Professional Documents
Culture Documents
Ñ
! (
)**!
)
*%
*
"# $ %
*!
)*
! +* "
* *%$
! *%
*%
*,"
,$
-*
*%
%
**#*
+*"+
*
&
*+$*
".
*%*
*
&
*
*$
*,
/
'
*
+"+* **%
0*%
*#$1
#"*%
*
*
*
$
*
**
2*%
* *
+**
*
**.+*
*,
*
*,
* *
2
*.
+*.
*%+
. . .*%"2
$
.
**(*
*
#+
%
/
*
%
/ .
*&,
*.
,
%
/*
&
&
*
,
"
*
*%
*$1
%,
"%,
,
*%,
$
"**
$**
%
2 2
Ñ3 #
#
.**
**
*
.
&*.*%
*%*&
.
, *
* * **
**
*
4
$ .
* %* #* %
* #
*
*#
* (* %* !* .*
*
** %*%
%*&
* *
* 2
**
,* *
Ñ7 %
, + %
**%
*
.
*
*
%
*
*
&
-
*8
* .
*
.
%
**
*
*
%
%
**8
*
%
,*
* %,*8
*.
*
*.
*
*
.
Ñ9
%
" $* + " $*
+*
*
#
"
$* , " ,$*
% %
"
$* + "+*
*
* %
* 8)"$ * * %$4
%* , 8)
&
*
* %
* %*
.
%
* * +
% !
,
% "
$* %
* %
* %* %*
!
,
%*
* ,
* * 2,* %0*
* *
* %*
*
*
* -* +* ,
* %
* * - #
Ñ< %
** ,**
* * , #
*
*&*
,
*
&
* %
,*#*#>"
*
= %* %
%
.
.
$
% 8
*
,**
(
*
*%
#
*
*
%
%
,
*
%
* -* .
*
**
%
*'*%
* %
* "-$
.*
**
*
*
%
**-
. Jayapura, Lavalin
International Inc. & mT. Hasfarm Dian !onsultan. Hal. 5-9), SIL, 1986; Dumatubun 1991.
m
!ebinekaan sukubangsa tercermin dalam berbagai unsur
budaya seperti bahasa, struktur organisasi sosial, sistem
kepemimpinan, agama, dan sistem mata pencaharian
hidup berdasarakan ekologi daerah tersebut. Masyarakat
yang bersifat
yang multi etnik, multi kultural,
multi kedaerahan, dan multi keagamaan itu membawa
implikasi beragam dan spesifiknya institusi menyebabkan
hubungan dan jaringan sosial kelompok-kelompok
masyarakat lebih banyak bersifat
dibanding
. menduduknya diklasifikasi sesuai spesifikasi
geografis, ekologi, kewilayahan, sosial, budaya, dan
ekonomi.
`
Apakah bahasa itu ? Bahasa adalah suatu sistem bunyi, yang
kalau digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti, yang
dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa
itu. Meskipun manusia pertama-tama bersandar pada bahasa
untuk saling berkomunikasi satu sama lain, tetapi bahasa bukanlah
satu-satunya sarana komunikasi. Sarana-sarana lain itu adalah para
bahasa (para language) yaitu suatu sistem bunyi yang menyertai
bahasa, dan kinesika (
) yaitu sistem gerakan tubuh yang
digunakan untuk menyampaikan pesan (Haviland, 1988: 359).
!alau dilihat dari konsep tersebut di atas, maka orang mapua juga
mempunyai suatu sistem bunyi yang dapat menimbulkan arti
berdasarakan kebudayaan mereka masing-masing.
Orang mapua secara umum dibagi kedalam dua
kelompok besar menurut pembagian bahasa yang
digunakan. !edua bahasa tersebut adalah bahasa
dan bahasa
. Adapun
bahasa-bahasa yang masuk dalam kelompok
disebut dengan nama
Dua bahasa ini merupakan bahasa induk yang
kedalamnya tergolong bahasa-bahasa lokal yang kurang
lebih 250 buah bahasa (Silzer, 1986; menelitian mrogram
Bahasa, Uncen, 2001) Bahasa sebagai wahana
berkomunikasi antara warga, maka tiap kelompok etnik
mengujar bahasa tertentu selalu membedakan diri
mereka dari kelompok pengujar bahasa lain. Ini berarti
dari segi kebahasaan terdapat kurang lebih 250
kelompok etnik yang masing-masing merasa dirinya
berbeda dari kelompok-kelompok lainnya.
O À mÀÀ
Nilai budaya yang bermanifestasi
dalam bentuk etika, norma, peraturan,
hukum dan aturan-aturan khusus yang
menjadi pedoman bagi manusia itu
berbeda dari satu masyarakat
kebudayaan dengan masyarakat kebudayaan
lainnya. Apa yang dianggap bernilai tinggi oleh
masyarakat kebudayaan belum tentu dianggap
baik oleh masyarakat kebudayaan . Apa yang
dianggap patut dipatuhi oleh masyarakat
kebudayaan belum tentu dianggap penting untuk
dipatuhi oleh masyarakat kebudayaan . Demikian
seterusnya.
ë !
), secara universal bersumber
dari konsepsi yang berbeda terhadap lima hal atau prinsip
dasar. !elima prinsip dasar itu adalah:
`
m
mulau mapua yang luasnya kurang lebih 3,5
kali pulau Jawa secara ekologis itu terdiri
atas empat zona yang masing-masing menunjukkan
diversifikasi terhadap system mata pencaharian
mereka berdasarkan kebudayaan dan sebaran suku
bangsa-suku bangsanya. Menurut Malcoln dan Mansoben(1987; 1990),
kelompok etnik yang beraneka ragam di mapua tersebar pada empat zona
ekologi yaitu: (1) Zona Ekologi Rawa atau
, Daerah mantai dan
Muara Sungai atau !
, (2) Zona Ekologi Daerah mantai atau
"
, (3) Zona Ekologi !aki-!aki Gunung serta Lembah-
Lembah !ecil atau #
$% dan (4) Zona Ekologi
megunungan Tinggi atau è
. Orang-orang mapua yang hidup pada
mitakat atau zona ekologi yang berbeda-beda ini mewujudkan pola-pola
kehidupan yang bervariasi sampai kepada berbeda satu sama lainnya.
ë menduduk yang hidup di wilayah zona ekologi rawa,
daerah pantai dan muara sungai sebagaimana
terdapat di:
atau
a diperoleh
melalui pencapaian. Sumber kekuasaan terletak
pada kemampuan individual, kekayaan material,
kepandaian berdiplomasi/pidato, keberanian
memimpin perang, fisik tubuh yang besar, sifat
bermurah hati (Sahlins, 1963; !oentjaraningrat,
1970; Mansoben, 1995). melaksanaan
kekuasaan biasanya dijalankan oleh satu orang.
Adapun etnik yang menganut sistem ini adalah
orang Dani, Asmat, Mee, Meibrat, Muyu.
(Mansoben, 1995).
O !
a sistem ini adalah pewarisan
berdasarkan senioritas kelahiran dan klen. Weber (1972:126)
mengatakan sebagai birokrasi patrimonial atau birokrasi
tradisional . Birokrasi tradisional terdapat pada cara merekrut
orang untuk duduk dalam birokrasi. Biasanya mereka yang
direkrut mempunyai hubungan tertentu dengan penguasa,
misalnya hubungan keluarga atau hubungan pertemanan. Di
sini terdapat pembagian kewenangan tugas yang jelas, pusat
orientasi adalah perdagangan. Tipe ini terdapat di Raja Ampat,
Semenanjung Onin, Teluk MacCluer (teluk Beraur) dan
!aimana. (Mansoben, 1995: 48).
x
: sistem ini
merupakan pewarisan kedudukan dan
birokrasi tradisional. Wilayah/teritorial
kekuasaan seseorang pemimpin hanya
terbatas pada satu kampung dan kesatuan
sosialnya terdiri dari golongan atau sub
golongan etnik saja dan pusat orientasi
adalah religi. Terdapat di bagian timur
mapua; Nimboran, Teluk Humboldt, Tabla,
Yaona, Skou, Arso, Waris (Mansoben,
1995: 201-220).
¦ !
. Menurut
Mansoben (1985) terdapat juga sistem lain yang
menampakkan ciri pencapaian dan pewarisan
yang disebut sistem campuran. Sedangkan
menurut
% sistem kepemimpinan yang
berciri pewarisan (chief) dibedakan atas dua tipe
yaitu sistem kerajaan dan sistem ondoafi.
merbedaan pokok kedua sistem politik tersebut
terletak pada unsur luas jangkauan kekuasaan
dan orientasi politiknya. Sistem !epemimpinan
Campuran, kedudukan pemimpin diperoleh
melalui pewarisan dan pencapaian atau
berdasarkan kemampuan individualnya (prestasi
dan keturunan). Tipe ini terdapat pada penduduk
teluk Cenderawasih, Biak, Wandamen, Waropen,
Yawa, dan Maya (Mansoben, 1995:263-307).
m
!
"
ë Untuk memudahkan pemahaman struktur sosial,
kita harus mulai dengan hubungan sosial, yaitu
cara mereka berinteraksi, hal-hal yang mereka
katakan dan lakukan dalam hubungan mereka satu
sama lain. Tetapi terdapat juga gagasan mereka
tentang hubungan mereka, konsepsi masing-
masing tentang pihak yang lain, pemahaman dan
strategi serta pengharapan yang menuntun
perilaku mereka. Baik pola perilaku maupun sistem
konseptual mempunyai struktur, dalam arti tidak
kacau balau atau sembarangan, tetapi kedua hal
tersebut merupakan struktur yang berbeda jenis
(!eesing, 1989:208-209).
ë mouwer (1966) berdasarkan studi antropologinya,
menunjukkan bahwa dalam pengelompokan orang mapua
paling sedikit dapat dibagi kedalam empat golongan
berdasarkan sistem kekerabatan:
Untuk Laki-laki
Untuk merempuan
/ untuk perkawinan
Untuk perceraian
Untuk meninggal
Untuk keturunan
Untuk saudara kembar
Contoh 1
Dalam diagram 1, laki-laki A mengawini perempuan
B yang tidak ada hubungan kekerabatan
denganya, sebagai istri ke2 ia mengawini
perempuan C, yaitu janda saudara laki-laki ibunya,
sebagai istri ke3 ia kawin dengan perempuan D,
yaitu anak saudara laki-laki isteri pertamanya.
!eturunan dari ketiga perkawinan ini yaitu saudara
kandung tiri diletakkan pada level yang sama.
Hubungan saudara kandung dapat ditelusuri
dengan mengikuti garis-garis keturunan vertikal ke
pasangan perkawinan dari orang tua mereka.
Akronim !ekerabatan
`
U Individu-individu yang segenerasi harus dicantumkan sejajar.
U Generasi ego adalah generasi nol, ditulis denganakronim G 0.
U Generasi F dan M adalah generasi plus 1, ditulis dengan
akronim G+1.
U Generasi FF dan MM adalah generasi plus 2, ditulis dengan
akronim G+2 dan seterusnya.
U Generasi S dan D adalah generasi minus 1, ditulis dengan
akronim G-1.
U Generasi SS dan DD adalah generasi minus 2, ditulis dengan
akronim G-2 dan seterusnya.
O
Setiap individu dalam diagram harus di nomori.
menomoran dimaksudkan untuk membedakan
individu yang satu dengan individu yang lainnya.
menomoran dimulai dari generasi tertua dan diakhiri
pada generasi termuda. Dengan demikian
penomoran dimulai pada genrasi tertua pada
individu yang terletak paling kiri dan diakhiri pada
generasi termuda yang terletak paling kanan.
x !
Semua kerabat ayah diletakkan disebelah kiri ayah.
Semua kerabat ibu diletakkan disebelah kanan ibu.
Dalam diagram ayah diletakkan disebelah kiri Ego
dan ibu diletakkan disebelah kanan ego.
¦
Individu-individu yang bersaudara di deretkan dari individu tertua ke
individu termuda. Individu yang lebih tua diletakkan disebelah kiri
dari individu yang lebih muda.
Huruf kapital E dicantumkan untuk menandai individu Ego
Individu-individu dalam diagram FZ-27 :
#O #` $ %` %O
1. FF 3. FZ 7. FZS 12. FZSS 20. FZSSS
2. FM 4. FZH 8. FZSW 13. FZSSW 21. FZSSD
5. F 9. FZD 14. FZSD 22. FZSDS
6. M 10 .FZDH 15. FZSDH 23. FZSDD
11. E 16. FZDS 24. FZDSS
17. FZDSW 25. FZDSD
18. FZDD 26. FZDDS
19. FZDDH 27. FZDDD
`
%
%
%
(!eesing,1992:92-
94)
ë Bagaimana sistem kepercayaan dan agama pada suku bangsa
mapua? Sebelum agama-agama besar !risten, Islam masuk di
mapua, tiap suku bangsa mempunyai sistem kepercayaan
tradisi. Masing-masing suku bangsa mempunyai kepercayaan
tradisi yang percaya akan adanya satu dewa atau tuhan yang
berkuasa diatas dewa-dewa. Misalnya pada orang Biak Numfor,
dewa tertingginya ³'
´; orang Moi menyebut ,#
"
"
&
'"
(
"
"
Semuanya
ini selalu menonjolkan sifat dan ciri khas
kebudayaan suatu etnik /suku bangsa atau
suatu negara.
!esenian di mapua dapat itu dibedakan berdasarkan fungsi dan
coraknya. Yang dimaksud adala dipendensi (ketergantungan)
dari fakta bahwa perwatakan atau karakter menampakkan
sebuah lingkungan (Guepin, 1973)
Fungsi kesenian bagi kelompok etnik ini adala sebagai media
komunikasi dan media ekspresi kehidupan yang dihayati dengan
kolektif (sosialisasi) seperti nampak diwujudkan dalam upacara-
upacara magis, pemujaan, penciptaan, bahkan nampak pada
kehidupan keseharian seperti makan, minum, tidur, bernapas,
bersin, terantuk dan sebagainya. Dalam melahirkan produk
estetis melalui media dan dimensi sperti menggubah lagu,
merancang tari, melukis, mengukir, membuat serta memainkan
alat musik, dan tindak artistik lainya, sekali lagi bukanlah
intherentitas (seniman) dalam kerja serta produk material yang
dihasilkan melainkan kompleksitas kesepakatan (konvensi)
itulah.