You are on page 1of 12

ANALISIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu upaya menciptakan kondisi yang

memungkinkansiswa dapat belajar. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani secara

eksplisit ada kegiatanmemilih, menetapkan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran

untuk mencapai hasil yangdiinginkan. Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan siswanya baik

jasmani maupun rohani dalammeningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak serta

membantu mengembangkankepribadiannya. Agar mencapai peningkatan dan pengembangan

tersebut, maka guru khususnyaguru pendidikan jasmani harus dapat menggunakan pendekatan

pembelajaran, model ataupunmetode pembelajaran yang sesuai, yakni berdasarkan pada tahap-

tahap perkembangan fisik sertakarakteristik siswa, dan mematuhi kaidah-kaidah pedagogi yang

ada.

Kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani disebabkan bukan karena semata-

mata pemilihan dan pengembangan materi yang tidak disesuaikan dengan keadaan siswa,

akantetapi lebih banyak kelemahannya pada pengembangan pendekatan pembelajaran. Demikian

pulaterbatasnya alat dan fasilitas olahraga, serta kurangnya kreativitas guru dalam

memilih,menggunakan dan menetapkan model, metode ataupun pendekatan pembelajaran

akanberdampak negatif terhadap kuantitas dan kualitas tugas gerak yang diberikan oleh guru

kepadasiswa, sehingga dengan demikian akan menghambat pengembangan perbendaharaan

gerak padasiswa, serta menyebabkan kesulitan di dalam pembinaan bakat dan prestasi.
Hal ini perlu diperhatikan guna memperbaiki kondisi pendidikan jasmani ke depan.

Salahsatu strategi untuk memperbaiki kondisi pendidikan jasmani yaitu dengan cara

mengevaluasiproses pembelajarannya. Tujuan dilakuakannya evaluasi adalah untuk menganalisis

pelaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani. Analisis yang dilakukan dalam pendidikan jasmani pada

padaprinispnya adalah untuk memperbaiki dan menata kembali masalah yang terjadi pada

sistempembelajaran pendidikan jasmani itu sendiri, artinya dimana analisis yang dilakukan tidak

hanyaterpusat pada siswa, akan tetapi juga kepada guru pendidikan jasmani itu sendiri.

Alasan tersebut dilaksanakan karena melihat beberapa kasus mengenai

sistempembelajaran pendidikan jasmani yang ada di setiap sekolah saat ini adalah sistem

pembelajaranyang kurang mengutamakan prinsip karakteristik siswa, sehingga kurang efektif

terhadappengembangan dan peningkatan keterampilan gerak. Kurang efektifnya pengembangan

danpeningkatan keterampilan gerak dimaksud menyebabkan banyak siswa yang tidak

dapatmelakukan bentuk-bentuk gerakan yang harus dilakukannya, sehingga kurang pula

merangsangpertumbuhan, perkembangan serta kebugaran jasmani siswa.


1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu: bagaimanakah strategi
yang digunakan dalam menganalisis pembelajaran pendidikan jasmani?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan di adakannya analsis pada pembelajaran pendidikan jasmani adalah

untukmengetahui lebih jelas, sampai dimana pemahaman siswa dalam mengikuti

pembelajaranpendidikan jasmani di sekolah. Serta bagi guru itu sendiri untuk mengetahui

penerapan analsisseperti apa yang relevan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani?
1.4 Manfaat
Agar guru lebih kreatif dalam memilih, menggunakan dan menetapkan model, metode,
strategi ataupun pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan kondisi siswa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani

Pengertian pendidikan jasmani telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

pakar.Para pakar pendidikan jasmani cenderung memberikan definisi sesuai dengan pandangan

filosofimereka masing-masing. Bucher (1983:13) menyatakan bahwa pendidikan jasmani

sebagaibagian integral dari pendidikan keseluruhan yang mencapai tujuan untuk

mengembangkankebugaran jasmani, mental, sosial dan emosional bagi masyarakat dengan

wahana aktivitasjasmani. Sedangkan Cholik dan Lutan (1996:16) memaparkan bahwa

pendidikan jasmanisebagai mata pelajaran di sekolah dengan kegiatan pendidikannya

mempunyai tujuan untukpertumbuhan dan perkembangan unsur jasmani, rohani, sosial,

emosional dan intelektual.

Walaupun definisi pendidikan jasmani berbeda-beda namun pada umumnya

mengandungpersamaan, yakni bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan yang dilakukan


melalui aktifitasjasmani, dan proses dalam pendidikan jasmani tersebut melibatkan interaksi

antara peserta didik

dengan lingkungannya yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematis menuju manusia
seutuhnya.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas, maka dapat diasumsikan bahwa

pendidikanjasmanimerupakan kegiatan pendidikan keseluruhan yang diarahkan untuk

membentuk manusiaberkualitas secara menyeluruh (fisik, moral, intelektual, sosial,dan

emosional), melalui mediagerak insani atau gerak fisik berupa permainan dengan beragam

bentuk dan pranata yang berlakusecara dinamis.


2.2. Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pembelajaran merupakan suatu proses dari pada aktivitas belajar seseorang dengan

tujuanuntuk menambah pengetahuan melalui pelayanan yang dikenal dengan belajar. Menurut

Lutan(2002) bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, bukan

karenapengaruh faktor keturunan atau kematangan. Perubahan yang diharapkan bersifat melekat

ataupermanen. Proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung, namun

kejadiannyahanya dapat ditafsirkan berdasarkan perilaku nyata yang teramati.

Andai kata pembelajaran direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan dengan

baik,maka dapat diharapkan bahwa pembelajaran sebagai wahana pencapaian tujuan

pendidikanjasmani akan berhasil baik juga.

Pembelajaran pendidikan jasmani menurut Sukintaka (2004:55) mengandung

perngertiantentang bagaimana para guru mengajarkan sesuatu baik yang bersifat teori maupun

praktekkepada peserta didik (siswa), tetapi di samping itu terjadi pula peristiwa bagaimana
siswamempelajari tentang apa yang di ajarkan guru itu sendiri. Intinya bahwa di dalam suatu

peristiwapembelajaran terjadi dua kejadian secara bersama, yaitu: ada satu pihak yang memberi

dan pihaklain yang menerima


2.3. Analisis Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Tidak diragukan lagi yang mana konsep pembelajaran pendidikan jasmani saat ini

sangatmemprihatinkan, salah satu alasan yang sering menjadi topik pembicaraan ataupun

wacanatentang amburadulnya kondisi pembelajaran pendidikan jasmani saat ini, adalah sarana

danprasarana olahraga atau fasilitas berupa media dalam pelaksanaan pembelajaran

pendidikanjasmani sangat minim. Hal tersebut memang wajar untuk dianalisis kembali, namun

yangmenjadi pertanyaan adalah, apakah yang menjadi penghalang dalam proses

pelaksanaanpembelajaran pendidikan jasmani tersebut hanyalah mengenai masalah tentang

sarana ataufasilitas olahraga? jawabannya tentu saja tidak, karena minimnya sarana ataupun

fasilitasolahraga masih bisa untuk dikendalikan dengan cara memodifikasi alat atau media

pembelajaran,akan tetapi yang pantas untuk dipertanyakan yaitu, apakah setiap guru pendidikan

jasmaniberantusias dan kreatif dalam mengemabangkan model, metode, strategi pembelajaran

ataupunpendekatan pembelajaran di sekolah, jawaban dari pertanyaan tersebut yaitu sudah pasti

tidaksemua guru berantusias dan memiliki kekereatifan dalam mengajar (gaya/strategi

mengajar),karena beberapa dari kasus studi memberikan hasil, dimana banyak diantara guru

pendidikanjasmani yang kurang kreatif dalam menemukan ide-ide baru untuk pengembangan

gayamengajarnya seperti memilih dan mengembangkan model pembelajran, metode

pembelajaran,strategi pembelajaran ataupun pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani.


Hal ini senadadengan apa yang dikemukakan Danu dalam Fery (2009) yang

mana Kelemahan dalampelaksanaan pendidikan jasmani saat ini disebabkan karena bukan

semata-mata pemilihan danpengembangan materi yang tidak disesuaikan dengan keadaan siswa

dan kondisi sekolah, akantetapi lebih banyak kelemahannya pada guru penjas itu sendiri, dimana

kurang kreatif dalam


melakukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa serta kondisi dari pada
sekolah dimana siswa itu berada.

Jika kita menganalisis kembali tujuan ataupun tugas utama dari pada

penyelenggaraanpembelajaran pendidikan jasmani sebenarnya adalah membantu siswa untuk

menjalani prosespertumbuhan, baik yang berkenaan dengan keterampilan fisik maupun dalam

aspek sikap danpengetahuannya. Jika hal ini dipahami secara bersama, maka pembelajaran

pendidikan jasmaniakan berjalan dengan baik dan lancar. Cara terbaik untuk memahami

perubahan tersebut denganmenyimak, mengamati dan menganalisis perubahan yang terjadi.


Menurut Lutan dalam Wahjudi (2009) bahwa ada beberapa factor yang dapat

dijadikansebagai acuan untuk menganalisis keberhasilan proses pengajaran dalam pendidikan

jasmani disekolah yaitu:

a. Analisis rumusan tujuan yang mengandung harapan tentang perubahan perilaku yang

diharapkan. Tinjuan itu meruapakan titik awal dari keseluruhan proses

b. Analisis Materi atau substansi pengajaran, materi ini beriisi tugas-tugas gerak,

aktivitasjasmani yang direncanankan untuk dilaksanakan oleh siswa, melalaui

pengalamantersebut diharapkan terjadi perubahan.

c. Analisis metode dan strategi yang diselaraskan dengan materi. Melalui metode dan

strategi materi disajikan, dan siswa dibelajarkan untuk mengalami perubahan

d. Adanya evaluasi dan analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak
perubahan yang terjadi pada siswa.

2.4 Analisis Aspek Pengelolaan Pengajaran Pendidikan Jasmani

perencanaan itu tidak penting, namun dalam kenyatannya tidak demikian. Perencanaan

gayamengajar dan isi pengajaran sama pentingnya. Bila gaya mengajar tidak direncanakan,

makaguru pendidikan jasmani akan menghadapi kesukaran untuk menyampaikan materi.

Pembuatan keputusan pada waktu sebelum pengajaran dimlai mencakup beberapa

halyaitu: (1) gaya mengajar (2) alat yang digunakan, (3) pengisian waktu pengajaran, dan

(4)pengaturan beberapa formasi sesuai dengan kebutuhan.

Dalam kenyataannya, guru yang cakap tidak menggunakan hanya satu gaya

mengajar.Beberapa gaya mengajar dapat diterapkan selama satu jam mata pelajaran. Tentu saja,

harusdipahami faktor apa yang dipakai oleh guru sebagai dasar membuat keputusan tetntang

gayayang akan digunakan.


B. Gaya Mengajar (Teaching Style)
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa gaya mengajar atau strategi mengajar
(teching strategy) merupakan upaya untuk mengelola lingkungan dan atmosfir pengajaran
dengan tujuan mengoptimalkan jumlah waktu aktif berlatih dari para siswa. Utnuk itu gaya
mengajar yang dimaksudkan meliputi:
1. Gaya Komando
a. Ciri

Gaya komando adalah pendekatan mengajr yang paling bergantung pada guru. Gurumenyiapkan

semua aspek pengajaran. Guru sepenuhnya bertanggung jawab danberinisiatif terhadap

pengajaran dan memantau kemajuan belajar.


11
Pada dasarnya gaya ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi dan latihan.Lazimimnya, gaya

tersebut dimulai dengan penjelasan tentang teknik baku dan kemudiansiswa mencontoh dan

melakukannya berulang kali.


Evaluasi dan analisis dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Siswa
dibimbing ke satu tujuan yang sama bagi semuannya.
b. Penerapan

Bila gaya ini di terapkan, penjelasan disampaikan singkat dan langsung tertuju pada

yangdimaksud. Tekanannya adalah pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk

berlatihsebanyak mungkin.

Yang perlu dianalisis yaitu, biasannya yang sering terjadi, yaitu petunjuk guru terlampaurinci

dan informasi terlampau banyak yang biasanya tidak dapat diingat oleh siswa.Penyampaian yang

bertele-tele, perlu diganti dengan penyampaian contoh, baik sebagianmaupun keseluruhan tugas

gerak.
1. Gaya Tugas
a. Ciri
Guru bertanggung jawab menentukan tujuan pengajaran, memilih aktivitas dan
menetapkan tata urut kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran. Perbedaanya dengan
12
SELURUH INISIATIF ADA PADA GURU
SISWA SIAP MELAKUKAN TUGAS GERAK SESUAI PENJELASAN DAN
CONTOH

gaya komando adalah dimana dalam tugas ini, siswa ikut serta menentukan cepatlambatnya

tempo belajar. Maksudnya guru memberikan keleluasaan bagi setiap siswauntuk menentukan

sendiri kecepatan belajar dan kemajuan belajarnya.


b. Penerapan

Tugas dapat disampaiakns ecara lisan atau tulisan. Siswa melakukan tugas

sesuaikemampuannya. Ia juga dapat dibantu temannya, atau tugas itu dilaksanakan dalamsebuah

kelompok kecil
1. Gaya Individual

Gaya individual dikembangkan berdasarkan konsep belajar yang ber[usat pada siswa,

dankurikulum yang diluncurkannya sesuai dengan kebutuhan perorangan. Siswa

memperolehkesempatan untuk belajar sesuai dengan tempo masing-masing.

Untuk melaksanakan gaya mengajar tersebut, diperlukan dukungan sumber belajar

yangmemadai, seperti rekaman video atau film, buku pegangan guru, kartu kemajuan siswa

,papan tulis dan pita kaset.

Bila dianalisis cirri-cirinya, gaya ini memang belum lazim diterapkan dalam pendidikanjasmani

di Indonesia, sebab dibutuhkan sumber belajar yang mencukupi kebutuhan, atauboleh dikata

penerapan model analsisi pembelajaran tersebut terkesan mahal.

Meskipun demikian, gaya ini dapat diterapkan dengan perlengkapan sederhana, sepertidengan

penggunaan kartu kemajuan pribadi, pembuatan poster atau gambar-gambar garisyang dibuat

oleh guru penjas sendiri.


Sebagai gambaran, analsisi dalam langkah pengembangan dan penerapan gaya individual
tersebut adalah sebagai berikut:
– Diagnosis: Pengukuran atau pengetesan dilaksanakan untuk menentukan taraf
pengetahuan atau keterampilan

dipukul oleh siswa. Jadi tugas geraknya adalah memukul bola yang diletakkan di atas tonggak.
(Lutan, 2002).

Tugas ajar tersebut di atas, lebih mudah dari tugas pertama, karena tidak

memerlukankemampuan anak untuk mengantisipasi gerak bola. Siswa yang lebih mudah

usianya, belummampu memusatkan perhatian dengan baik. Karena itu, bola diam lebih cocok

bagi mereka.

Pendekatan ini memilii dua keuntungan yakni:

a.Guru dapat dengan segera menganalisis tingkat kemampuan siswa.

b.Guru dapat menentukan cara mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa.

Yang harus dipahami oleh guru pendidikan jasmani adalah, bahwa proses

pembelajaranyang telah dijelaskan di atas tidak akan dapat dimulai selama belum terbentuk bekal

perilaku.Atau secara sederhana, pedoman umum mengatakan, bahwa tugas gerak harus dimulai

daritingkat kesulitan yang sederhana, dan kemudian meningkat ke tugas gerak yang lebih

sukar.Beban tugasnya juga dari yangringan ke yang berat.


16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pembelajaran pendidikan jasmani dapat dikatakan sukses, jika mampu

membangkitkansuasana belajar pada siswa. Perlu diingat baik-baik, bahwa pendidikan jasmani
itu tidak diartikansempit, hanya sebagai kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan kegiatan

sebagai penyelakesibukan belajar, atau sekedar mengamankan siswa supaya tertib.

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, tujaun yang

ingindicapai bersifat menyeluruh mecakup domain kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan kata

lainbahwa melalui aktivitas jasmani anak diarahkan untuk belajar, sehingga terjadi

perubahanperilaku, tidak saja menyangkut aspek fisikal, tetapi juga intelektual, emosional, sosial

danmoral. Untuk itu agar beberapa perubahan terseut tercipta, maka guru pendidikan jasmani

lebihkreatif dalam menganalisis setiap bentuk pelayanan pembelajaran.


3.2 Saran

Pembelajaran selalu bertitik tolak dari perumusan tujuan. Tujuan yang tidak realistik

akanmenimbulkan frustasi dan mengorbankan wabah kegagalan pada siswa. Pembelajaran

pendidikanjasmani yang sukses memberikan pengalaman berhasil kepada siswa. Keran itu,

rumuskan tujuandari pada pembelajaran pendidikan jasmani, dan kemudian dianalsis model,

metode strategiataupun pendekatan pembelajarannya yang sesuai dengan asas praktis pengajaran,

dan yangpenting untuk diperhatikan dimana pengajaran tersebut berorientasi serta berlandasakan

padatingkat perkembangan, pertumbuhan dan kebutuhan siswa.


DAFTAR PUSTAKA
Bucher (1983), Fondation of Physycal Education & Sport. (9th ed). St.Louis, Missouri: The
Mosby Co.
Cholik dan Lutan (1996), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Fery (2009). Konsep Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Internet:http://en.w ik ipedia .org
Lutan (2002), Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas
Sukintaka (2004). Teori Pendidikan Jasmani (Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan).
Bandung: Nuansa
Wahjudi (2009),strategi pembelajaran pendidikan jasmani,

internet:
http://en.wikipedia.org

You might also like