You are on page 1of 5

A.

Definisi wawancara
Wawancara (interview) adalah tanya jawab dengan seseorang untuk dimintai
pendapatnya mengenai suatu hal. Dalam hal ini, seorang yang diwawancarai disebut
narasumber dan yang mewawancarai disebut pewawancara.
Wawancara pada dasarnya suatu dialog yang memungkinkan suatu pihak (pewawancara)
membimbing arah percakapan melalui serangkaian pertanyaan. Dengan demikian,
percakapan itu lebih terstruktur dan mungkin melibatkan lebih dari dua orang
Wawancara umumnya bertujuan memberi fakta, alasan, opini untuk sebuah topik tertentu
dengan menggunakan kata-kata narasumber sehingga pembaca atau pendengar dapat
membuat kesimpulan dari apa yang dikatakan narasumber.
Dalam bidang jurnalistik wawancara menjadi salah satu cara mendapatkan informasi atau
bahan berita. Wawancara biasanya dilakukan oleh satu atau dua orang dengan seseorang
atau sekelompok orang yang menjadi sumber berita. Lazimnya dilakukan atas permintaan
atau keinginan wartawan yang bersangkutan.
Sedangkan dalam jumpa pers atau konferensi pers, wawancara biasanya dilaksanakan
atas kehendak sumber berita.

B. Jenis Wawancara
1. Wawancara mendadak (Casual interview) Jenis wawancara yang dilakukan tanpa
persiapan/perencanaan sebelumnya.
2. Wawancara berita (news peg interview) yaitu, wawancara yang dilakukan untuk
memperoleh keterangan, konfirmasi atau pandangan narasumber tentang suatu masalah.
3. Wawancara Pribadi (personel interview) yaitu wawancara untuk memperoleh data
tentang pribadi dan pemikiran seseorang (narasumber). Berita yang dihasilkan berupa
profil narasumber, meliputi identitas pribadi, perjalanan hidupnya dan pandangan-
pandangannya mengenai berbagai masalah yang terkait profesinya.
4. Wawancara Ekslusif (exclusive inteview) yaitu wawancara yang dilakukan seseorang
wartawan atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus berkaitan masalah
tertentu di tempat yang telah disepakati bersama.
5. Wawancara Keliling/Jalanan (man in the street interview) yaitu wawancara yang
dilakukan seorang wartawan dengan menghubungi berbagai interview secara terpisah
yang satu sama lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis.
Misalnya, ada peristiwa kebakaran.
Sukses tidaknya wawancara selain ditentukan oleh sikap pewawancara, juga ditentukan
oleh perilaku, penampilan, dan sikap pewawancara. Sikap yang baik biasanya
mengundang simpatik dan akan membuat suasana wawancara akan berlangsung akrab
alias komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup ikut ditentukan oleh
penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh nara
sumber maupun pewawancara.
C. Bentuk Wawancara
1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita.
2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu.
3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesawat telepon.
4. Wawancara pribadi.
5. Wawancara dengan banyak orang.
6. Wawancara dadakan / mendesak.
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang,
pejabat, seniman, olahragawan dan sebagainya.
D. Tahap persiapan, adalah sebagai berikut :
1. menentukan tema atau topik wawancara, topik yang dipilih seyogianya memenuhi
syarat berikut.
– Aktual dan faktual.
– Bermanfaat bagi orang banyak.
– Menggugah hasrat orang banyak untuk berbuat positif.
– Menyumbangkan nalar.
Topik yang dimaksud, misalnya sebagai berikut.
– Dengan keamanan yang tinggi dan modal kecil mampu menjadikan seseorang sukses
berwirausaha.
– Ketekunan, kesabaran, dan keuletan merupakan modal utama seorang pengusaha dalam
menghadapi krisis ekonomi.
– Kreativitas merupakan aset yang paling berharga bagi seseorang untuk mandiri.
2. menetapkan tujuan wawancara,
3. menentukan narasumber yang tepat untuk diwawancarai,
4. merumuskan pertanyaan-pertanyaan sesuai etika wawancara, yakni dengan tidak
bertanya hal-hal yang bersifat pribadi dan jangan menggunakan kalimat introgatif, dan
5. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada narasum bersebaiknya dimulai dari
pertanyaan umum dan terbuka, kemudian masuk ke detail, dan selanjutnya ke fakta
khusus.
6. Daftar Pertanyaan, Sebelum terjun ke lapangan melakukan wawancara atau wawancara
melalui telepon, wartawan harus memiliki daftar pertanyaan yang akan diajukan. Daftar
pertanyaan itu disusun sedemikian rupa, sehingga antara pertanyaan yang satu dengan
lainnya memiliki hubungan yang jelas.
7. Ragam pertanyaan yang diajukan sangat erat hubungannya dengan tujuan wawancara.
Pertanyaan dapat bertujuan untuk mencari dan menemukan pendapat narasumber,
meminta informasi, mengklarifikasi, atau bahkan konfrontasi.
8. Pertanyaan sebaiknya pendek, sederhana, mudah, benar, dimengerti serta mengundang
jawaban.
9. Pertanyaan tidak menyinggung perasaan orang lain. Berikut petunjuk menyusun
pertanyaan wawancara.
– Pertanyaan disusun untuk memperoleh informasi/data (kelengkapan data mencakup 5W
+ 1H).
– Pertanyaan tidak terlalu panjang. Setiap pertanyaan hanya menanyakan satu hal saja.
– Kalimat pertanyaan disusun dengan jelas.
– Isi pertanyaan dibuat sejelas mungkin (operasional).
10. Buat Janji, Sebelum wawancara, sebaiknya buat dulu janji dengan narasumber
sehingga kedua belah pihak sama-sama siap untuk melakukan wawancara.
11. Alat Tulis dan/atau Alat Perekam, Persiapkan alat tulis, seperti pena dan buku
catatan. Meski menggunakan alat perekam, alat tulis tetap saja diperlukan terutama untuk
menulis nama, gelar dan angka.
12. Fisik. Sebelum melakukan wawancara, seorang wartawan harus sudah benar-benar
sehat secara fisik. Dengan kata lain, kondisi fisiknya benar-benar fit. Fisik yang prima
akan mempengaruhi jalannya wawancara maupun hasil yang akan diperoleh dari
wawancara tersebut.
13. Mental, Wartawan yang secara mental belum siap untuk melakukan wawancara
dengan narasumber berita, akan berakibat fatal terhadap proses wawancara apalagi
terhadap hasil yang akan diperoleh. Untuk itu, kesiapan mental sangat diperlukan oleh
seorang wartawan.
E. Tahap Pelaksanaan Wawancara
Setelah melakukan persiapan, tahapan selanjutnya adalah melakukan wawancara.
Tahapan ini merupakan tahapan penting yang akan dilalui seorang wartawan. Pada
tahapan ini, ada beberapa hal yang mesti dilakukan, antara lain:
1. Datanglah tepat waktu
2. Perhatikan penampilan
3. Perkenalkan diri kepada narasumber
4. Perkenalkan masalah yang akan ditanyakan, sehingga narasumber tahu alasan dirinya
dijadikan narasumber
5. Mulailah dengan pertanyaan ringan (untuk narasumber yang punya banyak waktu)
namun to the point (langsung ke persoalan inti) untuk narasumber tertentu.
6. Pertanyaan tidak bersifat interogatif atau terkesan memojokkan narasumber, sehingga
menjadikan narasumber seperti terdakwa di persidangan.
7. Hindari pertanyaan yang sifatnya menggurui
8. Dengarkan dengan baik jawaban yang disampaikan narasumber. Boleh menyela
apabila narasumber lari dari topik yang dibicarakan
9. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan baru yang muncul dari penjelasan
narasumber. Sebab, hal ini senanitasa terjadi dalam setiap wawancara.
10. Setelah seluruh pertanyaan diajukan, jangan lupa memberikan kesempatan kepada
narasumber untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin belum ditanyakan.
11. Usai wawancara, sampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber.
12. Selanjutnya, pewawancara membuat laporan hasil wawancara. Dalam hal ini,
penulisebaiknya menuliskan hasil wawancara dalam kalimat yang efektif dan tidak
menambahkan opini pribadi.

F. Teknik wawancara
Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka hendaknya diperhatikan hal-hal – antara
lain – sebagai berikut:
1. Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut
outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai
sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
2. Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara
tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika
setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan
lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
3. Jangan mendebat nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi
sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan
pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan
nada bertanya, alias jangan terkesan membantah. Contoh yang baik: “Tetapi apakah hal
seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?” Contoh
yang lebih baik lagi: “Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi
pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?” Contoh yang
tidak baik: “Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu
sendiri, Pak.”
4. Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan
hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara
sumber.
5. Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point.
Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak
kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
6. Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan
kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan
terakhir yang didengarnya.
7. Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara
sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan
ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber “buka mulut”. Sedangkan
untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan
pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
materi wawancara.
8. Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber,
dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara.
Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal
lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses
wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-
waktu yang akan datang.
9. Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu,
bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti
kata pepatah, “Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing”.
10. Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya,
kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri,
melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber
tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa
menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat
dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber
tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah
dan di kantor, di mana dia bermain golf, dan sebagainya.

G. Tata cara/sopan santun wawancara.


1. Posisi relatif berhadapan.
2. Tidak memotong pembicaraan.
3. Penampilan sopan, rapi, terkesan hormat.
4. Berbahasa baik.
H. Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara
Ketika seseorang melakukan wawancara dengan narasumber, maka hal penting yang
harus dilaksanakan adalah mencatat pokok-pokok informasi dalam wawancara tersebut
yang berkaitan dengan isi wawancara.

You might also like