuan bermigrasi, proliferasi, dsb.1

Dugaan mengenai hal ini ditunjang kenyataan, telah berhasil diisolasi suatu X-linked gen, yaitu

Xq13-21 pada lokus 6p24.3 pada pasien sumbing bibir dan langitan. Kenyataan lain yang menunjang,

bahwa demikian banyak kelainan / sindrom disertai celah bibir dan langitan (khususnya jenis bilateral),

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 5

melibatkan anomali skeletal, maupun defek lahir lainnya.1

BENTUK KELAINAN (KLASIFIKASI)

Secara anatomik, kelainan ini mencakup organ-organ antara lain labium oris, gnathum yang

melibatkan gigi-geligi, palatum, nasal bahkan maksila. Pada jenis bilateral komplit, seringkali dijumpai

stigmata lainnya, yaitu anomali pada kedua orbita berupa telekantus bahkan sampai hipertelorism dan

distopi.1

KLASIFIKASI

a. Berdasarkan organ terlibat ( kelainan anatomik ) :1

1. Celah bibir.1

2. Celah gusi.1

3. Celah langitan.1

b. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk :1

1. Inkomplit.1

2. Komplit.1

c. Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases (ICD), mencakup celah anatomis

organ terlibat, lengkap atau tidaknya celah, unilateral atau bilateral; digunakan untuk sistim pencatatan

dan pelaporan yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO).1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 6

BENTUK DAN DASAR KELAINAN

a. Kelainan yang segera terlihat :

1. Alveolus dengan kolaps lengkung yang nyata, akibat pertumbuhan yang tidak terkoordinasi

dengan premaksila.1

2. Deformitas hidung, melibatkan jaringan lunak khususnya kolumela Celah bibir yang

memisahkan kedua sisi lateral dengan prolabia, dengan defisiensi dan abnormalitas konfigurasi

otot.1

3. Prolabia yang miskin jaringan (kecil, pendek) disertai disparitas warna, khususnya di daerah

vermilion, filtrum dan komponen otot.1

4. Premaksila yang menonjol / mencuat ke anterior, akibat pertumbuhan yang tidak terkontrol.1

5. Celah langitan, memisahkan kedua sisi lateral palatum durum dengan os vomer pendek dan

rangka (kartilago alae yang flare, bahkan os nasal).1

b. Kelainan yang terlihat setelah anak tumbuh :

1. Hiperplasi / hipertrofi mukosa nasal termasuk choana, akibat iritasi kronik karena adanya

hubungan antara rongga nasal dengan rongga mulut.1

2. Gigi insisivus 1-2 dan kaninus hipoplastik.1

3. Otot palatum molle hipoplastik.1

4. Palatum durum pendek.1

5. Hipoplasi maksila, disertai anomali hidung (long nose, relatif) dan anomali orbita (telekantus,

bahkan sampai hipertelorism).1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 7

PENATALAKSANAAN

Penanganan sumbing bibir dan langitan merupakan suatu seri pengobatan / penatalaksanaan

jangka panjang; yang terdiri dari beberapa tahap.1

1. Penutupan Celah1

1.1 Penutupan Celah Bibir1

Dikerjakan berdasarkan kriteria rule of ten. Bila memungkinkan (pasien datang sedini mungkin)

dilakukan preliminary treatment, berupa tindakan non bedah yang bertujuan mengendalikan

pertumbuhan premaksila, mendekatkan celah bibir; agar memperoleh hasil yang baik.1

Beberapa metoda dapat dikerjakan, antara lain teknik :1

1. Straight line closure (de la faye, Veau, Vaughan, dsb).1

2. Triangular flap (Thompson, Barsky, Blair, Le Mesurier, Cronin, dsb).1

3. Quadrilateral flap (Bauer, Tennison, dsb).1

Teknik penutupan celah ini dikerjakan dalam dua kesempatan (Randall’s lip adhesion, Millard)

maupun satu tahap (Manchester).1

1.2 Penutupan Celah Langitan1

Diharapkan langitan sudah tertutup pada usia anak mulai bisa berbicara, yaitu usia kurang lebih

2 tahun. Metode yang dikerjakan antara lain teknik mucoperiosteal flap (von Langenbeck, Wardill,

dsb), aplikasi z-plasty (Furlow, Cronin, dsb), dsb.1

1.3 Penutupan Celah Gusi1

Dikerjakan bila gigi geligi permanen sudah tumbuh, kurang lebih 8-9 tahun. Alasannya,

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 8

tindakan operasi yang dilakukan sebelum gigi permanen ini tumbuh akan mempengaruhi pertumbuhan

tulang. Celah yang ada diisi bone graft dengan donor berasal dari os iliaka.1

2. Penanganan Sekunder / Secondary Repair1

Perbaikan yang diperlukan sangat tergantung pada penatalaksanaan awal, terutama labioplasti.

Teknik / metoda yang diterapkan dalam penutupan celah bibir yang baik, selain berorientasi pada

simetrisitas dan patokan-patokan anatomik bibir; juga memperhitungkan koreksi kelainan yang sering

dijumpai bersamaan, misalnya hidung, baik pada saat bersamaan dengan labioplasti maupun pada

kesempatan yang direncanakan kemudian (mempersiapkan jaringan dan menghindari parut yang tidak

menguntungkan). Masalah umum yang dijumpai pada sumbing bibir dan langitan bilateral antara lain

adalah kolumela yang pendek, konfigurasi nasal tip yang tidak harmonis, problem gigi dan maksila;

dan parut operasi sebelumnya.1

2.1 Perbaikan Konfigurasi Anatomik Bibir1

Termasuk perbaikan parut dan pembentukan tuberkulum labii superior, cupid’s bow, filtrum

dengan philtral ridge-nya. Penggunaan flap lokal, dalam hal ini termasuk lip switch surgery (misal

Abbe flap) setelah proses maturasi jaringan pasca bedah sebelumnya, atau pada kesempatan tindakan

operasi berikutnya.1

2.2 Penanganan Hidung1

Tindakan koreksi diperlukan untuk memperbaiki bentuk hidung. Kelainan bentuk dan letak dari

kartilago alae dan kolumela yang pendek pada sumbing bibir bilateral merupakan masalah utama.

Tindakan koreksi pada kelainan ini dikerjakan pada rentang waktu antara usia 6 bulan sampai dengan

usia 6 tahun; sedangkan koreksi nasal tip dan nasal vault correction sebagai tindakan koreksi hidung,

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 9

dikerjakan pada usia 15-16 tahun.1

2.3 Penanganan Gigi1

Penanganan gigi merupakan problematik yang tidak terlepas dari penatalaksanaan sumbing

bibir dan langitan; dan tidak kalah sulitnya dengan tindakan operasinya sendiri. Pengaturan lengkung

dan arah pertumbuhan gigi-geligi (ortodonsi) maupun penatalaksanaan maksila yang hipoplastik

(ortognati) merupakan seri pengobatan sendiri yang membutuhkan waktu yang relatif cukup lama.

Sampai saat ini dianut penanganan gigi geligi diserahkan pada ortodontis selesai beberapa seri operasi,

atau bila pasien yang bersangkutan cukup awas pada kebutuhannya. Sebenarnya penatalaksanaan awal

secara terpadu jelas lebih menguntungkan bagi pasien.1

2.4 Penanganan Hipoplasi Maksila1

1. Tindakan operatif1

Tergantung berat ringannya kondisi hipoplastik, berbagai metoda osteotomi rahang atas dapat

dilakukan (osteotomi LeFort, Wasmund) yang kadang-kadang perlu dikombinasi dengan osteotomi

rahang bawah (Obwegesser, dsb).1

2. Tindakan non operatif1

Penggunaan maxillary expansion. Ada 2 metoda, yaitu rapid expansion dan non rapid

expansion. Dikerjakan bersamaan dengan tindakan ortodontik.1

2.5 Penanganan Problem Bicara1

Gangguan bicara, berupa SUARA SENGAU dijumpai pada celah langitan; dimana terdapat

hubungan antara rongga mulut dan rongga hidung. Otot-otot palatum dan faring (m.tensor vellipalatini

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 10

dan levator vellipalatini; m.monstriktor faringeus) tidak tumbuh dan berkembang sempurna

(hipoplastik) dan tidak terkoordinasi baik akibat adanya celah. Tindakan rekonstruksi awal (sebelum

usia 2 tahun) mengupayakan ‘pengembalian anatomik’ otot-otot ini, sehingga fungsinya diharapkan

dapat normal dan suara sengau terkoreksi.1

Upaya lain yang secara nyata mempengaruhi keberhasilan tindakan ini adalah usaha pasien

mengucapkan kata-kata dengan baik dan benar; dan ini dapat dilakukan apabila tingkat kecerdasan

(nilai intelligence quotient / IQ) anak normal, sentra bicara pasien terbiasa (memiliki memori)

mendengarkan kata-kata yang baik dan benar. Kondisi ini hanya dapat diperoleh bila sejak awal

(beberapa saat sejak kelahiran) orang tua pasien membiasakan mengucapkan kata-kata yang baik dan

benar di telinga anaknya / pasien (pendidikan non formal). Bila upaya non formal belum berhasil

memberikan perbaikan, seringkali diperlukan pendidikan formal berupa terapi wicara (speech

therapy).1

Bila usaha-usaha ini telah dikerjakan, namun tidak juga memberikan hasil, pada penilaian

adanya nasal escape merupakan indikasi tindakan faringoplasti.1

ANATOMI BIBIR

Menurut The American Joint Committee on Cancer, bibir merupakan bagian dari cavum oris,

mulai dari perbatasan vermilion-kulit dan meliputi seluruh vermilion saja. Tetapi para ahli bedah

menyebutkan bahwa bibir atas meliputi seluruh area dibawah hidung, kedua lipatan nasolabialis,

kemudian intraoral sampai sulcus gingivolabialis, dan bibir bawah meliputi vermilion, lipatan

labiomentalis sampai sulcus gingivolabialis intraoral.1

Bibir terdiri dari 3 seksi yaitu kutaneus, vermilion dan mukosa. Bibir bagian atas disusun 3 unit

kosmetik yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cupid bow adalah proyeksi ke bawah dari unit philtrum yang

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 11

memberi bentuk bibir yang khas. Proyeksi linear tipis yang memberi batas bibir atas dan bawah secara

melingkar pada batas kutaneus dan vermilion disebut white roll.1

Bibir bagian bawah memiliki 1 unit kosmetik yaitu pada bagian mental crease yang

memisahkan bibir dengan dagu. Vermilion merupakan bagian bibir yang paling penting dari sisi

kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam yaitu epidermis, dermis, jaringan subkutaneus, m.

orbicularis oris, submukosa dan mukosa.1

Bibir atas yang normal mempunyai otot orbicularis oris utuh, 2 buah philthrum ridge yang

sejajar dan sama panjang dengan di tengahnya terbentuk philthrum dimple. Disamping itu mempunyai

cupid bow, dibagian permukaan mempunyai vermilion yang simetris (milard). Penyebab

labiognatopalatoschisis multifaktorial, sedang insiden sekitar 1/500 kelahiran dan meningkat pada

daerah dengan defisiensi Zn atau asam folat.1

Anatomi bibir1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 12

Vaskularisasi Bibir

Berasal dari a. labialis superior dan inferior, cabang dari a. facialis. Arteri labialis terletak antara

m. orbicularis oris dan submukosa sampai zona transisi vermilion-mukosa.1

Inervasi Bibir

Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n. trigeminus) dan n.

infraorbitalis. Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari n. mentalis. Pengetahuan inervasi sensoris

ini penting untuk melakukan tindakan blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal dari n. cranialis VII

(n. facialis). Ramus buccalis n.facialis meninervasi m. orbicularis oris dan m. elevator labii. Ramus

mandibularis n. facialis menginervasi m. orbicularis oris dan m. depressor labii.1

Muskulus Bibir

Muskulus utama bibir adalah m. orbicularis oris yang melingkari bibir. Muskulus ini tidak

melekat pada tulang, berfungsi sebagai sfingter rima oris. Dengan gerakan yang kompleks, muskulus

ini berfungsi untuk puckering, menghisap, bersiul, meniup dan menciptakan ekspresi wajah.

Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan musculus ekspresi wajah lainnya daerah

otot ini dikenal dengan istilah modiolus.1

1. Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m. levator labii superior, m.

zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.1

2. Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor dan

m. levator anguli oris.1

3. Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris dan m. depresor labii inferior. Muskulus

retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli oris dan m. platysma, sedangkan m.

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 13

mentalis berfungsi untuk protrusi bibir.1

Muskulus Bibir1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 14

Anatomi Normal Bibir1

LABIOSCHISIS

Adanya gangguan fusi maxillary swelling dengan medial nasal swelling pada satu sisi akan

menimbulkan kelaianan berupa labioschisis unilateral. Bila kegagalan fusi ini menimbulkan celah di

daerah prealveolaris, maka celah tersebut dikatakan inkomplet, sedang selebihnya dikatakan

labioschisis komplet.1

Klasifikasi Labioschisis

1. Labioschisis unilateral sinistra / dekstra inkomplet1

2. Labioschisis unilateral sinistra / dekstra komplet1

3. Labioschisis bilateral inkomplet / komplet1

Anamnesa

 Sumbing bibir sejak lahir.1

 Riwayat keluarga sakit serupa.1

 Riwayat defisiensi nutrisi / vitamin pada ibu, obat-obatan pengganggu pertumbuhan.1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 15

Pemeriksaan

Labioschisis inkomplet bila celah bibir tidak sampai dasar lubang hidung.1

Penanganan

1. Tidur miring pada sisi sumbing à plester penahan premaksila pada Labioschisis bilateral

complet.1

2. Labioplasty (milard) bila memenuhi “rule of ten”.1

Teknik Labioplasti

Straight line repair & triangular flap1

1. Straight line repair (Rose Thomson) à Dipakai pada celah yang minimal dan tidak melibatkan

m. orbicularis oris, ala nasi, alar base dan columella.1

2. Triangular flap (Tennison) à Teknik sama dengan rectangulair flap hanya flap bentuk segitiga.1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 16

Rectangulair flap & rotation advancement flap1

3. Rectangulair flap (Le Mesurier) à Untuk mengoreksi defek m. orbicularis oris, namun tidak

mampu mengoreksi alsr base dan columella.1

4. Rotation advancement flap (Milard) à Rencana irisan dapat dibuat sementara operasi sedang

berjalan, dapat meninggikan alar base dan memperlebar ala nasi.1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 17

Surgical Techniques1

PALATOSCHISIS

Klasifikasi

1. Palatoschisis Unilateral Sinistra / Dekstra completa1

2. Palatoschisis Bilateral completa1

3. Palatoschisis Inkompleta1

Anamnesa

Sumbing langit-langit sejak lahir.1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 18

Pemeriksaan

 Inkompleta : bila sumbing dari uvula sampai foramen incisivum1

 Kompleta : dari uvula sampai arcus alveolari (melewati foramen incisium)1

Penanganan

1. Usia 1-2 minggu konsul bagian orthodonsi untuk pemasangan obturator.1

2. Nutrisi dengan dot besar dengan lubang menghadap ke bawah, posisi ½ duduk.1

3. Usia 1,5-2 tahun à Palatoplasty agar bicara tidak sengau.1

Tehnik Palatoplasti pada sumbing palatum sekunder komplet1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 19

GNATOSCHISIS

Anamnesa

Sumbing gusi sejak lahir.1

Penanganan

1. Alveolar bone graft usia 7-9 tahun, donor diambil dari substansia spongiosa crista iliaca.1

2. Cara lain dengan bahan anorganik Hydroxy Apatite.1

PENATALAKSANAAN

UMUR TINDAKAN
0 – 1 minggu Tidur telentang, pemberian nutrisi dengan kepala miring.
1 – 2 minggu Pasang obturator untuk menutup celah pada palatum, agar dapat menghisap susu,
atau dengan sendok posisi ½ duduk atau memakai dot lubang kearah bawah à
cegah aspirasi.
10 minggu Labioplasty , dengan memenuhi Rules of ten :
- Umur 10 minggu
- Berat 10 pons
- HB > 10 gr%
- AL < 10.000
1,5 – 2 tahun Palatoplasty karena bayi mulai bicara
2 – 4 tahun Speech therapy
4 – 6 tahun Velopharyngoplasty
Mengembalikan fungsi katup yang dibentuk m.tensor veli palatini & m.levator
veli palatini, untuk bicara konsonan, latihan dengan cara meniup.
6 – 8 tahun Orthodonsi (pengaturan lengkung gigi)
8 – 9 tahun Alveolar bone grafting
Dari tulang crista iliaca, sebelum gigi caninus tumbuh.
9 – 17 tahun Orthodonsi ulang
17 – 18 tahun Cek simetrisasi mandibula dan maxila
Penatalaksanaan Labio Gnato Palatoschisis1

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online


www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online 20

Edukasi Post Palatoplasty :1

1. Posisi tidur harus miring / tengkurap à mencegah aspirasi bila terjdi perdarahan.1

2. Tidak boleh makan / minum terlalu panas / dingin à menghambat proses penyembuhan jahitan.1

3. Tidak boleh menghisap / menyedot selama 1 bulan post operasi à mencegah gagalnya penyatuan

palato.1

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. 2008. Labio Gnato Palatoschisis. http://bedahugm.net/Bedah-Plastik/Labio-Gnato-


Palatoschisis.html. 10 Desember 2008.

Update : Makassar, 28 Desember 2008

Sumber : www.klinikindonesia.com

www.klinikindonesia.com : Klinik Kesehatan, Kedokteran, Bisnis & Religius Online

You might also like