You are on page 1of 5

Waspada Teman Buruk

Sesungguhnya keberadaan teman dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
seseorang, terutama dalam hal sikap dan pemikiran. Pengaruh itu berjalan begitu cepatnya,
ibarat menjalarnya racun yang masuk ke dalam tubuh melalui peredaran darah. Maka
seseorang haruslah waspada dan berhati-hati dari teman yang buruk, karena banyak
kenyataan yang membuktikan, bahwa seseorang yang tadinya baik-baik, ternyata dapat
berubah dengan begitu cepat, lantaran terpengaruh oleh teman pergaulan yang buruk.

Inilah fakta kehidupan, Kitabullah dan Sunnah Rasul Shalallaahu alaihi wasalam pun
mendukung dan menguatkannya, maka janganlah kita berpaling dari peringatan Allah, jika
kita tidak ingin celaka dan sengsara dunia akhirat.

Nasihat dari Kitabullah

Firman Allah, artinya,


“Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka, "Demi Allah, sungguh kita
dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, (karena kita mempersamakan kamu dengan
Rabb semesta alam". Dan tiadalah yang menyesatkan kami, kecuali orang-orang yang
berdosa. Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa'at seorang pun, (dan tidak pula
mempunyai teman yang akrab, Maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia),
niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman". (Asy Syu’araa’ : 96-102)

Perhatikan, bagaimana penduduk neraka itu saling berbantahan, mereka bersumpah, bahwa
mereka benar-benar berada dalam kesesatan, lalu mereka menyebutkan sebab kesesatan
mereka, yakni al mujrimun (orang yang berdosa), lalu apakan teman-teman yang membuat
mereka sesat itu dapat memberikan manfaat pada hari itu?

Firman Allah, artinya,


“Dan (ingatlah) ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang
lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Sesungguhnya kami adalah
pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebagian azab api
neraka". Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab, "Sesungguhnya kita semua
sama-sama dalam neraka, karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara
hamba-hamba-(Nya)". (Al-Mu’min : 47-48)

Wahai manusia yang berakal jernih dan berpikiran jeli, jangan sampai kita semua seperti
mereka, menjadi lemah akal, lemah kepribadian, tak punya pendirian, hanya mampu
mengekor dan taklid buta terhadap orang-orang yang buruk dan jahat. Dan akhirnya pada
Hari Kiamat, ketika berdiri untuk dihisab dan ditanya, maka protes pun tak ada gunanya.
Orang yang menye-satkan pun mengelak, "Apakah kami memaksa kalian untuk mengikuti ke-
sesatan, kami hanya sekedar mengajak dan kalian memenuhinya, maka kalian sendirilah yang
telah melakukan dosa."

Firman Allah, artinya,


“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata,
"Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan (yang lurus) bersama Rasul. Kecelakaan besarlah
bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia
telah menyesatkan aku dari al-Qur'an, ketika al-Qur'an telah datang kepadaku. Dan syaitan
itu tidak akan menolong manusia”. (Al-Furqaan : 27-29)

Ayat ini turun berkenaan dengan persahabatan yang erat antara Ubay bin Khalaf dan Uqbah
bin Abi Mu'ith. Ketika itu Uqbah duduk di sisi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan
mendengarkan ucapan beliau, lalu Ubay bin Khalaf memakinya dan dia terus memaki Uqbah,
maka akhirnya dia pun murtad dari Islam karena cacian Ubay bin Khalaf, sehingga turunlah
ayat tersebut.

Ayat ini tentunya bukan hanya khusus untuk Uqbah dan Ubay, namun untuk kita semua yang
menjalin persahabatan dengan teman kita, hingga ke tingkat akrab yang dapat memberikan
pengaruh dalam sikap dan perilaku kita. Yakni teman yang apabila dia mengajak sesuatu,
maka kita merasa berat jika tidak memenuhinya, apapun yang dia katakan.

Maka berhati-hatilah kita semua, waspada dari teman-teman yang buruk sebelum nanti di
akhirat kita mengatakan, "Wahai celakalah aku, andaikan dulu aku tidak menjadikan si fulan
sebagai temanku."

Allah juga memperingatkan kita semua, bahwa syetan, baik dari jenis jin maupun manusia
yang mengajak kepada kemaksiatan, semuanya berlepas diri dan cuci tangan, artinya,
“Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di Hari kiamat), dia
berkata, "Aduhai, semoga (jarak) antara aku dan kamu seperti jarak antara masyrik dan
maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)". (Az-
Zukhruf : 36-38)

Peringatan dari As Sunnah

Dari Abu Musa al Asy'ari Radhiallaahu anhu dia berkata, "Rasulullah Shalallaahu alaihi
wasalam telah bersabda, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang
buruk adalah seperti penjual minyak wangi dengan tukang pande besi. Seorang penjual
minyak wangi akan memberi kamu minyak, atau kamu membelinya atau kamu akan
mendapati bau yang harum darinya. Sedangkan pande besi, maka bisa jadi akan membakar
bajumu dan bisa pula engkau akan mendapati darinya bau yang busuk." (Muttafaq 'alaih)
Seorang teman yang buruk diibaratkan pande besi, karena keberadaannya dapat membakar
agama dan akhlak kita, merusaknya dan bahkan membinasakannya. Paling tidak kita akan
mendapatkan komentar negatif, seperti, “Si fulan sekarang jadi temannya si anu.”

Dalam hadits lain Nabi juga bersabda, artinya,


"Seseorang tergantung agama temannya, maka hedaklah salah seorang di antara kalian
melihat dengan siapa dia berteman." (HR. Abu Dawud)

Sebuah kisah yang disebutkan di dalam Ash Shahihain (Bukhari-Muslim), bahwa Abu Thalib
ketika menjelang wafat didatangi oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, sedang di sampingnya
ada Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal. Maka Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
berkata, "Wahai paman, ucapkan la ilaha illallah, kalimat yang akan aku gunakan untuk hujjah
buatmu kelak disisi Allah!" Maka kedua orang tersebut langsung berkata kepada Abu Thalib,
"Apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib?" Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
mengulanginya, dan kedua orang itu juga mengulangi pertanyaanya, dan akhirnya paman
Nabi tersebut meninggal di atas millah Abdul Muthalib.

Kisah ini memuat nasehat yang sangat berharga tentang besarnya pengaruh sahabat atau
teman yang buruk. Kurang apa dengan paman Nabi ini, beliau seorang yang berakal jernih,
mengetahui, bahwa Nabi Shalallaahu alaihi wasalam adalah benar, beliau membela dan
menolong Nabi, mencintai Nabi yang merupakan salah satu keponakannya. Namun teman
yang buruk telah mengingat kannya kepada ajaran terlaknat, ajaran syirik dan kufur, maka
keduanya telah mempengaruhinya, sehingga dia meninggal di dalam millah Abdul Muthalib,
meninggal di dalam kemusy rikan, wal 'iyadzu billah.

Wahai saudaraku, terutama anda para pemuda, jangan anda mengatakan, "Saya tidak akan
terpengaruh oleh teman pergaulan, hanya sekedar bergaul, tidak mengambil ucapannya dan
tidak meniru kelakuannya. Sungguh ini adalah prinsip yang keliru, al-Qur'an dan Sunnah telah
menolaknya dan kenyataan pun telah berbicara, sementara Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
telah menyatakan, bahwa seseorang tergantung pada agama (tabiat) sahabatnya.

Maka secara tegas beliau Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan kita untuk bersahabat
dengan orang yang baik-baik dan bertakwa, beliau bersabda,
"Janganlah engkau berteman, kecuali dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan
makananmu, kecuali orang yang bertakwa." (HR Abu Dawud)

Belajar dari Fakta

Fakta telah membuktikan, bahwa hampir sebagian besar manusia khususnya para pemuda
yang terjatuh ke dalam lobang kemaksiatan adalah karena pengaruh teman pergaulan. Berapa
banyak pemuda baik-baik, taat, berbakti dan serius di dalam belajar, berprestasi gemilang,
namun setelah itu kenal dengan teman yang buruk, bergaul bersama mereka dan lambat laun
setahap demi setahap akhirnya berubah jauh dari sebelumnya.

Dia terpengaruh dengan ucapan temannya yang menipu dan menjerumuskan, yang diajarkan
oleh guru penipu ulung Iblis la'natullah 'alaih. Sehingga akhirnya menjadi pemuda yang
menyia-nyiakan shalat, berani kepada orang tua, malas belajar bahkan tak jarang ada yang
sampai dikeluarkan dari sekolah, dia telah menyia-nyiakan agama dan dunianya.

Salah seorang pemuda yang kecanduan narkoba, kemudian masuk sel penjara ditanya,
"Mengapa kamu sampai masuk penjara dan jadi pecandu narkoba, maka dia hanya men-
jawab singkat, "Teman yang buruk."

Jangan Tertipu

Satu hal penting yang harus diketahui adalah, bahwa semua orang yang mengajak kepada
kerusakan, kesesatan dan kejahatan tidak mungkin akan berterus terang mengungkapkan niat
busuk mereka. Karena kalau mereka berbicara jujur apa adanya, tidak bakal mendapatkan
pengikut, maka dicarilah cara yang halus, kalimat yang indah, namun menipu dan men-
jerumuskan tanpa terasa. Terkadang berlagak sebagai pemberi saran dan nasehat, karena
dorongan cinta dan persahabatan, seperti diajarkan oleh Iblis ketika menjerumuskan Adam
Alaihissalam. Iblis mengatakan sebagaimana yang difirmankan Allah Subhannahu wa Ta'ala,
artinya,
“Kemudian syaitan membisikan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, "Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa" (Thaha :
120)

Perhatikan juga ayat lain yang menggambarkan tipu daya Iblis,


“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menam-pakkan kepada
keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya dan syaitan berkata, "Rabb kamu
tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". Dan dia (syaitan) bersumpah
kepada keduanya, "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat
kepada kamu berdua" (Al-’Araaf : 20-21)

Bukan main, Iblis yang merupakan penipu terbesar mengaku sebagai pemberi nasihat, bahkan
dengan bersumpah. Maka tak heran kalau muridnya, Fir’aun juga mengatakan kalimat manis,
sebagaimana firman Allah, yang artinya,
“Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya), "Biarkanlah aku mem-bunuh Musa
dan hendaklah ia memohon kepada Rabbnya, karena sesungguhnya aku khawatir ia akan
menukar agama-agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi". (Al-Mu’min : 26)
Amat lucu jika Firaun yang mengaku dirinya Tuhan, mengkhawa tirkan Musa Alaihissalam
kalau mengganti agama kaumnya dan membuat kerusakan, padahal dialah biang kerusakan
itu?

Lalu, apakah kita akan tertipu dengan slogan kemajuan, kebebasan, kesetaraan, peradaban
maju, atau pun hak asasi untuk alasan tabarruj, durhaka kepada orang tua, mengkon sumsi
miras dan narkoba? Wallahu a’lam, marilah kita berpikir jernih sebelum segalanya terjadi.
(Khalif)

Sumber: Kutaib “Nafikh al-Kiir, Atsar Shadiqis Suu’ ”, Abdullah bin Sa’ad bin Ibrahim.

( Rabu, 07-01-2004M / 16-11-1424 )

You might also like