You are on page 1of 4

Bayam Bisa Mengurangi Risiko Radang Usus

Bayam Bisa Mengurangi Risiko Radang Usus


Ditulis oleh Soetrisno pada 04-07-2008

Sayuran yang kaya akan nitrat, seperti bayam, bisa membantu melindungi
dari radang usus/lambung berkat keberadaan bakteri di dalam mulut. Hal ini diungkap oleh
penelitian seorang ilmuwan Swedia. Temuan ini meragukan pendapat-pendapat sebelumnya
bahwa makanan yang kaya nitrat bisa memiliki risiko kesehatan.

Joel Petersson dianugerahi gelar PhD oleh Universitas Uppsala karena penelitian ini, dimana dia
menunjukkan bahwa mencit yang memakan diet kaya nitrat memiliki lapisan mukus lebih tebal
pada lambung, sehingga melindunginya dari asam hidroklorat yang terdapat dalam asam
lambung dan mengurangi risiko radang usus/lambung.

Petersson menemukan bahwa bakteri mulut memegang peranan penting dalam proses ini. Nitrat-
nitrat pada makanan diserap dalam usus dan memasuki aliran darah. Dari sini nitrat-nitrat
tersebut masuk ke dalam saliva tetapi direduksi menjadi nitrit oleh bakteri mulut. Setelah
tertelan, nitrit-nitrit tersebut direduksi menjadi oksida nitrat oleh asam lambung. Oksida nitrat,
sebuah molekul pensinyalan penting, memicu peningkatan aliran darah ke lambung, sehingga
membantu memperbaharui dan mempertebal lapisan mukus.

Ketika Petersson memberikan obat kumur antibakteri kepada mencit untuk membunuh bakteri
mulut, dia menemukan bahwa mencit-mencit tersebut lebih rentan terhadap radang usus. Dia
menyebutkan bahwa orang yang menggunakan obat-obat kumur seperti ini secara teratur bisa
berisiko, khususnya jika mereka juga sering memakai obat penghilang nyeri nonsteroid seperti
aspirin yang juga bisa merusak lapisan dinding lambung. “Ada cara lain yang jauh lebih aman
untuk menghambat produksi senyawa yang menimbulkan nafas tidak sedap dalam mulut,”
ungkapnya.

Sekitar 60 sampai 80 persen nitrat yang dikonsumsi pada diet normal orang-orang Barat berasal
dari sayuran, dengan gula bit, seledri dan bayam yang mengandung kadar nitrat tinggi, antara 1-
3g per kilo.
Penelitian-penelitian di tahun 1970an menyebutkan ada hubungan antara kadar nitrat yang tinggi
dalam air minum dengan kanker lambung dan metaemoglobinemia. “Selama ini kita telah
menghabiskan banyak dana untuk mencoba mengurangi kadar nitrat dalam air minum sementara
tidak ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa keberadaan nitrat ini berbahaya bagi manusia.
Kalaupun anda memakan banyak nitrat, maka itu tidak jadi masalah, nitrat-nitrat tersebut akan
keluar bersama urin,” kata Petersson.

Nigel ‘Ben’ Benjamin, yang sekarang menjadi konsultan penyakit akut di Istitut Kedokteran
Peninsula, Plymouth, Inggris, menemukan mekanisme protektif berbeda untuk nitrat pada tahun
1990an. Dia menunjukkan bahwa kombinasi oksida nitrat dan asam nitrat mengontrol
pertumbuhan bakteri berbahaya seperti salmonella dalam usus. “Penelitian Petersson telah
menunjukkan efek ini pada hewan dan saya menduga bahwa hal yang sama juga terjadi pada
lambung manusia,” kata Benjamin. “Ini adalah penelitian yang menarik dan bisa dijadikan alasan
pendukung untuk memakan diet yang mengandung banyak sayuran segar.”

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/

Sumber Artikel Chem-Is-Try.Org | Situs Kimia Indonesia | - http://www.chem-is-try.org


URL artikel ini dapat diakses melalui: http://www.chem-is-
try.org/artikel_kimia/kimia_pangan/bayam-bisa-mengurangi-risiko-radang-usus/
Diposkan oleh Firman DJ di 12:22:00 0 komentar
Label: bayam, kimia, nitrat, radang usus, sayuran

Konsep oksidasi-reduksi

Konsep oksidasi-reduksi
Ditulis oleh Yoshito Takeuchi pada 11-08-2008

Pentingnya reaksi oksidasi-reduksi dikenali sejak awal kimia. Dalam oksidasi-reduksi, suatu
entitas diambil atau diberikan dari dua zat yang bereaksi. Situasinya mirip dengan reaksi asam
basa. Singkatnya, reaksi oksidasi-reduksi dan asam basa merupakan pasangan sistem dalam
kimia. Reaksi oksidasi reduksi dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam hal keduanya
digunakan dalam banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami. Konsep penting secara
perlahan dikembangkan: misalnya, bilangan oksidasi, oksidan (bahan pengoksidasi), reduktan
(bahan pereduksi), dan gaya gerak listrik, persamaan Nernst, hukum Faraday tentang induksi
elektromegnet dan elektrolisis. Perkembangan sel elektrik juga sangat penting. Penyusunan
komponen reaksi oksidasi-reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara
intelektual. Sel dan elektrolisis adalah dua contoh penting, keduanya sangat erat dengan
kehidupan sehari-hari dan dalam industri kimia.
a. Penemuan oksigen

Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar, kombinasi antara zat dan oksigen,
yakni oksidasi, paling sering berlangsung di alam. Pembakaran dan perkaratan logam pasti telah
menatik perhatian orang sejak dulu. Namun, baru di akhir abad ke- 18 kimiawan dapat
memahami pembakaran dengan sebenarnya. Pembakaran dapat dipahami hanya ketika oksigen
dipahami. Sampai doktrin Aristoteles bahwa udara adalah unsur dan satu-satunya gas ditolak,
mekanisme oksidasi belum dipahami dengan benar. Kemungkinan adanya gas selain udara
dikenali oleh Helmont sejak awal abad ke-17. Metoda untuk memisahkan gas tak terkontaminasi
dengan uap menggunakan pompa pneumatik dilaporkan oleh Hales di sekitar waktu itu. Namun,
walau telah ada kemajuan ini, masih ada satu miskonsepsi yang menghambat pemahaman peran
oksigen dalam pembakaran. Miskonsepsi ini adalah teori flogiston yang telah disebutkan di Bab
1. Teori ini dinyatakan oleh dua kimiawan Jerman, Georg Ernst Stahl (1660-1734) dan Johann
Joachim Becher. Menurut teori ini, pembakaran adalah proses pelepasan flogiston dari zat yang
terbakar. Asap yang muncul dari kayu terbakar dianggap bukti yang baik teori ini. Massa abu
setelah pembakaran lebih ringan dari massa kayu dan ini juga konsisten dengan teori flogiston.
Namun, ada kelemahan utama dalam teori ini. Residu (oksida logam) setelah pembakaran logam
lebih berat dari logamnya. Priestley dan Scheele, yang menemukan oksigen di akhir abad ke-18,
adalah penganut teori flogiston . Jadi mereka gagal menghayati peran oksigen dalam
pembakaran. Sebaliknya, Lavoiseur, yang tidak terlalu mengenali teori ini, dengan benar
memahamo peran oksigen dan mengusulkan teori pembakaran baru yakni oksidasi atau
kombinasi zat terbakar dengan oksigen.Ia mendukung teroinya dengan percobaan yang akurat
dan kuantitatif yang jauh lebih baik dari standar waktu itu. Ia menyadari bahwa penting untuk
memperhatikan kuantitas gas yang terlibat dalam reaksi untuk memahami reaksi kimia dengan
cara kuantitatif. Jadi ia melakukan reaksinya dalam wadah tertutup. Peran oksigen dalam
pembakaran dikenali Lavoiseur; oksidasi-reduksi didefinisikan sebagai beriku.Oksidasi-reduksi
dan oksigen Oksidasi: menerima oksigen Reduksi: mendonorkan oksigen

b. Peran hidrogen

Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organik dapat dijelaskan dengan
pemberian dan penerimaan oksigen. Misalnya, walaupun reaksi untuk mensintesis anilin dengan
mereaksikan nitrobenzen dan besi dengan kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam
kerangka pemberian dan penerimaan oksigen, pembentukan CH3CH3 dengan penambahan
hidrogen pada CH2=CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun,
penambahan hidrogen berefek sama dengan pemberian oksigen. Jadi, etena direduksi dalam
reaksi ini. Dengan kata lain, juga penting mendefinisikan oksidasi-reduksi dalam kerangka
pemberian dan penerimaan hidrogen.

Oksidasi-reduksi dan hidrogen

Oksidasi: mendonorkan hidrogen

Reduksi: menerima hidrogen

b. Peran elektron
Pembakaran magnesium jelas juga reaksi oksidasi-reduksi yang jelas melibatkan pemberian dan
penerimaan oksigen.

2Mg + O2 –> 2MgO (1

You might also like