You are on page 1of 19

JURNAL EMULSI LEVERTRAN (MINYAK IKAN)

I. PREFORMULASI ZAT AKTIF

Nama zat aktif Oleum Iecoris Aseli/ Minyak ikan


Definisi Diperoleh dari hati segar Gadus morhua.
Biasa disebut CLO yaitu cod liver oil.
Mempunyai potensi vitamin A tidak kurang
dari 600 UI /g. Potensi vitamin D tidak
kurang dari 80 UI / g.

Pemerian Kuning pucat, bau khas, agak manis, tidak


tengik, rasa khas.
Kelarutan Sukar larut dalam etanol 95 % p. Mudah larut
dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam
minyak tanah p.
Bobot /ml 0,917 g – 0,924 g
Indeks bias 1,478 – 1,482
pKa Tidak lebih dari 1,2
Khasiat dan kegunaan Sumber vitamin A dan D , Eksim,
Memperkecil resiko penyakit jantung, SLE,
rematik, peradangan usus kronis, Menjamin
perkembangan optimal fungsi otak janin
Efek samping Penghambatan penggumpalan pelat darah,
Pendarahan di hidung
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh,
terlindung dari cahaya dan dalam suhu tidak
lebih dari 250C

DATA FARMAKOLOGI

Oleum lecoris aseli (minyak ikan, levertran) diperoleh dari hati segar ikan Gadus morhua
(cod, kabeljauw). Kadungan kadar vitamin A dan vitamin D3 agak tinggi, masing-masing
minimal 600 dan 85 U/g. Begitu pula mengandung sejumlah poly-unsaturated fatty acids
(PUFA), termasuk k.l. 18% asam lemak omega-3 (EPA, DHA), yang berkhasiat menurunkan
kadar kolesterol. Dahulu senyawa ini banyak digunakan anak-anak sebagai obat pencegah
rachitis dan sebagai penguat pada keadaan lemah sesudah mengalami infeksi (15-30 ml

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 1


sehari). Berhubung baunya tidak enak dan kandungan zat-zat toksik (insektisid) sebagai
kotoran, maka sekarang sudah terdesak oleh sediaan vitamin murni.

Asam omega-3 berkhasiat :

- Antitrombotis
Menghambat agregasi trombosit dengan jalan inhibisi produksi TXA 2 (tromboksan),
yang bersifat mendorong penggumpalannya.
- Antiradang
Dengan jalan mencegah sintesa PG dari seri-2 dan leukotrien dari seri-4, yang
bersifat meradang, kuat, dan menstimulir pertumbuhan tumor. Pembentukan TNF dan
Interleukin (efek meradang) oleh leukosit dan makrofag juga dihambat.
- Antitumor
Pada perkembangan obat diabetes baru dari kelompok glitazon (thiazolidindion) telah
ditemukan bahwa PPAR-gama (Peroxisome Proliferator-Activated Resptor)
memegang peranan penting pada mekanisme khasiat anti tumornya. Pasien diabetes
yang kebetulan juga menderita kanker ternyata tidak hanya diperbaiki regulasi
glukosanya oleh glitazon, melainkan juga proliferasi sel-sel kankernya dihambat.
Kemudian ternyata juga beberapa zat lain dengan khasiat agonis PPAR-gama berdaya
memberantas sel tumor. EPA/DHA dan squalen (dari minyak hati ikan hiu). Setelah
aktivasi PPAR ini oleh EPA, terjadi diferensiasi sel dan pertumbuhan sel tumor
dialihkan menjdai sel lemak terminal (adiposit) dengan jalan “mereparasi” apoptose
yang telah ditiadakan oleh sel tumor.
- Menurunkan trigliserida darah
Dengan 25-30%, yang bersama sifat anti trombotisnya bekerja mencegah
aterosklerose dan PJP.
- Menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki efek insulin
Sangat berguna bagi diabetes tipe 2 sebagai zat tambahan (komplementer)
- Memperbaiki perkembangan saraf otak dan fungsinya
terutama pada janin dan bayi. Otak terdiri dari lemak untuk k.l. 60% dengan DHA
sebagai asam yang terbanyak. ASI mengandung DHA dan enzim delta-6-desaturase
yang penting untuk sintesa asam omega dan sering kali belum terdapat pada bayi.
Susu formula atau botol dewasa ini banyak diperkaya dengan EPA dan DHA. Dalam
rangka ini EPA mempengaruhi dengan baik gejala-gejala ADHD dan digunakan pada

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 2


terapi alternatif. Juga dilaporkan efek anti depresi yang baik sehingga dosis anti
depresi dapat diturunkan. Wanita hamil pada trimester terakhir memperlihatkan
kekurangan DHA pada darahnya. Sedangkan pada wanita dengan depresi postnatal
kadarnya lebih rendah lagi.
- Memperkuat sistem imun
Dengan jalan menstimulir aktivitas limfosit.

Kandungan CLO :

- 20 % EPA & DHA


- Vit A & D
- Vitamin dan mineral

Inikasi

Membantu meningkatkan dan memelihara ketahanan tubuh serta memenuhi


kebutuhan vitamin A dan D, Membantu perkembangan kesehatan anak dan pertumbuhan
tulang dan gigi yang kuat. Masa pertumbuhan pada anak, penyerapan vit-A dan D kurang
lancar pada bayi, wanita hamil dan menyusui, keadaan cacat dan usia lanjut.

Kontra indikasi

kontraindikasi serius mungkin perdarahan yang berlebihan pada orang yang mungkin
mengambil pengencer darah (atau yang hanya memiliki kecenderungan untuk berdarah), dan
minyak ikan mungkin tidak dianjurkan pada penderita tekanan darah tinggi parah (mungkin
karena peningkatan risiko dari stroke hemorrhagic).

Efek samping

Mengkonsumsi setiap hari dalam dosis tinggi, bisa terjadi akumulasi, dan akan
mengakibatkan keracunan. keracunan vitamin A dan D, atau biasanya
disebut hipervitaminosis. Konsumsi minyak ikan yang berlebihan akan
membuat sel-sel tubuh yang banyak mengandung omega 3 cepat teroksidasi radikal bebas.
Proses ini akan menghabiskan vitamin E di dalam tubuh. Padahal, tubuh sangat
membutuhkan vitamin E untuk metabolisme. Konsumsi minyak ikan yang berlebihan juga
bisa memperlambat penggumpalan darah. Akibatnya, bisa terjadi pendarahan saat luka,
operasi atau mimisan yang sulit berhenti.

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 3


Interaksi

Interaksi dengan NSAID. There is one specific drug interaction that needs to be
considered. Ada satu interaksi khusus obat yang perlu dipertimbangkan. Fish oil may enhance
anti-platelet action of Aspirin and other NSAID's ( COX-1 type, Ibuprofen, others). Minyak
ikan dapat meningkatkan tindakan anti-trombosit dari Aspirin dan NSAID lain (COX-1,
Ibuprofen, lain-lain). Therefore, use of fish oil together with aspirin (especially daily low
dose as used to prevent strokes and heart attacks) may be harmful. Oleh karena itu,
penggunaan minyak ikan bersama dengan aspirin (terutama dosis rendah setiap hari yang
digunakan untuk mencegah stroke dan serangan jantung) dapat berbahaya.

II. BENTUK SEDIAAN


Bentuk sediaan yang dipilih adalah berupa sediaan emulsi. Hal ini didasarkan
pada bentuk zat aktif yang digunakan yakni berupa Lavertran atau oleum iecoris
aseli atau disebut juga dengan minyak ikan.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang
tidak campur, biasanya air dan minyak, di mana cairan yang satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Zat pengemulsi (emulgator)
merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil.
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-
butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua
macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A di mana tetes minyak terdispersi dalam
fase air dan tipe A/M di mana fase intern adalah air dan fase extern adalah
minyak. Dalam sediaan yang akan dibuat ini tipe emulsinya adalah emulsi tipe
M/A.

III. FORMULASI
1. Formula Umum Pustaka

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 4


Formula umum sediaan emulsi minyak ikan atau olei lecoris emulsum atau
emulsi lavertran dalam Formularium Nasional adalah sebagai berikut :
Olei Iecoris Emulsum
Emulsi minyak ikan
Komposisi : Oleum iecoris aseli 100 g
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum cinnamomi gtt VI
Aquadest add 215 g
Penyiapan : dalam wadah tertutup rapat
Dosis : 3 kali sehari 15 ml
Catatan : 1. serbuk gom arab dapat diganti dengan emulgator lain
2. ditambah pengawet yang cocok

 PELARUT
 Aquadest
Sifat Kimia
 Sinonim : Aqua, Hidrogen Oxyde
 CAS : [ 7732-18-5]
 Berat molekul : 18,02
 Rumus Molekul : H2O
 Rumus Bangun :H–O–H
Sifat Fisika
 Organoleptik :
 Bentuk : cairan jernih
 Warna : tidak berwarna
 Rasa : tidak berasa
 Bau : tidak berbau
 Stabilitas : air stabil pada semua jenis subtansi
 OTT : air dapat bereaksi dengan alkali
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.
 PH : 5,0 – 7,0

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 5


 Fungsi : Sebagai zat pelarut

 EMULGATOR
 Gom Arab
Sifat Kimia
 Sinonim : Gom arab, gom akasia
 CAS : [9000-01-5]
Sifat Fisika
 Organoleptik :
 Bentuk : Serbuk
 Warna : Putih atau putih kekuningan
 Rasa : Tawar seperti lender
 Bau : Tidak berbau
 OTT : Akasia OTT dengan sejumlah senyawa yang mengandung amidopyrine,
apomorphine, cresol, etanol (95%), garam ferri, morfin, fenol, pisostigmin,
tannin, thymol, dan vanillin.
 Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat,
meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit, dan
memberikan cairan seperti musilago, tidak berwarna atau kekuningan, kental,
lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru; praktis
tidak larut dalam etanol dan dalam eter.
 Fungsi : Emulsifying agent; stabilizing agent; suspending agent; tablet binder;
viscosity-increasing agent.
 Konsentrasi sebagai emulgator : 10 - 20 %
 Wadah : Dalam wadah tetutup baik, di tempat yang kering dan sejuk.
 pH : 4,5 – 5,0 (5% b/v larutan)

 PENGAWET
 Nipagin (methylparaben)
Sifat kimia :
 Sinonim : 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-hydroxybenzoate
 Rumus kimia : C8H8O3

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 6


 Nama kimia : Methyl-4-hydroxybenzoate
 Berat molekul : 152.15

Sifat fisika :

 Organoleptis :
 Bentuk : Serbuk hablur halus
 Warna : Putih
 Rasa : Tidak memiliki rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa
tebal
 Bau : hampir tidak berbau
 Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam
3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan
dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan
dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap
jernih.
 Suhu lebur : 1250 sampai 1280
 Khasiat : Pengawet
 Penggunaan : Sebagai zat pengawet adalah 0,015-0,2 %
 Nipasol (prophylparaben)
Sifat kimia
 Sininom : 4-hydroxybenzoic acid propyl ester
 Rumus kimia : C10H12O3
 Nama kimia : Propyl 4-hydroxybenzoate
 Berat molekul : 180,20
Sifat Fisika
 Organoleptik :
 Bentuk : serbuk hablur
 Warna : putih
 Rasa : tidak berasa
 Bau : tidak berbau
 Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%,
dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol dan dalam 40 bagian minyak
lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 7


 Suhu lebur : 950 sampai 980
 Wadah : dalam wadah tertutup baik
 Khasiat : Sebagai zat pengawet adalah 0,01-0,02 %
 pH : Propil Paraben menunjukkan aktifitas antimikroba pada pH antara 4-8.

 PEMANIS
 Sukrosa
1. Sifat Kimia
 Sinonim : Gula, gula beet
 CAS : [57-50-1]
 Rumus Molekul : C12H22O11
 Berat molekul : 342,20

2. Sifat Fisika

 Organoleptik :
 Bentuk : Hablur atau massa hablur atau serbuk
 Warna : tidak berwarna atau putih
 Rasa : Manis
 Bau : Tidak berbau
 Kelarutan :
Larut dalam 0,5 bagiana air dan dalam 370 bagian etanol ( 95 % )

 Stabilitas :
Sukrosa stabil pada suhu rang, sukrosa akan menjadi caramel dengan
pemanasan diatas 160˚C.

 Khasiat : Sweetening agent, viscosity-increasing agent


 Konsentrasi sebagai sweeting agent : 67%
 OTT : -

 ANTIOKSIDAN
 BHT (Butylated Hydroxytoluene)
Sifat kimia

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 8


 Sinonim : Agidol, Dalpac, Embatox BHT, Impruvol, Ionol CP, Nipanox BHT
 Rumus kimia : C15H24O
 Nama kimia : 2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol
 Berat molekul : 220,35
Sifat fisika
 Organoleptis : Berwarna putih atau kuning pucat, berbentuk kristal padat
atau bubuk, dengan karakteristik bau samar
 Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, gliserin, PG, larutan alkali
hidrroksida, dan cairan asam mineral encer. Dengan bebas larut dalam
aseton, benzen, etanol 95%, eter, metanol, toluen, fixed oil, dan minyak
mineral. BHT lebih larut dalam food oil dan lemak.
 Stabilitas : terlindung dari paparan cahaya, kelembaban, dan panas yang
menyebabkan perubahan warna dan kehilangan aktifitas. BHT harus
disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang
sejuk dan kering.
 Inkompatibilitas : BHT adalah reaksi fenolik dan mengalami karakteristik
fenol. Hal ini tidak kompatibel dengan agen oksidasi kuat seperti peroksida
dan permanganat. Kontak dengan agen oksidasi dapat menyebabkan
pembakaran spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan
hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan jumlah katalis asam menyebabkan
dekomposisi cepat dengan rilis dari gas isobutene yang mudah terbakar.
 Fungsi : antioksidan untuk minyak ikan sebesar 0,01 – 0,1 %

 ZAT TAMBAHAN
 Gliserin
Sifat kimia
 Sinonim : Gliserol, trihydroxypropane glycerol
 Rumus kimia : C3H8O3
 Nama kimia : Propana-1,2,3-triol
 Berat molekul : 92,09
Sifat Fisika
 Sifat Organoleptis : cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak
berbau, manis diikuti rasa hangat.

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 9


 Stabilitas : gliserin bersifat hidrokopik. Jika disimpan beberapa lama pada
suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur berwarna yang tidak
melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
 Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95 %) P, praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
 Bobot per ml : 1,255-1,260 sesuai dengan kadar 98% sampai 100% C3H8O3
 OTT : Gliserin dapat meletup bila dicampur dengan pengoksidasi kuat seperti
kromiun trioksida, potassium klorat, atau potassium permanganate
 Konstanta dielektrik : 42,5
 Konsentrasi yang digunakan dalam eliksir : lebih dari 20 %
 Konsentrasi yang digunakan sebagai anti mikroba : kurang dari 20 %
 Sifat Farmakologi
 Khasiat : pelarut, pemanis, pengawet, humektan
 Penyimpanan : dalam wadah tertutupbaik, di tempat yang kering dan sejuk
 Oleum Citri (Pengaroma)
Sifat kimia
 Sinonim : oleum citri, minyak jeruk
 Definisi : Minyak jeruk adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan cara
pemerasan perikarp segar Citrus lemon (L) Burm Familia Rutaceae yang
masak atau hampir masak. Kadar aldehida dihitung sebagai sitral, C 10H16O,
tidak kurang dari 3,5%.
Sifat Fisika
 Organoleptik :
- Bentuk : Cairan
- Warna : kuning pucat atau kuning kehijauan
- Bau : khas
- Rasa : pedas dan agak pahit
 Kelarutan : larut dalam 12 bagian volume etanol (90%) P. larutan agak
berpolesensi; dapat bercampur dengan etanol mutlak P.
 Penyimpanan : Dalam wadah terisi penuh dan tertutup rapat, terlindung dari
cahaya; di tempat sejuk.
 Pewarna
Komposisi :

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 10


 Sunset yellow CI 15985
- Sinonim : Food Yellow 3; C.I. 15985; FD & C Yellow No.6
- CAS : 2783-94-0
- Rumus molekul : C16H12N2O7S22Na
- Struktur molekul :

- Pemerian : serbuk atau kristal merah


 Carmoisine CI 14720
- Sinonim : C.I. Food Red 3
- CAS : 3567-69-9
- Rumus molekul : C20H12N2Na2O7S2
- Struktur molekul :

- Pemerian : kristal merah

Tabel Rancangan Formulasi

Komponen / Nama bahan % lazim % pakai Satu botol


fungsi bahan
Zat aktif Levertran - 32 % 64 g = 70 ml
Emulgator PGA 10 – 20 % 16 % 32 g
Pemanis Sirup simplek - 20 % 20 ml
Pengawet Nipasol 0,01 - 0,02 % 0,02 % 0,04 g = 40 mg
Antioksidan BHT 0,01 – 0,1 % 0,1 % 0,2 g = 200 mg
Zat tambahan Gliserin - 13 % 26 g = 20,6 ml
Oleum citri - qs qs
Pewarna orange - qs qs
Pendispersi Aquadest - - ad 200 ml

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 11


IV. KESIMPULAN FORMULA

R/ Levertran 32 %
PGA 16 %
Sirupus simplek 20 %
Nipasol 0,02 %
Gliserin 13 %
BHT 0,1 %
Oleum citri qs
Pewarna orange qs
Aquadest ad 200 ml

Perhitungan dosis
Dosis 1xp Levertran = 5 ml (Farmakope Indonesia Ed.3)
70 ml
Dosis formula = x 15 ml
200 ml
= 5,25 ml
Kesimpulan : dosis diterima karena tidak jauh melebihi dosis lazim.
Dosis perhari :
- 3 x sehari
Dewasa dan anak > 5 tahun : 10 ml
Anak di bawah 5 tahun : 5 ml
Bayi : 5 ml

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 12


V. ALAT DAN BAHAN
Alat :

 Timbangan dan anak timbangan (gram dan mg) 1 set

 Kaca arloji 2 buah

 Cawan porselain 2 buah

 Lumpang dan Alu 1 buah

 Beaker glass 1 buah

 Gelas ukur 2 buah

 Spatula 2 buah

 Pipet tetes 2 buah

 Corong 1 buah

 Penangas air 1 buah

 Botol gelap 200 ml 1 buah

 Brosur dan etiket 1 set

 Kotak kemasan 1 buah

Bahan :

 Levertran  Sukrosa

 PGA  Gliserin

 Nipagin  Oleum citri

 Nipasol  aquades

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 13


VI. PENIMBANGAN BAHAN

- Levertran : 32 % x 200 ml = 64 g / 0,924 = 70 mL

- PGA : 16 % x 200 ml = 32 g

- Sirupus simplek : 20 % x 200 ml = 40 ml

- Nipasol : 0,02 % x 200 ml = 40 mg

- Gliserin : 13 % x 200 ml = 26 g / 1,262 = 20,6 ml

- BHT : 0,1 % x 200 ml = 200 mg

- Oleum Citri : qs

- Pewarna : qs

- Aquadest : ad 200 ml

Tiap 100 ml sirupus simplek mengandung :

- Saccharum album : 65 g

- Metil paraben : 250 mg

- Aquadest :ad 100 ml

Penimbangan bahan untuk sirupus simplek 20 ml

65 g
- Saccharum album : x 20 ml = 13 g
100 ml

250 mg
- Metil paraben : x 20 ml = 50 mg
100 ml

- Aquadest : ad 20 ml

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 14


VII. PROSEDUR KERJA

 Cara Basah

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Mengkalibrasi botol yang akan digunakan

3. Mendidihkan air yang akan digunakan sebagai pelarut, dan mendinginkannya


sebelum dipakai

4. Membuat sirupus simplek dengan melarutkan sukrosa dan nipagin ke dalam +


30 ml aquades mendidih/panas

5. Membuat korpus emulsi dengan mengembangkan PGA dengan air 1,5 x dari
berat PGA kemudian menambahkan minyak ikan sedikit-sedikit sambil diaduk
hingga terbentuk korpus emulsi.

6. Melarutkan nipasol dengan gliserin lalu menambahkannya sediki-sedikit


kedalam lumpang sambil terus diaduk hingga homogen.

7. Menambahkan sirupus simplek

8. Menambahkan sisa air sampai volume yang ditentukan sambil terus diaduk
hingga homogen

9. Memasukkan sediaan emulsi kedalam botol dan kemasan

10. Melakukan evaluasi


VIII. EVALUASI SEDIAAN

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 15


IX. PEMBAHASAN

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 16


Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 17
X. KESIMPULAN

XI. DAFTAR PUSTAKA

 Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra


Pharmacopoeia, twenty eight edition. London : The Pharmaceutical Press.

 American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical


Excipients, 5th edition. London : The Pharmaceutical Press.

 Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga.


Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

 Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan.

 Anief, Mohammad. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : UGM
– Press.

 FKUI, 1995 . Farmakologi dan terapi , edisi. IV, Jakarta.

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 18


 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional, ed. II.
Jakarta.

 Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2008. Obat-Obat Penting, edisi VI. Jakarta : PT.
Gramedia.

Jurnal TSP – Sediaan Emulsi | 19

You might also like