You are on page 1of 1

Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut 

(bag.2)
Posted on 9 Mei, 2009 by binhasyim

Sistem Tulang

Pada usia lanjut dijumpai proses kehilangan massa tulang dan kandungan kalsium tubuh, serta
perlambatan remodelling dari tulang. Massa tulang akan mencapai puncak pada pertengahan usia
dua puluhan (di bawah usia 30 tahun). Penurunan massa tulang lebih dipercepat pada wanita
pasca menopause. Sama halnya dengan sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagian
disebabkan oleh usia dan disuse. Dengan menambah aktivitas tubuh, dapat memperlambat proses
kehilangan massa tulang, bahkan mengembalikannya secara temporer. Tetapi, tidak terdapat
bukti nyata bahwa aktivitas yang intensif dapat mencegah secara sempurna kehilangan massa
tulang tersebut. Latihan yang teratur hanya dapat memperlambat laju kehilangan massa tulang.
Dengan demikian, hanya mereka yang mampu hidup pada usia yang sangat lanjut yang mungkin
akan menderita berbagai komplikasi dari hilangnya massa tulang seperti osteoporosis dan
fraktur.

Jaringan Ikat

Kelenturan merupakan salah satu komponen dari kebugaran. Jaringan ikat yang tidak fleksibel
lebih mudah timbul trauma. Pada manusia usia lanjut, dijumpai kehilangan sifat elastisitas dari
jaringan ikat.Proses disuse dapat menyebabkan pengerutan dari jaringan ikat sehingga kurang
mampu mengakomodasikan berbagai pergerakan. Karena menjadi tidak fleksibel maka
kelompok usia lanjut ini kurang dapat mentoleransi berbagai pergerakan yang berpotensi
membawa kecelakaan dan lebih mudah terjatuh. Pada manusia berusia muda, diperkirakan
kelenturan, kekuatan otot, dan koordinasi merupakan bufer dari kemungkinan trauma, tetapi
bufer ini jelas berkurang, bahkan hilang pada kaum usia lanjut.

Sistem Persarafan

Selain dijumpai penurunan fungsi muskuloskeletal pada usia lanjut, sistem persarafan terutama
kendali saraf juga mulai kurang berfungsi dengan baik dan bahkan hilang. Proses ketuaan akan
menyebabkan hilangnya sel-sel otak secara perlahan. Ini bermanifestasi pada penurunan gerakan
motorik halus dan koordinasi. Selain itu, juga ditemukan penurunan kecepatan konduksi saraf,
pemanjangan waktu reaksi, perlambatan pengolahan data oleh sistem saraf pusat, dan penurunan
fungsi propiosepsi serta keseimbangan. Disuse dapat mengeksaserbasi proses ini walau bukan
merupakan satu-satunya penyebab penurunan fungsi saraf.

Filed under: Fisioterapi geriatri

« Gangguan Muskuloskeletal pada Usia Lanjut (bag.3) Gangguan Muskuloskeletal pada Usia


Lanjut (bag.1) »

http://binhasyim.wordpress.com/2009/05/09/gangguan-muskuloskeletal-pada-usia-lanjut-bag-2/

You might also like